kti upaya peningkatan sadar keselamatan pktj tegal
DESCRIPTION
dah di ikutin wktu KTD HUB-DAT tapi sayang tidak masuk 10 besarTRANSCRIPT
1
KARYA TULIS ILMIAH
MEMBENTUK PERILAKU KESELAMATAN BERLALU LINTAS
PADA SISWA MELALUI LINGKUNGAN SEKOLAH
DISUSUN OLEH : HANUNG KURNIAWAN
POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASIJALAN TEGAL
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
A. PENDAHULUAN ............................................................................... 5
A.1 Latar Belakang ........................................................................ 5
A.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
A.3 Identifikasi Masalah ................................................................ 6
A.4 Pembatasan Masalah ............................................................... 7
A.5 Tujuan Penelitian .................................................................... 7
A.6 Manfaat Penelitian .................................................................. 8
B. DASAR TEORI ................................................................................... 8
B.1 Perilaku Keselamatan Berlalu Lintas ...................................... 8
B.2 Lingkungan Tertib Lalu Lintas ............................................... 9
B.3 Kecelakaan .............................................................................. 9
B.4 Perlengkapan Berkendara Bagi Pengendara Sepeda Motor.... 10
B.5 Remaja .................................................................................... 13
B.6 Perilaku ................................................................................... 13
B.7 Penelitian Terdahulu . ............................................................. 14
B.8 Sekolah.................................................................................... 14
C. KERANGKA PENELITIAN............................................................... 15
D. HIPOTESIS.......................................................................................... 15
E. METODE PENELITIAN..................................................................... 16
E.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 16
E.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 16
E.3 Definisi Operasional Variabel.................................................. 17
E.4 Alat Pengumpulan Data ........................................................... 17
E.5 Teknik Analisis Data................................................................ 17
F. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 17
F.1 Penyajian Data ........................................................................ 17
F.2 Pembuktian Hipotesis ............................................................. 19
F.3 Pembahasan............................................................................. 19
3
G. PENUTUP............................................................................................ 21
G.1 Kesimpulan ............................................................................. 21
G.2 Saran........................................................................................ 21
H. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 23
4
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan
kehendak-Nya penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan lancar dan
tepat waktu. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memberikan gambaran perilaku
berlalu lintas yang berkeselamatan pada siswa di lingkungan sekolah.
Karya tulis ilmiah ini mengkaji mengenai pembentukan perilaku
berkeselamatan berlalu lintas pada siswa di lingkungan sekolah, penelitian ini
didasari karena keprihatinan penulis terhadap perilaku berlalu lintas pada siswa
yang cenderung mengabaikan keselamataan saat berkendara serta banyaknya
korban kecelakaan yang dialami oleh kalangan remaja terutama anak-anak sekolah.
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sangat kami harapkan dalam menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Tegal, 26 Juli 2014
Penulis
i
5
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas menjadi perhatian khusus bagi pemerintah
akhir-akhir ini, hai ini bukan tanpa alasan. Masalah keselamatan jalan
tidak bisa diselesaikan dengan cara biasa, “Harus pakai cara
extraordinary”. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun tidak bosan-
bosanya menghimbau seluruh dunia untuk ikut mendukung aksi
keselamatan jalan DOA (Decade Of Action). Di Indonesia Wakil
Presiden Boediono sudah mencanangkan gerakan aksi keselamatan
jalan 2011-2035. Dalam rencana aksi tersebut ditetapkanya Rencana
Umum Nasional Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Jalan (RUNK
LLAJ).
Data kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa
kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010 mencapai 31.224 orang
meninggal dunia, pada tahun 2011 korban meninggal dunia mencapai
32.657 orang, pada tahun 2012 korban meninggal dunia mencapai
27.441 jiwa dan pada tahun 2013 korban meninggal mencapai 25.157
jiwa. Angka tersebut bisa sangat memprihatinkan, mengingat jika
korban kecelakaan di Indonesia tersebut bisa kita ibaratkan sebuah
masyarakat di pedesaan, maka setiap tahunya 8-10 desa mati karena
warganya meninggal karena kecelakaan.
Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas sangat beragam antara lain
adalah faktor manusia, lingkungan, kendaraan dan faktor jalan namun
ada faktor penyebab kecelakaan lainya yakni exposure yaitu banyaknya
perjalanan (mobilitas) yang dilakukan oleh pengguna jalan.
Secara umum kecelakaan dapat terjadi karena unsafe action dan
unsafe condition. Unsafe action adalah kejadian kecelakaan yang
disebabkan karena perilaku manusia yang tidak berkeselamatan,
perilaku-perilaku yang tidak berkeselamatan tersebut antara lain
6
overspeeding, melanggar rambu lalu lintas, tidak mengenakan
perlengkapan berkendara, modifikasi kendaraan tanpa
memperhitungkan keselamatan, dan lain sebagainya. Padahal dalam
Undang-undang No.22 tahun 2009 pasal 105 poin (a) dijelaskan bahwa
setiap orang yang menggunakan jalan wajib perperilaku tertib.
Sedangkan unsafe condition adalah kondisi yang tidak
berkeselamatan, hal ini sangat erat kaitanya dengan sarana dan
prasarana yang digunakan. Sebagai contohnya adalah jalan yang tiba-
tiba menjadi licin saat kondisi basah, kondisi yang seperti inilah yang
dimungkinkan menjadi salah satu faktor kecelakaan.
Sekolah adalah lingkungan yang sangat cocok untuk membentuk
perilaku pelajar salah salah satunya adalah perilaku berlalu lintas,
karena banyaknya pelajar yang mengendarai kendaraan menuju sekolah
dan mengingat sekolah adalah lingkungan yang identik dengan aturan
yang harus ditaati, maka sekolah adalah salah satu tempat yang tepat
untuk membentuk perilaku berlalu lintas.
Di Indonesia belum semua sekolah peduli dengan keselamatan
berlalu lintas, oleh karenanya penulis akan mengangkat karya tulis
ilmiah dengan judul “membentuk perilaku keselamatan berlalu lintas
pada siswa melalui lingkungan sekolah”.
A.2 Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian akan muncul suatu pokok permasalahan
yang menjadi arah dalam penelitian. Dalam penelitian ini,
permasalahan yang dirumuskan yaitu “Apakah lingkungan sekolah
dapat mempengaruhi perilaku tertib berlalu lintas dan meningkatkan
kesadaran keselamatan berlalu lintas?”
A.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
7
Banyaknya kecelakaan yang dialami oleh siswa sekolah.
Banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa
sekolah.
Adanya siswa yang menitipkan kendaraanya di penitipan
kendaraan di sekitar lingkungan sekolah.
Banyaknya siswa yang masuk ke lingkungan sekolah tanpa
mengenakan perlengkapan berkendara yang lengkap dan
berkeselamatan.
Belum adanya kesadaran berlalu lintas pada siswa di lingkungan
sekolah.
Kebanyakan siswa taat mengenakan perlengkapan berkendara
bukan karena sadara akan keselamatan berlalu lintas, tetapi
karena takut ditilang oleh Polisi.
A.4 Pembatasan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah di atas penulis membatasi
permsalahan pada perilaku tertib berlalu lintas siswa SMA di
lingkungan sekolah SMA AL-IRSYAD Kota Tegal.
Dalam pemilihan populasi ini hanya ditujukan kepada siswanya saja
dengan alasan yakni siswa di lingkungan sekolah dapat diawasi, mudah
dibentuk karakternya dan menjadi barometer atau panutan bagi teman-
temanya.
A.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian identifikasi dan batasan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui peranan sekolah dalam membentuk perilaku
keselamatan berlalu lintas.
Untuk mengetahui tingkat kesadaran keselamatan berlalu lintas
di lingkungan sekolah.
8
A.6 Manfaat Penelitian
Mengingat tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini
diharapkan dapat :
a. Sebagai salah satu bahan kajian untuk meningkatan
keselamatan berlalu lintas pada siswa.
b. Untuk mencari solusi upaya peningkatkan perilaku keselamatan
berlalu lintas di lingkungan sekolah.
c. Sebagai bahan pertimbangan kepada Dinas Pendidikan,
Perhubungan, Kepolisian dan instansi terkait dalam upaya
meningkatkan perilaku tertib lalu lintas di lingkungan sekolah.
B. DASAR TEORI
B.1 Perilaku Keselamatan Berlalu Lintas
Keselamatan adalah suatu keadaan dimana setiap pengguna jalan
terhindar dari resiko kecelakaan lalu lintas. Sedangkan lalu lintas jalan
adalah perpindahan orang atau barang dalam ruang lalu lintas jalan.
Menurut Kant (Aune:1979), berperilaku yang bermoral adalah
sesuatu kewajiban untuk memenuhi aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat. Moral diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan
standar baik dan benar atau penetapan baik dan buruk perilaku atau
karakter seseorang.
Perilaku tertib berlalu lintas meliputi segala tindakan yang patuh dan
taat terhadap peraturan–pertaturan lalu lintas. Seorang yang tertib
berlalu lintas biasanya mengerti akan rambu–rambu dan etika berlalu
lintas di jalan raya. Hal ini dapat ditumbuhkan melalui penanaman sikap
kedisiplinan tinggi di jalan raya.
Jadi perilaku keselamatan berlalu lintas dapat diartikan sebagai
tindakan seseorang dalam berlalu lintas secara baik dan benar dalam
9
ruang lalu lintas yang dapat menghindarkan dari resiko kecelakaan lalu
lintas.
B.2 Lingkungan Tertib Lalu Lintas
Dalam Undang-undang No.22 tahun 2009 pasal 208 poin (d)
disebutkan bahwa salah satu upaya membangun dan mewujudkan
budaya keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dapat
dilakukan melalui penciptaan lingkungan atau ruang lalu lintas yang
mendorong pengguna jalan perperilaku tertib.
Lingkungan tertib berlalu lintas tersebut adalah suatu tempat dimana
orang-orang yang berada di lingkungan tersebut terikat oleh aturan yang
berlaku, sehingga apabila seseorang melanggar peraturan tersebut dapat
dikenai sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
B.3 Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. (Dr.
Suma’mur P.K.,M.Sc. ; KESELAMATAN KERJA & PENCEGAHAN
KECELAKAAN).
Sedangkan kecelakaan lalu lintas dalam Undang-Undang No. 22
tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan
sebagai suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Padahal
kecelakaan adalah sebuah raingkaian proses kejadian kecelakaan yang
terjadi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu dan pastinya faktor-faktor
tertentu tersebut dapat kita ketahui dan minimalisir bahkan kita
hilangkan agar kecelakaan tidak dapat terjadi.
Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action
(perilaku yang tidak berkeselamatan yang berkaitan dengan manusia)
10
dan unsafe condition (kondisi yang tidak berkeselamtan yang berkaitan
dengan lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80-85% kecelakaan
disebabkan karena unsafe action. Kecelakaan lalu lintas dipengaruhi
oleh faktor manusia, lingkungan, kendaraan dan faktor jalan namun ada
faktor penyebab kecelakaan lainya yakni exposure yaitu banyaknya
perjalanan (mobilitas) yang dilakukan oleh pengguna jalan, disini siswa
setiap harinya melakukan perjalanan lalu lintas yang rutin, karena setiap
hari pelajar berangkat dari rumah mereka masing-masing menuju
sekolah.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu
lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang.
Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.
Kecelakaan mengakibatkan kerugian materi bahkan dapat
menghilangkan nyawa korban kecelakaan. Dikutip dari
Tribunnewes.com kerugian sosial ekonomi akibat kecelakaan di
Indonesia mencapai Rp. 203 triliun sampai Rp. 217 triliun per tahun
atau setara dengan 2,9 – 3,1 persen dari PDB Indonesia. Sedangkan
yang paling memprihatinkan apabila kecelakaan itu dialami oleh para
pelajar dan mahasiswa maka secara otomatis masa depan mereka akan
terganggu akibat kecelakaan tersebut.
B.4 Perlengkapan Berkendara Bagi Pengendara Sepeda Motor.
Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang masih banyak
peminatnya terutama dikalangan pelajar SMA, untuk itu perlunya
11
perlengkapan berkendara untuk mengendarai kendaraan bermotor jenis
sepeda motor, diperlukan alat pelindung diri (APD) untuk
meningkatkan keamanan dalam mengendarai sepeda motor.
Pemerintah Indonesia telah menghimbau kepada masyarakat dengan
meberikan pedoman perlengkapan bersepeda motor yang aman dan
selamat yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Dephub RI, 2004),
perlengkapan bersepeda moror tersebut antara lain :
a. Helm.
Helm merupakan alat pelindung diri yang paling utama dan wajib
dipakai oleh pengendara maupun penumpang sepeda motor yang dapat
mengurangi luka serius yang mungkin timbul di bagian kepala apabila
terjadi kecelakaan lalu lintas. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa pengendara dan
penumpang sepeda motor wajib menggunakan helm standar nasional
Indonesia (SNI).
Jenis helm berstandar nasional Indonesia yang dapat melindungi
pengendara sepeda motor dan direkomendasikan oleh pihak kepolisian
lalu lintas terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Helm yang menutup keseluruhan wajah (full face), helm ini
merupakan helm yang memenuhi standar keselamatan bagi
pengendara sepeda motor karena memiliki tingkat keamanan
yang tinggi.
2) Helm yang menutup ¾ wajah (three-quarter open face), helm
ini hampir serupa dengan helm full face, namun memiliki
perbedaan pada dagu pengendara tidak tertutup. Helm ini tidak
menutup sempurna seperti helm full face dan memiliki tingkat
keamanan sedikit lebih rendah dibawah helm jenis full face.
12
b. Pelindung Mata dan Wajah.
Pelindung mata dan wajah harus memenuhi standar yang berlaku
yakni tidak tergores, tidak membatasi jarak pandang atau sudut pandang
pengendara, dan dapat diikat erat agar tidak bergeser. Pelindung
tersebut melindungi dari angin, debu, hujan, binatang kecil dan
bebatuan, pelindung wajah dapat memberi perlindungan dari hal
tersebut.
c. Sarung Tangan.
Sarung tangan harus nyaman ketika digunakan dan memberi
kemampuan menggenggam setang dengan baik dan berfungsi untuk
mengurangi efek langsung angin maupun kondisi cuaca ketika
berkendara dan meminimalkan dampak cedera pada saat terjadi
kecelakaan lalu lintas.
d. Jaket.
Jaket merupakan pakaian pelindung pengendara sepeda motor
ketika terjadi kecelakaan lalu lintas, selain itu jaket juga berfungsi untuk
membantu pengendara sepeda motor menghadapi kondisi cuaca ketika
berkendara. Jaket yang baik adalah tidak mudah sobek dan
menggelembung ketika dipakai berkendara, jaket harus menutupi
seluruh lengan dan melekat erat pada leher, pergelangan tangan, dan
pinggang pada saat berkendara. Selain itu, warna jaket harus terang agar
dapat terlihat oleh pengendara lain ketika malam hari.
e. Sepatu.
Sepatu berfungsi untuk melindungi pergelangan kaki. Sepatu dapat
mengurangi efek langsung ke arah kaki pada pengendara sepeda motor
ketika terjadi kecelakaan lalu lintas.
Perlengakapan berkendara pada sepeda motor tersebut diatas adalah
salah satu alat untuk meminimalisir keparahan saat terjadi kecelakaan
lalu lintas.
13
B.5 Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga
golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak. Sedangkan menurut Sri Rumini & Siti
Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa.
B.6 Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo,2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
14
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia antara lain :
Genetika.
Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang
terhadap perilaku tertentu.
Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.
Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang
mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
Perilaku mempunyai peranan penting dalam menentukan terjadinya
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, pada pengendara
yang berperilaku tidak baik ketika berkendara juga mempengaruhi
keselamatan pengendara tersebut, seperti tidak memakai helm atau
tidak memakai helm yang sesuai standar yang di anjurkan, tidak tertib
ketika berkendara dengan melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan.
B.7 Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anisa Sativa Fillaili
tentang “pengaruh antara tingkat kesadaran berkendara yang aman
terhadap ketertiban berlalu lintas di kalangan pelajar”. Dimana
menurut beliau dari hasil tabulasi silang yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden yang menyatakan tingkat
kesadaran berkendara yang cukup baik berdampak pada perilaku tertib
berlalulintas yang cukup baik pula dengan prosentase sebesar
40,62%. Sehingga dapat diketahui adanya korelasi positif antara tingkat
kesadaran berkendara yang aman dengan perilaku tertib
berlalulintas yang ditunjukkan dengan persentase sebesar 40,62%.
B.8 Sekolah
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, sekolah merupakan
bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar, serta tempat menerima
dan memberi pelajaran.
15
Teori tentang Behavioristic oleh Psikolog Gestalt menyebutkan
bahwa manusia itu dianggap pasif, yang dikuasai oleh stimulus-
stimulus atau perangsang-perangsang dari luar yang ada di lingkungan
sekitar. Oleh karena itu manusia dapat dikontrol atau dikendalikan,
dengan cara mengontor perangsang-perangsang yang ada di dalam
lingkunganya.
Pandangan dari pakar Behavioristic tersebut memberikan dasar
pemikiran bahwa karakter dan perilaku berlalu lintas dapat dipelajari,
dibentuk dan diciptakan sebagai kebiasaan lewat lingkungan tempat
mereka tinggal seperti lingkungan sekolah, sehingga budaya
keselamatan berlalu lintas dapat terbentuk di lingkungan sekolah secara
sendirinya.
C. KERANGKA PENELITIAN
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
D. HIPOTESIS
Setelah melakukan kajian teori maka penulis dapat berhipotesis
bahwa :
Identifikasi
Masalah
Observasi ke
Lapangan
Pengumpulan
Data Primer
Analisa Masalah
Pengujian
Hipotesis
Kesimpulan dan
Saran
16
“Perilaku dan kesadaran keselamatan berlalu lintas pada siswa SMA
mudah dibentuk di lingkungan sekolah”.
E. METODE PENELITIAN
E.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
diskriptif yaitu penelitaian yang berusaha mendiskripsikan atau
menggambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan atara
fenomena yang diteliti dengan sistematis (Kusmayadi dan Endar
Sugiarto, 2000). Sedangkan untuk mencari hubungan antara fenomena
yang diteliti kami melakukan teknik angket, yakni dengen membagikan
chek list angket kepada siswa SMA AL-IRSYAD Kota Tegal.
E.2 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMA AL-
IRSYAD Kota Tegal, hal ini dikarenakan sekolah SMA AL-IRSYAD
sudah berkomitmen tegas dalam mendidik siswa/i yang berkaitan
dengan tata tertib berkendara saat memasuki lingkungan sekolah
terutama bagi pengendara sepeda motor. Untuk populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMA AL-IRSYAD Kota Tegal
untuk tahun pelajaran 2012-2013 dan siswa tahun ajaran 2013-2014
yang mengendarai sepeda motor dengan total siswa/i SMA AL-
IRSYAD Kota Tegal untuk tahun pelajaran 2012-2013 dan siswa tahun
ajaran 2013-2014 sebanyak 300 orang (hasil survey lapangan).
Sedangkan sampel yang digunakan adalah sebanyak 13% dari populasi
yaitu 39 orang yang diambil secara acak dengan cara membagikan chek
list di lokasi parkir sepeda motor siswa/i SMA AL-IRSYAD Kota
Tegal.
17
E.3 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, maka
dilakukan operasionalisasi variabel sebagai berikut :
1. Tingkat kesadaran keselamatan berlalu lintas yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa mengenai alasan
kenapa siswa harus memakai helm yang bersetandar SNI,
kenapa siswa harus mempunyai dan membawa SIM saat berlalu
lintas di jalan dan kenapa siswa harus mengikuti peraturan di
sekolah.
2. Perilaku keselamatan berlalu lintas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tindakan/perilaku mematuhi peraturan
sekolah yakni pemakaian helm berstandar SNI, kondisi
kendaraan yang sesuai standar dan memiliki SIM apabila siswa
membawa kendaraan ke lingkungan sekolah.
E.4 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer hasil pengisian chek list dalam angket
dan pengamatan di lingkungan sekolah SMA AL-IRSYAD Kota Tegal.
E.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis statistik diskriptif yang berupa interpretasi data
hasil chek list saat pengisian angket dan pengamatan.
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
F.1 Penyajian Data
Tabel 1 hasil rekapitulasi chek list instrumen perilaku keselamatan berlalu lintas
18
No PertanyaanPersentase (%)
Ya Tidak
1apakah anda keberatan untuk mengenakan helm SNI
kesekolah ? 10,25% 89,75%
2apakah anda keberatan untuk memasang spion
standar pada kendaraan anda ? 10,25% 89,75%
3apakah anda keberatan untuk mengenakan jaket saat
berkendara ke kesekolah ? 10,25% 89,75%
Dari hasil chek list diatas menunjukkan bahwasanya perilaku
keselamatan berlalu lintas dalam hal mengenakan perlengkapan
berkendara pada sepeda motor sangat tinggi atau dapat dikatakan
siswa/i SMA AL-IRSYAD Kota Tegal sangat tinggi, dari 39 siswa
sampel yang kita ambil 89,75 % atau 35 siswa tidak keberatan
mengenakan perlengkapan berkendara pada sepeda motor yang
berkeselamatan menuju sekolah.
Dari data hasil instrumen tingkat kesadaran berlalu lintas dari total
39 siswa, menyatakan 53,85 % setuju apabila seseorang yang tidak
mengenakan perengkapan berkendara yang sudah ditentukan dari
sekolah maka tidak boleh memasuki lingkungan sekolah, namun 46,15
% menyatakan tidak setuju apabila seseorang yang tidak mengenakan
perengkapan berkendara yang sudah ditentukan dari sekolah maka tidak
boleh memasuki lingkungan sekolah.
Sebanyak 87,17 % setuju apabila siswa yang menitipkan kendaraan
diluar tempat parkir sekolah dihukum/ditindak tegas. Namun, 12,83 %
dari 39 siswa menyatakan tidak setuju apabila siswa yang menitipkan
kendaraan diluar tempat parkir sekolah dihukum/ditindak tegas.
Sedangkan dalam hal pendapat siswa tentang mengapa mereka harus
membawa dan memiliki SIM saat berkendara 41,04 % menjawab agar
tidak ditilang Polisi, 28,20 % menjawab sebagai kelengkapan
19
administrasi saat berkendara dan 30,76 % menjawab sebagai bukti
kompetensi berkendara dari total 39 siswa yang mengisi angket chek
list.
F.2 Pembuktian Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis, dapat kita lihat dari data instrumen
perilaku keselamatan berlalu lintas, dimana dari hasil survey data
primer dari 39 siswa yang mengendarai sepeda motor kesekolah di
SMA AL-IRSYAD menyebutkan bahwa 89,75 % siswa tidak keberatan
menggunakan dan mengenakan alat kelengkapan berkendara yang
berkeselamatan sesuai yang diintruksikan oleh Departemen
Perhubungan antara lain mengenakan helm yang bersetandar SNI,
memasang spion standar dan mengenakan jaket saat berkendara dengan
sepeda motor kesekolah. Sehingga dapat kita simpulkan bahwasanya
perilaku keselamatan berlalu lintas dapat dibentuk di lingkungan
sekolah. Oleh karenanya perlu adanya suatu peraturan bagi siswa, guru
atau karyawan sekolah yang mengharuskan mereka tertib berlalu lintas
di lingkungan sekolah sehingga diharapkan perilaku tertib tersebut akan
dibawa dalam perilaku berlalu lintas sehari-hari di jalan raya.
Dengan peraturan berkendara dan penyuluhan keselamatan berlalu
lintas dihapakan dapat memberikan peningkatan perilaku keselamatan
dan tertib berlalu lintas pada siswa di lingkungan sekolah.
F.3 Pembahasan
Perilaku memang sebagian ada menganggap bahwa itu adalah suatu
karunia atau ketetapan tuhan yang tidak dapat dirubah, namun dari hasil
penelitan yang kami lakukan bahwasanya perilaku dapat dibentuk salah
satunya adalah melalui lingkungan, dalam pokok permasalahan tentang
perilaku keselamatan berlalu lintas pada siswa SMA, 89,75 % siswa
yang mengendarai sepeda motor ke sekolah tidak keberatan apabila
20
harus menyesuaikan dengan peraturan dari pemerintah dan sekolah,
peraturan-peraturan tersebut antara lain adalah mengenakan helm SNI,
memasang spion standart dan mengenakan jaket saat berkendara
kesekolah.
Tingkat kesadaran keselamatan berlalu lintas pada siswa masih perlu
diberi pemahaman dan sosialisasi tentang keselamatan karena dari 39
siswa 46,15 % tidak setuju apabila ada siswa yang melanggar peraturan
yang telah dibuat dijatuhi hukuman tidak boleh memasuki lingkungan
sekolah dan sisanya 53,85 % setuju apabila siswa yang melanggar
dikenai hukuman dilarang memasuki lingkungan sekolah. Hal ini
menunjukkan bahwasanya sebagian besar siswa menganggap bahwa
pelanggaran lalu lintas hanya seperti pelanggaran yang biasa mereka
perbuat, mereka belum sadar bahwasanya pelanggaran lalu lintas yang
menjadi taruhanya adalah nyawa mereka.
Tingkat kesadaran keselamatan berlalu lintas pada siswa selanjutnya
kami uji dengan pertanyaan mengenai alasan mereka memiliki dan
membawa SIM saat berkendara, dari 39 sampel berkendara 41,04 %
menjawab agar tidak ditilang Polisi, 28,20 % menjawab sebagai
kelengkapan administrasi saat berkendara dan 30,76 % menjawab
sebagai bukti kompetensi berkendara. Kondisi pemahaman yang
kurang merata seperti ini menunjukkan bahwasanya pemahaman
mengenai kesadaran keselamatan berlalu lintas kurang merata, padahal
merka harus diberikan pemahaman bahwasanya mereka memiliki dan
membawa SIM saat berkendara adalah sebagai bukti kompetensi
berkendara, bukan hanya sekedar kelengkapan administrasi maupun
tameng dari tilangan polisi.
21
G. PENUTUP
G.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan permasalahan diatas dapat kita simpulkan
bahwasanya lingkungan sekolah memberikan peranan yang sangat
besar dalam proses pembentukan perilaku keselamatan berlalu lintas
maupun pemahaman mengenai kesadaran keselamatan berlalu lintas,
ini terbukti melalu beberapa instrumen yang telah kami uji. Dari sampel
yang kami dari siswa/i SMA AL-IRSYAD Kota Tegal, 89,74 % tidak
keberatan mengenakan perlengakapan berkendara yang disyaratkan
oleh pemerintah maupun sekolah, kondisi inilah yang dapat kita
manfaatkan dalam pembentukan perilaku kearah yang lebih baik, salah
satunya adalah perilaku keselamatan berlalu lintas, supaya generasi
muda terhindar dari ancaman bahaya kecelakaan lalu lintas di jalan
raya.
Dalam hal pemahaman mengenai kesadaran keselamatan berlalu
lintas yang kurang merata, maka perlu adanya upaya-upaya yang
proaktif dari sekolah untuk memberikan wawasan tentang perilaku dan
kesadaran keselamatan berlalu lintas.
G.2 Saran
Untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dikalangan remaja
terutama yang mengendarai sepeda motor, pemerintah dapat menekan
dan meningkatkan melalui sektor pendidikan, antaralain dengan
mewajibkan setiap sekolah membuat aturan yang tegas terhadap siswa
yang mengendari kendaraan ke sekolah. Aturan tersebut harus
ditetapkan melalui musyawarah dari beberapa instansi antara lain
kepolisian, perhubungan dan pemerintahan setempat.
Kesadaran keselamatan berlalu lintas harusnya dilakukan secara
terus menerus oleh sekolah sebagai langkah proaktif sebagai upaya
untuk meningkatkan kesadaran keselamatan berlalu lintas bagi siswa/i.
22
Upaya yang dapat dilakukan dari pihak sekolah dalam rangka
meningkatkan kesadaran keselamatan berlalu lintas yakni menjalin
kerjasama dengan instansi-instansi terkait tentang keselamatan seperti
polisi, perhubungan dan perguruan tinggi yang mempunyai pelajaran
tentang keselamatan atau dapat juga dari sisi akademisi yakni dengan
mengudang pesikologi untuk mengarahkan perilaku kesadaran
keselamatan berlalu lintas yang benar.
23
H. DAFTAR PUSTAKA
- Lensufiie, Tikno. Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa,
Jakarta: penerbit Esensi Erlangga Group, 2010.
- Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Industri,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
- http://dianhusadanuruleka.blogspot.com/p/konsep-perilaku-
manusia.html
- http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
- http://www.sekolahdasar.net/2010/04/pengertian-sekolah.html
- http://anisasativa.blogspot.com/2013/01/pengaruh-tingkat-kesadaran-
berkendara.html
- Anonime, Undang-Undang No 22. 2009. Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Jakarta