new kti finale
DESCRIPTION
ktiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab utama kematian di dunia dengan tingkat mortalitas yang paling
tinggi adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular mencakup penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, penyakit jantung
rematik, penyakit jantung bawaan, trombosis vena dalam dan emboli pulmo.1 Laporan
WHO menyebutkan pada tahun 2008, 17,3 juta orang diperkirakan meninggal karena
penyakit kardiovaskular, yaitu 30% dari seluruh kematian di dunia. Dari jumlah
tersebut diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner.2
Oleh karena penyakit jantung ini merupakan penyakit yang terjadi pada semua
kelompok masyarakat di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian terbanyak
di dunia, maka orang mencari solusi untuk mencegah dan mengobati penyakit
kardiovaskular ini. Salah satu solusi alternatif yang banyak dibicarakan di masyarakat
adalah benalu teh (Scurulla oortiana).
Benalu adalah tumbuhan yang menempel pada tumbuhan tertentu telah
digunakan dalam pengobatan tradisional China. Benalu pada umumnya digunakan
sebagai obat campak, sedangkan benalu pada jeruk nipis dimanfaatkan sebagai
ramuan obat untuk penyakit tonsilitis, benalu teh dan benalu mangga digunakan
sebagai obat kanker. 3 Berdasarkan penelitian ekstrak air benalu teh Scurulla oortiana
mengandung senyawa catechin, phytol, flavonoid, dan kafein. Flavonoid yang ada
pada benalu teh Scurulla oortiana adalah kuersetin.4
Kuersetin adalah salah satu jenis flavonoid yang sering dipelajari dan terdapat
dalam berbagai sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, teh dan anggur.
Diet kaya flavonoid mengurangi risiko oksidatif-stres kronis terkait penyakit seperti
diabetes, penyakit jantung koroner dan stroke. hal ini dikaitkan dengan aktivitas
antioksidan flavonoid seperti kuersetin. 5
Kuersetin merupakan molekul bioaktif yang memiliki fungsi anti-inflamasi,
anti-alergi, antivirus, antikanker, antioksidan dan antiagregasi. Hubungan antara
kuersetin dengan penyakit jantung koroner terletak pada manfaat dari kuersetin yaitu
1
mencegah agegrasi trombosit dan dapat mencegah penyempitan pembuluh darah. 7
1.2 Rumusan Masalah
Maka rumusan masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut:
- Apakah manfaat kuersetin pada benalu teh (Scurulla oortiana) pada penyakit jantung
koroner?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
- mengetahui manfaat kuersetin pada benalu teh (Scurulla oortiana) pada penyakit
jantung koroner.
1.3.2 Tujuan khusus
- Diketahuinya kadar kuersetin pada benalu teh.
- Diketahuinya efek kuersetin dalam pencegahan penyakit jantung koroner.
- Diketahuinya efek kuersetin dalam pengobatan penyakit jantung koroner
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi bidang akademik
Hasil studi kepustakaan ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam
memajukan ilmu pengetahuan dengan menyediakan informasi mengenai pengaruh
kuersetin dalam benalu teh terhadap penyakit jantung koroner
1.4.2 Bagi masyarakat
Hasil studi kepustakaan ini diharapkan dapat menambah wawasan
masyarakat mengenai manfaat Benalu teh terhadap kesehatan jantung.
1.4.3 Bagi peneliti
Hasil studi kepustakaan ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan pemicu
bagi para peneliti untuk melakukan penelitan lebih lanjut mengenai pengaruh benalu
teh terhadap penyakit jantung koroner dalam hubungannya dengan kuersetin,
sehingga membawa keuntungan baik bagi para peneliti sendiri dan pihak-pihak
2
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trombosit dan hemostasis
Trombosit adalah sel yang terdapat dalam darah selain eritrosit dan leukosit,
jumlah normalnya sekitar 150000-350000/mm3. Trombosit bukanlah sebuah sel
secara utuh, melainkan hanya merupakan potongan-potongan bagian dari sel
megakariosit. Satu megakariosit dapat menghasilkan 1000 trombosit.7
Pembuluh darah berfungsi untuk memediasi sirkulasi darah dan untuk
menjalankan fungsinya pembuluh darah harus berada dalam keadaan intak. Apabila
terluka maka sistem hemostasis akan teraktivasi untuk menjaga intaknya pembuluh
darah tersebut. Hemostasis dibagi menjadi tiga tahap yaitu spasme pembuluh darah,
formasi dari trombosit, dan koagulasi darah. 8
Pada saat terluka, pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi,
mekanismenya sendiri masih kurang dimengerti, namun diduga adanya peranan
hormon parakrin dari endotel pembuluh darah. Mekanisme ini yang disebut spasme
pembuluh darah. Mekanisme ini menurunkan aliran darah, dan juga membuat dinding
endotel dari pembuluh darah tersebut terikat dengan sel-sel darah sehingga mencegah
kehilangan darah yang berlebihan. 8
Formasi trombosit, normalnya trombosit tidak menempel pada dinding
pembuluh darah, namun pada saat terjadi luka pada pembuluh darah maka trombosit
akan teraktivasi sehingga terjadinya ikatan trombosit-endotelium dan juga
pembentukan multiple platelet membrane extensions.9
Tahap selanjutnya adalah koagulasi darah, yaitu perubahan darah dari bentuk
cair menjadi bentuk padat. Proses terpenting pada tahap ini adalah perubahan
fibrinogen yang besar menjadi molekul-molekul seperti jaring-jaring yang di sebut
fibrin.8
2.1.1 Mekanisme agregasi trombosit
Pematangan trombosit dan pengembangan melibatkan ekspresi reseptor pada
3
permukaan sel trombosit. Reseptor ini memicu adhesi dan aktivasi trombosit dan
mereka memicu pembentukan trombus. Reseptor – reseptor yang berperan untuk
adhesi trombosit adalah reseptor GP Ib/V/IX, GP VI, dan GP Ia/IIa. 9
Adhesi trombosit terjadi secara terkoordinasi dan ditandai oleh tahap berikut:
tethering, rolling, aktivasi, dan stabil adhesi. Langkah pertama dari adhesi trombosit
disebut tethering. Gaya gesek yang dihasilkan dari darah beredar melalui tempat
dimana adanya endotel yang rusak memicu interaksi trombosit-endotelium. hal
pertama dari adhesi trombosit adalah ikatan GPIb dengan Faktor von Willebrand
(VWF). Interaksi reseptor trombosit GPIb dan VWF melibatkan pembentukan
multiple platelet membrane extensions yang disebut sebagai tethers. tahap berikutnya,
disebut sebagai rolling, terjadi sebagai akibat dari interaksi antara kolagen dan GPVI
dan dibantu dengan GPIa / IIa reseptor. Proses aktivasi trombosit mengikuti sinyal
parakrin-dan autocrinemediated melalui pelepasan tromboksan A2 dan adenosin
difosfat dari trombosit, bersama dengan aktivasi trombin oleh faktor jaringan dari
dinding pembuluh darah. Penguatan adhesi trombosit stabil dan pembentukan trombus
selanjutnya dimediasi oleh interaksi integrin GP IIb / IIIa, dengan fibrinogen dan
VWF. Trombin bertindak untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin, yang berfungsi
untuk berkembangnya trombus. 9
Gambar 1. Proses agregasi trombosit9
2.2 Penyakit jantung koroner
4
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan
karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis, spasme atau
keduanya Manifestasi klinis yang klasik dari penyakit jantung koroner adalah angina
pektoris. Angina pektoris ialah suatu sindroma dimana terdapat nyeri dada yang
timbul pada waktu melakukan aktifitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi penyempitan arteri koronaria.10
2.2.1 Patofisologi penyakit jantung koroner
Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan mengalami
kerusakan oleh adanya faktor risiko antara lain: hipertensi, zat-zat vasokonstriktor,
mediator (sitokin) dari sel darah, asap rokok, diet aterogenik, peningkatan kadar gula
darah (diabetes melitus), hiperkolesterolemia, dan obesitas. Kerusakan ini
menyebabkan sel endotel menghasilkan cell adhesion molecule seperti sitokin
(interleukin -1, (IL-1); tumor nekrosis faktor alfa, (TNF-alfa)), kemokin (monocyte
chemoattractant factor 1, (MCP-1; IL-8), dan growth factor (platelet derived growth
factor, (PDGF); basic fibroblast growth factor, (bFGF). Sel inflamasi seperti monosit
masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari endotelium ke sub endotel. Monosit
kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan mengambil LDL teroksidasi yang
bersifat lebih atherogenik dibanding LDL. Makrofag ini kemudian membentuk sel
busa. LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respons
inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang menyebabkan
gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan
trombosit dan faktor koagulasi. Akibat kerusakan endotel terjadi respons protektif
dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous, plak atherosklerosik, yang dipicu oleh
inflamasi. Plak yang terjadi dapat menjadi tidak stabil (vulnerable) dan mengalami
ruptur sehingga terjadi Sindroma Koroner Akut (SKA). 10
5
Gambar 2. Proses pembentukan aterosklerosis10
Plak yang telah ruptur menyebabkan terjadinya perdarahan yang akan
mengaktivasi sistem hemostasis dimulai dari aktivasi platelet dan agregasi platelet
sampai terbentuknya kaskade pembekuan darah yang akan membentuk trombus.
Trombus ini yang akan menyumbat pembuluh darah sehingga suplai darah ke daerah
yang tersumbat tidak tercapai. Manifestasi klinis dari sumbatan tersebut biasanya
berupa nyeri iskemik.11
2.3 Benalu teh
Gambar 3. Gambar benalu teh Scurrula oortiana 12
Benalu teh merupakan tumbuhan yang bersifat hemiparasit atau setengah
parasit, karena tumbuhan ini masih punya hijau daun (klorofil) sehingga tetap dapat
melakukan asimilasi sendiri dan hanya menghisap air serta organik maupun anorganik
dari tanaman teh yang ditumpanginya.13
Berdasarkan klasifikasi botani, benalu teh termasuk tumbuhan dari kelas
6
Dicotyledone, dengan ordo Santalales dan famili Loranthaceae. Salah satu genus dari
famili Loranthaceae adalah Scurrula yang memiliki beberapa spesies diantaranya
Scurrula oortiana, S. atropurpurea, S. junghuni, dan S. parasitica.14
Ekstraksi terhadap daun benalu teh (Scurrula oortiana) yang dilakukan secara
bertingkat menghasilkan ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, ekstrak metanol, dan
ekstrak air dan dengan analisis Kromatografi Cair Tekanan Tinggi menghasilkan
isolat murni ditunjuk sebagai A, B, C dan D. Ultra Violet, Infra Red, Proton
Resonansi Magnetik Nuklir Karbon, dan Gas Kromatografi-Mass Spectrum Analisis
dari empat isolat menunjukkan bahwa A adalah kafein, B adalah Catechin, C adalah
fitol, dan D adalah Flavonoid dan Flavonoid yang ada di dalam ekstraksi daun benalu
tersebut adalah kuersetin4
2.4 Flavonoid
Flavonoid (atau bioflavonoid) berasal dari kata Latin yang berarti flavus yaitu
kuning merupakan antioksidan. flavonoid merupakan hasil dari metabolisme sekunder
dari tanaman hijau, Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suau rantai propane (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga
jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid/flavones, 1,2- diarilpropan atau
isofalvonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid.15
7
Dari ketiga jenis flavonoid tersebut, dapat dibagi menjadi macam – macam subgrup yang dimana tiap subgrup
memiliki jenis – jenis antioksidan. Berikut pembagian subgrup dari golongan flavones.16
Grup
Kerangka contoh
Deskripsi Gambar Kerangka Dasar
Flavone
2-
phenylchromen
-4-one
Luteolin, Apigenin,
Tangeritin
8
Gambar 4. Struktur Flavonoid (a) Flavonoid, (b) Isoflavonoid, (c) Neoflafonoid. 15
Flavonol
or
3-hydroxyflavone
3-hydroxy-2-
phenylchromen
-4-one
Quercetin, Kaempferol,
Myricetin, Fisetin,
Isorhamnetin,
Pachypodol,
Rhamnazin
Flavanone
2,3-dihydro-2-
phenylchromen
-4-one
Hesperetin, Naringenin,
Eriodictyol,
Homoeriodictyol
Flavanonol /
3-
Hydroxyflavanone
or
2,3-
dihydroflavonol
3-hydroxy-2,3-
dihydro-2-
phenylchromen
-4-one
Taxifolin(atau
Dihydroquercetin),
Dihydrokaempferol
Tabel 1. Pembagian subgrup dari golongan flavones.16
2.5 Kuersetin
Gambar 5. Struktur molekular dari kuersetin.5
kuersetin adalah salah satu flavonoid yang ada di dalam berbagai sayuran,
9
buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, teh dan anggur.5 Diet kaya kuersetin
mengurangi risiko oksidatif-stres kronis terkait penyakit seperti diabetes, penyakit
jantung koroner dan stroke. 17, 18
Gambar 6. Manfaat flavonoid (kuersetin) di dalam tubuh 19
2.6 Hubungan kuersetin terhadap penyakit jantung koroner
Kuersetin merupakan molekul bioaktif yang memiliki fungsi anti-inflamasi,
anti-alergi, antivirus, antikanker, antioksidan, anti-trombotik dan lain - lain.
Hubungan antara kuersetin dengan penyakit jantung koroner terletak pada manfaat
dari kuersetin yaitu menurunkan faktor resiko, mencegah agegrasi trombosi,
penyempitan pembuluh darah, dan pembentukan atheroslerosis.6
10
2.6.1 Mekanisme kuersetin sebagai antihipertensi
Menurut penelitian , kuersetin memiliki fungsi sebagai vasorelaksan dan dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.20 Kerja kuersetin dalam
menurunkan tekanan darah dengan cara menurunkan stress oksidatif yang berasal dari
LDL dengan mekanisme Antioksidan dimana kuersetin yang diserap tubuh akan
masuk kedalam darah dan bekerja pada pembuluh darah ditandai dengan adanya
plasma Quercetin metabolit level. Selain mekanisme penurunan stress oksidatif,
kuersetin juga bekerja sebagai ACE inhibitor dan dapat menurunkan ekspresi dari
Angiotensin-1a. 21
2.6.2 Mekanisme kuersetin sebagai anti inflamasi
Mekanisme kuersetin sebagai anti inflamasi dapat dilihat dari fungsi kuersetin
sebagai inhibitor dari Interleukin-1 (IL-1)22, 23, yang dapat menginduksi Monocyte
Chemoattractant Protein-1 yang merupakan mekanisme untuk menginduksi
monosit/makrofag yang dimana merupakan respon awal dari proses inflamasi. 22
2.6.3 Mekanisme kuersetin sebagai penghambat mekanisme agregasi trombosit
Aktivasi trombosit dimediasi melalui pengikatan kolagen ke trombosit
reseptor glikoprotein VI (GPVI). Hal ini mengarah pada perakitan kompleks sinyal
protein pada membran plasma dan aktivasi dari jumlah sel-sinyal jalur.19 Ini termasuk
aktivasi fosfolipase Gama C2 (PLCγ2 ) dan mekanisme signaling phosphoinositide 3-
kinase (PI3-K)-dependent, yang merupakan mekanisme yang penting untuk agregasi
trombosit. 24, 25
Sejumlah penelitian telah difokuskan pada efek dari komponen makanan
dengan fungsi trombosit yang salah satunya adalah kuersetin. Salah satu konjugat
utamanya adalah quercetin-4 ¢-OBD-glukosida (Q-4-G). bentuk ini diserap di usus
dalam penelitian pada manusia yang melibatkan makanan sehari – hari 26 atau
memakan suplementasi Q-4-G murni dan dapat diditeksi lewat plasma darah. 27, 28
11
Telah melaporkan bahwa kuersetin menghambat kolagen-agregasi trombosit
melalui penghambatan GPVI yang dimediasi sinyal in vitro. kuersetin terbukti
menghambat agregasi trombosit dan aktivitas kinase dari sejumlah komponen penting
dari jalur sinyal GPVI. Ini termasuk PLC2 dan PI3-K. 29
12
Gambar 7. Pengaruh kuersetin terhadap penyakit jantung koroner. 9, 10, 20, 21, 22, 23, 29
BAB III
RINGKASAN MASALAH
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung tersering di dunia dengan
tingkat mortalitas yang tinggi. Faktor risiko dari penyakit jantung koroner adalah
13
hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator (sitokin) dari sel darah, asap rokok, diet
aterogenik, peningkatan kadar gula darah (diabetes melitus), hiperkolesterolemia, dan
obesitas. Pengobatan untuk penyakit ini juga tergolong mahal sehingga lebih baik
mencegah penyakit jantung koroner daripada mengobati.
Benalu teh merupakan parasit yang biasanya dibuang karena dianggap
merugikan tanaman teh. Namun, sekarang ini banyak penelitian tentang benalu teh
dan beberapa penelitian tersebut mengemukakan bahwa ada kandungan kuersetin
dalam benalu teh. Kuersetin dalam benalu teh memiliki banyak manfaat, di antaranya
adalah mencegah agegrasi trombosi, penyempitan pembuluh darah, dan pembentukan
atheroslerosis yang dapat mencegah penyakit jantung koroner.
BAB IV
HIPOTESA
4.1 Hipotesis
Kuersetin pada benalu teh dapat mencegah penyakit jantung koroner dengan
menurunkan resiko hipertensi, mencegah oksidasi LDL dan berperan sebagai anti
14
inflamasi yang mencegah aktivasi monosit yang dapat memicu atherosklerosis dan
dapat membantu penyempitan pembuluh darah dengan cara mencegah agregasi
BAB V
Pembahasan
Kuersetin ternyata dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Faktor
risiko penyakit kardiovaskular antara lain berupa peningkatan tekanan darah,
15
tingginya kadar LDL teroksidasi, dan agregrasi platelet. Konsentrasi kuersetin dalam
Scurrula oortiana adalah 9,6 mg per satu gram benalu teh dan memiliki efek
vasodilatasi, penurunan tekanan darah dap mencegah oksidasi LDL, mencegah reaksi
inflamasi yang diinduksi oleh interleukin -1b, mencegah agregasi trombosit. Bab ini
akan membahas mengenai manfaat kuersetin pada penyakit jantung koroner.
5.1 Peran kuersetin terhadap penurunan tekanan darah
Studi epidemiologis telah menemukan hubungan antara asupan kuersetin dan
penyakit hipertensi.21 Diet kuersetin telah terbukti menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi. Telah melakukan secara randomized, double-blind, placebo-
controlled crossover trial menggunakan pasien hipertensi stage 1 (n = 22) dan
prehipertensif (n = 19) untuk menyelidiki efek Kuersetin. Terjadi penurunan (p <0,01)
sistolik (-7 ± 2 mm Hg), diastolik (-5 ± 2 mm Hg), dan rata-rata tekanan darah arteri
(-5 ± 2 mm Hg) pada pasien hipertensi stage 1 setelah diet 730 mg kuersetin per hari
selama 28 hari (Gambar 8).20 Penelitian lain melaporkan bahwa kuersetin tidak
menurunkan tekanan darah lebih rendah dari prehipertensif, normotensi, atau pada
hewan.21, 30 Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian oleh Egert et al 31
menyatakan kuersetin mengurangi tekanan darah pada pasien obesitas prehipertensif
(> 120-139 mm Hg sistolik dan > 80-89 mm Hg diastolik) (N = 93), yaitu tekanan
sistolik berkurang sebesar 2,9 ± 9,5 mm Hg setelah 150 mg kuersetin per hari selama
6 minggu (P <0,05). 31
Perbedaan dalam efek kuersetin pada prehipertensif pada studi Egert et al dan
penelitian sebelumnya yang melaporkan tidak ada penurunan tekanan darah pada
pasien prehipertensif, mungkin timbul dari durasi pemberian kuersetin (42 hari dan 28
hari) dan jumlah subyek penelitian (n = 93 dan 19). Karena hal itu, ukuran sampel
yang lebih besar meningkatkan kekuatan statistik dan dengan demikian kemampuan
untuk mendeteksi perubahan kecil pada tekanan darah lebih mudah diamati.
16
Gambar 8. Efek kuersetin pada pasien prehipertensif dan hipertensi stage 120
Dari penelitian penelitian - penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kuersetin dapat menurunkan tekanan sistolik dan diastolik yang dapat mencegah
hipertensi yaitu salah satu faktor resiko dari penyakit jantung koroner.
5.2 Peran kuersetin terhadap reaksi inflamasi
kuersetin merupakan antioksidan yang memiliki sifat anti-inflamasi. Pada
penelitian Yoshihisa et al menggambarkan potensi kuersetin sebagai inhibitor
monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1). Kuersetin menghambat ekspresi
cytokine-triggered MCP-1. Untuk mengetahui mekanisme yang terlibat pada efek
anti-inflamasi kuersetin, diduga ada hubungannya dengan nuclear factor - B (NF-
B) dan aktivator protein-1 (AP-1). Aktivasi IL-1 disebabkan dari NF-B dan
aktivitas AP-1. Akibat dari Aktivasi IL-1, MCP-1 yang merupakan sinyal untuk
memanggil monosit dapat teraktivasi. Dilakukan pengamatan pada aktivitas IL-1
selama 24 jam terhadap pemberian kuersetin dan menunjukan bahwa kuersetin
menghambat aktifitas IL-1 (gambar 9). kuersetin memiliki kemampuan untuk
menginhibisi aktivasi NF-B, dan menghambat IL-1-MCP-1 melalui penekanan NF-
B. Pada pemberian kuersetin dapat dilihat penurunan aktifitas NF-B lebih dari 50
17
persen dan penurunan aktifitas AP-1 50 persen dan adanya korelasi antara dosis
pemberian kuersetin terhadap penurunan aktifitas MCP-1 (gambar 9)22
A
B
C
Gambar 9. Pengaruh kuersetin terhadap aktifitas IL-1, NF-B, AP-1, dan MCP-1.
(A) Pengamatan pada IL-1 terhadap pemberian kuersetin selama 24. (B) Percobaan
terhadap aktifitas NF-B dan AP-1 terhadap kuersetin. (C) Pengaruh dosis kuersetin
terhadap aktifitas MCP dengan Northern blot analysis. 22
Dikarnakan penjelasan, dapat disimpulkan bahwa kuersetin dapat berperan
sebagai anti-inflamasi yang diinduksi oleh IL-1 dengan mekanisme menghambat NF-
B dan AP-1 yang dapat mengaktifkan IL-1 yang kemudian dapat meninduksi MCP-1
18
dan mengaktivasi monosit yang merupakan faktor penting dalam pembentukan
atherosklerosis yang merupakan patofisiologi dari penyakit jantung koroner.
5.3 Peran kuersetin sebagai antioksidan
Kuersetin diketahui memiliki manfaat yaitu dapat mengurangi stres oksidatif.
Penelitian pada hewan diamati setelah suplementasi kuersetin menunjukkan adanya
perbaikan status oksidan, seperti pengurangan plasma lipid peroksida dan isoprostanes
kemih bila dibandingkan dengan hewan yang tidak diobati. 22 Pada penelitian oleh
Mridula et al, diambil responden laki – laki dengan umur 33 – 65 tahun (N = 21)
diberikan plasebo selama 2 minggu lalu dibagi menjadi 2 grup. Grup pertama
diberikan ekstrak anggur merah sebanyak 375 mL dan grup kedua diberikan kuersetin
dengan dosis 30 mg/ hari dan memberikan hasil adanya pengaruh kuersetin dan
anggur merah terhadap oksidasi LDL yang di induksi oleh tembaga. 32
Pada penelitian Helmizar et al, ditemukan hubungan antara konsumsi
kuersetin dengan profil lipid yaitu didapatkan perbedaan rata-rata kadar trigliserida
berdasarkan kuartil konsumsi kuersetin pada responden kelompok umur >40 tahun.
Responden dengan konsumsi kuersetin tinggi menunjukan rata-rata trigliserida yang
lebih rendah. Rata-rata profil lipid menurut kuartil konsumsi kuersetin dan aktivitas
fisik Pada responden khususnya dengan asupan Kuersetin tinggi dan aktif
menunjukan kadar HDL yang lebih tinggi dibandingkan responden dengan konsumsi
rendah. Rata-rata profil lipid menurut konsumsi total Kuersetin dan serat, didapatkan
bahwa responden dengan konsumsi total Kuersetin tinggi dengan tinggi serat
menunjukan kolesterol total, kolesterol LDL dan rasio kolesterol LDL/HDL yang
lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan konsumsi total Kuersetin
Rendah.33
LDL yang tinggi dalam darah dapat masuk ke dalam sub endotel pembuluh
darah dan mengalami oksidasi yang dapat memicu pemanggilan monosit dan
pembentukan sel busa. Sel busa dapat berkembang menjadi atheroma yang dapat
disebut sebagai plak atherosklerosis. Kuesetin dapat menurunkan kadar LDL dan
dapat mencegah oksidasi LDL yang berperan sebagai pencetus atherosklerosis.
19
5.4 Peran kuersetin terhadap penghambat mekanisme agregasi trombosit
Menurut Penelitian Gery et al, konsumsi sup tinggi kuersetin menghambat
agregasi trombosit pada 1 - 3 jam setelah konsumsi. Efek penghambatan lebih besar 3
jam setelah menelan sup tinggi kuersetin, ketika platelet dirangsang dengan 0,5, 1 dan
2 mg / ml kolagen. Penghambatan agregasi platelet tergantung pada konsentrasi
kolagen yang digunakan untuk merangsang agregasi, dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dari kolagen dapat memicu agregasi. 34
Pada penelitian hubbart et al, diketahui plasma quercetin konsentrasi
memuncak pada 4,66 µm (± 0,77) dan 9,72 µm (± 1,38) 30 menit setelah menelan 150
mg dan 300 mg dosis kuersetin. Agregasi trombosit terhambat 30 dan 120 menit
setelah menelan dua dosis kuersetin. Hal ini disertai dengan fosforilasi kinase yang
menghambat fosfolipase CC2 yang merupakan komponen dari jalur kolagen VI
glikoprotein. Jadi ketersediaan sistemik yang relatif tinggi dari kuersetin dapat
menginhibisi sinyal sel trombosit dan pembentukan trombus. 29
Pada penyakit jantung koroner, setelah rupturnya plak atherosklerosis, terjadi
proses agregasi platelet yang dapat membentuk thrombus. Thrombus yang terbentuk
akan terus menebal dan akhirnya terjadi penyempitan pembuluh darah koroner.
Penelitian – penelitian diatas menunjukan bahwa kuersetin dapat menghambat
agregasi trombosit.
5.5 Peran kuersetin terhadap penyakit jantung koroner
Studi Lansia Zutphen menunjukkan efek kuersetin. Dalam penelitian ini risiko
kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang sebanyak 68% pada pria yang
mengkonsumsi> kuersetin mg 29 / hari dibandingkan dengan orang yang
mengkonsumsi <10 mg kuersetin / hari. 21
Sebuah studi klinis menunjukkan bahwa asupan kuersetin mencegah Penyakit
jantung koroner. Hertog et al menyatakan bahwa kuersetin dapat mengurangi risiko
kematian akibat penyakit jantung koroner pada pria lanjut usia. 21
Penelitian Hong et al meneliti efek kardioprotektif dari kuersetin terhadap
myokardial iskemik lalu membandingkan parameter hemodinamik antara tiga
kelompok yaitu Iskemia miokard, reperfusi menurun dan meningkatnya left
ventricular end diastolic pressure (LVEDP), dan hasilnya kuersetin memberikan
perlawanan positif pada tiga kelompok parameter tersebut (P \ 0,01). 35
20
Berdasarkan penelitian diatas, kuersetin dapat mencegah penyakit jantung
koroner dan dapat menurunkan resiko kematian akibat penyakit jantung koroner dan
dapat memberikan efek positif bagi myokardial iskemik yang merupakan komplikasi
dari penyakit jantung koroner.
21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Benalu teh yang sering dianggap sebagai parasit yang tidak berguna ternyata
mempunyai khasiat yang baik untuk tubuh. Kandungan yang ada di dalam benalu teh
baik untuk di konsumsi karena memiliki banyak manfaat. Salah satu kandungan dari
benalu teh yang baik untuk tubuh adalah kuersetin. Kuersetin adalah antioksidan yang
banyak diteliti karena memiliki banyak fungsi dan dapat mencegah penyakit
hipertensi, atherosklerosis, trombosis, penyakit jantung koroner, dan lain – lain.
Fungsi dari kuersetin yaitu dapat menurunkan tekanan sistolik dan diastolik dengan
mekanisme vasorelaksan dan mencegah oksidasi LDL, dapat mencegah inflamasi
yang di induksi oleh IL-1 dengan menghambat NF-B dan AP-1, dapat menurunkan
kadar LDL dan mencegah oksidasi LDL dengan mekanisme antioksidasi, dan dapat
mencegah agregasi trombosi dengan menghambat GPVI dan aktivitas kinase.
Dikarnakan fungsi dari kuersetin tersebut, kuersetin dapat menurunkan faktor resiko
penyakit jantung koroner sehingga dapat mencegah penyakit jantung koroner
5.1 Saran
Penemuan akan adanya manfaat kuersetin dalam benalu teh dalam menurunkan risiko
penyakit jantung koroner merupakan penemuan yang memberi banyak manfaat positif
dan menjadi acuan bagi banyak peneliti. Diharapkan publikasi selanjutnya mengenai
hal ini dapat lebih optimal dengan memberikan pedoman baru mengenai interaksi
kuersetin dengan obat – obatan, dan perannya dalam medikasi suatu penyakit tertentu
22
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Media Centre: Fact sheet, cardiovascular diseases
(CVDs). Geneva: WHO; 2011.
2. World Health Organization. Integrated Management of Cardiovascular Risk. Health
and Development Network. France: WHO; 2002.
3. Purnomo. Uji Ketoksikan Akut Fraksi Etanol Daun Benalu (Dendropthae Sp) Pada
Mencit Jantan Dan Uji Kandungan Kimia. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada; 2000.
4. Simanjuntak P, Murwani R. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif anti tumor dari
ekstrak air benalu teh (Scurrula oortiana). Semarang: Dikti dan Lemlit Undip; 2003.
5. Agnes WB. Health effects of quercetin : for mechanism to nutraceutical. Nederland
: Nutrition and Toxicology Research Institute Maastricht; 2006.
6. Guglielmone HA, Agnese AM, Núñez Montoya SC, Cabrera JL. Anticoagulant
effect and action mechanism of sulphated flavonoids from Flaveria bidentis.
Thrombosis Research 2002;105(2):183–8.
7. Despopoulos A, Silbernagl S. Color atlas of Physiology. Ed ke-6. Stuttgart:
Thieme; 2008.
8. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. Ed ke-6. Canada:
Brooks/Cole; 2007.
9. Majid A. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan
Terkini. Sumatra: Universitas Sumatra Utara; 2007.
10. Kiefer TL, Becker RC. Inhibitors of Platelet Adhesion. Circulation. 2009 Dec
14;120(24):2488–95.
11. McCance K L et al. Pathophysiology:The Biologic Basis for Disease in Adult and
Children. Ed ke-6. Canada: Elsevier; 2010.
12. Teh Benalu Gunung Merapi Banyak Diburu Sebagai Obat Kanker ~ Aksara Jogja
[Internet]. [cited 2013 Jan 20]. Available from:
http://aksara-jogja.blogspot.com/2010/07/etalase-komunitas-teh-benalu-gunung.html
23
13. Suharwadji, Semaun H, Martosupono. Inventarisasi benalu pada tanaman teh.
Warta BPTK 5: 1979.
14. Murtini S. Kajian Ekstrak Benalu Teh (Scurrula oortiana) Sebagai Bahan
Antivirus Terhadap Virus Marek Pada Telur Ayam Berembrio. Bogor: Institut
Pertanian Bogor; 2006.
15. Resi A, Andis S. Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid (Quercetin).
Makassar: Universitas Hasanuddin; 2009.
16. Mark B, Tisserat B. Survey of Phenolic Compounds Produced in Citrus. America:
United States Department of Agriculture; 2002.
17. Skibola CF and Smith MT. Potential health impacts of excessive flavonoid intake.
Free Radic Biol Med 2000;29:375-383.
18. Hollman PC and Katan MB. Dietary flavonoids: intake, health effects and
bioavailability. Food Chem Toxicol 1999;37:937-942.
19. Nijveldt RJ, van Nood E, van Hoorn DEC, Boelens PG, van Norren K, van
Leeuwen PAM. Flavonoids: a review of probable mechanisms of action and potential
applications. The American journal of clinical nutrition. 2001;74(4):418–25.
20. Edwards RL, Lyon T, Litwin SE, Rabovsky A, Symons JD, Jalili T. Quercetin
reduces blood pressure in hypertensive subjects. The Journal of nutrition.
2007;137(11):2405–11.
21. Larson AJ, Symons JD, Jalili T. Quercetin: A treatment for hypertension? A
review of efficacy and mechanisms. Pharmaceuticals. 2010;3(1):237–50.
22. Ishikawa Y, Sugiyama H, Stylianou E, Kitamura M. Bioflavonoid quercetin
inhibits interleukin-1-induced transcriptional expression of monocyte chemoattractant
protein-1 in glomerular cells via suppression of nuclear factor-κB. Journal of the
American Society of Nephrology. 2009;10(11):2290–6.
23. Sung MS, Lee EG, Jeon HS, Chae HJ, Park SJ, Lee YC, et al. Quercetin inhibits
IL-1β-induced proliferation and production of MMPs, COX-2, and PGE2 by
rheumatoid synovial fibroblast. Inflammation. 2012;1–10.
24. Gibbins JM, Briddon S, Shutes A, van Vugt MJ, de Winkel JGJ, Saito T, Watson
SP. The p85 subunit of phosphatidylinositol 3-kinase associates with the Fc receptor
24
gamma-chain and linker for activitor of T cells (LAT) in platelets stimulated by
collagen and convulxin. J Biol Chem 1998; 273: 34437–43.
25. Gross BS, Melford SK, Watson SP. Evidence that phospholipase C-c2 interacts
with SLP-76, syk, lyn, LAT and the Fc receptor c-chain after stimulation of the
collagen receptor glycoprotein VI in human platelets. Eur J Biochem 1999; 263: 612–
23.
26. Aziz AA, Edwards CA, Lean MEJ, Crozier A. Absorption and excretion of
conjugated flavonols, including quercetin-4¢-O-beta-glucoside and isorhamnetin-4¢-
O-beta-glucoside by human volunteers after the consumption of onions. Free Radic
Res 1998; 29: 257–69.
27. Hollman PCH, Bijsman M, van Gameren Y, Cnossen EPJ, de Vries JHM, Katan
MB. The sugar moiety is a major determinant of the absorption of dietary flavonoid
glycosides in man. Free Radic Res 1999; 31: 569–73.
28. McAnlis GT, McEneny J, Pearce J, Young IS. Absorption and antioxidant effects
of quercetin from onions, in man. Eur J Clin Nutr 1999; 53: 92–6.
29. Hubbard GP, Wolffram S, Lovegrove JA, Gibbins JM. Ingestion of quercetin
inhibits platelet aggregation and essential components of the collagen-stimulated
platelet activation pathway in humans. Journal of Thrombosis and Haemostasis.
2004;2(12):2138–45.
30. Larson A, Bruno R, Guo Y, Gale D. Acute Quercetin Supplementation Does Not
Lower Blood Pressure or Ace Activity in Normotensive Males. J Am Diet Assoc.
2009; 109: 16.
31. Egert, S.; Bosy-Westphal, A.; Seiberl, J.; Kurbitz, C.; Settler, U.; Plachta-
Danielzik, S.; Wagner, A.E.; Frank, J.; Schrezenmeir, J.; Rimbach, G.; Wolffram, S.;
Muller, M.J. Quercetin reduces systolic blood pressure and plasma oxidised low-
density lipoprotein concentrations in overweight subjects with a high-cardiovascular
disease risk phenotype: A double-blinded, placebo-controlled cross-over study. Br. J.
Nutr. 2009, 102, 1–10.
32. Chopra M, Fitzsimons PEE, Strain JJ, Thurnham DI, Howard AN. Nonalcoholic
red wine extract and quercetin inhibit LDL oxidation without affecting plasma
25
antioxidant vitamin and carotenoid concentrations. Clinical chemistry.
2000;46(8):1162–70.
33. Helmizar H, Jalal F, Liputo I. The Relationship of Antioxidant Intake With Blood
Lipid Profile of Minangkabau Ethnic in Padang City. Journal of the Indonesian
Medical Association [Internet]. 2011 [cited 2013 Jan 15];60(08). Available from:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/view/674
34. Gery P, Hubbard GP, De Vos R, Bovy A. Ingestion of onion soup high in
quercetin inhibits platelet aggregation and essential components of the collagen-
stimulated platelet activation pathway in man: a pilot study. British Journal of
Nutrition. 2006;96(03):482–8.
35. Hong BJ, Yong BY, Ying LS, Yongchun Z, Yu RL. Protective roles of quercetin
in acute myocardial ischemia and reperfusion injury in rats. Mol Biol Rep. 2012;
39:11005–11009
26