kardiovaskular chf

Upload: nufiattobibah

Post on 17-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farter 2

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI II

    SISTEM KARDIOVASKULAR

    CHF

    Disusun oleh :

    KELOMPOK A3

    1. Farah Maestri D G1F011037

    2. Rizka Khoirunnisa G1F011039

    3. Agustianty N.H G1F011041

    4. Kharis Mustofa G1F011043

    5. Nufi Attobibah G1F011045

    6. Rani Saskia Jeanita G1F011049

    7. Ines Nur Hendriani G1F011051

    8. Reza Satria G1F011053

    Asisten :

    LABORATORIUM FARMASI KLINIK

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PURWOKERTO

    2014

  • A. JUDUL

    Sistem Kardiovaskular : CHF (Congestive Heart Failure)

    B. DATA BASE PASIEN (Subjective)

    Nama Pasien : Tn. SCB

    No. Rekam Medik : 8045xxx

    Alamat : -

    Status Jaminan : Askes

    Umur/TTL : 66 tahun

    BB : -

    TB : -

    Jenis Kelamin : laki-laki

    MRS : 15/02/2013

    KRS : 20/02/2013

    Riwayat MRS : Mengeluh sesak napas sejak 2 hari yang lalu

    Riwayat Penyakit : Jantung

    Riwayat Obat : -

    Riwayat Lifestyle : -

    Alergi : -

    Diagnosa : CHF

    C. DATA KLINIK DAN LABORATORIUM (Objective)

    1. Data Klinik

    TTV Tanggal Nilai

    Normal

    Keterangan

    15/2 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2

    TD 140/70 110/80 100/80 100/80 110/70 120/80 Tinggi pada

    tanggal 15

    N 93 100 80 76 80 60-100 Normal

    RR 31 24 24 20 28 16-20 Naik

    Suhu 35 36,1 36 36,3 36,5 36,5-

    37,5

    Batuk + + + + + Positif

    Sesak + + + + + Positif

  • Nyeri

    Ulu Hati

    + Positif pada

    tanggal 15

    Pusing + Positif pada

    tanggal 19

    2. Data Laboratorium

    Pemeriksaan Satuan Tanggal

    Nilai Normal Keterangan 15/2

    Hb g/dL 13,7 13,8-17,5 Normal

    Leu /uL 11670 3800-9800 Naik

    Ht % 39 31-45% Normal

    eritrosit 106/uL 4,5 4,5-5,9% Normal

    trombosit /uL 301000 150000-400000 Normal

    MCV fL 87,5 80-97,6 Normal

    MCH Pg 30,5 27-33 Normal

    MCHC % 34,9 33-36 Normal

    Ureum Mg/dL 18,8 8-25 Normal

    Kreatinin

    Darah

    Mg/dL 1,26 0,5-1,7 Normal

    GDS Mg/dL 119

  • Keterangan :

    Kenaikan Leukosit : Leukosit atau yang secara awam dikenal dengan sebutan darah

    putih,merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh

    terhadap infeksi. Jumlahnya akan meningkat bila tubuh kita terkena infeksi, namun

    pada kasus ini tidak diketahui penyebab naiknya leukosit infeksi, karena tidak ada

    pemeriksaan penunjang yang lebih spesifik . Misalnya tidak ada infeksi tetapi jumlah

    leukosit tetap di atas batas normal, berarti ada kelainan pada sistem imunitas tubuh.

    Kondisi lain yang mengakibatkan kenaikan jumlah leukosit adalah kelainan darah,

    seperti leukemia. Namun untuk memastikan hal ini harus dilakukan pemeriksaan

    darah lainnya (Schafer, 2012)

    Nyeri Ulu Hati : Rasa nyeri yang tidak enak di perut bagian ulu hati atau sering

    disebut dispepsia. Penyebab terjadinya bisa berupa stres dan faktor lingkungan yang

    berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi,

    motilitas, clan vaskularisasi. Adanya kondisi kejiwaan stres yang bisa diakibatkan dari

    terganggunya sistem tubuh , pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung

    akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat

    gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan

    peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada

    lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah

    sehingga intake tidak kuat baik makanan maupun cairan. Peningkatan asam lambung

    tersebut akan mencerna sistem barier mukosa epitel (autodigesti) sehingga

    menyebabkan tukak lambung lalu timbul gejala dyspepsia. Dalam kasus ini, terjadi

    hanya sehari merupakan sebagai pendukung bahwa penyebab dari nyeri ulu hati ini

    akibat dari stress pada penyakit CHF nya (Hadi, 1995).

    Takikardia sinus : peningkatan denyut jantung yang normal dan teratur. Kondisi ini

    terjadi ketika nodus sinoatrial (alat pacu jantung alami) mengirimkan sinyal-sinyal

    listrik lebih cepat dari biasanya. Denyut jantung cepat, tetapi jantung bekerja dengan

    benar. Takikardia sinus pada kasus ini disebabkan oleh serangan jantung atau gagal

    jantung , sesuai pada diagnosa pasien yaitu CHF (Braunwald, 2001).

    Hipertrofi ventrikel kiri : terjadi ketika satu atau dua faktor menyebabkan jantung

    bekerja lebih keras dari biasanya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. . Faktor

    yang dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras pada kasus ini adalah karena

    tekanan darah pada pasien tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang tinggi ini akan

    memacu jantung untuk bekerja lebih giat, bahkan melebihi kapasitas

  • kerjanya. Apabila hal seperti ini berlangsung terus -menerus, lama

    kelamaan otot jantung akan mengalami pembesaran atau penebalan (hipertrofi

    otot). Penebalan itu, dimulai dari bilik jantung sebelah kiri yang bertugas memompa

    darah ke sirkulasi tubuh. Akibatnya akan timbul gejala-gejala jantung kongesif

    atau jantung tidak mampu memompa darahsesuai dengan kebutuhan tubuh

    (Katzung, 2002).

    Pusing : Gejala Pusing yang timbul pada kasus ini adalah diakibatkan dari efek

    samping dari obat ISDN (Dipiro, 2008).

    D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT

    1. CHF

    Berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

    peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering

    digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).

    Pada keadaan normal, cadiac output (volume darah yang dikeluarkan per satuan waktu)

    adalah 5 L/menit dengan rata-rata denyut jantung 70 kali/menit. Dengan pengisian ventrikel

    normal 130 ml, fraksi ejeksi normalnya lebih dari 50% isi ventrikel sehingga sekitar 60 ml

    volume yang tersisa di ventrikel. Pada keadaan LVSD (Left Ventricle Sistolik Disease), fraksi

    ejeksi menurun hingga di bawah 45% dan gejala baru akan muncul ketika fraksi ejeksi dibawah

    35%. Jika fraksi ejeksi dibawah 10%, pasien beresiko terhadap pembentukan trombus di dalam

    Left Venticle (Hudson, 2003).

    Pada saat jantung mengalami gangguan fungsi secara tiba-tiba, curah jantung dan

    tekanannya masih dapat dipertahankan dengan mekanisme kompensasi walaupun tidak sama

    dengan nilai normalnya. Oleh karena itu, jika gangguan fungsi jantung yang mendadak tersebut

    segera mendapat pertolongan yang memadai, maka mekanisme kompensasinya dapat

    dipertahankan lebih lama, sehingga memberikan kesempatan fungsi inotropik jantung untuk

    mempertahankan curah jantung dan oksigenasi jaringan sampai keadaan stabil (Masud, 1989).

    E. Tanda dan Gejala Utama

    1) CHF Kronik

    Meliputi: mual, edema , lemah,dan dyspnea.

    2) CHF Akut

  • Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, nafas pendek, takikardi, dyspnea, batuk,

    penurunan urin noutput, sakit kepala (Mansjoer, 2001)

    Dalam kasus ini, pasien mengalami CHF akut yang di tandai dengan batuk, nafas pendek,

    dan takikardi.

    F. ETIOLOGI PENYAKIT

    1. CHF

    Etiologi yang paling sering menimbulkan gagal jantung adalah coronary artery disease

    dan hipertensi, dan oleh karena itu pengaturan yang tepat dari kondisi predisposisi tersebut juga

    merupakan pertimbangan penting dalam pengontrolan gagal jantung di masyarakat. Penyebab

    lain dari gagal jantung meliputi aortic stenosis, kardiomiopati, cardiac valvular dysfunction,

    hipertiroidisme, serta anemia berat (Hudson, 2003).

    Gagal jantung dapat dikatakan sebagai penyakit progresif yang dimulai setelah suatu

    kejadian seperti kerusakan otot jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan kehilangan

    fungsi dari miosit jantung, maupun gangguan-gangguan kemampuan otot jantung untuk

    menghantarkan tekanan kontraksi sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dengan normal

    (Irnizarifka, 2011).

    Perburukan penyakit gagal jantung di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari jantung

    maupun bukan dari jantung. Penyebab Jantung penyakit jantung hipertensi, iskemia atau infark

    miokard dengan disfungsi ventrikel kiri, kardiomiopati, aritmia jantung (takikardia persisten,

    atrial fibrilasis), penyakit katup jantung, infeksi (virus, parasit), toksik (alkohol abuse,

    doxorubicin hydrochloride, cyclophosphamide), nutrisi (l-karnitin, selenium, tiamun, atau

    defisiensi protein), penyakit jaringan pengikat. Penyebab Non-Jantung, anemia, tirotoksikosis,

    penyakit hepatik (defisiensi tiamin terkait alkohol), penurunan resistensi arteri perifer,

    sindroma Carcinoid, fistula arteriovenosus (trauma, penyakit tulang, hemangiomatosis,

    glomerulonefritis, hemodialisis), sindroma jantung hiperkinetik (Parker et al, 2008).

    G. ASSESSMENT

    Diagnosa Pasien : CHF

    Untuk menentukan terapi yang dibutuhkan pada pasien CHF, terlebih dahulu

    diperlukan pengklasifikasian kategori CHF yang diderita pasien, sesuai grade CHF oleh NYHA

    (ACC/AHA) (Parker et al, 2008).

  • (Dipiro, 2008).

    Gambar 1. Klasifikasi CHF

    Sesuai dengan klasifikasi tersebut, pasien mengalami Left Ventricular Hypertropy,

    adanya riwayat jantung, adanya gejala sesak nafas sehingga pasien diklasifikasikan masuk

    dalam CHF stage C NYHA.

    Pasien telah mendapatkan pengobatan berupa

    Obat Dosis Freq Tanggal

    15 16 17 18 19 20

    O2 3 lpm V V V V V V

    D5% 10 tpm V V V V V V

    ISDN 10 mg 3 x 1 V V V

    Furosemid 1 x1 tab V V V V V V

    Aspilet 100 mg 1 x 1 V V V V V V

    Simvastatin 20 mg 1 x 1 malam V V V V V V

    Tenapril 2,5 mg 1 x 1 V V

    CPG 1 x 1 V V V V V V

    Arixtra 2,5 mg 1 x 1 V V V V V V

    Codein 3 x 1 V V V V V

    Micardias 40 mg 1 x 1 V V V V V

    ISDN 5 mg 3 x 1 V V V

    Cetirizine 1 x 1 V V

    Assessment DRP pada pasien

  • Tgl Subyektif Obyektif Assessment

    15 DRP : Adverse Drug reaction (Interaksi Obat)

    Penggunaan Aspilet + Arixtra akan

    mengakibatkan pendarahan, karena efek samping

    dari aspirin mengakibatkan pendarahan dan

    apabila diberikan dengan antikoagulan akan

    mengakibatkan pendarahan lebih berat (Tatro,

    2004).

    15 DRP : Wrong Dose

    Pemberian Tenapril seharusnya diberikan 2 x 1

    sehari

    15 DRP : drugs without indication

    Cetirizine ( anti histamin)

    15 DRP : Drug without indication

    Pemberian Aspilet, CPG, dan Arixtra karena

    antiplatelet dan antikoaglan biasanya digunakan

    apabila terjadi Infark Miokard dan Angina

    sedangkan pada kasus ini tidak ada data

    laboratorium ataupun pemeriksaan yang

    menunjukkan adanya infark miokard ataupun

    angina

    Geriatri DRP : wrong drug (Diltiazem).

    Penggunaan diltiazem dapat memperparah

    kegagalan jantungnya (Parker, 2005).

    15

    20

    DRP : drugs without indication (furosemid)

    Tidak ada tanda klinis yang menunjukan adanya

    edema

    15

    20

    DRP : drugs without indication ( simvastatin)

    Dalam kasus ini tidak ada tanda klinis yang

    menunjukan peningkatan nilai kolesterol, maka

    dari itu obat ini tidak digunakan

    15

    20

    DRP : Adverse drug reaction ( Tenapril )

  • Tenapril merupakan obat yang memiliki

    kandungan ramipril (ACE inhibitor) dan dapat

    menimbulkan efek samping batuk, hal ini dapat

    memperparah batuknya.

    F. PLAN

    1. Tujuan Terapi

    Menghilangkan gejala CHF pada pasien yang ditandai dengan sesak

    Memperlambat progresivitas penyakit

    Identifikasi faktor resiko dan menghilangkan atau meminimalkannya (Hipertensi

    target tekanan darah

  • 3. Terapi farmakologi

    Guideline terapi terbaru yang dikeluarkan oleh ACC/AHAmembagi kelompok

    gagal jantung menjadi 4 stage (Gambar 1). Pengelompokan tersebut berdasarkan

    keparahan penyakit dan target terapi untuk memperlambat progresivitas dari gagal

    jantung tersebut (Parker et al, 2008). Pada kasus ini pasien termasuk pada stage c.

    (Dipiro, 2008).

    Gambar 2. Terapi stage C

    Pasien dengan kerusakan struktural serta mempunyai riwayat gagal jantung masuk

    dalam klasifikasi stage C. Kebanyakan pasien pada stage C diterapi dengan 4 pengobatan,

    yaitu ACE inhibitor ( apabila intolerance terhadap ACE inhibitor dapat diganti dengan

    ARB), diuretik (apabila ada edema), -blocker, digoksin, dan atau ISDN (Parker et al,

    2008).

  • Gambar 3. Algoritma terapi CHF stage C menurut ACC/AHA

    Tn. SCB mengalami CHF stage C, yang di tunjukan dengan gejala sudah memiliki

    riwayat jantung, takikardi, left ventricular hyperthrophy, dan menunjukan gejala CHF yaitu

    sesak. Terapi yang diterima adalah

    Oksigen, tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk

    mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja

    paru-paru. Dosis yang diberikan adalah 3 lpm merupakan saturasi oksigen untuk

    keadaan normal (Ramani, 2010).

    Gambar 4. Dosis terapi oksigen

    Larutan dextrose 5% , larutan infus ini iso-osmosis dengan darah. Larutan dextrose

    injeksi merupakan larutan jernih dan tidak berwarna. Dextrose 5% dapat diberikan

    secara intravena melalui vena perifer. Kecepatan pemberian infus yang dapat diberikan

    tanpa menimbulkan glukosuria adalah 0,5 g/kg/jam, dengan kecepatan maksimum tidak

    melebihi 0,8 g/kg/jam. Dosis dextrose tergantung pada usia, berat badan dan

  • keseimbangan cairan, elektrolit, glukose dan asam basa dari pasien. Dextrose juga dapat

    menjadi sumber asam glukoronat, hyaluronat dan kondroitin sulfat dan dapat

    dikonversi menjadi pentose yang digunakan dalam pembentukan asam inti (asam

    nukleat). Dextrose dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air yang bermanfaat

    untuk hidrasi tubuh.Mengkompensasi kehilangan atau kekurangan karbohidrat dan

    cairan; menjadi sumber nutrisi yang diberikan secara parenteral dan meningkatkan

    kadar gula darah pada keadaan hipoglikemia.2,4 (Martindale, 2007)

    ISDN, Dilator kuat system vena sehingga akan menurunkan aliran darah vena kembali

    ke jantung dan secara tidak langsung menurunkan kebutuhan oksigen. ISDN juga

    menunjukkan manfaat khusus pada pasien gagal jantung tertentu. Trial African

    American Heart Failure menunjukkan bahwa penambahan H-ISDN pada terapi standar

    gagal jantung (termasuk diuretik, -blocker, ACE inhibitor, atau ARB) pada pasien

    gagal jantung dengan latar belakang genetik Afrika memberikan hasil yang lebih baik

    pada perbaikan status fungsi dan survival. Akan tetapi,hidralazin sering menimbulkan

    efek samping seperti sakit kepala, rasapanas, mual, bercak pada kulit, dan obat ini dapat

    menyebabkan sindrom seperti-lupus (Gray et al, 2002).

    Dosis 5-20 mg PO (8-12hr) initially; maintenance: 10-40 mg PO q8-12hr dan

    untuk pasien geriatri pemberian dosis diberikan seminimal mungkin yaitu 5 mg setiap

    3 x1 (Dipiro,2008).

    Micardis, Micardis ( telmisartan ) tablet adalah angiotensin II reseptor blocker (ARB)

    diindikasikan untuk pengobatan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.

    Angiotensin II reseptor bloker mampu menekanpengaruh sistem renin-angiotensin

    tanpa menekan kininase sehinggaakan didapatkan keuntungan dengan minimalnya

    resiko efek samping dibandingkan dengan ACE-inhibitor (Hunt, 2005).

    Hipotensi, hipokalemia, dan perburukan fungsi ginjal merupakan efek samping

    yang mungkin terjadi dari penggunaan obat golongan ini (Hunt, 2005).

  • (Dipiro,2008)

    Gambar 5. Dosis telmisartan

    Bisoprolol 10 mg, ACC/AHA merekomendasikan penggunaan -blocker pada pasien

    stable systolic heart failure kecuali jika pasien mempunyaikontraindikasi atau dengan

    jelas intoleran terhadap -blocker (Parker etal, 2008). Pada gagal jantung karena LVSD

    (Left Ventricular Systolic Disease), -blocker bekerja dengan cara mengurangi

    aktivitasberlebihan dari neurohormon simpatis yang mana aktivitas tersebut dapat

    menimbulkan gagal jantung, dan meminimalkan perubahan struktur dan fisiologi pada

    otot jantung tersebut (Hudson, 2003).

    (Dipiro,2008)

    Gambar 6. Terapi blocker untuk CHF

  • (Dipiro,2008)

    Gambar 7. Dosis Bisoprolol

    Codein adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini memiliki

    beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein dapat dikonversikan

    menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri, meredakan batuk dan sesak napas.

    Khasiat yang paling terkenal dari kodein adalah penghambatan terhadap refleks batuk.

    Penghambatan ini bermanfaat meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat

    mengganggu. Batuk yang seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan

    pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada (Dipiro, 2008).

    Dosis untuk dewasa adalah 10-20 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan, maksimum 60

    mg perhari

    (Dipiro,2008).

    Gambar 8. Dosis Codein

    Jadi, saran terapi untuk pasien Tn. SCB:

    Obat Dosis Freq Tanggal

    Bawa Pulang 15 16 17 18 19 20

    O2 3 lpm V V V V V V

    D5% 10tpm V V V V V V

    ISDN 10 mg 3 x 1 V V V V

  • ISDN 5 mg 3 x 1 V V V

    Bisoprolol 5 mg 1 x 1 V V V V V V V

    Micardias 40 mg 1 x 1 V V V V V V V

    Codein 20 mg 3 x 1 V V V V V V V

    4. KIE

    a. KIE untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien

    Perlu dilakukan pengecekan tekanan darah secara berkala, agar mengetahui

    keberhasilan obat .

    Lakukan Pemeriksaan fisik setiap hari

    Tanyakan keluhan pasien setiap hari

    Monitoring Efek samping obat pada pasien

    b. KIE untuk keluarga Pasien

    Memotivasi pasien agar melakukan gaya hidup sehat dan menghindari pasien dari

    hal-hal yang merugikan terhadap penyakitnya

    Membantu pasien melakukan latihan fisik sedang

    Cara minum obat dan frekuensinya. Pasien pulang dengan membawa 4 macam

    obat oral. Jadwal minum obat dan hal hal yang harus diperhatikan adalah:

    Nama Obat Jadwal Minum Jumlah Manfaat Hal yang perlu

    diperhatikan

    ISDN Pagi, siang,

    malam ( 8 jam

    sekali ).

    1 tablet 5 mg Sebagai

    kombinasi obat

    gagal jantung

    dan mengatur

    tekanan darah

    Ada efek

    samping pusing

    Bisoprolol Pagi hari

    (Setelah makan)

    1 tablet 5 mg Agar denyut

    jantung stabil

    Efek samping

    takikardi,

    berkeringat

    Micardias Pagi hari

    (sebelum atau

    setelah makan )

    1 tablet 40 mg Untuk mengatasi

    hipertensi

    Ada efek

    samping pusing

  • Codein Pagi, siang,

    malam ( setelah

    makan ), Bisa

    diminum sesuai

    kebutuhan

    maksimum 60

    mg perhari.

    1 tablet 20 mg Untuk mengatasi

    batuk

    Dapat

    menimbulkan

    ketergantungan

    c. KIE untuk pasien

    Memotivasi untuk melakukan pola hidup sehat

    Melakukan diet teratur untuk menjaga proporsi tubuh

    Konsumsi makanan sehat yang beranekaragam sesuai kebutuhan termasuk

    sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari)

    Batasi konsumsi lemak dan minyak

    Konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium

    Kurangi aktivitas fisik yang dapat memperparah kerja jantung

    Hindari stress dan emosi, hindari minuman beralkohol,dan hindari merokok

    Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) ringan minimal30 menit setiap hari

    selama 3-4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari) (Siti Fadilah, 2009).

    5. Monitoring

    Obat Monitoring

    Target keberhasilan Keberhasilan ESO

    ISDN sebagai (vasodilator)

    sehingga dapat

    membantu

    mengurangi sesak

    nafas

    Pusing Nyeri terkontrol,

    membantu

    melancarkan sesak,

    dilanjutkan

    Bisoprolol Menurunkan

    tekanan darah

    Takikardi,

    berkeringat

    berlebihan

    Relaks, denyut

    jantung stabil

  • Micardias Mengatasi hipertensi Pusing Menurunkan

    tekanan darah

    Codein Mengatasi batuk Ketergantungan Batuk berhenti,

    terapi dihentikan

    H. KESIMPULAN

    1. Problem medik pasien sesuai diagnosa adalah CHF. Terdapat beberapa DRP pada

    pengobatan Tn. SCB yaitu wrong dose pada obat tenapri; drug without indication

    adalah furosemid, simvastatin, aspilet, CPG, arixtra, dan cetrizine.

    2. Terapi first line yang diterima pasien CHF adala ACE inhibitor ( apabila menunjukan

    efeksamping seperti batuk diganti ARB), bloker, Digoksin ( perlu dipertimbangkan

    efek samping) dan atau ISDN.

    3. Penatalaksanaan farmakologis adalah O2, D5%, ISDN, micardis, bisoprolol dan codein.

    penambahan bisoprolol untuk mengatasi gagal jantungnya yang sebagaimana

    direkomendasikan oleh ACA.

    4. Penatalaksanaan non farmakologis dengan mengatur diet makanan, membatasi aktifitas

    fisik yang memberatkan kerja jantung, mengatur stress, dan melakukan olahraga.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Braunwald, E., Dauglas, P., Zipes, Libby, P., 2001, Gagal Jantung, dalam Asdie, A.H.,

    Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, EGC,Jakarta

    Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., dan Posey, L, W. 2008.

    Parmacotherapy A Pathophysiology Approach. ( 7th edition). New York : Mc Graw Hill.

    Fadilah, Dr.dr. Siti . 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.

    Kemenkes : Jakarta

    Hadi, S. 1995. Gastroenterolog i. Edisi 4. Bandung : Alumni

    Hudson, S.A., McAnaw, J., Reid, F., 2003, Congestive Heart Failure, in Walker, R., and

    Edwards, C., Clinical Pharacy and Therapeutic, 3rd Edition, 279-288, Churchill

    Livingstone, United Kingdom

    Hunt, S.A., Abraham, W.T., Chin, M.H., Feldman, A.M., and Francis, G.S.,Irnizarifka, 2011,

    Buku Saku Jantung Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor

    Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinis. Jakarta :Salemba Glande.

    Klag, M.J., Epidemiology of Cardiovascular Disease, dalam Goldman, Lee, and Schafer, 2012,

    Goldmans Cecil Medicine, 24th Edition, Elsevier Saunders,United State of America

    Masud, Ibnu, 1989, Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

    Malang

    Neal, M.J., 2009, At a Glance Farmakologi Medis, Erlangga Medical Series, Jakarta

    Parker RB, JH Patterson, JA Johnson, 2005, Heart Failure in JT DiPiro, RL Talbert, GC

    Yee,GR Matzke, BG Welss, LM Posey, Pharmacotherapy A Pathophysiologic

    Approach, 6th ed., Mc Graw Hill, Co. LTD., 239.

    Parker, R.B., Patterson, H.J., and Johnson, J.A., Heart Failure, dalam Dipiro, J.T.,Talbert, L.R.,

    Yee, C.G., Matzke, R.G., Wells, B.G., Posey, M.L., 2008, Pharmacotherapy A

    Pathophysiologic Approach, 7th Edition, The McGraw-Hill Companies, New York

    Tatro D.S. 2004. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparisons.