jtptunimus-gdl-cahyoadisu-5553-3-babiis-i
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan dalam bahasa kedokteran biasa disebut dengan Leukorhea
adalah nama untuk gejala yang diberikan pada cairan yang keluar dari alat
genitalia wanita yang tidak berupa darah (Saifudin, 2007; Manuaba, 1998;
Sianturi, 2001).
Menurut Manuaba 1998, keputihan bukan merupakan penyakit
tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit
kandungan. Sehingga untuk mengetahui penyebab utama keputihan harus
dilakukan dengan melakukan anamnesa (wawancara), pemeriksaan
kandungan dan pemeriksaan laboratorium. Namun dalam indomedia.com
(2010), keputihan tidak selalu bersifat patologis, tetapi ada juga keputihan
yang bersifat normal atau fisiologis.
2. Macam Keputihan
Dapat dibedakan antara keputihan yang fisiologis dan patologis.
keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa mucus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan pada
keputihan yang patologis terdapat banyak leukosit (Saifudin, 2007).
Keputihan fisiologis dapat ditemukan pada bayi yang baru lahir
sampai umur kira-kira 10 hari, yang disebabkan pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin; waktu di sekitar menarche,
karena mulai terdapat pengaruh estrogen dimana keputihan ini akan hilang
sendiri; pada wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada
waktu koitus yang disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding
vagina; dan waktu di sekitar ovulasi dengan sekret dari kelenjar-kelenjar
serviks uteri menjadi lebih encer (Saifudin, 2007).
8
Sedangkan penyebab paling sering pada keputihan patologis adalah
infeksi, biasanya cairan banyak mengandung leukosit dan warnanya agak
kekuning-kuningan sampai hijau, sering kali lebih kental dan berbau
(Saifudin, 2007).
3. Penyebab Keputihan
Penyebab terjadinya keputihan (patologis) bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi oleh kuman atau bakteri, jamur, parasit,
dan virus; adanya benda asing dalam liang senggama; gangguan hormonal
(menopause); kelainan bawaan atau didapat dari alat kelamin; dan adanya
kanker atau keganasan pada alat kelamin (Sianturi, 2001).
Clayton (1996), penyebab lain dari keputihan, antara lain penggunan
celana dalam berbahan nilon dan celana panjang yang ketat, sabun dan
bubuk pencuci, merendam diri, deodoran vagina, tampon dan pembalut
wanita, dan diet.
Pemakaian celana dalam dengan bahan nilon tidak dapat menyerap
kelembaban dan pemakaian celana panjang ketat dapat menjadi
penghalang terhadap udara yang beredar sehingga keadaan di sekitar
selangkangan menjadi lembab dan panas. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri lain yang menyebabkan
keputihan.
Penggunaan sabun dan bubuk pencuci dapat menyebabkan keputihan,
karena bubuk pencuci mengandung zat kimia yang sangat keras, yang
dapat mengiritasi daerah-daerah yang lunak seperti vagina dan dapat
mematikan keseimbangan ekologi alamiah pada daerah genital.
Merendam diri berguna untuk mengobati beberapa infeksi vagina,
tetapi bila hal ini dilakukan cukup lama dalam bak mandi air panas maka
dapat menimbulkan serangan keputihan.
Penggunaan deodoran vagina dapat mengiritasi membran mukosa dan
dapat menimbulkan keputihan. Penggunaan busa sabun dan antiseptik juga
dapat menyebabkan keputihan karena dapat mematikan bakteri alamiah
dalam vagina.
9
Dalam penggunaan tampon dan pembalut wanita yang terlalu lama
dalam vagina pada masa menstruasi dapat menyebabkan keputihan.
Karena darah bersifat alkali maka darah membuat vagina peka terhadap
candida dan penggunaan yang terlalu lama gulungan serat-seratnya dapat
menjadi tempat persemaian infeksi vagina yang dapat menyebabkan
keputihan.
Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan keputihan
terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan
faktor yang sangat memperburuk terjadinya keputihan.
4. Cara Pencegahan Keputihan
Keputihan dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor penyebab
keputihan itu sendiri dan yang paling utama dalam mencegah terjadinya
keputihan adalah dengan menjaga kebersihan dan kelembaban organ
genitalia (Kompas, 2010).
Pencegahan keputihan yang sederhana tetapi penting yaitu dengan
cara mencebok yang benar yaitu mulai dari alat kelamin dahulu baru
kemudian ke arah anus (Sianturi, 2001).
Pemeriksaan dini juga merupakan cara pencegahan keputihan yaitu
dengan melakukan pemeriksaan pap secara berkala, sehingga dapat
diketahui secara lebih dini apakah keputihan yang terjadi telah menjadi
sel-sel yang ganas dan menimbulkan sel kanker (Sianturi, 2001).
B. Perilaku
1. Batasan Perilaku
Budioro (2007), perilaku adalah segala bentuk tanggapan dari individu
terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap
(Notoatmodjo, 2007).
Notoatmodjo (2007), perilaku seseorang dibentuk melalui sesuatu
proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
10
Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons. Skinner (1938)
membedakan adanya dua respons.
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Misalnya: makanan
yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang
tertentu. Misalnya: apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya) kemudian
memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka
petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan
tugasnya.
2. Perilaku Kesehatan
Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3
kelompok.
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar agar tidak sakit dan usaha untuk
menyembuhkan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kasehatan
terdiri 3 aspek yaitu: perilaku pencegahan penyakit, perilaku
peningkatan kesehatan, dan perilaku gizi (makanan dan minuman).
b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health
seeking behavior)
Perilakku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderita penyakit. Perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
11
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang
merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social
budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku pada manusia dipengaruhi beberapa faktor. Lawrence Green
yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2000) membagi faktor-faktor
tersebut menjadi tiga bagian, yang meliputi faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor
pendorong (reinforcing factors).
a. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku yang
meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut dan sebagainya. Faktor-faktor
tersebut mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam perilaku
kesehatan.
b. Faktor Pendukung (enabling factors)
Merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor
ini meliputi ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan,
missal air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
tinja dan sebagainya.
c. Faktor Pendorong (reinforcing factors)
Merupakan faktor yang memperkuat terjadinya perubahan perilaku.
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun
tokoh masyarakat.
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku kedalam 3 domain (ranah atau kawasan),
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyi batasan yang jelas
12
dan tegas. Ketiga domain itu adalah pengetahuan, sikap dan perilaku
(Notoatmodjo, 2007).
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo,
2007).
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus,
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesedaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
13
3. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham tehadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
14
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
barudari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu
tidak mau ikut KB dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :
a. Umur.
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang
maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan
tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental
ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu
Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat
seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini
maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
15
b. Intelegensi.
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi
baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah
satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari
seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik
dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang (Nasution, 1999).
d. Sosial Budaya.
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan.
Menurut Notoadmojo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik
pula pengetahuanya.
16
f. Informasi.
Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang
baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal
itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman.
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo 1997).
D. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
17
2. Komponen Pokok Sikap
Allort (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
pokok.
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
3. Berbagai Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikapp terdiri dari berbagai tingkatan.
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya)
untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
18
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap.
Menurut Aswar (2000), ada beberapa factor yang mempengaruhi
sikap, yaitu :
a. Pengalaman pribadi.
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang
dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan
mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu.
Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami
dan lain-lain.
c. Pengaruh kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
d. Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti
individu.
19
f. Pengaruh faktor emosional.
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang
berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
E. Sumber atau Fasilitas
Menurut Green yang dikutip dari Soekidjo Notoatmojo (2003), fasilitas
merupakan faktor pendukung dalam pembentukan perilaku seseorang. Sebagai
faktor pendukung, fasilitas bukanlah merupakan hal yang harus ada dalam
pembentukan perilaku baru. Akan tetapi, suatu perilaku akan terbentuk dengan
baik bila disertai faktor pendukung (Budioro, 2002).
Kemajuan teknologi yang ada sekarang ini sangat memungkinkan bagi
remaja putri untuk mendapatkan informasi mengenai keputihan baik dari
media audio, audio visual, visual dan fasilitas yang lainnya. Media informasi
yang mudah didapat antara lain melalui majalah-majalah remaja putri yang
didalamnya terdapat topik bahasan tantang kesehatan reproduksi remaja putri,
khususnya tentang keputihan.
Banyaknya tempat perbelanjaan yang ada sekarang ini juga sangat
memungkinkan bagi remaja putri untuk mendapatkan fasilitas/sumber tentang
menjaga kebersihan organ genitalia seperti mudah didapatkannya celana
dalam yang yang berbahan katun di pasaran, celana dalam yang longgar,
sabun mandi dengan ph yang seimbang dsb.
20
F. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Sumber
atau Fasilitas dengan Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan
Organ Genitalia untuk Mencegah Keputihan
Keputihan atau Leukorhea adalah nama untuk gejala yang diberikan
pada cairan yang keluar dari alat genitalia wanita yang tidak berupa darah
(Saifudin, 2007; Manuaba, 1998; Sianturi, 2001).
Keputihan disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit,
virus ), adanya benda asing dalam liang senggama misalnya tertinggalnya
kondom atau benda tertentu yang dipakai waktu senggama, gangguan
hormonal akibat mati haid, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin
dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ genital.
Terbentuknya perilaku menjaga kebersihan organ genital, terutama pada
remaja putri dimulai pada domain kognitif, dalam arti remaja putri tahu
terlebih dahulu tehadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.
Sehingga menimbulklan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan
selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap
objek yang diketahui itu. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkingkan, antara lain adalah
ketersediaan sumber atau fasilitas. Akhirnya rangsangan yakni objek yang
telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut dengan didukung pula
ketersediaan sumber atau fasilitas yang adekuat akan menimbulkan respons
lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan
dengan stimulus atau objek tersebut (Notoatmodjo, 2003).
21
G. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Skema 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Sianturi (2001), Notoatmodjo (2003), Azwar (2000).
Infeksi :
Kuman Jamur Parasit virus
KeputihanPerilaku MenjagaKebersihan Organ
Genitalia
Faktor Predisposisi :
Pengetahuan Sikap Tradisi dan
Keperceyaan Nilai
Tingkat Pengetahuan :
Umur Intelegensi Lingkungan Sosial Budaya Pendidikan Informasi Pengalaman
Sikap :
Pengalaman pribadi Pengaruh orang lain Pengaruh kebudayaan Media massa Lembaga pendidikan
dan agama Pengaruh faktor
emosional
Faktor Pendukung :Ketersediaan Sumber
atau Fasilitas
Faktor Pendorong :
Perilaku petugaskesehatan maupuntokoh masyarakat.
22
H. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Skema 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
I. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent variable) meliputi tingkat pengetahuan, sikap
dan sumber atau fasilitas.
2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu perilaku remaja putri dalam
menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan.
J. Hipotesa
1. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku remaja
putri dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah
keputihan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk
mencegah keputihan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.
2. Ha : Ada hubungan antara sikap dengan perilaku remaja putri dalam
menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.
Ho : Ada hubungan antara sikap dengan perilaku remaja putri dalam
menjaga kebersihan organ genitalia untuk mencegah keputihan di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.
3. Ha : Ada hubungan antara sumber atau fasilitas yang tersedia dengan
Variabel Independen
1. Tingkat Pengetahuan2. Sikap3. Sumber atau Fasilitas
Variable DependenPerilaku Menjaga
Kebersihan Organ Genitalia
23
perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk
mencegah keputihan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.
Ho : Ada hubungan antara sumber atau fasilitas yang tersedia dengan
perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genitalia untuk
mencegah keputihan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.