bab ii tinjauan pustaka -...

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio Sesarea A.1. Definisi Seksio sesarea berasal dari bahasa latin ‘caedere’ yang berarti memotong. Seksio sesaria adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding perut (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi) dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. 21,22 Tindakan pembedahan dilakukan untuk mencegah komplikasi yang kemungkinan dapat timbul apabila persalinan dilakukan pervaginam. 22 A.2. Epidemiologi Menurut WHO tahun 2011 dilaporkan angka kejadian seksio sesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, presentase persalinan seksio sesarea sebesar 43%, sedangkan presentase di Asia sebesar 30%. 23 Di Indonesia berdasarkan survei demografi dan kesehatan pada tahun 2011, angka persalinan secara seksio sesarea secara nasional rata-rata 22,5% dari seluruh persalinan. 24 Morbiditas maternal setelah menjalani tindakan seksio sesarea masih 4- 6 kali lebih tinggi daripada persalinan pervaginam, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai proses perawatan setelah pembedahan. 6 Komplikasi yang ditimbulkan pada pembedahan seksio sesarea darurat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan seksio sesarea yang telah direncanakan sebelumnya. Seksio sesarea darurat meningkatkan risiko komplikasi pasca bedah 4-5 kali lipat secara keseluruhan. 7 Dari jumlah angka kematian maternal 0,33-1,00% diantaranya terjadi pada pembedahan seksio sesarea sebagai akibat dari prosedur pembedahan maupun suatu keadaan

Upload: nguyendang

Post on 08-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Seksio Sesarea

A.1. Definisi

Seksio sesarea berasal dari bahasa latin ‘caedere’ yang berarti

memotong. Seksio sesaria adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan

janin melalui insisi pada dinding perut (laparotomi) dan dinding uterus

(histerotomi) dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas

500 gram.21,22

Tindakan pembedahan dilakukan untuk mencegah komplikasi

yang kemungkinan dapat timbul apabila persalinan dilakukan pervaginam.22

A.2. Epidemiologi

Menurut WHO tahun 2011 dilaporkan angka kejadian seksio sesarea

meningkat 5 kali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,

presentase persalinan seksio sesarea sebesar 43%, sedangkan presentase di Asia

sebesar 30%.23

Di Indonesia berdasarkan survei demografi dan kesehatan pada

tahun 2011, angka persalinan secara seksio sesarea secara nasional rata-rata

22,5% dari seluruh persalinan.24

Morbiditas maternal setelah menjalani tindakan seksio sesarea masih 4-

6 kali lebih tinggi daripada persalinan pervaginam, karena ada peningkatan

risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai proses perawatan

setelah pembedahan.6

Komplikasi yang ditimbulkan pada pembedahan seksio

sesarea darurat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan seksio sesarea

yang telah direncanakan sebelumnya. Seksio sesarea darurat meningkatkan

risiko komplikasi pasca bedah 4-5 kali lipat secara keseluruhan.7

Dari jumlah

angka kematian maternal 0,33-1,00% diantaranya terjadi pada pembedahan

seksio sesarea sebagai akibat dari prosedur pembedahan maupun suatu keadaan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

yang mengindikasikan seksio sesarea.25

Komplikasi infeksi pasca seksio sesarea

merupakan salah satu penyebab morbiditas maternal yang berhubungan dengan

lama perawatan di rumah sakit.26

A.3. Klasifikasi

Seksio sesarea dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu sebagai

berikut:6,21

a. Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda

Suatu teknik pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen

bawah uterus. Teknik seksio sesarea transperitoneal profunda memiliki

beberapa keunggulan, seperti kesembuhan yang lebih baik dan relatif tidak

banyak menimbulkan perlekatan. Namun kerugian dari teknik ini adalah

terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga dapat memungkinkan

terjadi luka insisi yang lebih luas dan disertai dengan perdarahan.

b. Seksio Sesarea Ekstraperitoneal

Suatu teknik yang dilakukan tanpa insisi peritoneum melainkan

dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah

atau ke garis-garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen

bawah.

c. Seksio Sesarea Klasik

Suatu teknik pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen atas

uterus atau korpus uteri. Teknik seksio sesarea klasik ini dilakukan apabila

segmen bawah rahim sulit untuk dicapai, misalnya oleh karena ada

perlekatan pada kandung kemih akibat pembedahan sebelumnya, mioma

pada segmen bawah uterus atau karsinoma serviks yang invasif. Kelemahan

dari teknik ini, yaitu penyembuhan dari luka insisi relatif sulit,

memungkinkan untuk terjadi perlekatan dengan dinding abdomen dan

terjadinya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

d. Seksio Sesarea disertai Histerektomi

Pengangkatan uterus setelah tindakan seksio sesarea oleh karena

atonia uteri yang tidak dapat teratasi, pada keadaan uterus miomatousus

besar dan banyak, atau keadaan ruptur uteri yang tidak dapat diatasi.

A.4. Insisi Dinding Abdomen

Macam bentuk insisi dinding abdomen yang dapat dilakukan pada

seksio sesarea adalah:6,7

a. Insisi Longitudinal

Teknik insisi yang dilakukan antara umbilikus sampai dengan

suprapubis. Untuk mengatasi perdarahan dilakukan tindakan ligasi atau

kauterisasi. Fasia dibuka sepanjang insisi, kemudian dibebaskan dari otot

dinding abdomen. Selanjutnya otot dinding abdomen dipisahkan ke bagian

samping sehingga terlihat peritoneum. Peritoneum dibuka kemudian

melakukan insisi peritoneum diperlebar ke atas dan ke bawah sehingga

uterus terlihat.

b. Insisi Transversal menurut Pfannenstiel

Teknik insisi yang dilakukan di suprapubis pada perbatasan rambut

pubis hingga mencapai fasia abdominalis. Perdarahan diatasi dengan

tindakan ligasi atau dengan termokauter. Pemotongan fasia dilakukan secara

melintang dipisahkan dari muskulus abdominalis dan muskulus piramidalis.

Ligasi bila terjadi perdarahan arteri atau vena epigastrika inferior. Pada tepi

bagian atas dan bawah dapat diikat pada kulit abdomen, kemudian untuk

melihat peritonium, muskulus rektus dan piramidalis dipisahkan pada garis

tengahnya. Peritoneum dibuka dengan melakukan pengangkatan

menggunakan pinset dan dipotong dengan pisau atau gunting. Uterus dapat

terlihat dengan memperlebar insisi peritoneum.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

A.5. Insisi Uterus

Insisi uterus yang paling sering dilakukan adalah insisi transversal (tipe

Kerr) segmen bawah, kemudian diikuti oleh insisi vertikal segmen bawah.6

a. Insisi Uterus Transversal Segmen Bawah

Insisi jenis ini memiliki keunggulan yaitu hanya membutuhkan

sedikit diseksi kandung kemih dari miometrium di bawahnya, namun jika

insisi diperluas ke lateral maka dapat terjadi laserasi yang mengenai satu

atau kedua pembuluh uterus. Keuntungan lain insisi transversal adalah lebih

mudah diperbaiki, terletak di tempat yang paling kecil kemungkinan

mengalami ruptur disertai keluarnya kepala janin ke dalam rongga abdomen

selama kehamilan berikutnya dan tidak meningkatkan perlekatan usus atau

omentum ke garis sisi.

Pada insisi transversal biasanya lipatan peritoneum yang longgar di

atas batas atas kandung kemih dan segmen bawah anterior uterus dipegang

dengan forsep di garis tengah dan diinsisi dengan skalpel atau gunting.

Gunting dimasukkan di antara serosa dan miometrium segmen bawah uterus

dan didorong ke samping dari garis tengah, serosa dibebaskan selebar 2 cm

yang kemudian diinsisi. Sewaktu batas lateral di masing-masing sisi

didekati, gunting sedikit diarahkan ke kepala. Lipat bawah peritoneum

diangkat dan kandung kemih dipisahkan secara tumpul dan tajam dari

miometrium di bawahnya. Secara umum, kedalaman pemisahan kandung

kemih tidak melebihi 5 cm. Khususnya pada serviks yang telah mendatar

dan membuka lengkap, dapat terjadi diseksi yang terlalu ke dalam sehingga

secara tidak sengaja dapat menembus vagina di bawahnya.

Uterus dibuka melalui segmen bawah uterus sekitar 1 cm di bawah

batas atas lipatan peritoneum. Insisi uterus perlu dibuat relatif lebih tinggi

pada wanita dengan pembukaan serviks yang telah lengkap agar ekstensi

insisi ke lateral menuju arteri-arteri uterus dapat dicegah. Insisi uterus dapat

dilakukan dengan berbagai teknik. Masing-masing dimulai dengan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

menginsisi segmen bawah uterus yang telah terpajan secara melintang

sepanjang sekitar 1 sampai 2 cm di garis tengah. Insisi harus memotong

seluruh ketebalan dinding uterus, tetapi tidak cukup dalam untuk melukai

janin di bawahnya. Tindakan menembus uterus dengan hati-hati secara

tumpul dapat menggunakan hemostat untuk memisahkan otot. Setelah uterus

dibuka, insisi dapat diperluas dengan memotong ke lateral dan sedikit ke atas

dengan gunting perban. Jika segmen bawah uterus tipis, lubang masuk dapat

diperlebar hanya dengan memperluas insisi, menggunakan kedua telunjuk

untuk memberikan tekanan ke arah lateral dan atas.

Insisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan badan janin

dapat lahir tanpa merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang

berjalan di batas lateral uterus, jika dijumpai plasenta di garis insisi, plasenta

tersebut harus dilepaskan atau diinsisi. Jika plasenta dipotong, perdarahan

janin dapat hebat sehingga tali pusat harus dipotong secepat mungkin.

b. Insisi Uterus Vertikal Segmen Bawah

Insisi vertikal pada uterus dimulai dengan skalpel dan dilakukan

serendah mungkin, tetapi lebih tinggi daripada batas perlekatan kandung

kemih. Jika ruang yang terbentuk oleh skalpel sudah memadai, maka insisi

diperluas ke arah kepala dengan gunting perban sampai cukup panjang untuk

melahirkan janin. Di dalam miometrium sering dijumpai banyak perdarahan

dari pembuluh-pembuluh darah besar. Segera setelah janin dikeluarkan,

pembuluh-pembuluh tersebut diklem dan diikat dengan benang catgut

kromik. Setelah janin lahir, insisi uterus diamati untuk melihat ada tidaknya

perdarahan yang bermakna. Perdarahan harus segera dijepit dengan forcep

pennington atau forsep cincin.

A.6. Perbaikan Insisi Uterus

a. Perbaikan Insisi Uterus Transversal

Setelah plasenta dilahirkan, uterus dapat diangkat melalui insisi

untuk diletakkan di dinding abdomen yang telah ditutup duk dan fundus

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

ditutupi oleh kain laparotomi yang lembab. Uterus atonik yang lemas dapat

cepat diketahui dan diberi pijatan. Titik-titik perdarahan dan insisi lebih

mudah dilihat dan diperbaiki, terutama jika telah terdapat perluasan ke

lateral. Adnexa lebih terlihat sehingga sterilisasi tuba lebih mudah dilakukan.

Kekurangan utama adalah rasa tidak nyaman dan muntah yang ditimbulkan

oleh gerakan menekan dan mendorong pada wanita yang mendapat analgesia

spinal atau epidural. Pada wanita yang menjalani eksteriorisasi uterus

sebelum penutupan, tidak terjadi peningkatan morbiditas demam atau

perdarahan.

Segera setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa, rongga uterus

diperiksa dan diusap dengan spons laparotomi untuk mengeluarkan

membran, verniks, bekuan, atau debris lain yang tersisa. Tepi sayatan bagian

atas dan bawah serta masing-masing sudut insisi uterus diperiksa secara

cermat untuk melihat adanya perdarahan.

Insisi uterus kemudian ditutup dengan satu atau dua lapisan jahitan

kontinyu menggunakan benang ukuran 0 atau 1 yang dapat diserap. Biasanya

digunakan benang kromik atau benang sintetik yang tidak dapat diserap.

Pembuluh-pembuluh besar yang telah diklem sebaiknya diikat dengan

benang.

Jahitan pertama dipasang sedikit melewati salah satu sudut insisi.

Kemudian dilakukan penjahitan jelujur mengikat (running-lock), dengan

masing-masing jahitan menembus seluruh ketebalan miometrium. Tempat

masuknya masing-masing jahitan harus dipilih dengan cermat untuk

menghindari pengeluaran jarum setelah jarum menembus miometrium. Hal

ini mengurangi kemungkinan perforasi pembuluh yang tidak terikat dan

perdarahan. Penjahitan jelujur-mengikat ini dilanjutkan sedikit melewati

sudut insisi yang berlawanan. Kerapatan tepi sayatan biasanya dapat dicapai

dengan memuaskan, terutama jika segmen bawah tipis. Jika kerapatan

setelah satu lapisan jahitan jelujur kurang memuaskan atau jika perdarahan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

menetap, dapat dilakukan penjahitan satu lapis tambahan untuk memperoleh

kerapatan dan hemostasis atau masing-masing titik perdarahan dihentikan

dengan jahitan angka-delapan atau jahitan kasur. Setelah hemostasis tercapai

dengan penutupan uterus, maka tepi serosa yang menutupi uterus dan

kandung kemih didekatkan satu sama lain dengan jahitan jelujur

menggunakan benang cutgut kromik 2-0.6

b. Perbaikan Insisi Uterus Vertikal

Salah satu metodenya adalah menggunakan satu lapis jahitan jelujur

dengan cutgut kromik 0 atau 1 untuk menyatukan separuh bagian dalam

insisi. Separuh bagian luar insisi uterus kemudian ditutup dengan jahitan

serupa menggunakan teknik jelujur atau jahitan angka-delapan. Untuk

mencapai kerapatan yang baik dan untuk mencegah benang merobek

miometrium, sebaiknya dilakukan penekanan pada kedua sisi luka

miometrium ke arah tengah setiap kali dilakukan penjahitan dan pengikatan.

Tepi-tepi serosa uterus didekatkan satu sama lain dengan jahitan jelujur

menggunakan cutgut kromik 2-0.6

A.7. Penutupan Abdomen

Semua kasa dikeluarkan, dan cekungan serta cul-de-sac dikosongkan

dari darah dan cairan amnion dengan pengisapan lembut. Jika digunakan

anestesi umum, organ abdomen atas dapat diraba secara sistematis. Namun

pada anestesi regional, tindakan ini dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak

nyaman. Setelah hitung spons dan alat sudah benar, insisi abdomen ditutup.

Sewaktu dilakukan penutupan lapis demi lapis, tempat-tempat perdarahan

diidentifikasi, dijepit dan diikat. Ruang subfasia secara cermat diperiksa untuk

hemostasis. Fasia rektus di atasnya ditutup dengan jahitan interrupted dengan

benang ukuran 0 yang tidak dapat diserap yang dijahitkan ke arah lateral tepi

fasia dengan jarak tidak lebih dari 1 cm atau dengan jahitan jelujur tidak

mengikat (continuous non-blocking) menggunakan benang tipe permanen atau

yang dapat diserap tetapi bertahan lama.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Jaringan subkutis biasanya tidak perlu ditutup secara terpisah jika

ketebalannya 2 cm atau kurang dan kulit ditutup dengan jahitan kasur vertikal

menggunakan benang sutera 3-0 atau 4-0 atau ekuivalennya. Jika jaringan

lemaknya lebih tebal, atau jika digunakan klip atau jahitan subkutis, dilakukan

beberapa penjahitan interrupted dengan cutgut polos 3-0 untuk menutup ruang

mati dan mengurangi tarikan pada tepi luka.6

A.8. Indikasi

Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam persalinan,

yaitu power (kekuatan ibu), passage (jalan lahir), passanger (janin), psikologis

ibu dan penolong persalinan. Apabila pada salah satu faktor terdapat gangguan,

dapat mengakibatkan keberhasilan dalam persalinan tidak dapat tercapai bahkan

dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika

keadaan tersebut berlanjut.26

Indikasi seksio sesarea dilakukan apabila diambil langkah keputusan

penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya serius bagi

ibu, janin, bahkan keduanya, atau bila tidak dimungkinkan dilakukan persalinan

pervaginam secara aman. Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea

dibedakan menjadi 3, yaitu:5,21

a. Indikasi Ibu

1. Usia ibu melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40

tahun ke atas.

2. Adanya ancaman robekan rahim.

3. Ibu kelelahan.

4. Penyakit ibu yang berat seperti penyakit jantung, paru, demam tinggi,

pre-eklampsia berat atau eklampsia.

5. Faktor hambatan jalan lahir, karena terdapat tumor atau mioma yang

menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju.

6. Disproporsi sefalo-pelvis, yaitu ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai

dengan ukuran lingkar kepala janin.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

b. Indikasi Janin

1. Bayi terlalu besar atau berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih.

2. Malpresentasi atau malposisi, yaitu letak bayi dalam rahim tidak

menguntungkan untuk persalinan pervaginam. Misalnya pada posisi

transversal dan presentasi sungsang.

3. Distress janin, terjadi perubahan kecepatan denyut jantung janin yang

dapat menunjukkan suatu masalah pada bayi. Perubahan kecepatan

denyut jantung, dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya

aliran darah yang teroksigenasi ke plasenta.

4. Faktor plasenta, misalnya pada kasus plasenta previa, keadaan dimana

plasenta menutupi sebagian leher rahim. Pada saat leher rahim melebar,

plasenta terlepas dari rahim dan menyebabkan perdarahan, yang dapat

mengurangi pasokan oksigen ke janin. Tidak dimungkinkan dilakukan

persalinan pervaginam karena plasenta akan keluar sebelum bayi lahir.

5. Kelainan tali pusat, misalnya pada prolaps tali pusat terjadi bila tali pusat

turun melalui leher rahim sebelum bayi, maka kepala atau tubuh bayi

dapat menjepit tali pusat dan mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen,

sehingga mengharuskan dilakukannya bedah sesar dengan segera.

6. Kehamilan ganda, pada kehamilan ganda terdapat risiko terjadinya

komplikasi kelahiran prematur dan terjadi pre-eklamsia pada ibu sehingga

memungkinkan untuk dilakukan persalinan secara seksio sesarea.

c. Indikasi Waktu

1. Partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung sampai 18 jam atau lebih

2. Partus tidak maju, yaitu tidak ada kemajuan dalam jalannya persalinan

kala I baik dalam pembukaan serviks, penurunan kepala atau saat putaran

paksi.

3. Partus macet, yaitu bayi tidak lahir setelah dipimpin mengejan (kala II)

beberapa saat.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Selain indikasi berdasarkan faktor ibu, janin dan waktu terdapat indikasi

sosial untuk dilakukannya persalinan secara seksio sesarea, yang timbul karena

permintaan pasien meskipun untuk dilakukan persalinan normal tidak ada

masalah atau kesulitan yang bermakna. Indikasi sosial biasanya sudah

direncanakan terlebih dahulu atau dapat disebut dengan seksio sesarea elektif.27

A.9. Kontraindikasi

Seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin, adanya faktor

yang menghambat berlangsungnya tindakan seksio sesarea, seperti adanya

gangguan mekanisme pembekuan darah pada ibu, lebih dianjurkan untuk

dilakukan persalinan pervaginam, oleh karena insisi yang menyebabkan

perdarahan dapat seminimal mungkin.6

Seksio sesaria umumnya tidak

dilakukan pada kasus keadaan janin sudah mati dalam kandungan, ibu syok

atau anemia berat yang belum teratasi, pada janin dengan kelainan kongenital

mayor yang berat atau terjadi infeksi dalam kehamilan.28

A.10. Anestesi

Ada beberapa teknik anestesi atau penghilang rasa sakit yang dapat

dipilih untuk tindakan seksio sesarea, baik spinal maupun general. Yang lebih

umum digunakan yaitu anestesi spinal atau epidural. Pada anestesi general

mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat karena cara

kerja yang jauh lebih cepat dibandingkan anestesi spinal.29

a. Anestesi General

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural

tidak mungkin diberikan, baik karena alasan teknis maupun karena dianggap

tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini, pasien akan menghirup

oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat

diberikan melalui penetesan intravena. Pasien tidak sadarkan diri dalam

waktu 20 sampai 30 detik. Saat pasien tidak sadarkan diri, disisipkan selang

ke dalam tenggorokkan pasien untuk membantu pasien bernafas dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

mencegah muntah. Jika digunakan anestesi general, pasien akan dimonitor

oleh ahli anestesi secara konstan.29

b. Anestesi Spinal

Berkaitan dengan risiko untuk ibu dan skor Apgar yang lebih rendah

menggunakan anestesi general, umumnya tindakan seksio sesarea

menggunakan anestesi spinal. Dengan menggunakan teknik anestesi spinal,

neonatus terpapar lebih sedikit obat anestesi dan memberikan pengelolaan

rasa sakit pasca operasi yang lebih baik.

Pemasukan anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid untuk

menghasilkan blok spinal telah lama digunakan untuk seksio sesarea. Teknik

ini diketahui baik untuk pasien dengan kelainan paru, diabetes melitus,

penyakit hati yang difus, kegagalan fungsi ginjal, sehubungan dengan

gangguan metabolisme dan ekskresi obat-obatan. Keuntungan dari anestesi

spinal antara lain teknik yang sederhana, onset cepat, risiko keracunan

sistemik yang lebih rendah, blok anestesi yang baik, perubahan fisiologi,

pencegahan dan penanggulangan terhadap penyulitnya telah diketahui

dengan baik, analgesia dapat diandalkan, pasien sadar sehingga dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi.29

A.11. Sterilitas Ruang Pembedahan

Pemeliharaan ruang pembedahan merupakan proses pembersihan dan

dekontaminasi ruang beserta alat-alat standar yang terdapat di ruang bedah.

Tujuan dilakukannya yaitu untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada

pasien serta mempertahankan sterilitas. Sterilisasi kamar operasi dapat dengan

cara pemakaian sinar ultraviolet yang dinyalakan selama 24 jam, memakai

desinfektan yang disemprotkan dengan memakai suatu alat (fogging) dengan

waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam untuk menyemprotkan cairan dan ruang

pembedahan dapat dipakai setelah 1 jam kemudian.30

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

B. Perawatan Pasca Bedah

Perawatan pasca bedah sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang

dapat ditimbulkan pasca tindakan seksio sesarea. Perawatan pembalutan luka

(wound dressing) dengan baik merupakan perawatan pertama yang diperlukan

pasca bedah, kemudian melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan

darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, jumlah cairan yang masuk dan keluar

serta pengukuran suhu tubuh. Pengukuran terhadap tanda-tanda vital dilakukan

hingga beberapa jam pasca bedah dan beberapa kali sehari untuk perawatan

selanjutnya.6

B.1. Perawatan Luka Insisi Kulit Abdomen

Perawatan luka insisi dapat dimulai dengan membersihkan luka insisi

menggunakan alkohol atau cairan suci hama dan ditutup dengan kain penutup

luka. Setiap hari pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Perhatikan apakah

luka telah sembuh sempurna atau mengalami komplikasi. Luka yang

mengalami komplikasi seperti sebagian luka yang sembuh sedangkan sebagian

lain mengalami infeksi eksudat, luka terbuka sebagian atau seluruhnya,

memerlukan perawatan khusus atau bahkan perlu dilakukan reinsisi.

Komplikasi-komplikasi tersebut sering dijumpai pada pasien seksio sesarea

dengan obesitas, diabetes melitus dan partus lama.31,32

B.2. Pemberian Cairan

Pemberian cairan perinfus harus cukup dan mengandung elektrolit yang

diperlukan, agar tidak terjadi hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ

tubuh lain, karena selama 24 jam pertama pasca pembedahan pasien diharuskan

untuk berpuasa. Pemberian transfusi darah atau packed-cell apabila kadar

hemoglobin darah rendah. Pencatatan jumlah urin atau cairan yang keluar

ditampung untuk mengetahui jumlah cairan yang harus diberikan. Pemberian

cairan perinfus dihentikan setelah pasien flatus baru kemudian dapat diberikan

makanan dan cairan peroral.32

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

B.3. Diet

Pemberian makanan dapat dilakukan setelah cairan infus dihentikan.

Pasien diperbolehkan makan makanan bubur saring, minuman air buah dan

susu, selanjutnya diperbolehkan makanan bubur dan makanan biasa secara

bertahap kecuali bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan, seperti

adanya kembung, meteorismus dan peristaltik usus yang abnormal, sedangkan

pemberian obat-obatan peroral dapat diberikan sejak pemberian minum pertama

kali.32

B.4. Pengelolaan Nyeri

Pengelolaan untuk mengurangi rasa nyeri yang biasanya masih

dirasakan pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien sadar, dapat diberikan

obat-obatan analgesia dan penenang, seperti injeksi intramuskular pethidin atau

morfin secara perinfus. Biasanya setelah 24-48 jam rasa nyeri akan hilang

seiring dengan penyembuhan luka.32

B.5. Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas dan merupakan faktor penting dalam mempercepat pemulihan pasca

bedah. Tujuan mobilisasi dini adalah membantu proses penyembuhan ibu

setelah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka insisi

setelah operasi seksio sesarea, mengurangi risiko konstipasi, mengurangi

terjadinya dekubitus, kekakuan otot, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi

darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih.32

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik

pasca bedah. Pada pasien post operasi seksio sesarea 6 jam pertama dianjurkan

untuk segera menggerakkan anggota tubuh. Gerak tubuh yang dapat dilakukan

adalah dengan menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jari agar kerja organ

pencernaan segera kembali normal.27

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

B.6. Kateterisasi

Perawatan pengosongan kandung kemih pada seksio sesarea sama

dengan persalinan pervaginam tanpa perlukaan yang luas pada jalan lahir.

Perawatan kateterisasi ini dilakukan untuk mencegah iritasi dan luka

terkontaminasi oleh urin. Dianjurkan pemasangan kateter tetap selama 24

hingga 48 jam atau lebih pasca pembedahan, karena disamping rasa nyeri dan

tidak nyaman yang ditimbulkan dari kandung kemih yang penuh, melalui

kateterisasi dapat diketahui jumlah urin yang keluar secara periodik.32

B.7. Antibiotika

Antibiotika sangat diperlukan pasca pembedahan untuk mencegah dan

mengurangi terjadinya infeksi puerperalis. Febris merupakan salah satu tanda

komplikasi pasca seksio sesarea yang sering ditemukan. Penelitian yang

menunjukkan morbiditas febris pasca seksio sesarea mengalami penurunan

setelah antibiotika diberikan secara profilaksis. Pemberian antibiotika dengan

interval 6 jam dapat menurunkan angka morbiditas akibat infeksi. Pemberian

antibiotika sebelum pembedahan dapat menurunkan morbiditas pasca seksio

sesarea menjadi 7%.31

B.8. Perawatan Rutin

Perawatan rutin pasca seksio sesarea yang harus diperhatikan, meliputi

pemeriksaan dan pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi

pernapasan, jumlah cairan masuk dan keluar dan pengukuran suhu tubuh, serta

pemeriksaan lain apabila terdapat komplikasi. Pengukuran dan pencatatan

tanda-tanda vital ini dilakukan setiap 4 jam.32

B.9. Pemulangan Pasien

Pasien pasca tindakan seksio sesarea tanpa disertai komplikasi selama

masa nifas atau keadaan abnormal lain yang masih perlu perawatan dan

dinyatakan sehat dari luka operasi diperbolehkan pulang idealnya pada hari

keempat atau kelima postpartum, namun diperlukan pembatasan aktivitas ibu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

selama minggu-minggu berikutnya hanya untuk perawatan ibu sendiri

sedangkan perawatan bayi dengan bantuan orang lain.8,9

B.10. Komplikasi Pasca Seksio Sesarea

Morbiditas maternal pada seksio sesarea lebih besar dibandingkan

dengan persalinan pervaginam. Komplikasi pasca seksio sesarea dapat berasal

dari perdarahan, sepsis, luka pada traktus urinarius dan tromboemboli.

Komplikasi pasca seksio sesarea, meliputi:25,26

a. Perdarahan

Perdarahan merupakan komplikasi paling serius yang memerlukan

transfusi darah dan merupakan penyebab utama kematian maternal.

Penyebab perdarahan pada tindakan operasi dapat disebabkan karena atonia

uteri, robekan jalan lahir, perdarahan karena mola hidatidosa atau korio-

karsinoma, gangguan pembekuan darah akibat kematian janin dalam rahim

lebih dari 6 minggu, solusio plasenta, emboli air ketuban dan retensio

plasenta, yaitu gangguan pelepasan plasenta menimbulkan perdarahan dari

tempat implantasi plasenta.

b. Infeksi

Setiap tindakan pembedahan hampir selalu diikuti oleh kontaminasi

bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi semakin meningkat apabila

didahului faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya infeksi, yaitu

keadaan umum yang rendah misalnya terdapat anemia saat kehamilan atau

sudah terdapat infeksi sebelumnya, keadaan malnutrisi, perlukaan operasi

yang menjadi jalan masuk bakteri, pelaksanaan operasi persalinan yang

kurang legeartis seperti rendahnya tingkat higienitas dan sterilitas alat

pembedahan dan ruang operasi, proses persalinan bermasalah seperti partus

lama atau macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya

proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

c. Trauma Tindakan Operasi Persalinan

Operasi merupakan suatu tindakan pertolongan persalinan sehingga

tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma

operasi persalinan diantaranya dapat berupa perluasan luka episiotomi,

perlukaan pada vagina, perlukaan pada serviks, perlukaan pada forniks-

kolpoporeksis, terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap, terjadi fistula

dan inkontinensia. Ruptura uteri dan kolpoporeksis merupakan akibat dari

trauma tindakan operasi persalinan yang diyakini paling berat.

d. Tromboemboli

Aliran darah yang normal tergantung pada pemeliharaan

keseimbangan antara antikoagulan yang beredar, antikoagulan endotelium

serta faktor-faktor prokoagulan. Apabila keseimbangan tersebut terganggu,

dapat terjadi trombosis. Pada suatu kondisi yang memperlambat aliran darah,

misalnya pada ibu hamil yang merupakan salah satu faktor risiko untuk

mengalami kejadian tromboemboli, sedangkan risiko tromboemboli setelah

tindakan seksio sesarea diperkirakan dialami 1-2% pasien.

Faktor-faktor risiko kemungkinan terjadinya trombosis antara lain

peningkatan konsentrasi estrogen atau progesteron dalam plasma,

peningkatan konsentrasi beberapa faktor pembekuan pada kehamilan, partus,

pasca seksio sesarea emergensi, partus dengan instrumen dan grande-

multiparitas. Risiko trombosis juga meningkat pada usia lebih dari 35 tahun

atau lebih dari 30 tahun dengan riwayat melahirkan lewat pembedahan,

obesitas dengan berat badan lebih dari 80 kg, immobilitas atau tirah baring

lebih dari 4 hari, trauma dan pembedahan, dehidrasi misalnya pada keadaan

emesis atau hiperemesis, perdarahan, infeksi yang belum lama terjadi, sepsis,

kompresi pembuluh darah, merokok, stress, hipertensi, pre-eklamsia, diet

tinggi lemak dan rendah serat, varises vena, trombofilia, sindrom

antifosfolipid, lupus antikoagulan, riwayat tromboemboli pada pasien,

diabetes melitus, penyakit yang telah ada sebelumnya misalnya pada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

kelainan saluran pernapasan, penyakit kardiovaskuler, arteriosklerosis,

sindrom nefrotik, dan penyakit inflamasi usus.

C. Faktor Persalinan

C.1. Ketuban Pecah Dini (KPD)

C.1.1. Definisi

Ketuban pecah dini adalah kondisi pecahnya selaput ketuban sebelum

terjadinya proses persalinan pada usia kehamilan cukup bulan atau kurang

bulan.6

Ketuban pecah dini terjadi karena rupturnya membran ketuban

sebelum persalinan berlangsung.5

C.1.2. Penyebab

Penyebab ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan

membran atau peningkatan tekanan intra uterin atau kombinasi antara

keduanya.5 Berkurangnya kekuatan membran disebabkan karena adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina atau serviks. Ketuban pecah dini juga

dapat disebabkan oleh karena:5,6

a. Inkompetensi Serviks

Inkompetensi serviks adalah suatu kelainan anatomi pada serviks

yang dapat disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau

merupakan kelainan kongenital pada serviks yang dapat menyebabkan

dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dalam masa kehamilan trimester

kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti penonjolan serta robekan

selaput janin dan keluarnya hasil konsepsi.

b. Peningkatan Tekanan Intra Uterin

Peningkatan tekanan intra uterin dapat menyebabkan terjadinya

ketuban pecah dini akibat distensi uterus yang meningkat sehingga

menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sedangkan keadaan

tersebut menekan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, kekuatan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

membran menjadi berkurang dan menimbulkan selaput ketuban mudah

pecah. Keadaan distensi yang berlebihan pada uterus misalnya pada

keadaan trauma, gemelli atau kehamilan kembar, makrosomia atau berat

badan neonatus >4000 gram, pada keadaan hidramnion atau

polihidramnion yaitu jumlah cairan amnion >2000 ml.

c. Kelainan letak janin dan uterus, seperti letak sungsang atau letak lintang

d. Infeksi

Infeksi disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang

menyebabkan infeksi pada selaput yang biasanya berasal dari vagina.

Infeksi yang terjadi menyebabkan proses biomekanik pada selaput

ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga selaput ketuban mudah pecah.

e. Faktor Genetik

Faktor genetik berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini baik

karena terdapat kelainan genetik pada keluarga atau rendahnya kadar ion

Cu serum dan vitamin C yang berperan dalam mempertahankan selaput

ketuban dan kekuatan membran.

f. Riwayat Ketuban Pecah Dini (KPD) Sebelumnya

C.1.3. Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap Seksio Sesarea

dan Lama Perawatan

Komplikasi yang ditimbulkan akibat ketuban pecah dini diantaranya

infeksi maternal ataupun neonatus, persalinan prematur, hipoksia karena

kompresi tali pusat, deformitas janin, insiden seksio sesarea yang meningkat

karena persalinan normal yang gagal.5 Ketuban pecah dini merupakan salah

salah satu indikasi medis untuk dilakukan tindakan seksio sesarea oleh

karena sudah terjadi gawat janin.21

Pada kasus ketuban pecah dini

memungkinkan terjadinya infeksi intrapartum, infeksi puerpuralis atau nifas

hingga peritonitis dan septikemia. Kasus infeksi pada ketuban pecah dini

lebih sering terjadi pada persalinan preterm daripada aterm dan secara umum

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding

dengan lamanya periode laten.5

C.2. Partus Lama

C.2.1. Definisi

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam

yang dimulai dari tanda-tanda persalinan.21

C.2.2. Penyebab

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi-komplek yang

tergantung pada keadaan kehamilan, pertolongan persalinan dan

penatalaksanaannya. Faktor-faktor yang menyebabkan partus lama adalah:21

a. Kelainan letak janin

b. Kelainan panggul

c. Kelainan his

d. Pimpinan partus yang salah

e. Kelainan kongenital

f. Primitua

g. Grande multipara

h. Ketuban pecah dini

C.2.3. Pengaruh Partus Lama terhadap Seksio Sesarea dan Lama

Perawatan

Disamping kasus gawat janin, persalinan berkepanjangan merupakan

suatu indikasi medis dilakukannya tindakan seksio sesarea, misalnya pada

keadaan disproporsi sefalo-pelvis atau terdapat kelainan his sehingga

pembukaan tidak berkembang. Terdapat kenaikan insidensi atonia uteri,

laserasi, perdarahan, infeksi hingga sepsis, asidosis atau gangguan elektrolit,

kelelahan ibu, dehidrasi, syok dan kegagalan fungsi organ, robekan jalan

lahir dan terjadinya fistula buli-buli, vagina, uterus dan rektum sehingga

turut meningkatkan angka morbiditas ibu.21

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

D. Faktor Maternal

D.1. Usia

D.1.1. Definisi

Usia adalah lama waktu untuk hidup atau sejak dilahirkan atau sejak

diadakan.33

Usia ibu merupakan penyebab kematian maternal dari faktor

reproduksi. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia

lebih dari 35 tahun adalah 2 hingga 5 kali lebih tinggi daripada kematian

maternal yang terjadi pada usia antara 20 hingga 35 tahun.11

D.1.2. Usia Ibu Kurang dari 20 Tahun

Pada usia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi belum berfungsi

dengan sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan rentan

mengalami komplikasi. Pada usia ini, kekuatan otot perineum dan otot perut

belum bekerja secara optimal, sehingga sering terjadi persalinan lama yang

memerlukan tindakan.21

Risiko kehamilan dengan usia di bawah 20 tahun adalah anemia,

gangguan tumbuh kembang janin, prematuritas atau berat badan lahir rendah

(BBLR), gangguan persalinan, pre-eklampsia, perdarahan antepartum,

asfiksia dan persalinan pervaginam dengan instrumen.12

D.1.3. Usia Ibu Lebih dari 35 Tahun

Semakin bertambahnya usia wanita akan semakin tipis cadangan

telur, indung telur yang juga semakin kurang peka terhadap rangsangan

gonadotropin. Semakin lanjut usia wanita, risiko terjadi abortus semakin

meningkat karena kualitas sel telur atau ovum yang menurun dan

meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom. Salah satu faktor

penyebab abortus pada gravida tua adalah karena terjadinya abnormalitas

kromosom janin.11

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Peningkatan risiko persalinan preterm juga dapat terjadi seiring

bertambahnya usia. Setelah usia 30 tahun lebih besar kemungkinan risiko

persalinan preterm baik kondisi janin dalam keadaan normal ataupun

abnormal.11

Wanita berusia 35 tahun atau lebih meningkatkan risiko

terhadap penyakit penyerta seperti tekanan darah tinggi, gestasional diabetes

dan komplikasi selama persalinan.10

D.1.4. Pengaruh Usia terhadap Seksio Sesarea dan Lama Perawatan

Kemungkinan terjadi komplikasi pada primigravida usia yang terlalu

muda ataupun tua lebih besar dibandingkan primigravida usia 20-30 tahun.

Penelitian Awad Shehadeh di Queen Alia and Prince Hashem Hospital pada

primigravida yang berusia lebih dari 35 tahun terdapat angka kejadian

peningkatan komplikasi keluaran maternal dan perinatal bila dibandingkan

dengan primigravida usia 20-25 tahun, yaitu terjadinya perdarahan

postpartum dan persalinan bedah sesar.11

Wanita dengan usia diatas 35 tahun rentan dengan masalah kesehatan

yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes melitus atau tekanan darah

tinggi.10

Risiko pada wanita usia lebih dari 35 tahun, 2 kali lebih rawan

dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi

dan diabetes pada saat kehamilan pertama. Wanita yang pertama kali hamil

pada usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebesar 60% menderita

takanan darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit diabetes selama

kehamilan dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun.12

Masalah kesehatan

kronis ini merupakan morbiditas pasien postpartum yang turut

mempengaruhi lama perawatan menjadi lebih panjang.

D.2. Tingkat Pendidikan

D.2.1. Definisi

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah

dilalui oleh seseorang. Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang adalah

salah satu faktor demografi yang mempengaruhi kondisi kesehatan individu

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

dan masyarakat. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi, akan dengan

mudah menerima informasi kesehatan dan secara aktif berusaha mencari

informasi yang berhubungan dengan kesehatan. Informasi mengenai

kehamilan dan persalinan merupakan suatu kebutuhan bagi ibu untuk

mempersiapkan kehamilan dan proses persalinan.

D.2.2. Pengaruh Pendidikan terhadap Seksio sesarea dan Lama

Perawatan

Berdasarkan penelitian, ibu dengan tingkat pendidikan rendah,

mempunyai risiko 6 kali lebih tinggi mengalami partus lama dibandingkan

dengan ibu yang tingkat pendidikannya tinggi. Tingkat pendidikan yang

rendah juga berisiko 9 kali mengalami kala II lebih lama.34

Partus lama

dalam kondisi persalinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

lamanya perawatan di rumah sakit oleh karena semakin lama proses

persalinan maka semakin meningkatnya trauma persalinan, terutama setelah

24 jam. Terdapat peningkatan insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan,

infeksi dan faktor kelelahan ibu.10

D.3. Status Ekonomi

D.3.1. Definisi

Status ekonomi sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga yang

dapat mencerminkan kemampuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan

hidup, kebutuhan kesehatan termasuk kebutuhan zat gizi yang

mempengaruhi kondisi kehamilan dan proses persalinan. Status ekonomi

juga turut mempengaruhi akses pelayanan kesehatan sehingga apabila

terdapat komplikasi dalam kehamilan dapat diketahui lebih dini.

D.3.2. Pengaruh Status Ekonomi terhadap Seksio Sesarea dan Lama

Perawatan

Berdasarkan penelitian, status ekonomi dilihat dari pendapatan

keluarga, mempengaruhi terjadinya partus lama, sehingga diperlukan

persalinan dengan tindakan.34

Dalam hal ini akses pelayanan kesehatan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

terutama pemeriksaan kehamilan sangat dipengaruhi oleh kemampuan

ekonomi keluarga. Selain akses pelayanan yang rendah, kehamilan yang

tidak terencana sebelumnya, kecukupan kebutuhan akan zat gizi ibu hamil

sangat berpengaruh terhadap kehamilan dan proses persalinan.

D.4. Status Paritas

D.4.1. Definisi

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama

dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat

badan tidak diketahui dapat dipakai usia kehamilan, yaitu 24 minggu.35

Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil

berdasarkan jumlahnya menurut Perdiknakes-WHO-JHPIEGO, yaitu :

a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali

b. Multigravida dalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, dimana

kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali

c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali

Sedangkan jenis paritas bagi ibu yang sudah partus, antara lain:35

a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu

hidup

b. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah

mencapai tahap mampu hidup

c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua bayi yang mampu

hidup atau lebih

d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau

lebih

D.4.2. Pengaruh Status Paritas terhadap Seksio Sesarea dan Lama

Perawatan

Menurut penelitian Gordon, wanita primipara lebih berisiko terjadi

komplikasi kehamilan dan persalinan serta lebih tinggi angka kejadian seksio

sesarea.25

Risiko kejadian plasenta previa meningkat dengan meningkatnya

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

paritas ibu. Pada wanita multipara, kejadian yang mengindikasikan tindakan

seksio sesarea 3 kali lebih sering daripada primipara. Misalnya kejadian

plasenta previa, pada wanita multipara disebabkan kurangnya vaskularisasi

dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan sebelumnya.7

Pada wanita nullipara berisiko 3,4 kali lebih besar menjalani

persalinan secara seksio sesarea darurat dan risiko sebesar 2,2 kali terjadi

robekan perineum daripada wanita multipara dan grandemultipara,

sedangkan proporsi seksio sesarea darurat lama perawatan lebih panjang

dibandingkan seksio sesarea elektif atau yang sudah direncanakan.7

Risiko

komplikasi seksio sesarea darurat 4-5 kali dibandingkan seksio sesarea

elektif dan risiko morbiditas infeksi 5-6 kali, komplikasi yang menyertai

seksio sesarea darurat, dapat berupa operasi ulangan dan perdarahan yang

dapat memperpanjang masa lama perawatan di rumah sakit.7

D.5. Status Gizi

D.5.1. Definisi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi maternal yang

dapat ditentukan dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi

di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi

kurang, gizi normal, dan gizi lebih.36

D.5.2. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat

mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa

Tubuh, terdiri dari:

a. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks

Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan.37

b. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbuhan skeletal.37

D.5.3. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam

satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.37

Berat badan (kg)

IMT =

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

D.5.4. Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang

batas IMT yang digunakan, seperti pada tabel 1 kategori IMT menurut

WHO.

Tabel 1. Kategori IMT berdasarkan WHO Tahun 2000

Sumber : WHO dalam Gibson, 200538

D.5.5. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Postpartum

Zat gizi ibu pasca melahirkan membutuhkan lebih banyak tambahan

kalori 500 kalori berbeda dengan kebutuhan zat gizi pada wanita dewasa

pada umumnya dan pada ibu hamil. Kecukupan gizi pada ibu pasca

Kategori IMT (kg/m2)

Underweight < 18,5

Normal 18,5 – 24,99

Overweight ≥ 25,00

Pre Obese 25,00 – 29,99

Obesitas tingkat 1 30,00 – 34,99

Obesitas tingkat 2 35,00 – 39,9

Obesitas tingkat 3 ≥ 40,0

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

melahirkan selain digunakan untuk produksi ASI, juga digunakan untuk

mempercepat proses penyembuhan pasca persalinan, baik persalinan

pervaginam yang relatif lebih cepat penyembuhannya ataupun persalinan

dengan tindakan yang memerlukan waktu perawatan lebih lama.36

Perbedaan

kecukupan gizi antara wanita dewasa, ibu hamil dan ibu postpartum dapat

dilihat pada tabel 2 berikut.39

Tabel 2. Perbedaan Tanda Kecukupan Gizi pada Wanita Dewasa, Ibu Hamil dan Ibu

Postpartum 0-24 Minggu

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI, 200439

D.5.6. Pengaruh Status Gizi terhadap Seksio Sesarea dan Lama

Perawatan

Risiko persalinan seksio sesarea meningkat dengan meningkatnya

IMT sebelum kehamilan, terutama pada wanita nullipara.

IMT wanita

sebelum hamil lebih dari 30 mempunyai risiko persalinan secara seksio

sesarea sebesar 2,4 kali dibandingkan pada ibu dengan IMT <30.40

Zat Gizi Wanita Dewasa Ibu Hamil Ibu Postpartum 0-

24 Minggu

Energi (kalori) 2200 2485 2900

Protein (g) 48 60 62

Vitamin A (RE) 500 700 850

Vitamin E (mg) 7,5 18 15

Vitamin D (mg) 5 15 18

Vitamin K (mg) 55 130 55

Niasin (mg) 14 9,1 17

Thiamin (mg) 1,1 1,2 1,5

Vitamin B12 (mg) 2,4 1,3 2,8

Asam folat (mg) 400 300 500

Vitamin C (mg) 60 70 85

Kalsium (mg) 600 900 600

Fosfor (mg) 600 650 600

Besi (mg) 29 46 44

Seng (mg) 7,4 20 14,1

Iodium (mg) 110 175 200

Selenium (mg) 26 70 41

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Berdasarkan status gizi dilihat dari IMT, berat badan berlebih akan

meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung

dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, dan lain-lain. Meningkatnya

risiko gangguan haid (haid tidak teratur) pada wanita dengan berat badan

berlebih juga merupakan faktor penyulit pada persalinan, sehingga dapat

menjadi penyebab perawatan postpartum menjadi lebih lama.15

D.6. Hemoglobin (Hb)

D.6.1. Definisi

Istilah Hemoglobin merupakan rangkaian kata yang terdiri dari heme

dan globin. Heme berarti gugus prostetik yang terdiri dari atom besi dan

globin berarti protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin

terdapat dalam sel-sel darah merah yang merupakan pigmen pemberi warna

merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh.41

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi yang memiliki afinitas

terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut membentuk oksihemoglobin

di dalam sel darah merah yang melalui fungsi ini oksigen dibawa dari paru-

paru ke jaringan.41

D.6.2. Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin dalam darah normal sekitar 15 gram hemoglobin

per 100 ml darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan kadar Hb/100

ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen dalam

darah.41

WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal

berdasarkan usia dan jenis kelamin, seperti pada 3 berikut.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Tabel 3. Batas Kadar Hemoglobin

Sumber: WHO, 200242

D.6.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin di dalam darah dapat mengalami penurunan yang

dapat menyebabkan anemia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar

hemoglobin dalam darah, yaitu:43

a. Perdarahan

Apabila terjadi perdarahan, terjadi penggantian cairan plasma oleh

tubuh yang dapat menyebabkan penurunan konsentrasi sel darah merah

dalam waktu satu sampai tiga hari. Konsentrasi sel darah merah akan

kembali pada keadaan normal dalam waktu tiga sampai enam minggu,

namun pada perdarahan kronik, tubuh tidak dapat mengabsorbsi besi yang

cukup dari usus untuk membentuk hemoglobin yang digunakan untuk

mengganti kehilangan darah. Keadaan ini dapat menimbulkan anemia,

karena sel darah yang terbentuk berukuran jauh lebih kecil dari ukuran

normal dan sedikit mengandung hemoglobin.

b. Kelainan Sel Darah Merah

Kelainan sel darah merah seringkali didapat dari faktor genetik

atau keturunan. Biasanya sel-sel darah merah bersifat rapuh sehingga

akan mudah rusak apabila melewati kapiler ketika melalui limpa.

Kelainan sel darah merah dapat berupa bentuk sferis, ukuran sangat kecil

dari ukuran normal, kandungan hemoglobin yang abnormal dalam darah

dan reaksi antibodi abnormal dalam darah. Keadaan tersebut mudah

Kelompok usia Batas nilai Hb (gr/dl)

Laki-laki dewasa 13

Wanita dewasa 12

Ibu hamil 11

Ibu postpartum pada minggu I 11

Ibu postpartum pada minggu VIII 12

Anak usia 6 bulan-5 tahun 11

Anak usia 6-11 tahun 11,5

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

menyebabkan anemia karena sel darah merah yang mudah rusak dan

rapuh tidak bisa digantikan oleh produksi hemoglobin yang normal oleh

tubuh.

c. Kekurangan Zat Besi

Sekitar 65% jumlah total besi di dalam tubuh terdapat dalam

bentuk hemoglobin. 15-30% disimpan untuk digunakan pada sistem

retikuloendotelial dan sel parenkim hati dalam bentuk feritin. 4% dalam

bentuk mioglobin dan 1% dalam bentuk senyawa heme yang memicu

oksidasi intra sel.

Besi diabsorbi dari usus halus kemudian bergabung dengan beta

globulin dalam plasma darah dan membentuk transferin. Apabila jumlah

besi dalam plasma darah sangat rendah, besi yang terkandung dalam

feritin akan dilepaskan dan diangkut dalam bentuk transferin. Transferin

akan melepaskan besi ke mitokondria tempat sintesis heme. Apabila

jumlah transferin dalam jumlah kurang dalam darah, dapat terjadi

kegagalan pengangkutan besi ke eritroblas sehingga kandungan

hemoglobin sedikit di dalam sel darah merah.

d. Usia

Semakin bertambah usia fungsi fisiologis organ tubuh semakin

mengalami penurunan termasuk penurunan sumsung tulang yang

memproduksi sel darah merah dan penurunan kemampuan sistem

pencernaan dalam penyerapan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh,

misalnya Fe. Pada usia lanjut yang rentan terhadap penyakit-penyakit

degeneratif seperti hipertensi, terdapat penurunan toleransi terhadap kadar

hemoglobin yang menurun oleh karena kurangnya oksigenasi pada organ

akibat gangguan kompensasi pada sistem kardiovaskular.

e. Sosial dan Ekonomi

Sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan

pendapatan keluarga sangat mempengaruhi terhadap asupan gizi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

seseorang. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi, pemahaman

terhadap pemenuhan zat gizi lebih baik berkaitan dengan tingkat

pengetahuannya, pendapatan keluarga juga dapat mencerminkan

kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi, pendapatan yang

rendah cenderung mengabaikan kandungan gizi dalam makanan yang

dikonsumsi, terutama kebutuhan tubuh akan zat-zat mikro seperti Fe yang

sebenarnya mudah didapatkan dari sayur-sayuran hijau. Pekerjaan yang

menuntut aktifitas yang berat dengan tidak diimbangi oleh asupan gizi

yang cukup dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin baik secara

langsung maupun tidak langsung.

D.6.4. Pengaruh Kadar Hb terhadap Seksio Sesarea dan Lama

Perawatan

Ibu pasca melahirkan dihadapkan dengan kemungkinan persalinan

dengan perdarahan yang dapat berpengaruh pada kadar Hb, selain itu

didukung keadaan ibu sewaktu hamil mengalami anemia, kurang nutrisi dan

terdapat penyakit infeksi virus atau bakteri.44

Pengaruh rendahnya kadar Hb

dari kadar normal postpartum adalah terjadinya subinvolusi uteri yang dapat

menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan terjadinya infeksi

puerperium, pengeluaran ASI yang berkurang dan mudah terjadi infeksi

pada payudara.17

Komplikasi perdarahan dan risiko terjadi infeksi puerperium dan

payudara turut menambah penyebab lama perawatan di rumah sakit

diperpanjang. Selain itu Hb juga mempengaruhi proses penyembuhan pada

luka, misalnya pada luka post operasi seksio sesarea.18

Kesembuhan luka

operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan.

Oksigen berikatan dengan molekul protein hemoglobin yang diedarkan ke

jaringan dan sel-sel tubuh melalui sistem peredaran darah dan berfungsi

untuk oksigenasi jaringan disamping oksidasi biologi.44

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

D.7. Lekosit (sel darah putih)

D.7.1. Definisi

Lekosit adalah sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, bergerak

secara amoeboid, dapat menembus dinding kapiler atau diapedesis. Fungsi

dari lekosit adalah menghancurkan agen penyerang dengan proses

fagositosis dan membentuk antibodi yang dapat menghancurkan atau

membuat antigen menjadi tidak aktif.45

Lekosit dibagi menjadi dua yaitu granulosit yang memiliki butir khas

dan jelas dalam sitoplasma dan agranulosit yang tidak memiliki butir yang

khas dalam sitoplasma. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.

Sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Masing-masing

mempunyai fungsi dan kinetik yang independen dalam mekanisme

pertahanan tubuh terhadap infeksi.45

D.7.2. Jumlah Lekosit Total

Jumlah lekosit total menyatakan jumlah sel-sel lekosit per liter darah

atau per satu mm3. Nilai normal orang dewasa adalah 4000-11000/mm

3.46

Penyebab peningkatan jumlah lekosit dapat berasal dari reaksi

sumsum tulang normal terhadap stimulasi eksternal yaitu infeksi, inflamasi,

stress, obat-obatan misalnya kortikosteroid, pada keadaan trauma dan

anemia hemolitik. Selain itu dapat berasal dari efek kelainan sumsum tulang

primer atau kelainan mieloproliferatif dan leukimia.46

Lekositosis pada ibu postpartum adalah meningkatnya jumlah sel-sel

darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah lekosit akan tetap

tinggi selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel darah

putih dapat terus meningkat sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya

kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.21

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Tabel 4. Jumlah Lekosit Total Rata-rata Pada Ibu Hamil dan Ibu Postpartum

Sumber: Saunders-Elsevier, 200820

D.7.3. Pengaruh Jumlah Lekosit Total terhadap Seksio Sesarea dan

Lama Perawatan

Lekositosis dapat menunjukkan suatu kejadian infeksi. Infeksi yang

disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit pada antepartum merupakan

faktor yang mempengaruhi lama perawatan.47

Persalinan dengan tindakan,

misalnya dengan seksio sesarea meningkatkan risiko terjadi infeksi

postpartum, dengan proporsi infeksi paling besar pada jalan lahir yaitu 25-

55%.5,47

Terjadinya infeksi sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan umum

ibu yaitu keadaan gizi, anemia dan obesitas serta berlangsungnya proses

persalinan, seperti ketuban pecah lama atau partus lama. Perawatan keadaan

umum ibu yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi postpartum karena

dapat mempercepat proses penyembuhan luka insisi post seksio sesarea

sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk masa perawatan dan

diharapkan pasien dapat dipulangkan dalam 4-5 hari pasca tindakan seksio

sesarea.7

D.8. Trombosit

D.8.1. Definisi

Trombosit adalah sel berbentuk disk-shaped berdiameter 3-4 µm,

tidak berinti yang terdapat dalam whole blood dan berasal dari sitoplasma

megakariosit. Trombosit berperan dalam proses pembentukan bekuan darah

melalui tahapan-tahapan, yaitu adhesi trombosit, agregasi trombosit dan

reaksi pelepasan.46

Kelompok Usia Nilai rata-rata sel/mm3

Ibu hamil 6000-17000

Ibu postpartum 9700-25700

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

D.8.2. Jumlah Trombosit

Jumlah trombosit normal dalam darah berkisar antara 150.000-

400.000 µm.46

D.8.3. Pengaruh Jumlah Trombosit terhadap Seksio Sesarea dan Lama

Perawatan

Trombositopenia merupakan abnormalitas hemostasis yang sering

dijumpai pada kehamilan meskipun jumlah trombosit masih dalam batas

normal (>150.000) yang dikarenakan hemodilusi atau berhubungan dengan

komplikasi dari kehamilan misalnya pada pre-eklamsia berat. Gestasional

atau trombositopenia insidental dapat muncul pada trimester ketiga pada

pasien tanpa riwayat trombositopenia sebelumnya, namun tidak menjadi

faktor risiko untuk terjadinya perdarahan dan tidak ada kontraindikasi untuk

dilakukan tindakan pembedahan.6

Umumnya jumlah trombosit tidak kurang dari 70.000 /µm, namun

jika dijumpai jumlah trombosit <70.000, dapat dipertimbangkan

kemungkinan terjadi HELLP syndrome atau DIC (Disseminated

Intravaskular Coagulation)46

D.9. Penyakit Penyerta

D.9.1. Definisi

Berbagai macam penyakit yang dapat menyertai ibu pada saat

kehamilan atau terdapat riwayat penyakit sebelumnya yang dapat

mempengaruhi kehamilan, proses jalannya persalinan dan masa nifas.

D.9.2. Macam Penyakit Penyerta

a. Penyakit Jantung

Dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan dalam sistem

kardiovaskular yang biasanya masih dalam batas fisiologis oleh karena

jantung bekerja lebih berat untuk memenuhi kebutuhan oksigen janin

untuk tumbuh. Dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

nadi rata-rata mencapai 88 per menit dalam kehamilan 34-36 minggu.

Dalam kehamilan lanjut, prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan

sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal.6,48

Penyakit jantung dalam kehamilan menurut New York Heart

Association pada tahun 2011 diklasifikasikan sebagai berikut:6

a. Kelas I

Penderita penyakit jantung tidak ada pembatasan dalam

kegiatan fisik, dan apabila melakukan kegiatan biasa tidak terdapat

gejala-gejala penyakit jantung.

b. Kelas II

Penderita penyakit jantung dengan sedikit pembatasan

kegiatan fisik. Pada saat istirahat tidak menimbulkan gejala. Kegiatan

fisik biasa menimbulkan gejala-gejala insufiensi jantung, seperti

kelelahan, jantung berdebar (palpitasi kordis), sesak nafas atau angina

pectoris.

c. Kelas III

Penderita penyakit jantung dengan pembatasan dalam kegiatan

fisik. Pada saat istirahat tidak menimbulkan gejala, namun kegiatan

fisik yang kurang dari kegiatan biasa menimbulkan gejala-gejala

insufiensi jantung seperti disebut dalam kelas II.

d. Kelas IV

Penderita penyakit jantung tidak mampu melakukan kegiatan

fisik. Pada saat istirahat dapat timbul gejala-gejala insufiensi jantung,

yang bertambah apabila melakukan kegiatan fisik walaupun aktivitas

ringan.

Prognosis penyakit jantung pada kehamilan tergantung dari

klasifikasi, usia, penyulit lain, penatalaksanaan, dan kepatuhan pasien.

Kelainan yang paling sering menyebabkan kematian adalah edema

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

paru akut pada stenosis mitral. Prognosis hasil konsepsi lebih buruk

akibat dismaturitas dan gawat janin saat persalinan.48

b. Asma Bronkiale

Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang

sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Kurang dari sepertiga

penderita asma akan membaik dalam kehamilan, lebih dari sepertiga akan

menetap, serta kurang dari sepertiga lagi akan menjadi buruk atau

meningkatnya serangan asma. Biasanya serangan akan timbul mulai usia

kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan

serangan jarang terjadi. Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat

alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan faktor psikis.49

Asma saat kehamilan terutama asma yang berat dan tidak terkontrol

dapat menyebabkan peningkatan risiko komplikasi perinatal seperti pre-

eklampsia, kematian perinatal, prematur dan berat badan lahir rendah,

perdarahan antepartum, korioamnionitis dan persalinan dengan seksio

sesarea.49

c. Diabetes Melitus

Diabetes melitus pada kehamilan adalah intoleransi glukosa yang

terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung.50

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan

karbohidrat untuk menunjang pemasokan makanan bagi janin serta

persiapan untuk menyusui. Glukosa berdifusi melalui plasenta sehingga

kadar dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu.

Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang

mempengaruhi kadar gula pada janin. Pengendalian kadar gula terutama

dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti

estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi

makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan terjadi

peningkatan kebutuhan insulin.50

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

Dalam kehamilan, diabetes dapat menyebabkan komplikasi seperti

abortus dan partus prematurus, pre-eklampsia, hidramnion, kelainan letak

janin, insufisiensi plasenta. Adapun penyulit yang sering dijumpai pada

persalinan adalah inertia uteri dan atonia uteri, distosia bahu karena anak

besar, kelahiran mati, lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan

dan lebih mudah terjadi infeksi. Sedangkan pengaruh dalam nifas,

diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas, sepsis, dan

menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perineum maupun

luka episiotomi.50,51

d. Penyakit Ginjal

Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan

anatomi ginjal dan saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala

dan kelainan fisik.52

Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran

plasma (Renal Plasma Flow) dan tingkat filtrasi glomerolus (Glomerolus

Filtration Rate). Sejak kehamilan trimester II GFR akan meningkat 30-

50%, diatas nilai normal wanita tidak hamil, akibatnya akan terjadi

penurunan kadar kreatinin serum dan urin nitrogen darah. Normal

kreatinin serum adalah 0,5-0,7 mg/100 ml dan urea nitrogen darah 8-12

mg/100 ml.54

Kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan

kehamilan dengan risiko sangat tinggi oleh karena akan berdampak

terhadap fungsi ginjal ibu dan dampak kelainan ginjal terhadap

kehamilan.52

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

A. Kerangka Teori

F. Kerangka Konsep

Faktor ibu Manajemen

operasi

Perawatan pasca

bedah

Faktor

persalinan

- Usia

- Tingkat

pendidikan

- Status

ekonomi

- Status

paritas

- Status gizi

- Kadar Hb

- Jumlah

Lekosit

Total

- Jumlah

Trombosit

- Penyakit

penyerta

- Indikasi seksio

sesarea

- Rencana seksio

sesarea

- Jenis seksio

sesarea

- Jenis insisi

abdomen

- Jenis insisi

uterus

- Tindakan

anestesi

- Sterilitas ruang

operasi

- Kondisi

ketuban

- Partus lama

- Perawatan luka

- Mobilisasi

- Antibiotika

Komplikasi pasca

seksio sesarea

Lama perawatan pasca seksio

sesarea

Usia

Lama Perawatan Pasca

Seksio Sesarea Kadar Hb

Jumlah Lekosit

Total

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-alifiaassy... · presentase persalinan seksio sesarea ... risiko komplikasi pasca

G. Hipotesis

G.1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara faktor-faktor maternal dengan lama perawatan ibu

pasca seksio sesarea

G.2. Hipotesis Minor

a. Ada hubungan antara usia ibu dengan lama perawatan ibu pasca seksio

sesarea

b. Ada hubungan antara kadar Hb ibu dengan lama perawatan ibu pasca seksio

sesarea

c. Ada hubungan antara jumlah lekosit total ibu dengan lama perawatan ibu

pasca seksio sesarea