bab ii tinjauan pustaka -...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti 1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk adalah binatang jenis serangga yang sangat mengganggu dan apabila menggigit menimbulkan rasa gatal-gatal. 8 Nyamuk Ae.aegypti digolongkan kedalam : Philium : Arthropoda Clas : Hexapoda/insecta Ordo : Diptera Subordo : Meniatocera Famili : Culicidae Subfamili : Culicinae Genus : Aedes Subgenus : Stegomyla Species : Aedes aegypti 2. Morfologi Nyamuk Ae.aegypti Nyamuk Aedes aegypti dengan bentuk badan yang kecil, berwarna hitam belang-belang putih dengan ruas tubuhnya. Terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (lyre forum) yang putih di punggung atau thoraxnya. 9,11 Pada bagian kepala terdapat sebuah proboscis, sepasang antena yang terdiri dari 15 segmen, sepasang palpus maxilaries yang terdiri dari 4 segmen, sepasang mata majemuk dan bulu clypeus proboscis berfungsi sebagai alat untuk menghisap darah pada nyamuk betina, sedangkan pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap madu bunga atau cairan tumbuh-tumbuhan. Untuk

Upload: vandan

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes aegypti

1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk adalah binatang jenis serangga yang sangat mengganggu dan

apabila menggigit menimbulkan rasa gatal-gatal.8 Nyamuk Ae.aegypti

digolongkan kedalam :

Philium : Arthropoda

Clas : Hexapoda/insecta

Ordo : Diptera

Subordo : Meniatocera

Famili : Culicidae

Subfamili : Culicinae

Genus : Aedes

Subgenus : Stegomyla

Species : Aedes aegypti

2. Morfologi Nyamuk Ae.aegypti

Nyamuk Aedes aegypti dengan bentuk badan yang kecil, berwarna

hitam belang-belang putih dengan ruas tubuhnya. Terutama pada kakinya dan

dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang

mempunyai gambaran lira (lyre forum) yang putih di punggung atau

thoraxnya.9,11

Pada bagian kepala terdapat sebuah proboscis, sepasang antena yang

terdiri dari 15 segmen, sepasang palpus maxilaries yang terdiri dari 4 segmen,

sepasang mata majemuk dan bulu clypeus proboscis berfungsi sebagai alat

untuk menghisap darah pada nyamuk betina, sedangkan pada nyamuk jantan

berfungsi untuk menghisap madu bunga atau cairan tumbuh-tumbuhan. Untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

membedakan antara jantan dan betina dilihat dari sepasang antenanya. Pada

nyamuk jantan terdapat antena plumous (berambut lebar) sedangkan pada

nyamuk betina terdapat antena pilose (berambut panjang). Selain itu dapat

dilihat pada ukuran palpus maxilaries. Pada nyamuk betina lebih pendek

daripada proboscisnya, dan pada nyamuk jantan lebih panjang

proboscisnya.9,10

3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti) mengalami metamorfose

sempurna (holometabola), yaitu dari telur → larva (jentik) → pupa

(kepongpong) → hingga imago (nyamuk dewasa). Selama masa bertelur,

seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100 sampai 400 butir telur.

a. Telur

Telur nyamuk memiliki panjang sekitar 1 mm. Ketika baru

dikeluarkan berwarna abu-abu keputih-putihan, tetapi setelah kira-kira 1

jam dikeluarkan oleh induknya warna telur ini akan terlihat menjadi lebih

gelap yaitu abu-abu kehitam-hitaman. Biasanya telur-telur tersebut

diletakkan dibagian berdekatan dengan permukaan air misalnya di bak

yang airnya jernih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah. Telur

menetas menjadi larva (jentik) setelah 7 hari.

b. Larva

Stadium larva adalah tahap perkembangan nyamuk Ae.aegypti yang

kedua. Pada stadium larva kelangsungan hidup larva dipengaruhi oleh

suhu, pH air perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva,

lingkungan hidup serta adanya predator.

Ciri-ciri larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada

segmen terakhir, tidak dijumpai rambut berbentuk kipas (palmate hair)

pada segmen-segmen abdomen, terdapat pectin pada corong udara,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

sepasang rambut serta jumbai dijumpai pada corong (shipon) ada combo

scale sebanyak 8-21 pada setiap sisi abdomen segmen ke delapan, terdapat

duri yang panjang dengan bentuk kurva pada sisi thorax dan adanya

sepasang rambut dikepala dan corong udara dilengkapi dengan pectin.12

Sifat larva Ae.aegypti biasa bergerak lincah dan aktif,

memperlihatkan gerakan-gerakan naik kepermukaan air dan turun ke dasar

secara berulang-ulang. Larva aktif mencari makanan di dasar, oleh karena

itu larva Ae.aegypti disebut pemakan makanan di dasar (bothomfeeder).

Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan

siphonnya di atas permukaan air sehimgga abdomennya terlihat

menggantung pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada

posisi membentuk sudut (±45o) dengan permukaan air.13

Temperatur optimal untuk perkembangan larva adalah 25oC-27oC.

Larva berbah menjadi pupa memerlukan waktu 4-9 hari dan mengalami

empat tahap perkembangan yaitu instar I, II, III dan IV. Perubahan instar

ditandai dengan pengelupasan kulit yang disebut moulting. Perkembangan

instar I ke II berlangsung dalam waktu 2-3 hari, kemudian instar II ke

instar III dalam waktu dua hari dan perubahan instar III ke instar IV dalam

waktu dua hari.13

Larva instar III dan instar IV mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu

telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dapat dibagi menjadi

bagian kepala (chepal), dada biasa (thorax), dan perut (abdomen). Pada

bagian kepala sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-duri

dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing).

Larva juga biasanya memangsa mikroorganisme yang ada di dalam

air. Adanya makanan tersebut mengalami pertumbuhan dan

perkembangan dengan merusak kulit yang lama menjadi kulit yang baru

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

yang bentuknya lebih besar. Namun ada juga beberapa jenis larva Aedes

aegypti yang memangsa jentik yang lain.

c. Pupa

Pupa tidak membutuhkan makanan mikro organisme lagi dan warna

kulit atau wadah pupa akan menghitam sejalan dengan berkembangnya

nyamuk baru atau dewasa di dalamnya. Perubahan dari larva menjadi pupa

akan membelah disepanjang bagian tubuhnya. Perlahan-lahan nyamuk

baru atau dewasa akan berusaha melepaskan diri dari kulit tersebut.6

d. Nyamuk Dewasa

Untuk nyamuk dewasa yang dari jenis betina, ia mampu bertahan

hidup antara 2 minggu sampai 3 bulan (rata-rata 1 bulan), tergantung suhu

atau kelembaban udara di sekitarnya. Sementara nyamuk jantannya hanya

akan hidup dalam jangka waktu 6 sampai 7 hari, tepatnya nyamuk kawin

dan akan segera mati. Perubahan dari pupa menjadi nyamuk dewasa

membutuhkan waktu 7 sampai 10 hari.6

Perilaku nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah untuk

proses pematangan telurnya. Berbeda dengan nyamuk jantan tidak

memerlukan darah, tetapi menghisap sari bunga dan nektar. Nyamuk

betinalah yang menyebabkan penyakit dan mengganggu manusia.

Nyamuk betina sangat sensitif terhadap gangguan, sehingga memiliki

kebiasaan mengigit berulang-ulang. Kebiasaan ini sangat memungkinkan

menyebarkan virus demam berdarah kebeberapa orang secara sekaligus.

Nyamuk biasanya menggigit pada pukul 08.00 – 13.00 dan pukul 15.00 –

17.00, sementara pada malam hari nyamuk bersembunyi di sela-sela

pakaian yang tergantung, korden dan ruangan yang gelap serta lembab.11

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

4. Sistem Respirasi pada Serangga

Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi

masuk dan sebaliknya CO2 dapat berdifusi keluar.Alat respirasi pada

serangga corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh

serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang

kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel

berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan

pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot

sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada

umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat

serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian

udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya

pebuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus

sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.

Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang

disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjad antara trakeolus dengan sel-sel

tubuh. Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkan ke seluruh

tubuh, dengan demikian darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut

sari-sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian

ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan.

Pada jentik nyamuk, udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan

ke permukaan air untuk mengambil udara.13

5. Bionomik

a. Tempat Perindukan (Breeding Pleace)

Nyamuk Ae.aegypti hidup di dalam rumah, sekitar rumah

ditempat-tempat yang terdapat genangan air yang jernih seperti lubang

pohon, pelepah daun, drum, tepayan, bak mandi, WC, kaleng bekas, vas

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

bunga, ban bekas, dan tempat-tempat yang lembab. Semua tempat-

tempat tersebur tidak menyentuh tanah.11

Tempat-tempat perindukan atau perkembang biakan tersebut,

dapat dibedakan atas :

1. Tempat Perindukan Sementara.

Terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air (TPA)

misalnya, kaleng bekas, ban bekas, pecahan botol, pecahan gelas,

talang air, vas bunga, dan tempat-tempat yang menampung genangan

air besar.

2. Tempat Perindukan Permanen

Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan rumah tangga

seperti, baka penampungan air bersih (reservoir), bak mandi,

gentong air dan bak cuci di kamar mandi.

3. Tempat Perindukan Alamiah

Berupa genangan air pada lubang pohon seperti yang terdapat pada

celah-celah atau lubang-lubang pohon pisang, kelapa, aren, atau

juga pada bekas pohon bambu dan lubang bekas batang atau cabang

pohon yang tumbang.

b. Perilaku Makan

Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari

hewan berdarah panas lainnya. Nyamuk betina memiliki dua periode

aktivitas menggit, pertama di pagi hari selama beberapa jam matahari

terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum matahari gelap

c. Perilaku Istirahat

Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan

tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur,

kamar mandi, kamar kecil dan dapur.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

d. Jarak Terbang

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh

beberapa faktor termasuk ketersediaan tenpat bertelur dan darah, tetapi

terbatas 100 meter dari lokasi kemunculan.Akan tetapi peneltian baru di

Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat menyebar

sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur.6

e. Lama Hidup

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya

delapan hari. Selama musim hujan saat bertahan hidup lebih panjang

risiko penyebaran virus makin besar.

6. Gambaran Klinis Penyakit DBD

Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga sedang,

dengan manivestasi demam akut, disertai sakit kepala nyeri yang hebat pada

otot dan tulang (Breakbone fever), mual, kadang-kadang muntah, batuk

ringan, pendarahan kulit (bercak-bercak) dan ditemukan leukopenia pada

pemeriksaan laboratorium.. 11

B. Pengendalian Vektor (Larva)

Ada beberapa untuk pengendalian jentik atau lebih dikenal dengan istilah

Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) antara lain :

a. Chemical Control (Secara Kimia)

Dengan pemberian larvasida pada tempat-tempat penampungan air.

Mengingat tempat perkembangbiakan larva vektor DBD pada penampungan

air yang airnya digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari terutama untuk

minum dan memasak, maka larvasida yang digunakan harus mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut ; efektif pada dosis rendah, tidak bersifat ricuh bagi

manusia/mamalia, tidak menyebabkan perubahan rasa, warna, dan bau pada

air yang diperlukan, dan efektifitasnya lama. Beberapa larvasida dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

kriteria seperti tersebut di atas sebagian telah digunakan secara luas

(operasional) dan sebagian lainnya masih dalam tahap uji laboratorium atau

uji lapangan skala kecil.

1) Temephos (Abate)

Larvasida ini terbukti efektif terhadap Aedes aegypti dan daya

racunnya rendah terhadap mamalia. Pada program penanggulangan vektor

DBD di Indonesia, temephos sudah digunakan sejak 1976 dalam bentuk

(formulasi) butiran pasir (sand granules) dengan dosis 1 ppm.

2) Methoprene (OMS – 1697)

Pada uji lapangan yang dilakukan oleh Houten dkk di daerah

Jakarta Utara ternyata methoprene berhasil menekan kepadatan nyamuk

Aedes aegypti yang hinggap pada orang dan munculnya nyamuk tersebut

selama sebulan. Larvasida ini termasuk jenis penghambat tubuh serangga

(insect growth regulation).

3) Difrubenzuron (OMS – 1804)

Penggunaan larvasida ini pada tempat penampungan air (tempayan)

berhasil mengendalikan larva Aedes aegypti selama 18 minggu.

4) Triflumuron (OMS – 2015)

Larvasida jenis penghambat tubuh serangga ini efektifitasnya telah

dibuktikan. Pada uji labolatorium, dosis 1 ppm berhasil menekan

perkembangan Aedes aegypti menjadi dewasa selama 8 minggu. Uji

lapangan pada dosis 0,075 ppm ternyata berhasil menurunkan populasi

Aedes aegypti selama 2 minggu setelah perlakuan.

5) Vetrazin (OMS – 2014)

Uji laboratorium dan lapangan vetralizin terhadap larva Aedes

aegypti membuktikan bahwa LC50 nya terhadap Aedes aegypti sebesar

0,48 mg/l (laboratorium) sedang efektifitasnya di lapangan sama dengan

methopiene.5, 12

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

b. Environmental Control (Secara Mekanis)

Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

wadah sejenis seperti ban bekas, vas bunga dan yang dapat menampung air

hujan dan membersihkan yang potensial yang dijadikan sebagai sarang

nyamuk, misalnya semak belukar, got. Pengendalian secara mekanis yang

dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap

nyamuk, baik menggunakan cahaya, lem atau raket pemukul.11

c. Biological Control (Secara Hayati)

Pengendalian larva Aedes Aegypti secara hayati tidak sepopuler secara

kimiawi oleh karena penurunan padat populasi yang diakibatkannya perlahan-

lahan tidak sedrastis bila menggunakan larvasida (kimiawi). Organisme yang

digunakan dalam pengendalian secara hayati umumnya bersifat predator,

parasitic atau patogenik dan pada umumnya ditemukan pada habitat yang

sama dengan larva yang menjadi mangsanya. Predator biasanya hidup bebas

dengan memangsa binatang atau serangga lainnya. Dengan ciri-ciri predator

adalah : predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsa,

predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsa dengan

cepat, seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama

hidupnya, predator membunuh mangsa untuk dirinya sendiri, kebanyakan

predator bersifat carnivora. Beberapa diantaranya telah diuji coba di

laboratorium dan di lapangan pada skala kecil.

1) Texorhynchites sp

Larva Tx. Splendens instar I diuji coba didaerah pemukiman di

Jakarta untuk mengendalikan Aedes aegypty yang berada di tempat-tempat

penampungan air.

2) Mesostoma sp

Organisme tersebut termasuk bangsa Tubellaria berukuran 0,1 – 0,5

cm bersifat predator terhadap larva nyamuk. Pada uji laboratorium yang

dilakukan di Malaysia, cacing tersebut terbukti sangat efektif dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

menekan populasi nyamuk demikian pula dengan uji lapangan

(persawahan).

3) Labelulla

Masyarakat awam mengenal organisma tersebut sebagai capung

(dragon fly), termasuk golongan serangga Anisoptera.

Nimfa serangga tersebut yang hidup di dalam air telah lama

diketahui sebagai predator larva nyamuk baik di dalam laboratorium

maupun di alam. Berdasarkan sifat tersebut pada uji ciba yang dilakukan

di Myanmar ternyata nimfa Labellula ukuran sedang mampu memangsa

larva dan pupa Aedes aegypti sebanyak 133 ± 21 dalam waktu 24 jam.

Kemampuan tersebut ternyata 3 kali lebih banyak daripada kemampuan

larva Tx. Slendens yang sebesar 40 ± 6.

4) Mesocyclups aspericornis

Jenis Copepodo yang terbesar sebagai plankton dan benthos ini

bersifat predator. Pada suatu penelitian di Polinesia Perancis terbukti

bahwa M.. aspericurnis pengaruhnya tidak konsisten terhadap Aedes

aegypti yang berada di tangki air, drum dan sumur tertutup.

5) Romanomermis iyengari

Organisme ini termasuk jenis cacing Nematoda dan bersifat parasit

pada larva nyamuk.Cacing tersebut tumbuh dan berkembang jadi

dewasam cacing tersebut keluar dari tubuh inangnya (larva) dengan jalan

merobek dinding tubuh inangnya sehingga menyebabkan kematian inang

tersebut. Penelitian di labolatorium dengan menggunakan perbandinga

jumlah parasit dan inangnya 1 : 1 diperoleh rata-rata infeksi sebesar 33,

75%. 12

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

C. Pestisida

Secara garis besar pestisida dapat dikelompokan berdasar kelompak hama

yang akan dikendalikan dan berdasarkan fungsi pestisida tersebut. Penggolongan

inilah yang sering menimbulkan salah satu pengertian dari pemakainya,sehingga

menimbulkan kesalahan dalam aplikasinya. Karena kesalahan dalam memilih

jenis pestisida yang akan digunakan menyebabkan tidak berfungsinya pestisida

tersebut seperti yang diharapkan.Sebelum membuat keputusan dalam memilih

pestisida harus diketahui dahulu fungsi beberapa golongan pestisida. Adapun

fungsi dari beberapa pestisida antaralain : a) Insektisida untuk mengendalikan

serangga; b) fungisida untuk mengendalikan jamur; c) herbisida untuk

mengendalikan gulma; d) bakterisida untuk mengendalikan bakteri; e) rodensida

untuk mengendalikan tikus; f) nematisida untuk mengendalikan nematoda dan g)

molukisida untuk mengendalikan siput.

1. Karakteristik Pestisida

Dalam menentukan jenis pestisida yang tepat perlu diketahui

karakteristik pestisida, yang meliputi :

a. Efektifitas : merupakan daya bunuh pestisida terhadap hama. Pestisida

yang bagus seharusnya memiliki daya bunuh yang cukup untuk

mengendalikan hama dengan dosis yang tidak perlu tinggi, sehingga

memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan.

b. Selektifitas : sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian,

merupakan kemampuan pestisida membunuh beberapa jenis organisme.

Pestisida yang disarankan adalah pestisida yang bersifat selektif atau

berspektrum sempit.

c. Fitotoksisitas : merupakan suatu sifat yang menunjukan potensi pestisida

untuk menimbulkan efek keracunan pada tanaman yang ditandai dengan

pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Pestisida yang

sebaiknya digunakan adalah pestisida dengan fitotoksisitas yang rendah.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

d. Residu : adalah racun yang tinggal, yang akan bertahan sebagai racun

sampai batas waktu tertentu.

e. Persistensi : kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam

tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat

berbahaya karena dapat meracuni lingkungan.

f. Resistensi : merupakan kekebalan hama terhadap aplikasi suatu jenis

pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan resistensi sebaiknya

tidak digunakan.

g. LD 50 atau Lethal Dosage 50% : besarnya dosis yang dapat mematikan

50% dari jumlah sampel yang diberi perlakuan.

h. Kompatabilitas : adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk dicampur

dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif.16

2. Mekanisme Kerja Pestisida

Secara fisiologis mekanisme kerja pestisida ada beberapa cara antara

lain yaitu :

a. Cara Insektisida Membunuh Sasaran

Menurut Subiyakto Sudarmo (1992) adanya cara-cara insektisida

dalam membunuh jasad sasaran adalah :

1) Fisis

Berpengaruh secara fisis yaitu bahan insektisida memblokade

proses metabolisme, bukan reaksi biokemis atau neurologis,

melainkan mekanis misalnya dengan memblokade penutupan

pernapasan. Penyerapan air, dari tubuh serana sehingga serangga

akan kehilangan kandungan air dan akan mati

2) Merusak Enzim

Mercuri dan garam-garamnya semua asam kuat beberapa logam

berat termasuk cadmium dan timah hitam akan berpengaruh

merubah semua enzim dalam sistem kehidupan serangga.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

3) Merusak Syaraf

Jenis insektisida yang merusak saraf adalah methyl bromide,

ethylene dibromide, hydrogen cyanida dan chloropicrin. Insektisida

merusak sysrsf dengan cara kerja fisis.

4) Menghambat Metabolisme

Insektisida yang menghambat transport electron mitokondria,

misalnya rotenone HCN dinettrophenols dan organating.

5) Meracuni Otot

Insektisida yang meracuni otot yaitu karena berhubungan langsung terhadap jaringan otot

D. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang

digunakan untuk membunuh serangga. Insektisida yang baik mempunyai sifat

sebagai berikut : 1) Mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tidak

berbahaya bagi binatang vertebrata termasukmanusia dan ternak ; 2) murah

harganya dan mudah didapat dalam jumlah yang besar; 3) mempunyai susunan

kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar; 4) mudah dipergunakan dan dapat

dicampur dengan berbagai macam bahan pelarut dan 5) tidak berwarna dan tidak

berbau yang tidak menyenangkan.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan insektisida adalah : 1) ovisida

insektisida untuk membunuh stadium telur; 2) larvasida insektisida untuk

membunuh stadium larva/nimfa; 3) adultisida insektisida untuk membunuh

stadium dewasa; 4) akarisida (mitisida) insektisida untuk membunuh tungau; dan

5) pedikuisida (lousisida) insektisida utuk membunuh tuma.

Khasiat insektisida untuk membunuh serangga sangat bergantung pada

bentuk, cara masuk kedalam badan serangga, macam bahan kimia, konsentrasi

dan jumlah (dosis) insektisida.

Disamping itu faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam upaya

membunuh serangga dengan insektisida ialah mengetahui spesies serangga yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

dikendalikan, ukurannya, susunan badannya, stadiumnya, sistem pernafasannya

dan bentuk mulutnya. Juga penting mengetahui habitat dan perilaku serangga

dewasa termasuk kebiasaan makannya.

Pembagian insektisida menurut bentuknya dibagi menjadi tiga yaitu : 1)

bahan padat, yang terdiri dari serbuk, glanula dan pallet; 2) larutan, yang terdiri

dari aerosol dan fog, kabut, semprot dan 3) gas,yang terdiri dari asap (fume dan

smoke) dan uap (vapors).

Menurut cara masuknya ke dalam badan serangga, insektisida dibagi

dalam:

a) Racun kontak (contact poison)

Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan

perantara tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang

mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas

serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.

b) Racun perut (stomach poison)

Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus

dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan mengunakan insektisida

ini mempunyai bentuk mulut untuk menggigit, lekat isap, kerat isap, dan

bentuk menghisap.

c) Racun pernapasan (fumigants)

Insektisida masuk melalui sistem pernapasan (spirakel) dan juga melalui

permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk

memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk

mulutnya. Penggunaan insektisida ini harus hati-hati sekali terutama bila

digunakan untuk pemberantasan serangga di ruang tertutup.

Menurut macam bahan kimia insektisida dibagi menjadi tiga jenis yaitu,

insektisida anorganik,insektisida organik dan insektisida organik sintetik.

Insektisida anorganik terdiri dari sulfur,merkuri,golongan arsenikum,

golongan flour. Insektisida organik terdiri dari piretrum, rotenon, nikotin,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

sabadila, dan golongan insektisidaberasal dari bumi (minyak tanah, minyak

solar, minyak pelumas).Sedangkan Insektisida organik sintetik terdiri dari

golongan organik klorin (DDT, dieldrin, klorden, BHC, linden); golongan

organik fosfor (malation, paration, diazinon, fenitrotion, abate, DDVP,

dichorvos); golongan organik nitrogen (dinitrofenol); golongan

sulfur/karbamat (baygon, sevin); golongan tiosianat (letena, tanit).

E. Cara Kerja Insektisida Dalam Pernafasan

Menurut Subiyakto Sudarmo, pada umumnya racun dapat masuk ke dalam

tubuh hama melalui saluran pernafasan yang disebut spirakel dan pori-pori pada

permukaan tubuhnya. Daya kerjanya menyerang pada system syaraf pusat dan

cepat menimbulkan kelumpuhan (paralysis). Bahan kimianya berbentuk fumigan

yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, dan asap yang berfungsi untuk

membunuh hama.

Insektisisda racun pernafasan ini sering digunakan dalam

pemberantasanhama di gudang yaitu hama makanan, kertas-kertas arsip, atau

dokumen, tikus dan sebagainya. Allethrin mempunyai senyawa cinerin pada

pyrethrum dimana pyrethrum dikelompokkan ke dalam racun aksonik. Akson dari

sel lainnya. Senyawa kimia yang mempengaruhi transmisi impuls ini disebut

sebagai aksonik. Pengaruhnya sangat cepat terhadap serangga yang sedang

terbang sehingga menyebabkan cepatnya otot-otot menjadi paralysis, oleh karena

itu diduga insektisida ini mempunyai pengaruh terhadap gangguan dari system

saraf pusat serangga dimana insektisida merusak saraf dengan cara kerja fisis

yaitu insektisida memblokade penutupan pernafasan.

F. Metode Penggunaan Insektisida

Untuk memilih jenis insektisida dalam usaha memberantas serangga,

maka harus dipertimbangkan berbagai faktor yaitu spesies serangga yang dituju,

stadium serangga yang ingin diberantas apakah stadium telur, larva, atau dewasa,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

lingkungan hidup daerah yang akan diberantas serangganya (apakah di air, apakah

pemberantasannya ditujukan pada serangga yang terbang di udara, apakah

serangga tersebut berada pada tumbuhan, apakah di dalam rumah atau di dalam

tanah) dan bagaimana sifat-sifat biologik serangga yang akan diberantas agar

dapat dipilih insektisida yang paling mudah masuk ke dalam tubuh serangga,

misalnya dengan mengetahui cara hidup, cara makan, dan sistem pernafasan

serangga yang dituju. Dengan demikian maka dapat dipilih jenis-jenis insektisida

yang tepat dan dilakukan pemberantasan dengan cara dan metode yang benar.

Berbagai bentuk insektisida yang digunakan untuk memberantas serangga

adalah bentuk spray untuk penyemprotan, bentuk aerosol untuk pengasapan dan

pengkabutan, bentuk debu, bentuk granula, dan bentuk umpan.16

G. Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon spp)

Gambar 1.Tanaman Kumis Kucing

a. Spesifikasi Tanaman

Kumis kucing (Orthosiphon spp) merupakan tanaman obat berupa

tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai

istilah seperti kidney tea/java tea (Inggris), giri-giri merah (Sumatra), remujung

(Jawa tengah dan Jawa timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman kumis

kucing berasal dari wilayah Afrika tropis kemudian menyebar ke wilayah Asia

dan Australia. Namun sentra penaman berada di pulau Jawa.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

b. Klasifikasi Tanaman

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Lamiaceae

Genus : Orthosiphon

Species : Orthosiphon spp

c. Deskripsi

Tanaman yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak

tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak berakar.

Helai daun terbentuk bundar telur panjang, lanset, lancip atau tmpul pada bagian

ujungnya, tepi daun bergerigi, ukuran daun panjang 1-10cm dan lebarnya 7,5mm-

1,5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua

permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat

banyak, panjang tangkai daun 7-29cm, Kelopak bunga berkelenjar, urat dan

pangkal berbulu pendek dan jarang, sedangkan di bagian yang paling atas gundul.

Bunga bibir, mahkotaberwarna ungu pucat atau putih, sedangkan ukuran

panjang13-27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu

atau putih, panjang tabung 10-18mm, panjang bibir 4,5-10mm, helai bunga

tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan

melibihi bibir bunga bagian atas. Buah jeruk berwarna coklat gelap,panjang 1,75-

2 mm.

d. Jenis Tanaman

Spesies kumis kucing yang terdapat di pulau Jawa adalah O.aristatus,

O.thymflorus, O.petiolaris dan O.temantosus var. glabratus. Klon kumis kucing

yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

H. Kandungan Kimia Tanaman Kumis Kucing

Tanaman kumis kucing diketahui mengandung zat samak, minyak atsiri,

saponin, tannin.20

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak

atsiri disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial. Karena

pada suhu kamar bisa menguap. Secara kimia minyak atsira bukan senyawa

tunggal,tetapi tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar

terdiri dari kelompok terpenoid. Terpenoid merupakan kandungan cita rasa dan

bau yang paling penting dalam tumbuhan. Sebagai kandungan tambahan minyak

atsiri, senyawa atsiri menberikan ciri khas pada produk yang kandungan

utamanya terpenoid sebagai kandungan cita rasa dan bau. Senyawa jenis ini juga

mempunyai peran sebagai penghambat dalam antaraksi serangga-tumbuhan. Sifat

minyak atsiri antara lain tersusun oleh bermacam komponen senyawa, memiliki

bau yang khas, mempunyai rasa getir, berasa tajam dan mempunyai sifat yang

tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan.Pada umumnya tidak bercampur

dengan air, tetapi cukup dapat larut dalam air hingga dapat memberikan baunya

kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil sangat mudah larut dalam pelarut

organik. Dengan bau yang sangat khas atau aromatik, minyak atsiri tidak disukai

oleh serangga.,18,19

Saponin adalah glikosidan yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan

gula (glikon). Selain itu saponin juga merupakan glikosida triterpenoid dan sterol.

Senyawa aktif permukaan dari saponin bersifat seperti sabun dan dideteksi

brdasarkan kemampuan membentuk busa dan memiliki rasa pahit yang

mempunyai efek menurunkan tegangan permukaan hingga merusak membran sel

dan mengaktifkan enzim sel merusak protein sel. Saponin mempunyai bahan

deterjen yang kuat. Saponin ada pada seluruh bagian tanaman misalnya pada

daun, batang,akar dan bunga. Saponin dapat memberikan pengaruh terhadap

proses biologis tubuh dan metabolisme zat nutrisi dengan cara menghambat

produktivitas kerja enzim, sehingga dapat menghambat produktivitas dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

prtumbuhan. Pakan yang mengandung lebih dari 0,20% saponin akan berakibat

buruk terhadap pertumbuhan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan. Saponin

biasanya menyebabkan iritasi membran mukosa (selaput lendir) sehingga faring

menjadi kering dan kemerh-merahan, otot di bawah kulit rusak dan terjadi

kelumpuhan, akibat kelumpuhan yang hebat maka otot dapat pecah dan akhirnya

terjadi kematian.15

Zat samak diketahui mengendapkan protein yang terdapat dalam mukus

yang melapisi bagian dalam usus. Dengan demikian, penyerapan makanan di usus

menjadi terhambat. Zat samak pada kunis kucing bersifat sebagai diuretik atau

membantu mengeluarkan cairan.20

Tannin merupakan senyawa polifenolik (dapat berfungsi sebagai

desinfektan). Dengan bobot molekul yang tinggi dan mempunyai kemampuan

mengikat protein. Hampir semua keluarga tanaman mempunyai speies yang

mengandung tannin, karena terkenal karena rasa sepat, biasanya berada pada

daun, buah, kulit, pohon, batng maupun akar. Oksidasi fenol dalam tannin dapat

meningkatkan daya tahan kulit, tahan terhadap aksi bakteri, panas dan abrasi. Hal

tersebut menyebabkan pakan yang mengandung tannin memiliki daya cerna dan

palabilitas yang rendah. Dengan memberikan pakan yang mengandung tannin

lebih dari 0,5% dalam ransum dapat menyebabkan penekanan pertumbuhan.15

Tannin buasanya berupa senyawa amorf, higroshopis,berwarna kuning yang

mempunyai sifat larut dalam air. Tannin terbukti mempunyai aktifitas

antioksidan, menghambat pertumbuhan hormon dan menghambat dan

menghambat enzim.19

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

I. Kerangka Teori

Upaya/cara pengendalian nyamuk (Aedes aegypti)

Organik alami

Organik sintesis

Pengelolaan LingkunganmekanikKimia Biologi

Suhu, parasit, predator Kandungan zat kimia

pH, suhu,tempat kering

Jentik Instar I Jentik Instar II Jentik Instar III Jentik Instar IV

Pupa (Kepompong)

Temperatur, pH air perindukan makanan, kepadatan larva, predator

Penyakit demam berdarah

Dewasa

Jentik/larva

Telur

Faktor manusia, Vektor, Kuman (bibit penyakit)

Ekstrak daun kumis kucing • Konsentrasi Temperatur air • Waktu Kontak • Volume tempat

Gambar. 3 Kerangka teoritis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perkembangan nyamuk

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ikmadesniw... · Cara ini dilakukan dengan cara mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

J. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kematian larva Aedes aegypti

Variabel Terkendali • Suhu air • pH air • Intensitas cahaya • Kelembaban

Ekstrak daun kumis kucing

K. Hipotesis

1. ”Ada pengaruh dari berbagai konsentrasi ekstrak daun kumis kucing

terhadap kematian larva Ae.aegypti.”

2. ”Ada perbedaan jumlah kematian larva Ae.aegypti pada berbagai tingkat

konsentrasi.”