isi-laporan k3m
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Di dunia, sebesar 6 juta anak meninggal tiap
tahunnya kerana diare, dimana sebahagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang
(Parashar, 2003). Berdasarkan laporan WHO, kematian di negara berkembang diperkirakan sudah
menurun dari 4,6 juta kematian pada tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003
(WHO, 2003). Di Indonesia, angka kematian diare juga telah menurun tajam. Berdasarkan data
hasil survey rumah tangga, kematian kerana diare diperkirakan menurun dari 40% pada tahun 1972
hingga 24,9% pada tahun 1980, 16% tahun 1985 hingga 7,4% tahun 1996 dari semua kasus
kematian.
Walaupun angka kematian kerana diare telah menurun, angka kesakitan kerana diare tetap
tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia, dilaporkan tiap anak
mengalami diare sebanyak 1 – 2 episode per tahun (DepKes, 2003). Berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002 – 2003, prevalensi diare pada anak-anak dengan usia
kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan
umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6 – 11 bulan (19,4%), 12 – 23 bulan (14,8%), dan 24 –
35 bulan (12,0%), (Biro Pusat Statistik, 2003)
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari ke tahun ke tahun.
Hasil survey subdit diare angka kesakitan diare semua umur tahun 200 adalah 301/1000 penduduk,
tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk. Secara
proporsional diare pada golongan balita adalah 55%. Kematian diare pada balita 75,3/100.000
balita, dan untuk semua umur 23,2/100.000 penduduk (Hasil SKRT 2001).
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare diantaranya kuman
melalui kontaminasi makanan atau minuman yang tercemar tinja dan lainnya yaitu faktor dari
Penjmu/host sendiri juga faktor lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama lintas
program/sektor terkait serta partisifasi aktif masyarakat, sehingga angka diare bisa ditekan.
.
1
B. Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat dan Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat.
Kegiatan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M) merupakan sarana bagi mahasiswa
kedokteran tingkat profesi Fakultas Kedokteran UGM untuk menerapkan dasar-dasar ilmu
biomedik, klinik, perilaku dan epidemiologi secara langsung di masyarakat. Kegiatan K3M
dilaksanakan secara terintegrasi dari berbagai program studi di Fakultas Kedokteran UGM yaitu
program studi pendidikan dokter, program studi ilmu keperawatan, dan program studi gizi
kesehatan. Pelaksanaan K3M berlangsung selama 6 minggu di daerah yang ditunjuk dengan
harapan dapat membantu meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat di tempat terkait.
Pada K3M periode Mei – Juni 2009, mahasiswa dibagi ke beberapa daerah dan kami
mendapat tugas di Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap. Kegiatan kami di Kecamatan
Binangun mengikuti wilayah kerja Puskesmas Binangun. Tetapi setelah melalui pengamatan
beberapa minggu ditambah dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk memilih Desa
Pasuruhan sebagai wilayah kerja khusus kami.
Fokus yang menajdi perhatian kami adalah peningkatan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap penyakit diare. Upaya yang kami lakukan pertama kali adalah pendekatan
terhadap masyarakat di lokasi lewat acara RT, pertemuan ibu-ibu PKK, yasinan dan pertemuan
warga lainnya. Dalam tiap-tiap pertemuan itu kami melakukan penyuluhan tentang penyakit diare
meliputi pengertian diare, gejala klinis, penyebab diare, cara penularan, cara penanganan awal,
dan anjuran untuk di rujuk ke pelayanan kesehatan. Mengutamakan pentingnya kebersihan diri dan
lingkungan. Bagi warga yang sudah terkena diare kami membagikan kaporit ke warga penderita
diare tersebut untuk di masukkan ke sumurnya secara merata, juga diberikan kaporit kepada 4
sumur di sekitar warga penderita diare tersebut. Khusus untuk penderita yang terkena diare dan
meninggal, kami melakukan pembagian kaporit ke 20 sumur di sekitar penderita diare yang sudah
meninggal. Pembagian oralit untuk warga yang ada di lingkungan berisiko tinggi terkena diare.
Penyuluhan secara menyeluruh juga kami sampaikan ke kader-kader di desa pasuruhan,
harapannya agar para kader bisa memberi contoh yang benar ke warga tentang pengenalan diare
dan penanganan awal.
C. Demografi Wilayah
1. Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap terletak di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Cilacap terletak
di antara 1084’30” BT - 10930’30” BT dan 730’ LS - 745’20” LS dengan luas wilayah 225.361 Ha
termasuk Pulau Nusakambangan seluas 11.511 Ha dan terbagi dalam 24 kecamatan.
2
Batas wilayah Kabupaten Cilacap sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Ciamis (Propinsi Jawa Barat)
Sebelah Timur : Kabupaten Kebumen
(Sumber: Profil Kabupaten Cilacap tahun 2008)
2. Kecamatan Binangun
Wilayah kerja Puskesmas Binangun merupakan dataran rendah sampai berombak dan
berjarak tempuh kurang lebih 50 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Cilacap dengan waktu
tempuh sekitar 1 jam ke arah Timur.
Kecamatan Binangun berada pada ujung Timur Kabupaten Cilacap, dengan batas-batas
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Kroya
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kecamatan Adipala
Sebelah Timur : Kecamatan Nusawungu
(Sumber: Data Monografi Kecamatan Binangun tahun 2008)
3. Puskesmas Binangun
Puskesmas Binangun terletak di Desa Binangun, Kecamatan Binangun, Kabupaten
Cilacap. Luas bangunan Puskesmas Binangun yaitu 593.3 m2. Puskesmas Binangun memiliki lima
puskesmas pembantu (pustu), yaitu pustu Kemojing, pustu Pagubugan, pustu Sidayu, pustu Jati,
dan pustu Bangkal.
Sumber daya Manusia (SDM) Puskesmas Binangun yang ada pada tahun 2009, adalah:
Dokter Umum : 1 orang
Analis : 1 orang
Bidan Puskesmas : 4 orang
Bidan Desa : 20 orang
Perawat : 8 orang
Petugas Sanitasi : 2 orang
Perawat Gigi : 1 orang
Petugas Administrasi dan TU : 7 orang
Petugas Kebersihan : 2 orang
Sopir : 1 orang
3
Sarana/fasilitas kesehatan yang terdapat dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas
Binangun meliputi:
Puskesmas Induk : 1 unit
Puskesmas Pembantu : 5 unit
Puskesmas Keliling : 1 unit
UGD : 1 unit
Polindes : 3 unit
Bidan Praktek Swasta : 28 orang
Dokter Praktek Swasta : 3 orang
Perawat Praktek Swasta : 0 orang
Posyandu : 84 unit
Kader : 420 orang
(Sumber: Data Sekunder Puskesmas Binangun 2009)
4. Desa Pasuruhan
Desa Pasuruhan terletak di Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa
Tengah. Luas wilayah Desa Pasuruhan sekitar 471.200 Ha. Batas wilayah kelurahan adalah seperti
berikut:
1) Sebelah Utara : Desa Banjarwaru dan Desa Kemojing
2) Sebelah Timur : Desa Pesawahan
3) Sebelah Selatan : Desa Sidaurip dan Desa Pagubungan
4) Sebelah Barat : Desa Alangamba
(Sumber : Data Monografi Desa Pasuruhan Tahun 2008)
Desa Pasuruhan terletak pada ketinggian 6 m dari permukaan air laut. Curah hujan dalam 1
tahun adalah 1237 Mm.
Adapun data kependudukan Desa Pasuruhan adalah:
Kepala Keluarga : 1.273 KK
Jumlah Laki-laki : 2.068 orang
Jumlah Perempuan : 2.563 orang
Jumlah Penduduk : 4.631 orang
(Sumber: Data Monografi Desa Pasuruhan tahun 2008)
4
Tabel 1. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Pasuruhan
Kecamatan Binangun
Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 58 1.78%
TNI/POLRI 14 0.43%
Swasta 108 3.32%
Pedagang/Wiraswasta 206 6.34%
Petani 1031 31.74%
Pertukangan 83 2.55%
Buruh Tani 1575 48.49%
Pensiunan 19 0.58%
Purnawirawan 1 0.03%
Jasa 18 0.55%
Pengrajin 115 3.54%
Sopir 20 0.61%
Jumlah 3248 100%
(Sumber: Data Monografi Desa Pasuruhan Tahun 2008)
Berdasarkan tabel distribusi di atas, tercatat mata pencarian paling banyak terdapat pada
kelompok buruh tani sebanyak 1575 orang (48.49%). Mata pencaharian yang paling sedikit
terdapat pada kelompok TNI/POLRI sebanyak 14 orang (0.43%).
5
Tabel 2. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pasuruhan
Kecamatan Binangun
Jenis Lulusan Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Pendidikan
Umum
TK
SD
SLTP
SLTA
Akademi (D1-D3)
Sarjana (S1-S3)
Tidak Sekolah/Tidak Tamat
Sekolah
48
2821
940
795
52
27
0
1.02%
60.24%
20.07%
16.98%
1.11%
0.58%
0%
Pendidikan
Khusus
Pondok pesantren
Madrasah
Pendidikan keagamaan
Sekolah luar biasa
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah 4683 100 %
(Sumber: Data Monografi Desa Pasuruhan Tahun 2008)
Berdasarkan tabel distribusi di atas, tercatat tingkat pendidikan tertinggi penduduk di Desa
Pasuruhan yang terbanyak terdapat pada kelompok Pendidikan Umum SD sebanyak 2.821 orang
(60.24%). Tingkat pendidikan yang paling sedikit terdapat pada kelompok sarjana sebanyak 27
orang (0.58%).
6
Tabel 3. Distribusi penduduk menurut peringkat umur di Desa Pasuruhan Kecamatan
Binangun.
Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
00 – 04 348 7.51%
05 – 09 360 7.77%
10 – 14 361 7.80%
15 – 19 356 7.69%
20 – 24 360 7.77%
25 – 29 374 8.08%
30 – 34 376 8.10%
35 – 39 352 7.61%
40 – 44 347 7.49%
45 – 49 352 7.61%
50 – 54 353 7.62%
55 – 59 343 7.41%
> 60 349 7.54%
Jumlah 4631 100%
(Sumber: Data Monografi Desa Pasuruhan Tahun 2008)
Berdasarkan tabel distribusi di atas, kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok
umur 30 - 34 sebanyak 376 orang (8.10%). Kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok
umur 55 – 59 sebanyak 343 orang (7.41%).
Tabel 4. Distribusi air bersih penduduk di Desa Pasuruhan Kecamatan Binangun.
Jenis Sumber Pengairan Jumlah
Sumur Gali 720
Sumur pompa
PAM
7
(Sumber: Data Monografi Desa Pasuruhan Tahun 2008)
Berdasarkan tabel distribusi di atas, Desa Pasuruhan dengan jumlah KK sebanyak 1.273
KK harus bergantung pada 720 buah sumur gali untuk mendapatkan air bersih.
D. Masalah Kesehatan di Komunitas
1. Masalah Kesehatan di Tingkat Kabupaten Cilacap
Dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2007 diketahui bahwa telah
ditetapkan beberapa permasalahan utama kesehatan masyarakat di Kabupaten Cilacap yang harus
diberikan perhatian lebih banyak dibandingkan permasalahan kesehatan yang lain.
a. Diare
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama
pada balita. Kasus diare di Kabupaten Cilacap pada tahun 2007 sebanyak 5869 kasus (35.04%).
Dari seluruh penderita diare pada balita 100% telah ditngani. Rasio penderita diare mencapai 9.68
per 1000 penduduk, atau sebanyak 16.751 kasus yang ditemukan dan dilaporkan Puskesmas dan
Kader.
b. TB Paru
Penyakit Tuberculosis di Indonesia termasuk penyumbang penderita TB Paru terbesar ke
tiga di dunia dan TB Paru merupakan penyebab kematian ke tiga.
Tahun 2007 ditemukan 503 penderit Positif dan Case Detection Rate (CDR)/ Angka
Penemuan Penderita 27.60%. Ini menunjukkan masih banyaknya penderita TB Paru di masyarakat
yang belum ditemukan. Penderita TB Paru sebagian besar (83.9%) atau sebanyak 422 kasus
adalah kelompok usia produktif (SPTP 2007)sehingga akan sangat berpengaruh kepada kondisi
sosial ekonomi jika tidak ditangani secara optimal.
c. Pneumonia
Kejadian Pneumonia balita tahun 2007 ditemukan sebanyak 599 kasus, mengalami
penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 602 kasus. Namun demikian target
cakupan penemuan kasus Pneumonia ini cukup tinggi yaitu 99.50%.
d. Malaria
Vektor penyakit malaria yang berperan di Kabupaten Cilacap adalah Anopheles sundaicus
yang mempunyai Breeding Places pada perairan, bekas tambak atau sawah, yang terlantar dan
8
terinfiltrasi air laut. Penyakit Malaria termasuk klinis, ditemukan 3.421 kasus, terjadi penurunan
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 5.314 kasus.
e. Demam Berdarah Dengue
Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue tahun 2007 sebesar 14.56/100.000 penduduk
atau sejumlah 252 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai
19.87/100.000 penduduk, atau sejumlah 342 kasus, terjadi penurunan. Sedangkan Angka
Kematian/ CFR sebesar 1.19%. Seluruh kematian ini disebabkan karena keterlambatan
pertolongan dan adanya komplikasi dengan penyakit lain.
2. Masalah Kesehatan di Tingkat Kecamatan Binangun
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas, diperoleh daftar masalah
kesehatan masyarakat di tingkat Kecamatan Binangun sebagai berikut:
Tabel 6. Daftar Sepuluh Masalah Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Binangun dari Januari
2009 hingga April 2009.
No Penyakit Jumlah Kasus
1. Influenza 1099
2. Bronchitis 864
3. Rematik 383
4. Gastritis 310
5. Infeksi Kulit 264
6. Hipertensi 237
7. Diare 223
8. Asma Bronkial 170
9. Alergi 152
10. Tb Paru BTA (+) 82
(Sumber: Data Sekunder Puskesmas Binangun Januari 2009 - April 2009)
9
3. Masalah Kesehatan di Tingkat Desa Pasuruhan
Berdasarkan dari Rapid Assessment yang telah dilakukan di Desa Pasuruhan, diperolehi
daftar masalah kesehatan masyarakat di tingkat Kelurahan Desa Pasuruhan sebagai berikut:
Tabel 7. Daftar Sepuluh Masalah Kesehatan di Tingkat Desa Pasuruhan.
No Penyakit Jumlah Kasus
1. Rematik 45
2. ISPA 42
3. Gastritis 38
4. Gigi dan Mulut 30
5. Anemia 24
6. Diare 22
7. Penyakit Kulit 18
8. Alergi 12
9. Hipertensi 11
10. Asma 6
4. Masalah Kesehatan Prioritas
Berdasarkan daftar masalah kesehatan masyarakat yang telah diketahui, maka dapat
ditentukan prioritas dan tingkat kepentingan dari masalah kesehatan yang ada. Penentuan prioritas
masalah kesehatan adalah dengan cara pemberian skor pada masing-masing masalah kesehatan,
dimana masalah kesehatan yang memiliki skor tertinggi adalah masalah kesehatan prioritas yang
akan diintervensi.
10
Tabel 8. Daftar Permasalahan Kesehatan Berdasarkan Prioritas di Desa Pasuruhan.
No Masalah Kesehatan Kriteria Prioritas Rangking
M Sc T U F Sp Jumlah Prioritas
1 Rematik 10 5 6 1 1 8 31 V
2 ISPA 9 10 7 6 7 7 46 II
3 Gastritis 8 6 8 4 6 4 36 IV
4 Gigi dan Mulut 7 7 2 3 8 1 28 VII
5 Anemia 6 2 1 7 2 3 21 X
6 Diare 5 9 10 10 10 10 54 I*
7 Penyakit Kulit 4 8 4 2 5 2 25 VIII
8 Alergi 3 3 5 8 4 6 29 VI
9 Hipertensi 2 4 9 5 9 9 38 III
10 Asma 1 1 3 9 3 5 22 IX
(*): Menjadi prioritas utama
Magnitude (M)
Faktor Magnitude ditentukan dari besar beban masalah kesehatan di komunitas yang
ditandai oleh insidensi penyakit per kurun waktu tertentu. Rematik merupakan masalah terbesar
warga masyarakat Desa Pasuruhan.
Scope (Sc)
Scope ditentukan dari besarnya tingkat penularan suatu penyakit terhadap masyarakat
sekitar. Dalam hal ini, ISPA memiliki nilai paling tinggi
Trend (T)
Nilai Trend tertinggi pada diare, karena terjadi kecenderungan penyakit insidensi penyakit
selama beberapa bulan terakhir. Semakin banyak masyarakat yang mengalami diare terutama
pada kelompok usia balita.
11
Urgensi (U)
Urgensi dinilai dari tingkat morbiditas yang ditimbulkan penyakit tersebut. Dalam hal ini,
diare memiliki nilai paling tinggi.
Feasibility (F)
Berdasarkan aspek sumber daya, waktu, teknologi, dan metode, diare merupakan masalah
yang memiliki feasibility paling tinggi karena berkaitan dengan pola hidup yang bersih dan sehat.
Jika kita dapat mengubah pola hidup mereka, maka angka kejadian diare dapat ditekan.
Support (Sp)
Dukungan paling besar dari masyarakat muncul terhadap masalah diare. Hal ini
disebabkan banyaknya anak-anak yang tiba-tiba terkena diare akhir-akhir ini.
12
BAB II
IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO
A. Kepentingan Permasalahan
Diare merupakan gangguan kesehatan yang sering ditemui di masyarakat. Diare dapat
menular ataupun tidak menular, sesuai dengan penyebabnya. Pada masyarakat, diare sering
ditemui ditularkan dari satu penderita ke penderita lainnya. Diare sering kurang mendapat perhatian
oleh karena diare sangat sering terjadi di masyarakat dan penanganannya relatif mudah. Namun
tidak berarti bahwa pemahaman masyarakat mengenai diare dan penangannya telah adekuat.
Pernyataan ini didukung dengan kecenderungan diare terjadi berulang.
Kosek dkk. mengutarakan bahwa angka mortalitas akibat diare telah berkurang (terutama
pada bayi berusia di bawah 1 tahun), namun justru terdapat peningkatan angka morbiditas diare.
Guerrant dkk. turut mendukung pernyataan Kosek dkk. dengan menyatakan bahwa angka DALYs
(Disability Adjusted Life Years) untuk diare semakin meningkat dibandingkan dengan tingkat yang
selama ini diduga. Angka morbiditas akibat diare bahkan dapat mengungguli angka mortalitas diare
itu sendiri, terutama pada anak-anak di masa kanak-kanak awal. Hal ini menunjukkan bahwa diare
belum dapat teratasi dengan adekuat.
B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimanakah kejadian diare pada masyarakat Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan,
Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada masyarakat
Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui kejadian diare dan beberapa faktor risiko diare pada masyarakat Dusun
Pasuruhan, Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan
melakukan intervensi terhadap beberapa faktor risiko yang ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara diare dengan usia.
b. Mengetahui hubungan antara diare dengan sistem toilet.
c. Mengetahui hubungan antara diare dengan sumber air untuk konsumsi.
d.Mengetahui hubungan antara diare dengan kebiasaan jajan.
13
e. Mengetahui hubungan antara diare dengan pekerjaan.
f. Mengetahui hubungan antara diare dengan kebiasaan mencuci tangan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan mengkonfirmasi faktor-faktor
risiko yang ada pada masyarakat Dusun Pasuruhan Desa Pasuruhan Kecamatan Binangun
Kabupaten Cilacap. Dengan demikian diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu upaya
penurunan tingkat kejadian atau tingkat penularan diare dengan memodifikasi faktor-faktor risiko
pada masyarakat yang dapat diubah (modifiable factors).
E. Kajian Literatur
1. Definisi
Diare didefinisikan sebagai buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Namun,
konsistensi dari feces lebih penting dari frekuensi buang air besar. Orang yang buang air besar
padat lebih dari tiga kali sehari tidak bisa disebut diare. Begitu pula pada bayi yang menerima ASI
eksklusif juga sering buang air besar berbentuk pasta dan itu tidak pula disebut diare.
2. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi menjadi penyebab kematian lebih dari 3 juta
penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi terutama pada anak-
anak berusia kurang dari 5 tahun dimana dua pertiga diantaranya tinggal didaerah /lingkungan yang
buruk, kumuh dan padat dengan system pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat,
keterbatasan air bersih dalam jumlah maupun distribusinya, kurangnya sumber bahan makanan
disertai cara penyimpanan yang tidak memenuhi syarat, tingkat pendidikan yang rendah serta
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Patofisiologi
Hal yang perlu diperhatkan pada keadaan diare karena infeksi adalah factor kausa (agent)
factor penjamu (host). Faktor kausa yang perlu diperhatikan adalah: daya lekat, daya penetrasi
terhadap sel mukosa, dan kemampuan memproduksi toksin. Faktor penjamu yang perlu
diperhatikan adalah : keasaman lambung, motilitas usus, dan imunitas.
Diare sekretorik (watery diarhea) disebabkan oleh Bakteri non-invasif (enterotoksigenik).
Contoh bakteri non-invasi yaitu : V.Cholera non 01, V.Cholera 01, V.Cholera 0139, V.Cholera eltor,
Enterotoxigenic E. Coli (ETEC), C. perfringens, Staph. aureus, Bacillus cereus, Aeromonas spp.
Bakteri-bakteri tersebut mengeluarkan toksin dan terikat pada mukosa usus halus setelah 15-30
14
menit, lalu ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotida pada dinding sel
usus sehingga meningkatkan kadar adenosine 3,5-siklik monofosfat (cAMP) dalam sel yang
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus, lalu diikuti oleh air, ion bikarbonat,
Natrium, dan Kalium.
Diare inflammatory ditandai dengan kerusakan dan kematian enterosit, dengan peradangan
minimal sampai berat, disertai gangguan absorbsi dan sekresi. Bakteri enteroinvasif berkoloni, lalu
terjadi perlekatan bakteri ke sel epitel, lalu terjadi invasi kedalam sel epitel, lalu terjadi pelepasan
sitokin (IL-1, TNFa) dan kemokin (IL-8). IL-8 adalah molekul kemotaktik yang akan mengaktifkan
system fagositosis setempat dan merangsang sel-sel fagositosis lainnya ke lamina propria. Apabila
IL-8 sudah ada dalam konsentrasi yang cukup dilumen usus, maka neutrofil akan bergerak
menembus epitel dan membentuk abses kripta, dan melepaskan berbagai mediator seperti
prostaglandin, leukotrien, PAF, dan hydrogen peroksida dari sel fagosit akan merangsang sekresi
usus oleh enterosit, dan aktifitas saraf usus.
Jika infeksi mikroorganisme begitu kompleks, misalnya disertai infeksi cacing tambang
(nematoda), maka diare yang terjadi terutama karena reaksi anafilaksis usus. Infeksi cacing akan
menyebabkan enteritis inflamatori yang ringan disertai pelepasan antibody IgE dan IgG untuk
melawan cacing. Selama terjadinya infeksi atau reinfeksi, akibat reaksi silang reseptor antibody IgE
atau IgG di mast sel, akan terjadi pelepasan mediator inflamasi yang hebat seperti histamine,
adenosine, prostaglandine, dan leukotrin. Dan selanjutnya terjadi reaksi anafilaksis di usus yang
diikuti reaksi peradangan (inflamasi), lalu terjadi proses sekresi yang hebat disertai kontraksi otot
usus untuk mengeluarkan nematode dari usus.
4. Klasifikasi
Diare pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan onset dan durasi terjadinya. Menurut
onsetnya diare dibedakan menjadi tiga yaitu diare akut, diare persisten, dan diare kronis. Diare akut
adalah diare yang terjadi kurang dari dua minggu. Diare persisten adalah diare yang terjadi dengan
durasi 2-4 minggu, sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi selama lebih dari empat
minggu.
Secara garis besar, diare diklasifikasikan berdasarkan tipe klinisnya menjadi:
a. Diare akut berair (termasuk kolera) dengan karakteristik bertahan selama beberapa jam
hingga beberapa hari. Tipe diare ini menimbulkan bahaya dehidrasi dan bisa
menimbulkan kehilangan berat badan. Diare tipe ini umumnya disebabkan oleh virus,
yaitu sebesar 60% kasus (rotavirus, enterovirus) , bakteri usus seperti E. Coli
(Enterotoxigenic E. Coli); Vibrio cholerae; Non-typhi Salmonella; Yersinia
enterocolitica), dan parasit (Giardia lamblia).
15
b. Diare akut berdarah yang sering disebut disentri dengan karakteristik bahaya utama
yaitu rusaknya mukosa usus, sepsis dan malnutrisi. Komplikasi lain seperti dehidrasi
bisa terjadi. Diare yang disertai darah disebabkan oleh bakteri, seperti Shigella (pada
50% kasus) atau Campylobacter jejuni, Enteroinvasive E. Coli, Enterohemorrhagic E.
Coli, atau parasit (Amoebiasis).
c. Diare persisten merupakan diare yang bertahan selama 2-4 minggu. Bahaya utama
malnutrisi, infeksi non-intestinal serta dehidrasi dapat pula terjadi.
Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor), bahaya utamanya adalah
infeksi sistemik yang berat, dehidrasi, gagal jantung, defisiensi vitamin dan mineral.
5. Faktor Risiko
Penularan diare adalah melalui jalur fecal – oral, dengan kontak langsung (direct) maupun
tak langsung (indirect). Kebersihan adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pencegahan transmisi mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Tingkat pendidikan
dihubungkan dengan pengetahuan mengenai sifat penyebaran diare dan kesadaran untuk
mencegah penularannya dengan menjaga kebersihan secara adekuat. Baik itu kebersihan pribadi
yang dapat dicapai dengan mencuci tangan maupun kebersihan lingkungan dengan menjaga
kebersihan jamban dan kebersihan sumber air bersih.
6. Gejala Klinis
Gejala klinis diare adalah buang air besar yang sifatnya cair, setidaknya sebanyak tiga kali
dalam sehari.
Diare akut karena infeksi bakteri yang memproduksi toksin yang menyebabkan diare
sekretorik memiliki gejala klinis yaitu : mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya
ringan, dengan atau tanpa kejang (nyeri) perut, feces lembek atau cair. Diare sekretorik yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
syok hipovolemik dan atau asidosis metabolik dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian.
Diare karena infeksi bakteri invasive (diare inflamatory) memiliki gejala klinis : mual,
muntah, demam tinggi, nyeri perut, tenesmus, diare disertai lender dan atau darah.
Diare dapat berakibat dehidrasi. Berikut adalah gejala klinis dari dehidrasi.
16
Tabel 9. Tanda dan Gejala pada Derajat Dehidrasi
Tanda dan Gejala Derajat Gejala Dehidrasi
Tidak ada/ Ringan Sedang Berat
Kondisi umum
Balita
Haus, sadar, gelisah Lemas, mengantuk Lunglai, dingin,
ekstremitas kebiruan,
dapat juga komatose
Kondisi umum
Anak
Haus, sadar, gelisah Gelisah, pusing
postural
Nampak takut,
dingin,ekstremitas
sianotik, kram otot
Kualitas Pulsasi Radial normal lemah Sangat lemah, sulit
dipalpasi
Kualitas Respirasi normal dalam Dalam, cepat
Elastisitas Kulit Cubitan kembali
normal dengan segera
Cubitan kembali
normal perlahan
Cubitan kembali
normal lama (>2 detik)
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata ada Tidak ada Tidak ada
Membran Mukosa Lembab kering Sangat kering
Keluaran Urin
(laporan orang tua)
normal berkurang Tidak ada dalam
beberapa jam
(Sumber: Dehydration/ Oral Rehydration Clinical Practice Guidelines, Maret 2005. Barbara Bush
Children’s Hospital.)
7. Diagnosis
Diagnosis diare ditegakkan dengan menggunakan kriteria dari WHO Clinical Guidelines
untuk diare akut. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer atau
cair lebih dari tiga kali dalam sehari, atau volume feses lebih dari 200 gram dalam sehari. Beberapa
gejala fisik yang menyertai diare diantaranya :
17
a. Dehidrasi.
Dehidrasi merupakan penyebab utama mortalitas pada penderita diare. Tanda dehidrasi
diantaranya letargi, penurunan kesadaran, mata cekung, membran mukosa kering, penurunan
produksi aira mata, turgor kulit buruk dan pemanjangan waktu pengisian kapiler.
b. Malnutrisi dan gangguan perkembangan.
Diare menyebabkan malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan protein pada usus. Hal ini akan
mengarah pada terjadinya pengurangan massa otot dan lemak serta menimbulkan edema perifer.
c. Nyeri perut.
Nyeri perut non-spesifik dan tidak meningkat dengan palpasi dalam pada perut.
d. Borborygmi
Peningkatan yang signifikan dari gerakan peristaltik yang bisa diraba maupun didengarkan.
e. Eritema perianal
Terdapat kemerahan pada kulit disekitar anus yang menandakan inflamasi, disebabkan
oleh peningkatan frekuensi buang air besar.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare terdiri dari :
a. Rehidrasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat yaitu :
1. Jenis cairan
Bisa dipilih RL, NaCl isotonic ditambah Na-Bikarbonat 7,5% pada setiap 1 liter
infuse NaCl isotonic.
2. Jumlah cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang diberikan adalah sama dengan jumlah cairan
yang dikeluarkan.
- BD Plasma : BD Plasma – 1,025 x BB x 4 ml
0,001
- Metode Daldiyono
3. Cara pemberian cairan
Cara pemberian cairan bisa lewat oral dan intravena. Untuk pemberian per oral
diberikan larutan oralit yang komposisinya berkisar antara 29 g glukosa, 3,5 g
NaCl, 2,5 g Na-Bikarbonat, dan 1,5 g KCl setiap liter.
18
4. Jadwal pemberian cairan
Untuk jadwal rehidrasi inisial yang dihitung dengan rumus BD Plasma atau system skor
daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam. Rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam
ke-3.
b. Terapi simptomatik
Pemberian terapi simptomatik harus hati-hati. Antimotilitas seperti loperamid akan
memperburuk diare yang disebabkan oleh bakteri enteroinvasiv karena akan memperpanjang
waktu kontak antara bakteri dengan epitel usus. Kalau memang dibutuhkan sebaiknya dalam
waktu yang singkat (1-2 hari saja). Juga pada pemberian antiemetik, misalnya metoklopramid
dapat memberikan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada
penderita diare mungkin dapat disertai keadaan lactose intolerance, oleh karena itu untuk
sementara hindari makanan mengandung susu. Makanan pedas dan mengandung lemak dapat
memperburuk diare.
c. Terapi definitive
Terapi antibiotic empiris bisa dipertimbangan untuk diberikan bila:
1. pasien memiliki tanda dan gejala diare bakterial seperti demam, feses berdarah dan
adanya leukosit fekal atau gumpalan darah pada feces.
2. untuk mengurangi ekskresi fekal dan kontaminasi lingkungan oleh agen yang sangat
infeksius seperti Shigella.
3. untuk diare persisten atau yang mengancam nyawa seperti kolera.
4. untuk traveler’s diarrhea dalam rangka mempercepat resolusi pada individu yang
mempunyai aktivitas tinggi seperti politikus, pemain musik.
5. untuk orang yang memiliki kondisi immunocompromised. Oral fluoroquinolones
diberikan 2 kali sehari selama 3-5 hari.
Terapi definitive diberikan berdasarkan organisme penyebab, diantaranya :
a) Kolera eltor :
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari. Atau Cotrimoksazole dosis awal 2x3 tab,
lalu 2x2 tab selama 6 hari. Atau Kloramfenikol, 4x500 mg/hari selama 7 hari.
19
b) S.Aureus :
Kloramfenikol 4x500 mg/hari
c) Salmonellosis :
Ampisillin 4x1 g/hari. Atau Cotrimoksazole 2x2 tab. Ciprofloksasin 2x500 mg
selama 3-5 hari.
d) Shigellosis :
Ampisillin 4x1 g/hari selama 5 hari. Atau Kloramfenikol 4x500 mg/hari selama 5
hari. Telah dilaporkan ada Shigella yang resisten terhadap penicillin.
e) H.Jejuni :
Eritromisin 4x500 mg selama 7 hari.
f) Amoebiasis :
Metronidazole 4x500 mg/hari selama 3 hari. atau tetrasiklin 4x500 mg/hari
selama 10 hari.
g) Giardiasis :
Klorokuin 3x100 mg/hari selama 5 hari. Atau Metronidazole 3x250 mg/hari
selama 7 hari.
h) Balantidiasis :
Tetrasiklin 3x500 mg/hari selama 10 hari.
i) Kandidiasis :
Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari.
d. Terapi suportif
Probiotik : telah diketahui bahwa menjaga mikroflora normal dari saluran cerna adalah
penting untuk menjaga kesehatan. Mikroflora pada saluran cerna normal memiliki resistensi
terhadap proliferasi pathogen, walaupun mekanismenya hingga kini masih diteliti. Probiotik
mengandung bakteri yang membantu rekolonisasi dari flora normal usus. Keuntungan probiotik
yang lain adalah bisa mengurangi penggunaan antibiotic, ditoleransi baik oleh tubuh serta tingkat
resistensinya yang rendah. Probiotik bisa bermanfaat untuk perawatan diare pada anak, traveler’s
diarrhea, diare C. difficile dan diare terkait antibiotic. Organisme yang diteliti secara intensif sebagai
probiotik diantaranya Saccharomyces boulardii, Lactobacillus rhamnosus GG, Lactobacillus
acidophilus, dan Enterococcus faecium strain SF68. Probiotik diberikan dalam bentuk serbuk
terselaput lipid atau dalam bentuk susu terfermentasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum
menjadikan probiotik sebagai rekomendasi definit dalam penatalaksanaan diare.
20
Tabel 10. Algoritme Tata Laksana Diare Infektif
21
Penampakan Polymorphs Tidak nampak polymorphs
Pemeriksaan apusan feces segera dilanjutkan dengan
kultur
Kemungkinan kultur :
ShigellaCampylobacterE. coli
Kemungkinan kultur:
SalmonellaE. coliC. difficile
Terapi SimptomatikKausa non-infeksi?Rujuk ke RSCairan oralPertimbangkan pemberian terapi antimicrobial oral
Tanpa Tanda Sistemik Dengan tanda sistemik
Demam > 39°CDiare berdarah >2 mingguDehidrasi
Kultur feces tidak diperlukan
Kondisi Khusus :
KLB keracunan makanan
Travelling Pengguna antibiotik baru Rectal intercourse Immunocompromised Ingesti makanan mentah
(seafood)
Pemeriksaan kultur feces
dan mikroskopi. Konsul
microbiologist untuk terapi
Ditemukan Parasit
Terapi spesifik untuk parasit :
Nematoda Cestoda Trematoda
Tata Laksana
Diare Infektif
Sumber: Oxford Handbook of Clinical Medicine, 2007
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah :
1. Mencegah teradinya dehidrasi
Salah satu komplikasi diare adalah dehidrasi. Pencegahannya yaitu dengan pemberian
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air sup, air
teh.
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak) penderita harus dibawa ke pelayanan
kesehatan secepanya. Rehidrasi oral yaitu dengan oralit, sedangkan bila terjadi dehidrasi
berat maka harus diberian RL intravena.
3. Pemberian makanan/ASI
Pemberian ASI/makanan selama penderita mengalami diare bertujuan agar penderita
(terutama anak) tetap kuat dan tumbuh sera mencegah brkurangnya berat badan.
4. Pemberian zinc
Zinc merupakan saah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90 macam
enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim superoksida
dismutase (Linder, 1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal bebas
superoksida sehingga kadarnya dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar
radikal ebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jaringan, termasuk
jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006). Zinc juga berefek dalam menghambat
enzim INOS (Inducible Nitric Oxyde Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat
selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yng mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama ejadian
diare.
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan
diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan diare pada 3 bulan berikutnya (Black, 2003). Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa zinc mempunyai efek protektif terhadap diare dan menurunkan
kekambuha diare sebanyak 11% dan menurut hasil pilot studi menunjukkan bahwa zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67% (Hidayat, 1998; Scenario, 2007). Berdasaran
bukti ini, semua anak yang diare harus diberi zinc.
22
Dosis pemberian zinc untuk anak dibawah 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) zinc
perhari, sedangkan untuk anak 6 bulan atau lebih diberikan 20 mg (1 tablet zinc).
Pemerian zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare sudah membaik. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah kejadian diare selanjutnya selama 3 bulan kedepan.
Cara pemberian tablet zinc yaitu : Pada bayi larutkan tablet zinc dngan sedikit air matang
atau ASI atau oralit. Pada anak yang lebih besar tablet zinc bisa dikunyah atau dilarutkan.
Apabila sekitar setengah jam anak muntah, setelah pemberian tablet zinc berikan lagi tablet
zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan diberikan beberapa kali hingga satu
dosis penuh.
5. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan
pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
6. Edukasi
Pemberian edukasi kepada orang tua anak (Pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita gejala
sebagai berikut :
- Buang air besar cair lebih sering
- Muntah berulang-ulang
- Rasa haus yang nyata
- Makan atau minum sedikt
- Demam
- Tinja berdarah
23
Prosedur tatalaksana diare yaitu :
a. Menilai derajat dehidrasi
Penilaian A B C
1. Lihat :
- Keadaan umum
- Mata
- Rasa haus
Baik, sadar
Normal
Minum biasa, tidak haus
Gelisah, rewel
Cekung
Haus, ingin minum banyak
Lesu, lunglai atau tidak sadar
Sangat cekung dan kering
Malas minum atau tidak bisa minum
2. Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3. Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Dehdrasi berat
b. Menentukan rencana pengobatan
Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi, maka bisa dipilih :
- Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi
- Rencana terapi B unuk penderita diare dengan dehidras ringan/sedang
- Rencana teapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat
24
F. Kerangka Teori
Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Diare infeksius mudah ditularkan melalui
kontak langsung maupun tidak langsung. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat
penularan diare dari kesadaran akan perilaku/ gaya hidup yang dapat mengkoreksi faktor-faktor
yang berperan langsung maupun tidak langsung sebagai penyebar dari agen-agen penyebab diare.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang dapat dikontrol (modifiable factors) sehingga
modifikasinya dapat mengubah hasil akhir dari tingkat penularan diare.
Faktor-faktor tersebut seperti kebiasaan mencuci tangan, sistem jamban (lurus, leher
angsa), sumber air, dan kebiasaan jajan pada keluarga.
G. Kerangka Konseptual
Tidak diteliti
Diteliti
H. Hipotesis
a. Hubungan bermakna antara kejadian diare dengan usia.
b. Hubungan kejadian diare dengan tingkat pendidikan.
c. Hubungan kejadian diare dengan sumber air.
d. Hubungan kejadian diare dengan mencuci tangan.
e. Hubungan kejadian diare dengan sistem toilet.
f. Hubungan kejadian diare dengan pekerjaan.
g. Hubungan kejadian diare dengan kebiasaan jajan.
25
DIARE
Usia
Tingkat Pendidikan Higienitas
Sumber Air
Mencuci Tangan
Sistem Toilet
Pekerjaan
Kebiasaan Jajan
Status Ekonomi
Sisi Geografis
Pelayanan Kesehatan
I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional, non-eksperimental. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah cross-sectional.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun,
Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian diadakan pada tanggal 9 Juni 2009
hingga 20 Juni 2009.
3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah suku Jawa yang hidup dengan suasana pedesaan, dengan
tingkat ekonomi menengah ke bawah yang tinggal di Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan,
Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
4. Kriteria Sampel Penelitian
Sampel diambil dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Penduduk tetap Dusun Pasuruhan (RT 14/ 15/ 16/ 17) Desa Pasuruhan Kecamatan
Binangun atau minimal telah berdomisili selama 12 bulan.
b. Salah satu anggota keluarga pernah menderita diare akut dalam 12 bulan terakhir.
c. Berusia 1 bulan hingga 80 tahun.
d. Pria maupun wanita.
Sampel dibatasi dengan kriteria eksklusi sebagai berikut:
a. Penduduk tidak tetap, ataupun tamu/ perantau yang kurang dari 12 bulan berdomisili di
Dusun Pasuruhan Desa Pasuruhan Kecamatan Binangun.
b. Penderita diare dengan lama sakit 2 minggu atau lebih.
c. Penderita diare dengan riwayat kemoterapi.
d. Penderita yang mengalami diare setelah pulang bepergian dari luar Dusun Pasuruhan
Desa Pasuruhan Kecamatan Binangun.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple cluster sampling yang dipadukan
dengan simple random sampling. Yaitu tiap RT diambil sampel sebanyak 25 orang yang pernah
menderita diare dalam 12 bulan terakhir.
26
5. Besar sampel
Banyaknya sampel yang dibutuhkan oleh penelitian ini ditentukan dengan rumus
Lameshow, yaitu adalah:
Keterangan:
n = jumlah sampel minimal
Z = koefisien keterandalan (derajat kepercayaan = 1.96)
P = proporsi subyek pada penelitian sebelumnya (diambil 0.5 jika belum pernah
dilakukan penelitian sebelumnya)
Q = 1 – P
d = tingkat kesalahan 10%
Dari rumus tersebut besar sampel yang akan diambil adalah 97 orang.
6. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dependen pada penelitian ini adalah diare.
Variabel penelitian independen pada penelitian ini adalah usia, pekerjaan dan faktor resiko
penularan diare, yaitu perilaku/ gaya hidup penduduk dusun Pasuruhan sebagai berikut: mencuci
tangan, sistem toilet, sumber air, dan kebiasaan jajan (makanan/ minuman) di luar rumah.
7. Definisi Operasional
Diare : Buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak minimal 3 kali dalam sehari,
atau volume feses lebih dari 200 gram dalam sehari.
Usia : Masa hidup dihitung dari tahun kelahiran.
Pekerjaan : Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh penghidupan.
Mencuci tangan : Kegiatan membersihkan tangan dengan air atau cairan atau bahan yang bersifat
sebagai pembersih ringan yang aman bagi kulit manusia.
Sistem toilet : Sistem pembuangan pada jamban. Misal: leher angsa.
27
Sumber air : Sumber utama air bersih suatu rumah tangga. Misal: air sumur, air PDAM, air
galon.
Jajan : Konsumsi makanan atau minuman yang dibeli di luar pengolahan rumah
tangganya sendiri.
8. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Kuesioner mengenai diare yang dihubungkan dengan perilaku kebersihan penduduk
dusun Pasuruhan.
b. Meteran bangunan
c. Kamera digital
9. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan mendatangi rumah penduduk Dusun Pasuruhan satu per satu.
Setiap RT diambil 24 - 25 rumah sebagai sampel yang mewakili RT tersebut. Kuesioner akan diisi
oleh tim K3M yang mewawancarai tuan rumah dan menilai poin-poin observasional dari kuesioner.
Poin-poin yang butuh data objektif seperti jarak dalam satuan meter akan diukur dengan meteran
bangunan.
9. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap persiapan
1. melakukan screening awal untuk mengetahui prioritas masalah kesehatan pada
tokoh masyarakat dan kader kesehatan di dusun pasuruhan
2. menentukan prioritas masalah berdasarkan scoring hasil screening awal yang telah
dilakukan.
3. menyiapkan segala instrumen penelitian berupa kuisioner
b. Tahap pelaksanaan
1. mendatangi rumah penduduk yang telah dipilih dan melakukan observasi terhadap
faktor resiko yang mendukung kejadian diare.
2. melaksanakan pengumpulan data tentang perilaku hidup bersih melalui pengisian
kuisioner dan wawancara.
28
10. Manajemen dan Analisis Data
Manajemen dan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap :
a. Pengumpulan data
Data dikumpulkan melalui penelusuran dokumen, observasi lingkungan, penyebaran
kuisioner dan wawancara
b. Editing data
Proses ini dilakukan untuk melihat dan memastikan apakah semua data telah tersedia
sehingga terhindar dari kekurangan
c. Koding
Data setelah diteliti tahap berikutnya adalah pemberian kode pada jawaban di tepi
lembar jawaban
d. Entry data
Setelah dilakukan koding dilakukan entri data
e. Tabulasi data
Setelah proses entri dilakukan tabulasi data dalam bentuk master table agar mudah
dibaca dan dipahami
f. Analisis data
Untuk menguji hubungan antara variable independen dan variable dependen dilakukan
uji chi square (χ2)
11. Keterbatasan Penelitian
a.
12. Hasil dan Pembahasan
Penilitina ini merupakan penlitian deskriptif analitik. Populasi pada penelitian ini adalah
warga Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah. Sedangkan Sampel penelitian ini adalah warga dusun Pasuruhan, Desa pasuruhan yang
berusia 1 sampai 80 tahun. Sampel didapatkan dari kegiatan home visit door to door secara
random dari tanggal 10 Juni 2009 sampai dengan 12 Juni 2009. Kemudian didapatkan subjek
penelitian sebanyak 135 orang.
a. Karakteristik dasar subjek penelitian
Table Karakteristik Dasar Subjek Penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
tingkat pendidikan
No Karakteristik Frekuensi Persentase
29
1
2
3
Jenis Kelamin
- Pria
- Wanita
Usia
- Balita
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
- Prelansia
- Lansia
Pendidikan
- Tidak Sekolah
- Sekolah
-
56
79
9
21
21
45
36
3
9
126
41,5
58,5
6,7
15,6
15,6
33,3
26,7
2.2
6,7
93,3
BAB III
TINDAKAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN
A. Rencana dan Program Kerja
Masalah kesehatan prioritas yang telah ditentukan pada warga Dusun Pasuruhan, Desa
Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap adalah diare akut. Dari masalah kesehatan
tersebut kemudian dikembangkan suatu rencana dan program untuk intervensi. Berikut ini
dipaparkan rencana dan program kerja kegiatan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat Dusun
Pasuruhan, Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap.
30
Tabel. Rencana dan Program Kerja K3M Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan, Kecamatan
Binangun, Kabupaten Cilacap.
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Sasaran Indikator
Keberhasilan
1. Menyebar kuesioner
penilaian diare
Home Visit
10-12 Juni 2009
Jam 14.00-selesai
Dusun
Pasuruhan
Jumlah warga
dengan diare (+)
2. Penilaian langsung
tingkat pencemaran
sumur
Home Visit
10-12 Juni 2009
Jam 09.00-selesai
Dusun
Pasuruhan
Jumlah sumur
yang tercemar
3. Menyebar kuesioner
pengetahuan tentang
diare
Home Visit
10-12 Juni 2009
Jam 14.00-selesai
Dusun
Pasuruhan
Pengetahuan
warga tentang
diare
4. Pemberian kaporit Home Visit
9-12 Juni 2009
Jam 10.00-selesai
Dusun
Pasuruhan &
Dusun
Sibarong
5. Penyuluhan ”Diare :
Penanganan &
Pencegahannya”
Aula Balai Desa
Pasuruhan
22 Juni 2009
Jam 09.00-selesai
Kader
Kesehatan
Desa
Pasuruhan
Jumlah kader
yang hadir
6. Pemberian oralit kepada
warga Dusun Pasuruhan
terutama yang
mempunyai balita
Aula Balai Desa
Pasuruhan
22 Juni 2009
Jam 12.00
Kader
Kesehatan
Dusun
Pasuruhan
Jumlah oralit yang
dibagi
31
7. Pengambilan sampel air
sumur warga
Sumur warga RT 14, RT
15 Dusun Pasuruhan
16 Juni 2009
Jam 07.00-selesai
Warga
Dusun
Pasuruhan
Hasil Pemeriksaan
Bakteri (+)
B. Pelaksanaan dan Pemantauan
Tabel. Pelaksanaan dan Pemantauan Program Kerja K3M Dusun Pasuruhan, Desa Pasuruhan,
Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap.
No Kegiatan Pelaksanaan dan Pemantauan
1. Menyebar kuesioner
penilaian diare
Waktu : 10-12 Juni 2009
Jam 14.00 hingga selesai
Kegiatan : Pengisian kuesioner penilaian diare untuk
mengetahui diagnosis (+) diare akut pada warga, sikap
dan perilaku warga mengenai diare
Proses pengambilan data dilakukan secara door-to-door
dengan mendatangi rumah warga dan mewawancara
secara langsung.
Jumlah responden :
2. Penilaian langsung tingkat
pencemaran sumur
Waktu : 10-12 Juni 2009
Jam 09.00 hingga selesai
Kegiatan : Pengisian formulir inspeksi sarana air bersih
untuk menilai tingkat pencemaran sumur warga
Proses pengambilan data dilakukan dengan melihat dan
menilai langsung sumur warga
Jumlah responden :
3. Menyebar kuesioner
pengetahuan tentang diare
Waktu : 10-12 Juni 2009
Jam 14.00 hingga selesai
Kegiatan : Pengisian kuesioner untuk mengukur tingkat
pengetahuan warga tentang diare
Proses pengambilan data dilakukan secara door-to-door
dengan mendatangi rumah warga dan mewawancara
32
secara langsung.
Jumlah responden :
4. Pemberian kaporit Waktu : 9-12 Juni 2009
Jam 10.00 hingga selesai
Kegiatan : Penerangan cara memasukkan kaporit
pemberian kaporit untuk dimasukkan ke dalam sumur
warga
Proses pembagian kaporit diberikan kepada sumur warga
yang positif menderita diare akut
Jumlah responden : 10 rumah
5. Pengambilan sampel air
sumur warga
Waktu : 16 Juni 2009
Sumur warga RT 14 dan RT 15 Dusun Pasuruhan
Kegiatan : Pengambilan sampel air sumur untuk diperiksa
apakah ada kandungan bakteri pada sumber air
Proses pengambilan air dilakukan dengan memilih sumur
warga yang menderita diare dan sampling diambil secara
steril.
Jumlah responden : 2 orang
6. Penyuluhan ”Diare :
Penanganan &
Pencegahannya”
Waktu : 22 Juni 2009
Jam 09.00 hingga selesai
Kegiatan : Memberikan penyuluhan tentang penanganan
dan pencegahan diare
Kehadiran : 18 orang kader kesehatan
7. Pemberian oralit kepada
warga Dusun Pasuruhan
terutama yang mempunyai
balita
Waktu : 22 Juni 2009
Jam 12.00
Kegiatan : Memberikan oralit untuk warga Dusun
Pasuruhan terutama yang mempunyai balita dan sedang
menderita diare
Jumlah responden :
C. Kegiatan Lain K3M
Tabel . Kegiatan Mahasiswa K3M di Wilayah Kerja Puskesmas Binangun dan Kecamatan
Binangun
33
No. Kegiatan Pelaksanaan dan Pemantauan
1. Penyuluhan & Sosialisasi
Flu Burung di Balai Desa
Kemojing
Waktu : 20 Mei 2009
Jam 09.00 hingga 12.00 WIB
Kegiatan : Penyuluhan tentang flu burung kepada
warga Desa Kemojing
Jumlah warga : 50 orang
2. Mengikuti kegiatan
Posyandu Lansia di Desa
Bangkal
Waktu : 22 Mei 2009
Jam 09.00 hingga selesai
Kegiatan : Penyuluhan Diabetes Mellitus, periksa
tekanan darah dan Senam Lansia
Jumah warga : 20 orang
3. Mengikuti kegiatan Ibu-ibu
PKK serta penyuluhan
Hepatitis A di Desa Jepara
Wetan
Waktu : 25 Mei 2009
Jam 14.00 sampai 16.00
Kegiatan : Penyuluhan tentang Hepatitis A
Jumlah warga : 20 orang
4. Penyuluhan Dana Sehat
Materi tentang
Penyimpanan & Handling
Obat, Interaksi Obat
Waktu : 27 Mei 2009
Jam 10.00 hingga 12.00
Kegiatan : Penyuluhan tentang Cara Penyimpanan
Obat dan Handling Obat dengan Benar, Interaksi Obat
dengan obat yang lain dan zat-zat yang lain.
Jumlah warga : 15 orang
5. Konsultasi Kesehatan dan
pengambilan tekanan
darah warga RT 14 Dusun
Pasuruhan
Waktu : 30 Mei 2009
Jam 20.00 hingga selesai
Kegiatan : Penyuluhan Hipertensi, Konsultasi
Kesehatan dan pengambilan tekanan darah warga
Jumlah warga : 30 orang
6. Mengikuti Kegiatan Ibu-ibu
PKK RT 17 di Dusun
Pasuruhan
Waktu : 31 Mei 2009
Jam 14.00 hingga selesai
Kegiatan : Penyuluhan Diabetes Mellitus, Konsultasi
Kesehatan dan pengambilan tekanan darah warga
Jumlah warga : 30 orang
7. Konsultasi Kesehatan dan
pengambilan tekanan
Waktu : 7 Juni 2009
Jam 20.00 hingga selesai
34
darah warga RT 15 Dusun
Pasuruhan
Kegiatan : Penyuluhan Diare, Konsultasi Kesehatan dan
pengambilan tekanan darah warga
Jumlah warga : 30 orang
8. Mengikuti Posyandu Balita
dan penyuluhan Diare
pada ibu-ibu di Dusun
Pasuruhan
Waktu : 17 Juni 2009
Jam 09.00 hingga selesai
Kegiatan : Penimbangan balita, pemeriksaan kesehatan
warga serta penyuluhan tentang diare pada ibu-ibu
Jumlah warga : 15 orang
9. Lomba Kesehatan Praktis
Dasar Tingkat SD Se-
Kecamatan Binangun
Waktu : 18 Juni 2009
Jam 09.00 hingga selesai
Kegiatan : Mengadakan lomba untuk siswa-siswa SD
tentang Kesehatan Dasar dan memasukkan
implementasi Basic Life Support pada kejadian yang
sering terjadi di SD
Jumlah partisipan : 180 orang
10. Mengikuti Posyandu
Lansia dan penyuluhan
Perubahan pada Penuaan
pada lansia di Desa
Bangkal
Waktu : 20 Juni 2009
Jam 10.00 hingga 12.00
Kegiatan : Pengambilan tekanan darah, senam lansia
dan penyuluhan tentang Perubahan pada Penuaan
pada warga lansia
Jumah warga : 20 orang
35