fieldstudy111 (autosaved)
DESCRIPTION
presentasiTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………1
Kata pengantar……………………………………………………………….2
Bab I…………………………………………………………………………..3
Pendahuluan…………………………………………………………………………3
Latar belakang……………………………………………………………………..3
Rumusan masalah………………………………………………………………….4
Tujuan dan manfaat……………………………………………………………….4
Bab II………………………………………………………………………….5
Tinjauan pustaka……………………………………………………………………5
CHOP……………………………………………………………………………….5
Bab III………………………………………………………………………..18
Hasil dan Pembahasan……………………………………………………………..18
BHP………………………………………………………………………………...18
CHOP………………………………………………………………………………20
CRP…………………………………………………………………………………23
Bab IV………………………………………………………………………..25
Penutup……………………………………………………………………………...25
Daftar pustaka……………………………………………………………….26
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam sejahtera bagi umatnya.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami berhasil menyelesaikan makalah field study ini meliputi
bagian BHP, CHOP, hingga CRP. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada Bu Kristin
selaku pembimbing pada kelompok field study kami, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kami lihat, catatat,
perhatikan dan pahami selama fieldstudy berlangsung. Makalah ini dibuat sebagai acuan
pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dapat diambil hikmahnya.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata “kesempurnaan”, namun mudah-
mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
29 Mei 2014
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan yang melalui
tahapan proses memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbedabeda yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumbersumber bahaya akibat dari
aktivitas kerja di tempat kerja. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting
dalam proses produksi.
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir
tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri Sahab, 1997).
Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya, maka sumber-sumber bahaya tersebut
harus ditemukan. Adapun untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang
dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi
sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja.
Kecelakaan menurut teori domino merupakan suatu rangkai kejadian yang di
ilustrasiakan sebagai deretan lima kartu domino yang didirikan secara berurutan, apabila
kartu dijatuhkan, maka kartu lain akan jatuh secara berurutan (Henrich,1931).
Pada tahun 2002, di dunia kecelakaan yang terjadi sebanyak 66.367 kasus, dengan
korban meninggal dunia 4.142 orang, luka berat/cacat 20.970 serta sementara tidak mampu
bekerja (STMB) 87.390 orang (Jacob Nuawea,2003), kerugian langsung dari kecelakaan
kerja mencapai 498.160.780 jam kerja hilang atau total kerugian serta dengan 4% dari Produk
Nasional Bruto Negara (Report ILO). Dilihat dari data tersebut kecelakaan dapat
menyebabkan dampak pada pendapatan negara maupun pendapatan perusahaan.
Dampak kecelakaan pada perusahaan salah satunya adalah kelambatan produksi.
Padahal ketepatan waktu dapat menghemat biaya yang besar, sebaliknya ketidak tepatan
dalam memenuhi jadwal dapat berakibat kerugian yang besar pada perusahaan dan
pelanggan. Selain itu juga dampak dari pekerjaannya juga bisa menimbuilkan penyakit
karena selakukan dilakukan secara terus menerus.
3
ILO Geneva (1989) dalam pencegahan kecelakaan menyatakan bahwa,”Cara yang
terbaik untuk mencegah kecelakaan yang tidak terduga adalah menghilangkan bahaya atau
mengendalikannya dengan menutup sumber bahaya tersebut bila mungkin. Bila tidak
mungkin, maka perlu menyediakan bagi pekerja beberapa jenis alat pelindung diri untuk
dipakai pekerja tersebut”.
Oleh karena itu penerapan K3 sangatlah penting selain untuk mencegah kecelakaan,
penerapan K3 dapat meningkatkan keandalan perusahaan, sehingga dapat menimbulkan
kepercayaan kepada pelanggan dan konsumen.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka, di setiap tempat kerja diwajibkan
memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ditetapkan dalam Undang-
undang no. 1 tahun 1970 beserta peraturan pelaksanannya. Pengupayaan perlindungan tenaga
kerja berupa alat pelindung diri (APD) pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan
harkat dan martabat pekerja sehingga timbul kepercayaan diri untuk mengembangkan
kemampuanya. Akan tetapi pemberian APD hendaknya tidak dijadikan upaya pertama dalam
pengendalian risiko ditempat kerja. Hal ini disebabkan keterbatasan perlindungan yang
diberiakn APD, karena itu APD sebaiknya melengkapi program pengendalian bahaya di
lingkungan kerja.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan pegawai terhadap penyakit yang ditimbulkan dari
pekerjaannya?
Apakah mereka sudah melakukan alat pelindung kerja saat mereka bekerja?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari dari kegiatan field study:
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pegawai dalam penyakit yang ditimbulkan yang
diakibatkan dari pekerjaannya
Untuk mengetahui tingkat kesadaran mereka terhadap pentingnya menggunakan alat
pelindung
Untuk mengetahui penyakit yang paling sering terjadi di tempat kerjanya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CHOP
2.1.1 PAK dan PAHK
Tujuan Kesehatan kerja:
Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginyan
baik jasmani, rohani maupun sosial untuk semua lapangan pekerjaan
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan karena kondisi kerja
Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan
Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisik / faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan
Seorang pekerja dapat mengalami berbagai penyakit :
General disease (penyakit umum): penyakit yang mengenai pada masyarakat umum
(general disease).
Misal : influenza, sakit kepala
Work related disease (penyakit terkait kerja): penyakit yang berhubungan / terkait
dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan.
Misal : asma, TBC, hipertensi
Occupational disease (penyakit akibat kerja): penyakit yang disebabkan karena
pekerjaannya/lingkungan kerja.
Misal : keracunan
Perbedaan PAK dan PAHK
PAK PAHK
Diatur oleh kep.men. - Diatur dalam kep.pres.No.01/MEN/1981 No.22/KEPRES/1993
Diatur dalam kep.pres.No.22/KEPRES/1993
Terjadi hanya diantarapopulasi pekerja
Terjadi juga pada
5
populasi penduduk
Penyebab spesifik Penyebab multi factor
Adanya paparan ditempat kerja merupakanhal yang penting
Pemaparan di tempatkerja mungkinmerupakan salah satufactor
Tercatat danmendapatkan ganti rugi
Mungkin tercatat danmungkin dapat gantirugi
Meliputi 30 jenis penyakit Meliputi 31 jenis penyakit
PAK/PAHK disebabkan oleh:
1. Faktor Fisika
a. Suhu: Terlalu panas, terlalu dingin
Suhu Nyaman (Comfort Temperature): 23-25 °C
Temperatur Ekstrim
- Suhu tinggi (>30 °C )menyebabkan :
Heat Stroke
Heat Cramp
- Suhu rendah menyebabkan :
Frosbite
Hypotermia
b. Getaran: Whole Body Vibration, Hand-Arm Vibration
c. Radiasi: Ion dan Non-ion
Radiasi mengion: Sinar X, Sinar Gamma
Radiasi tak mengion:
Gelombang elektromagnetik : Sinar Ultraviolet , Sinar Inframerah
Efek Stokastik : Tidak terkait dosis (teratogen, karsinogen, mutagen)
Efek Non-Stokastik: Terkait dosis (iritasi, hipersekresi)
d. Partikel di udara (debu)
Ukuran Debu:
0,1 - 10 mikron mudah dihirup
6
5 – 10 mikron tertahan di saluran napas atas
3 - 5 mikron tertahan di saluran napas tengah
1 - 3 mikron paling berbahaya, karena tertahan dan tertimbun di
saluran napas kecil
< 1 mikron tidak mudah mengendap
0,1 - 0,5 mikron Gerak Brown
Sifat Debu
Inert: Dianggap tdk berbahaya jika jumlah partikel yg masuk
sedikit. Biasanya jika >1000 partikel, maka 10% akan tertimbun.
Contoh: Kapur, tanah liat, gipsum
Fibrogenik: Menimbulkan fibrosis jaringan. Contoh: Batubara,
Asbes (juga karsinogenik u/tipe tertentu), Silika à
Pneumokoniosis
Iritan: Gangguan pd mukosa (Chromioum, Cadmium)
Alergen: Memicu reaksi alergi (asma akibat kerja)
Karsinogenik: Menyebabkan kanker
e. Kebisingan
Bising: Suara yg tidak kita kehendaki
Efek bising:
Akut
Kronik
Dampak thd kesehatan:
Gangguan pendengaran
Efek sistemik lain: Hipertensi, Stress, Gangguan perilaku
7
Sehari-hari: 80-85 dBA
f. Pencahayaan
Indikator: Pantulan, kedipan, kekuatan, keseragaman, kontras
Efek: Bila tidak adekuat->terjadi gangguan penglihatan, menurunnya
ketelitian, kelelahan mata (asthenopia)
Satuan pencahayaan: Lux
Contoh: Pekerjaan dengan ketelitian tinggi: Dapat sampai 1000 lux
g. Tekanan Udara
Tekanan Udara Rendah
Daerah fisiologis: Sea Level s.d 10.000 ft, belum perlu O2
Daerah kurang fisiologis: diatas 10.000 ft s.d 50.000 ft perlu
oksigen.
Pencegahan:
-Valsava manuver
-Tidak banyak konsumsi makanan yg memproduksi gas (ubi,
nangka)
-Berjalan-jalan di kabin
-Gerakkan jari kaki dan tangan
Tekanan Udara Tinggi
Penyelam
Penambang bawah tanah
Akibat release Nitrogen dlm tubuh dari larutan menjadi gas à
emboli
2. Faktor Kimia
a. Bahan kimia dapat berupa :
Cair
Padat
Kontaminan udara (Air Borne Contaminant) :
Debu
smoke
fume
mist
aerosol
vapour/uap
8
gas
b. Sifat-sifat bahan kimia:
Mudah meledak (Explosive)
Mudah menyala/terbakar (Flamabel/Combustabel)
Memancarkan radiasi
Mengoksidasi (Oxidator)
Mengiritasi (Iritant)
Korosif
Beracun (Toxic)
Menimbulkan kanker (Carsinogenic)
Menimbulkan cacat lahir (Teratogenic)
Menimbulkan mutasi gen (Mutagenic)
c. Toksisitas bahan kimia:
Tergantung dari:
Cara penggunaan/penanganan (cara/pola kerja)
Cara terpajan/jalan masuk kedalam tubuh (port d’entre)
Dosis/konsentrasi bahan
Jumlah/lama pajanan
Suhu lingkungan
Tingkat penguapan solvent
Ventilasi ruangan/pola aliran udara
Diet/pola makan
Status kesehatan individu
3. Faktor Biologi
4. Faktor Ergonomi
Faktor yg berhubungan dgn kemampuan dan karakteristik manusia yg mempengaruhi
rancangan peralatan, sistem kerja dan pekerjaan:
Kerja fisik berat
Sikap kerja statis
Membungkuk dan berputar
9
Mengangkat, mendorong dan menarik
Kerja berulang (Repetitif)
Getaran
Psikososial (stress, kerja gilir/shift work)
5. Faktor Psikososial
Kondisi umum lingkungan yg tidak aman
Hubungan interpersonal tdk harmonis
Tekanan fisik dan mental
Faktor lain (kondisi pernikahan, masalah keluarga, dll)
2.1.2 PAK (Penyakit Akibat Kerja)
a. Definisi
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui .
b. Kriteria umum Penyakit Akibat Kerja
Adanya hub antara pajanan yg spesifik dengan penyakit
Adanya fakta bahwa frekwensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih
tinggi daripada pada masyarakat umum
Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan preventif di tempat kerja
c. Diagnosis PAK
Pendekatan Klinis (Individu):
Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja:
Diagnosis klinis
Pajanan yang dialami
Hubungan pajanan dengan penyakit
Pajanan yang dialami cukup besar
Peranan faktor individu
Faktor lain diluar pekerjaan
Diagnosis PAK atau bukan PAHK
10
2.1.3 PAHK (Penyakit Akibat Hubungan Kerja)
a. Definisi
PAHK adalah Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana
faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yg mempunyai etiologi yg kompleks
b. Diagnosis
Pendekatan Klinis (Individu):
◦ Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja:
Diagnosis klinis
Pajanan yang dialami
Hubungan pajanan dengan penyakit
Pajanan yang dialami cukup besar
Peranan faktor individu
Faktor lain diluar pekerjaan
Diagnosis PAK atau bukan PAK
2.1.4 Alat Pelindung Diri (APD)
a. Definisi
APD adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja
termasuk pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala
(helmet), sarung tangan (gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian yang
bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing protection) dan
pelindung pernapasan (masker). [HSE, 1992]
b. Proses APD
Ditujukan untuk memastikan bahwa APD telah dipilih dengan benar sesuai
dengan bahaya yang ada dan mengacu kepada:
Standar
Pegawai & mitra kerja mendapatkan pelatihan yang sesuai, dan selalu
memakai APD yang tepat dengan benar untuk pekerjaan yang
memerlukannya
Jenis APD/PPE yang diperlukan dalam berbagai aktifitas kerja di industri
sangat tergantung pada aktifitas yang dilakukan & jenis bahaya yang terpapar.
c. Evaluasi APD
11
Kegiatan untuk mengetehui jenis/komposisi dan besarnya/konsentrasi bahaya,
termasuk di dalamnya adl bahaya fisik, biologis, dan kimiawi di tempat kerja
Dilakukan sebelum melanjutkan pada pemilihan APD yang tepat.
Dilakukan dgn menggunakan cara observasi atau pengukuran kuantitatif.
d. Syarat-syarat APD
Menurut Hiperkes:
Dapat memberi perlindungan yg adekuat thd bahaya spesifik/bahaya yg
dihadapi oleh tenaga kerja
Berat alat seringan mungkin, tdk menyebabkan rasa ketidaknyamanan yg
berlebihan
Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
Cukup menarik, tahan u/pemakaian lama
Tidak menimbulkan bahaya2 tambahan bg pemakai yg dikarenakan bentuk &
bahayanya yg tidak tepat atau salah dalam menggunakannya
Harus memenuhi standar yang telah ada
Tidak membatasi gerakan & persepsi sensoris pemakai
Suku cadang mudah didapat u/ mempermudah pemeliharaannya
e. Jenis APD dan bahaya yang ditimbulkan
No Tubuh Yang
Dilindungi
Bahaya APD
1 Mata Percikan bahan kimia,
debu, proyektil, gas,
uap, radiasi
safety spectacles, goggles,
face-shields, visors.
2 Kepala Kejatuhan benda,
benturan, rambut tertarik
mesin
safety Helmet
3. Melindungi
Badan
dr bahaya jatuh, ketika
menggunakan alat
tranportasi atau
peralatan yang serupa
( Mobil, Pesawat, Alat
Safety belt /Sabuk
keselamatan
12
Berat & Lain-Lain)
4. Sistem
pernapasan
Debu, gas, uap, fume,
kekurangan oksigen
Respirator, alat bantu
pernapasan
5. Melindungi
badan
Panas berlebihan,
tumpahan atau percikan
bahan kimia
Cover all, pakaian anti
panas/api
6. Tangan Panas, terpotong, bahan
kimia, sengatan listrik
Sarung tangan
7. Kaki Tumpahan bahan kimia,
lumpur, sengatan listrik
Safety boots
8. Kaki bahaya fatal yg
menimpa kaki karena
tertimpa benda tajam
atau berat, benda panas ,
cairan kimia, dsb
Safety Shoes
9. Telinga Suara dengan desible
tinggi
safety ears
2.1.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a. Definisi
Kesehatan Keselamatan kerja (K3) adalah sebuah kondisi di mana para
karyawan terlindungi dari cedera yang disebabkan oleh berbagai kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
b. 4 Dasar Hukum K3
Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, disana
terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja, Pengawasan,
Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan, Kewajiban dan Hak
Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban Pengurus dan
Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana).
13
UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana
disahkan 19 Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota
ILO meratifikasi (menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam
Undang-Undang, termasuk Indonesia
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1berbunyi:
“Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas
(a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen K3.
c. Jenis Keselamatan Kerja
(Industrial safety)
(Mining Safety)
(Building & construction Safety)
(Traffic Safety)
(Flight Safety)
(Railway Safety)
(Home Safety)
(Office Safety)
d. Alat Pelindung Kerja
Pakaian Kerja
Pelindung tangan
Pelindung kaki
Pelindung kepala
Pelindung mata
Pelindung wajah
Pelindung bahaya jatuh
14
e. Rambu Peringatan
Rambu-rambu peringatan, antara lain dengan fungsi:
Peringatan bahaya dari atas
Peringatan bahaya benturan kepala
Peringatan bahaya longsoran
Peringatan bahaya api
Peringatan tersengat listrik
Penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai)
Penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara
Penunjuk batas ketinggian penumpukan material
Larangan memasuki area tertentu
Larangan membawa bahan-bahan berbahaya
Petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek)
2.1.6 SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE)
15
a. SOP Pekerja
Pekerja menggunakan atribut yang telah ditentutkan
Pekerja tidak menggunakan perhiasan, jam tangan dan aksesoris lainnya
selama proses produksi
Pekerja memasuki ruang produksi dalam kondisi bersih dan rapi
Pekerja menjaga kebersihan badannya
b. SOP Penerimaan Bahan Baku
Jahe merah yang dibeli harus dalam keadaan segar, tidak busuk, berwarna
merah di dalam dan kuning di luar
Jahe merah yang telah diterima disimpan dan digunakan tidak lebih dari 3
hari
Bahan lain seperti gula, cabai dan lain-lainnya disimpan dalam wadah
yang berbeda
c. SOP Ruang Produksi
Ruang produksi harus dibersihkan sebelum proses produksi
Pekerja melakukan proses produksi pada tempat yang telah ditentukan
Sampah dan kotoran dibuang dalam trushbag yang telah disediakan
Pekerja yang bertugas diwajibkakn untuk menjaga kebersihan selama
proses produksi
Ruang produksi harus dibersihkan setelah proses produksi
d. SOP Ruang Penyimpanan
Bahan baku disimpan pada tempat yang telah disediakan
Bahan tambahan pangan disimpan terpisah dari bahan baku di ruang
penyimpanan
Pemastian bahan dan produk yang disimpan terhindar dari serangga
Pengambilan bahan baku mengikuti proses FIFO (First In First Out)
e. SOP Selama Produksi
Pekerja mencuci tangan menggunakan sabum sebelum melakukan proses
produksi dan setelah keluar dari kamar mandi
Selama proses produksi, pekerja hanya boleh berbicara seperlunya
Pekerja tidak makan dan minum dalam ruang produksi
Pekerja tidak menggunakan ataupun membawa handphone di ruang
produksi
Alur produksi harus ditaati dan dipatuhi
16
f. SOP Alat
Alat yang digunakan dalam keadaan bersih
Sesudah digunakan peralatan dicuci kembali dan disimpan dalam pada rak
khusus dalam posisi terbali
17
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
3.1 BHP
a. Lokasi
Perusahaan: PT.Jahe Merah
Tahun berdiri : 2007
Jumlah Karyawan: 37 orang (14 orang bagian dapur, 14 orang bagian pengepasan,
orang satpam dan sisanya
b. Proses Produksi
(isi foto)
18
c. Kesan dan Pesan
Field study blok DMS kali ini membawakan hasil yang baik. Dapat menambah
ilmu, pengalaman, serta sedikit bercanda dengan mereka dan mengajarkan kami
tentang pentingnya menjalin silahturahmi dengan masyarakat luas. Dapat melihat
pegawai bercerita dan memberi informasi dari segi pembuatan jahe membuat kami
puas. Mereka yang bekerja di bagian dapur dan packing memiliki sejuta cerita
menarik, tidak hanya mereka menceritakan pertanyaan-pertanyaan yang kami
tanyakan kepada mereka tetapi mereka pun juga member tahu hal-hal yang
sebelumnya kami tidak ketahui tanpa kita tanyakan. Mereka sangat antusias dalam
menjawab pertanyaan kami. Harapan kami, agar kami dan para pegawai terus belajar
dan mencari tahu tentang materi ini lebih luas lagi.
Sekiranya hal-hal yang tercantum diatas mencakup bahasan aspek bhp pada
field study blok DMS. Akhir kata secara singkatnya kami sangat senang dan
berterima kasih pada para dosen yang telah memberikan kesempatan berharga ini.
Melatih kami dan memberikan pengalaman dan kenangan yang akan selalu kami
ingat.
20
3.2 CHOP
a. Alur Produksi
b. Bahan
KoinponenJUMLAH
Jahe Segar
Jahe Kering
Energi (KJ) 184,0 1424,0Protein (g) V5 9,1Ltnidk (g) 1,0 6,0Karbahidrat (g) 10,1 70,8Kaisium (mg) 21 116Phospat (mg) 39 148Besi (mg) 4,3 12
21
KoinponenJUMLAH
Jahe Segar
Jahe Kering
Vitamin A (SI) 30 147Thiamin (mg) 0,02 -Niasin (mg) 0,8 SVitmin C (mg) 4 -Serat kasar (g) 7,53 5,9Total abu (g) 3,70 4,8Magnesium (mg) 1B4Natrium (mg) fi,U 32Kalium (mg) 57,0 1342Seng (mg) - 5
c. Spesifikasi bahan
1. Jahe Merah
Umur rimpang minimal 7 bulan
Jahe merah yang dibeli harus dalam keadaan segar, tidak
busuk, berwarna merah di luar, dan kuning di dalam
Jahe merah yang telah diterima kemudian disimpan
dalam ruang penyimpanan dan digunakan tidak lebih dari 3
hari
Memiliki supplier tetap dan/atau mengambil dari kebun TOGA
(Tumbuhan Obat Keluarga)
2. Cabai Jawa
Warnanya merah kecoklat-coklatan hingga coklat
Aroma pedas yang menyengat
Panjangnya minimal 4 cm
Digunakan dalam keatiaan kering. Apabila masih basah, maka
dijemur terlebih dahulu
Memiliki supplier tetap dan/atau mengambil dari kebun TOGA
[Tumbuhan Obat Keluarga)
3. Lada Hitam
Seperti merica, tetapi berkulit hitam
Aroma pedas yang menyengat
Digunakan dalam keadaan kering. Apabila masih basah, maka
dijemur terlebih dahulu
22
Memiliki supplier tetap dan/atau mengambil dari kebun TOGA
(Tumbuhan Obat Keluarga)
4. Bahan Tambahan Lain
Gula Pasir
Berwarna putih
Berbentuk butiran kristal
Memiliki supplier tetap
Kondisi kering
Tidak ada butiran lain atau cemaran fisik lainnya
Garam
Warna putih
Halus
Kondisi kering
Tidak ada butiran lain atau cemaran fisik lainnya
Gula Aren
Berwarna coklat
Memiliki suppliertetap
Kondisi kering
Bebas dari cemaran fisik
Air
Dimasak terlebih dahulu hingga mendidih (100°C)
Digunakan hangatkuku (50-60°C)
Tidak berbau, tidak berwarna
Bebas dari cemaran fisik
d. Pengolahan
Proses Pengolahan
1. Pemanasan Disertai Pengadukan
Pemanasan awal: gula merah, garam, bubuk cabe jawa, dan
lada hitam dimasukkan dan diadukhingga larut
Setelah volume larutan mencapai ^4 bagian dari awal, gula
pasir baru dimasukkan.
23
Suhu-nya berkisaran 80-100°C . Hindari bau gosong, dengan
mengatur api kompor.
2. Pendinginan Disertai Pengadukan
Hingga timbul buih-buih dan sudah tidak ada larutannya. Api
dikecilkan perlahan. Diaduk tanpa henti
3. Pembentukan Kristal
Selama proses pendinginan, tak lama kemudian terbentuk
kristal-kristal dan tetap diaduk
4. Pengecilan Ukuran Kristal
Dilakukan dengan pengadukan secara kontinu, api kompor
dipadamkan,
5. Pengayakan
Pengayakan dilakukan pada kristal (bubuk jahe merah instan}
yang terdapat pada wajan
Bagian yang lolos saringan akan langsung dikemas dan yang
tidak lolos dikecilkan dengan blender. Kemudian, disaring
kembali
SOP Penggunaan Alat
1. Alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih.
2. Blender yang digunakan hanya berkapasitas 500 gram untuk
menggiling, atur kecepatan dari terendah kemudian tertinggi
dan terendah lagi dan akhirnya dimatikan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kerusakan alat.
3. Wajan yang digunakan minimal kapasitas 1 kg.
4. Sesudahnya digunakan, perlalatan dicuci kembali dan
disimpan pada rak khusus alat dalam posisi terbalik.
3.3 CRP
Penyakit tersering di pabrik jahe adalah:
Nyeri punggung
Gigitan serangga
24
Demam
Flu
Pilek
Fatigue
Tangan terjepit
Gangguan pada saluran pernafasan seperti asma, Penyakit paru
(copd)
Kerusakan pendengaran
Neuropsikiatrik
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Setiap aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan yang melalui
tahapan proses memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbedabeda yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumbersumber bahaya akibat dari
aktivitas kerja di tempat kerja Oleh karena itu penerapan K3 sangatlah penting selain untuk
mencegah kecelakaan, penerapan K3 dapat meningkatkan keandalan perusahaan, sehingga
dapat menimbulkan kepercayaan kepada pelanggan dan konsumen.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka, di setiap tempat kerja diwajibkan
memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ditetapkan dalam Undang-
undang no. 1 tahun 1970 beserta peraturan pelaksanannya. Pengupayaan perlindungan tenaga
kerja berupa alat pelindung diri (APD) merupakan upaya meningkatkan kualitas pekerja.
Akan tetapi pemberian APD tidak dijadikan upaya pertama dalam pengendalian risiko
ditempat kerja. Hal ini disebabkan keterbatasan perlindungan yang diberiakn APD, karena
itu APD sebaiknya melengkapi program pengendalian bahaya di lingkungan kerja.
4.2 Saran
Lebih sering melakukan kunjungan supaya bisa lebih menambah pengetahuan
Informasi yang didapatkan terdapat yang kurang pada pembahasan baik dari segi chop
dan crpnya
26