proposal k3 (autosaved)

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara maju, kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi isu penting yang telah dimasukkan ke dalam undang-undang ataupun aturan- aturan yang mengikat. Pihak-pihak yang terlibat dalam lingkaran kerja pun secara konsisten menjalankan aturan yang telah diterapkan dengan penuh kesadaran. Sebaliknya, di negara-negara berkembang, isu kesehatan dan keselamatan kerja nampaknya masih menjadi hal yang kurang diperhatikan. Walaupun Indonesia telah memiliki undang-undang tentang keselamatan kerja, namun pelaksanaannya belum menjadi prioritas yang kadang- kadang diabaikan oleh perusahaan maupun pekerja. (1) Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia.Berdasarkan data pengawasan norma ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), pada 2006 terdapat 95.624 kasus kecelakaan kerja. Masih tingginya kasus kecelakaan kerja ini disebabkan karena belum optimalnya tingkat pemahaman dan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja. (1) 1

Upload: fitriya-iet-syaifudin

Post on 24-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Di negara-negara maju, kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi isu penting yang telah dimasukkan ke dalam undang-undang ataupun aturan-aturan yang mengikat. Pihak-pihak yang terlibat dalam lingkaran kerja pun secara konsisten menjalankan aturan yang telah diterapkan dengan penuh kesadaran. Sebaliknya, di negara-negara berkembang, isu kesehatan dan keselamatan kerja nampaknya masih menjadi hal yang kurang diperhatikan. Walaupun Indonesia telah memiliki undang-undang tentang keselamatan kerja, namun pelaksanaannya belum menjadi prioritas yang kadang-kadang diabaikan oleh perusahaan maupun pekerja.(1)Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia.Berdasarkan data pengawasan norma ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans), pada 2006 terdapat 95.624 kasus kecelakaan kerja. Masih tingginya kasus kecelakaan kerja ini disebabkan karena belum optimalnya tingkat pemahaman dan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja.(1)Pentingnya penyelenggaraan pelayanan darah disuatu negara mendorong World Health Organization (WHO) untuk mengisyaratkan kepada pemerintah Indonesia tentang perlunya dibentuk National Blood Policy sebagai regulator dalam pelaksanaan transfusi darah di Indonesia. Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 tentang teransfusi darah. Dalam bab IV pasal PP 18 tersebut mencantumkan bahwa pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada PMI atau instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.1,2

Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. 1,3Adapun denah dan tata ruang BDRS harus memenuhi beberapa persyaratan teknis pelayanan kesehatan yang ada, diantaranya:

1) Bangunan berada di dalam lingkungan/ bangunan rumah sakit.

2) Lokasi berada di tempat yang strategis dan mudah dijangkau dari ruang-ruang perawatan dan ruang emergensi serta ruang operasi.

3) Luas minimal 40 m2 dengan cahaya dan ventilasi yang cukup serta ber AC, termasuk ruang administrasi secara terpisah.

4) Fasilitas air mengalir dan listrik yang memadai, genset atau UPS yang mampu mem back up refrigerator agar

stabilitas suhu tetap terjaga.

5) Tersedia 2 bak cuci yang terdiri dari bak cuci tangan dan bak cuci alat.

6) Lantai ruangan ada tanpa sambungan (vinyl), sudut lantai melengkung.

BDRS dapat dibedakan dengan UTD dari kegiatan yang dilaksanakan. Tugas dan fungsi BDRS adalah menerima darah dari UTD, melakukan penyimpanan, dan melayani permintaan darah setelah melakukan uji konfirmasi golongan darah dan uji silang serasi (cross matching). Kegiatan rekruitmen donor, seleksi donor, pengambilan darah, uji saring infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD), pemisahan komponen, penyimpanan sementara sampai pada pendistribusian ke BDRS menjadi tugas dan tanggung jawab UTD.Instalasi bank darah merupakaan tempat yang rentan terjadi kecelakaan karena di instalasi bank darah terdapat banyak peralatan dan perlengkapan yang sangat membahayakan apabila pekerja tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan peralatan tersebut dengan benar dan aman misalnya pada alt-alat sterilisasi.(1)Kecelakaan kerja di instalasi bank darah dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak aman dan sehat, bencana, peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan perilaku yang tidak aman dari pekerja. Salah satu penyebab perilaku yang tidak aman ini adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman dalam mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi bank darah tersebut.(1)Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk menjelaskan mengenai cara mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi bank darah.

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan keselamatan kerja yang dialami petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit.1.2.2 Tujuan Khususa. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit.

b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit.c. Untuk mengetahui tentang aspek Alat Pelindung Diri yang digunakan petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit.d. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit.e. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus).

f. Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan Rumah Sakit tentang K3 di tempat kerja.g. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas dapur di instalasi gizi Rumah Sakit.h. Untuk mengetahui upaya kesehatan dan keselamatan kerja lainnya yang dijalankan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor hazard yang dialami petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit

Bahaya potensial di Rumah Sakit dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur), faktor kimia (antiseptik, gas anestasi), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan).(4)Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di Rumah Sakit, di antaranya adalah mikrobiologik, desain atau fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hokum atau keamanan.(4)Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologik (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi darah), faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa).(4)Berikut merupakan bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas di instalasi bank darah di Rumah Sakit:

1. Fisik: bising (peralatan bank darah), temperatur (suhu di instalasi bank darah yang syaratnya harus dingin atau berAC).

2. Kimia: natrium atau kalium hidroksida yang biasanya terdapat pada sabun pencuci tangan atau sabun pencuci alat steril.3. Ergonomik: postur yang salah dalam melakukan pekerjaan.

4. Psikososial: pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, kerja berlebih, ancaman secara fisik.(1,4,5)B. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit

1. Alat-alat steril yang digunakan disterilkan di alat sterilisasi dengan suhu yang cukup panas sehingga dapat menyebabkan luka karena panas. Pertama burn disebabkan oleh panas yang kering. Kemudian pada cool box yang sering digunakan untuk tempat penyimpanan darah sehingga dapat menyebabkan juga nyeri atau sakit pada tubuh apabila lama dan terus menerus terpajan. Keduanya bisa menimbulkan akibat yang serius dan menimbulkan rasa sakit.

2. Benda-benda tajam sepert jarum juga dapat menyebabkan luka tusuk atau tergores.3. Kecelakan karena arus listrik. Suatu alat mungkin sudah dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga aman bagi pemakai. Namun, karena suatu keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat tersebut mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut sering menimbulkan kaget, shock, gerak reflek ataupun kecelakaan yang fatal.4. Kecelakaan karena bahan kimia. Beberapa bahan kimia dipergunakan juga dalam pengelolaan reagen darah dan sabun pencuci, misalnya untuk pembersih dan pengawet.

5. Terpeleset atau terjatuh karena air atau alas kaki yang tidak sesuai dengan apa yang kita injak dapat menimbulkan sesuatu yang fatal, misalnya jika kepala atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu. Terpeleset juga terjadi karena beberapa hal, yaitu karena keseimbangan yang kurang dan lantai yang licin.(1)C. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan petugas di instalasi bank darah rumah sakit

Alat pelindung diri yang digunakan di instalasi bank darah, yaitu perlengkapan pakaian yang ditentukan dan penggunaan sarung tangan pada waktu tertentu. Penggunaan jas laboratorium ini memang terkesan sederhana, namum memiliki fungsi yang sangat penting dalam melindungi diri selama melaksanakan kegiatan di instalasi bank darah. Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jas LaboratoriumJas laboratorium dibuat berlengan panjang. Tujuannya adalah untuk melindungi tangan dari komponen darah atau bahan kimia lainnya.

2. Kaca mata pelindungTujuan utama penggunaan kaca mata pelindung agar mata terhindar dari percikan darah dan reagen atau bahan kimia lainnya pada saat bekerja.

3. Sarung tangan (hand gloves)Sarung tangan dibutuhkan dalam proses pengolahan darah dan hanya disediakan sekali pakai agar tangan dan makanan tetap hygiene atau bersih sehingga mencegah penyebaran bakteri berbahaya.

4. Masker (Mask)Berfungsi untuk mencegah terhirupnya bau yang menusuk hidung, bersin dan penularan penyakit atau bakteri sehingga makanan yang diolah tetap hygiene.(1)D. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit

P3K merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3K sendiri ditujukan untuk memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.(6)Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus menyediakan apotik atau pos P3K sendiri, memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya dan mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K.Rumah sakit merupakan salah satu lembaga pemberi jasa dengan unit sterilisasi yang menjadi bagiannya.(6)Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan personil P3K.Fasilitas dapat berupa kotak P3K, isi kotak P3K, buku pedoman, ruang P3K, perlengkapan P3K (alat perlindungan, alatdarurat, alat angkut dan transportasi).Personil terdiri dari penanggung jawab: dokter pimpinan P3K,ahli K3, petugas P3K yang telah menerima sertifikat pelatihan P3K ditempat kerja.(6)Rekomendasi minimum failitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe I yaitu kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum, buku catatan, daftar isi kotak. Sedangkan pada kotak P3K tipe II terdiri dari kasa steril terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat, kapas (25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker, bidai, pinset, lampu senter, sabun, kertas pembersih (Cleaning Tissue), aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum.(6)Secara umum penentuan jenis dan jumlah kotak yang disediakan tergantung dari jumlah pekerja.(6)

Tabel 1. Jumlah kotak P3K tiap unit kerjaUntuk jumlah personil P3K sendiri ditentukan oleh faktor risiko bahaya di tempat kerja dan jumlah pekerja.

Tabel 2. Jumlah petugas P3K

E. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja,berkala,berkala khusus)

Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit termasuk tenaga kerja di instalasi bank darah, ada berbagai macam cara yang dilakukan salah satunya yaitu pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:1. Pemeriksaan AwalPemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi : Anamnese umum Anamnese pekerjaan Penyakit yang pernah diderita Alergi Imunisasi yang pernah didapat Pemeriksaan badan Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu (Tuberkulin test, Psikotest).(7)2. Pemeriksaan BerkalaPemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.(7)3. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.(7)F. Peraturan pimpinan Rumah Sakit tentang K3 di tempat kerjaKesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pengunjung, dan masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas dinyatakan di dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 40 ayat (1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga (3) tahun sekali. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit disamping standar pelayanan lainnya.(8)

Peraturan pimpinan Rumah Sakit tentang K3RS seharusnya memenuhi prinsip K3RS, antara lain:a. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

b. Bebas kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya.c. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja.(8)G. Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan pada petugas di instalasi bank darah Rumah SakitPenyakit yang sering dijumpai pada petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit, antara lain:1. Suhu yang terlalu tinggi (dingin) dan terus menerus terpapar dapat terjadi proses penguapan, dimana hal tersebut dapat mengeringkan selaput lendir di mulut dan juga hidung.

2. Hidung, tenggorokan, dan sinus bergantung pada kelembaban dalam membran yang berguna untuk melindungi kekebalan tubuh. Saat lembab, sel-sel kekebalan dapat menarik bakteri, virus, serta alergen ke dalam perangkap yang berfungsi sebagai dinding pertahanan pertama tubuh terhadap patogen.

3. Luka tusuk diakibatkan oleh instrumen yang tajam dan terinfeksi oleh instrumen yang terkontaminasi.(11)H. Upaya K3 lainnya yang dijalankan1. Memonitor proses menerima darah dari UTD, melakukan penyimpanan, dan melayani permintaan darah setelah melakukan uji konfirmasi golongan darah dan uji silang serasi (cross matching). Kegiatan rekruitmen donor, seleksi donor, pengambilan darah, uji saring infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD), pemisahan komponen, penyimpanan sementara sampai pada pendistribusian ke BDRS menjadi tugas dan tanggung jawab UTD yang dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan telah sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO)(11)2. Memberikan pembekalan terhadap petugas mengenai hygiene sanitasi darah serta melatih teknik-teknik bekerja secara aman agar risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.(11)BAB IIIBAHAN, CARA, LOKASI, DAN JADWAL SURVEI

A. Bahan

Bahan yang digunakan adalah checklist (daftar temuan) bukan kuisioner yang dikelompokkan sesuai jenis dan banyaknya tujuan khusus. Checklist digunakan untuk mendata apa yang didapatkan dari hasil survei pada petugas di instalasi bank darah Rumah Sakit. Dan digunakan pula kamera untuk mendokumentasikan suasana tempat kerja.B. Cara

Cara yang digunakan adalah Walk Through Surveyyang merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan.C. Lokasi Survei

Survey dilakukan di instalasi bank darah Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.D. Jadwal Survei

Survei dilakukan pada hari Selasa-jumat (6Mei 9Mei2014) dengan agenda sebagai berikut:

No.TanggalKegiatan

1.6 Mei 2014 Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina

Pengarahan kegiatan

2.7 Mei 2014 Pembuatan proposal walk through survey

Walk through survey

3.8 Mei 2014 Walk through survey

Pembuatan laporan walk through survey

4.9 Mei 2014 Presentasi laporan walk through survey

CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI INSTALASI BANK DARAH RS IBNU SINA

A. Hazard Umum Pada Karyawan Di Instalasi Bank Darah RS Ibnu SinaNoChecklistAdaTidak

1Faktor lingkungan kerja

a. lantai licinb. ventilasi yang sangat kurang

c. ruang kurang pencahayaan

d. tidak ada pendingin ( kipas tidak berfungsi)

2.Faktor kimia

Jenis bahan

a. Cair(sabun cuci piring

b. Uap dari bahan kimiaJalan masuk

a. Inhalasi(udara pengap akibat tidak ada ventilasi

b. Terlalu lama terpajan sabun dan air sehingga menimbulkan iritasi kulitc. Terlalu lama terpajan suhu dingin sehingga menimbulkan kulit kering

4.Faktor ergonomic

a. Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan duduk sesuai posisib. Pekerjaan yang memerlukan pergerakan tangan yang berulang seperti menulis, mengetik.

5.Faktor fisik

a. Bising: - bunyi refrigerator yang suhunya harus tetap dijaga dan alat sentrifus plasma dalam jangka lama lebih 2 jam setiap hari

b. Radiasi

c. Tekanan udara

d. Getaran

6.Faktor biologi

a. bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan yang tidak ada ventilasi dan lembap

7Faktor psikososial

a. jam kerja yang agak lama

b. jumlah karyawan yang kurang

c. stress beban kerja yang berat, setiap karyawan mengerjakan semua pekerjaan dalam satu masad. pekerjaan yang banyak dan membebankan karyawan dalam kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung

B. Alat Pelindung Diri yang Dipakai Karyawan di Instalasi Bank Darah RS Ibnu SinaNoChecklistAdaTidak

1.Masker

2,Kaca mata pelindung

5.Jas laboratorium lengan panjang

6.Sarung tangan karet

C. Keluhan yang Dialami Karyawan di Instalasi Bank Darah RS Ibnu SinaNo.ChecklistYatidak

1.Pernah izin kunjungi klinik atau rumah sakit atau balai pengobatan

Jenis keluhan: pegal-pegal badan, sakit punggung, sesak napas, kulit dan mata kering, batuk, demam, terpeleset dan jatuh

D. Informasi Tentang Pemeriksaan dan Upaya Pengobatan Bila SakitNoPertanyaanYaTidak

1Apakah karyawan sering mengunjungi dokter setiap kali timbul keluhan atau sakit

2Apakah karyawan sering membeli obat-obatan tanpa ada resep dari dokter disaat sakit

3Apakah karyawan sering tidak melakukan apa-apa di saat sakit

E. Informasi Tentang Pengorganisasian Pekerjaan Dan Budaya KerjaNoPertanyaanYaTidak

1Apakah karyawandibenarkan istirahat jika sudah lelah

2Apakah karyawandisediakan makanan saat istirahat

3Apakah karyawan sering bertemu dengan atasan jika terdapat keluhan

F. Informasi Tentang Pengetahuan Dan Penyuluhan Yang Pernah Didapatkan

NoPertanyaanYaTidak

1Apakah karyawan pernah mengikuti penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi bank darah

2Apakah karyawan tahu tentang dampak penggunaan sabun cuci yang terlalu sering pada kulit

G. Informasi Tentang Kotak P3k

NoPertanyaanYaTidak

1Apakah terdapat kotak P3K di instalasi bank darah

2Apakah karyawan pernah menggunakan kotak P3K

3Apakah karyawan tahu isi isi kotak p3

4Apakah karyawan tahu kepentingan kotak P3K

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonimous. Tugas KSK Paper Mandiri. [Online on 2010], [Cited on September 2013]. Available from:http://daincredible.files.wordpress.com/2010/01/tugas-ksk-paper-mandiri.docx.2. Irfan. Bank Darah (Blood Bank). [Online on 2010], [Cited on Mei 2014]. Available from: http://dokirfan.com/ilmiah/hematologi/item/98-bank-darah-blood-bank. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/Sk/Iv/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit. 2007.4. Zulfana I, Sudarmaji. Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) pada Pengelolaan Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Lumajang. In: Jurnal Kesehatan Lingkungan; Vol.4, No.2, 2008.p. 57-68.5. Staff Dosen Emergency MedicineUniversity of Sumatera Utara.Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. [Onlineon 2013], [Cited on September 2013]. Available from: http://ocw.usu.ac.id/course/detail/pendidikan-dokter-s1/1110000130-emergency-medicine.html.6. Sardjito PKRd. Freedom on Sharing. [Online on 2011], [Cited on September 2013]. Available from: http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/06/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-bagi.html.7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. 2010.8. Farah VB. Dampak ruangan berAc. Detik Health, 2012 [Cited on Mei 2014]. Available from: www.healht.detik.com9. Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar. Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008.10. Persatuan Instalasi Pusat Sterilisasi Indonesia. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009.20