bab ii pneumotorak

Upload: eezna-scarlett

Post on 02-Jun-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    1/17

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sistem pernapasan merupakan salah satu organ terpenting dari bagian tubuh

    manusia setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem pernapasan akan

    mempengaruhi semua organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas manusia.

    Seiring dengan kemajuan zaman, semakin banyaknya transportasi dan pola hidup yang

    kurang baik dapat menjadi suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya yaitu gangguan

    sistem pernafasan yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini akan menimbulkan

    berbagai penyakit primer yang mengenal sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis masif,

    pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak berat. Sedangkan gangguan fungsi

    paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti keracunan obat yang

    menimbulkan depresi pusat pernapasan. Trauma toraks dapat mengakibatkan terjadinya

    robekan pada pleura dimana dengan adanya robekan ini akan menjadi celah masuknya

    udara ke dalam rongga tersebut sehingga menjadi pneumotoraks. Trauma toraks

    merupakan penyebab utama kematian. Banyak penderita trauma toraks datang dengan

    keadaan kritis, lalu meninggal setelah sampai di rumah sakit. Untuk itu diperlukan

    diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat. Kurang dari 10% dari cedera tumpul toraks

    dan 15-30% dari cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.

    Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan prosedur resusitasi, peralatanyang

    lengkap, dan perawatan rawat inap yang tepat.

    Kejadian pneumothoraks pada umumnya sulit ditentukan karena banyak kasus-

    kasus yang tidak didiagnosis sebagai pneumotoraks karena berbagai sebab. Beberapa

    karakteristik pada pneumotoraks antara lain lebih sering terjadi pada penderita dewasa

    yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita (4:1).

    Pneumothoraks sering dijumpai pada musim penyakit batuk. Pneumotoraks spontan yang

    timbul pada umur lebih dan 40 tahun sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan

    empisema. Lebih sering pada orang-orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi

    (astenikus) terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok.

    Untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi maka diperlukan peran perawat

    yang optimal dan profesional yaitu secara promotif perawat dapat memberikan informasi

    pada keluarga dan klien berupa pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    2/17

    2

    pengobatan, pencegahan pneumotoraks, manfaat gizi bagi kesehatan dan kebersihan

    lingkungan, secara preventif perawat dapat memberikan informasi pada keluarga tentang

    cara untuk menghindari terjadinya pneumotoraks salah satunya dengan cara menghindari

    diri dari budaya merokok, secara kuratif perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

    sehingga klien tidak mengalami pneumotoraks yang lebih lanjut dan secara rehabilitatif

    yaitu dengan memulihkan klien sehingga dapat berfungsi secara optimal kembali setelah

    sakit, seperti perlunya penjelasan pada keluarga atau klien tentang pentingnya istirahat

    yang cukup, mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi serta menghindari kebiasaan

    merokok.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Pneumotoraks?

    C. TUJUAN UMUM

    Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan

    Pneumotoraks.

    D. TUJUAN KHUSUS

    1.

    Untuk menyebutkan pengertian dari Pneumotoraks2. Untuk menyebutkan etologi dari Pneumotoraks

    3. Untuk menyebutkan klasifikasi dari Pneumotoraks

    4. Untuk menyebutkan patofisiologi Pneumotoraks

    5. Untuk menyebutkan manifestasi klinik Pneumotoraks

    6. Untuk menyebutkan konmplikasi Pneumotoraks

    7. Untuk menyebutkan penata laksanaan Pneumotoraks

    8. Untuk mengetahui askep Pneumotoraks

    9. Untuk menyebutkan Dischard planning

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    3/17

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. KONSEP PNEUMOTORAKS

    1. PENGERTIAN

    Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura,

    yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah

    kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang intrapleural

    melalui hubungan dari dinding dada (yaitu,trauma) atau melalui parenkim paru-paru

    di pleura visceral.

    Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic

    Society 2003). Tension pneumothoraks disebabkan karena tekanan positif pada saat

    udara masuk ke pleura pada saat inspirasi. Pneumothorak dapat menyebabkan

    cardiorespiratory distress dan cardiac arrest (henti jantung).

    2. ETIOLOGI

    Pneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi

    udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan

    bronkhus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk

    suatu bula yang disebut granulomatus fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah

    satu penyebab tersaring terjadinya pneumothoraks, karena bula tersebut berhubungan

    dengan adanya obstruksi empisema.

    - infeksi saluran nafas

    - trauma dada

    - acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan kimia

    - penyakit inplamasi paru akut dan kronis

    - keganasan

    3. KLASIFIKASI

    Pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi spontan dan traumatik.

    a. Traumatik dapat dibagi menjadi:

    1)

    pneumotorak iatroganik

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    4/17

    4

    Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini

    dibedakan menjadi dua yaitu:

    a) Pneumotorak traumatik iatroganik aksidental ini terjadi akibat tindakan

    medis karena kesalahan/ komplikasi tindakan tersebut, misal pada

    tindakan parasentesis dada, biopsy pleura, biopsy transbronkial, biopsy/

    aspirasi paru perputaneus.

    b)

    Pneumotorak traumatik iatroganik artificial (deliberate) merupakan

    pneumotorak yang sengaja dilakukan dengan mengisi udara ke dalam

    rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya

    untuk terapi tuberculosis (sebelum era antibiotik), atau untuk menilai

    permukaan paru.2)

    penumotorak non-iatroganik (accidental)

    b. Pneumothoraks spontan adalah setiap pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa

    adanya suatu penyebab yang jelas.

    1)

    Pneumothoraks spontan primer (PSP)

    Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit

    paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa

    muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisis yang berat tetapi justru

    terjadu pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui

    penyebabnya.Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung

    kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit

    ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun.

    Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan

    penyakit yang sama.

    2)

    Pneumothoraks spontan sekunder (PSS)

    Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi karena komplikasi dari

    penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma,

    fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan, tuberkulosis paru, PPOK, asma

    bronkial dsb). Pneumotoraks spontan sekunder merupakan

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    5/17

    5

    4. PATOFISIOLOGI

    Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan

    intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara

    dari luaryang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli.

    Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan

    lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga udara ditekan

    keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan

    napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin

    atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer dari

    bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah

    atau robek.

    Secara singkat proses terjadinya pneumothoraks adalah sebagai berikut:

    1) Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk

    kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan

    dalam alveoli akan meningkat.

    2) Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor

    presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.

    3) Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan

    fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan

    menyebabkan pneumothoraks.

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    6/17

    6

    Trauma tajam

    Torak

    Pneumotoraks

    Kerusakan integritas

    kulit

    Ketidak efektifan pola

    na as

    Trauma tumpul

    Akumulasi cairan dalam

    kavum pleura

    Ekspansi paru Pemasangan WSD

    Diskontinuitas jaringan

    Resiko Infeksi

    Merangsang Reseptor

    Nyeri pada pleuraviseralis dan parietalis

    Nyeri akut

    Toraksdrains bergeser

    Merangsang reseptor

    nyeri pada periver kulit

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    7/17

    7

    5. MANIFESTASI KLINIK

    1. pasien mengeluh awitan mendadak nyeri pada pluritik akut yang terlokalisasi pada

    paru yang sakit

    2. nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak nafas, peningkatan kerja pernafasan dan

    dispnea

    3.

    gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak

    mengembang seperti sisi yang sehat

    4. suara napas jauh atau tidak ada

    5. perfusi dada menghasilkan suara hipersonan

    6. takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumotoraks

    7. tension pneumotorak

    1)

    hipoksemiia (tanda awal)

    2) ketakutan

    3) gawat nafas (takipnea berat)

    4)

    peningkatan tekanan jalan nafas puncak dan rerata, penurunan komplians, dan

    auto tekanan akspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang

    ventilasi mekanis

    5)

    kolaps kardiovaskular (frekuensi jantung > 140 kali /menit pada setiap hal

    berikut: sianosis perifer, hipotensi, aktivitas lintrik tanpa denyut nadi)

    Pemeriksaan diagnostik

    6)

    Rontgen dada

    7) CT scan

    8) Ekg

    6. KOMPLIKASI

    a.

    Pneumothoraks tension: mengakibatkan kegagalan respirasi akut

    b.

    Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung

    paru dan kematian sangat sering terjadi.

    c. Emfisema subkutan dan pneumomediastinum: sebagai akibat komplikasi

    pneumothoraks spontan

    d. Fistel bronkopleural

    e. Empiema

    f.

    Pneumothoraks simultan bilateral

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    8/17

    8

    7. PENATA LAKSANAAN

    Tindakan pneumothoraks tergantung dari luasnya pneumothoraks. Tujuannya

    yaitu untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan

    untuk kambuh lagi.

    Prinsip-prinsip penanganan pneumothoraks menurut British

    Sosiety danAmerican Collage of Chest Physicians adalah:

    a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen

    b. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostostomi dengan

    atau tanpa pleurodesis

    c. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla

    d. Torakotomi

    B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

    1. PENGKAJIAN FOKUS

    a.

    DEMOGRAFI

    Biodata pasien yang meliputi :

    1) Identitas pasien

    a. Nama

    b. Umur

    c.

    Jenis Kelamin

    d.

    Agamae. Status perkawinan

    f.

    Pendidikan

    g. Pekerjaan

    h. Tanggal Masuk

    i.

    No. Register

    j. Diagnosa medis

    2) Penanggung jawab

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    9/17

    9

    a. Nama

    b. Umur

    c.

    Jenis Kelamin

    d. Pendidikan

    e. Pekerjaan

    f.

    Hubungan dengan pasien

    b. RIWAYAT KESEHATAN

    1) Riwayat penyakit saat ini

    Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat.

    Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada

    gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga

    dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan

    dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada

    atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.

    2) Riwayat penyakit dahulu

    Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana

    sering terjadi pada pneumothoraks spontan.

    3) Riwayat penyakit keluarga

    Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit

    yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-

    lain.

    c. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK

    1) Aktivitas/Istirahat

    Gejala : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.

    2) Sirkulasi

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    10/17

    10

    Tanda : Takikardia.

    Frekuensi tak teratur/disritmia.

    Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).

    Tanda Homman.

    TD: hipertensi/ hipotensi.

    DVJ

    3) Integritas Ego

    Tanda : Ketakutan, gelisah.

    4) Makanan/Cairan

    Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.

    5) Nyeri/kenyamanan

    Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.

    Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak

    spontan).

    Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,

    kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).

    Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.

    Perilaku distraksi.

    Mengkerutkan wajah.

    6) Pernapasan

    Gejala :Kesulitan bernapas, lapar napas.

    Batuk (mungkin gejala yang ada).

    Riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi

    paru (empiema/effusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis), keganasan.

    Pneumothorak spontan sebelumnya.

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    11/17

    11

    Tanda :Pernapasan:peningkatan frekuensi/takipnea.

    Peningkatan kerja napas, penggonaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher,

    retraksi interkotal, ekspirasi abdominal kuat.

    Bunyi napas menurun atau tidak ada.

    Fremitus menurun.

    Perkusi dada: Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak),

    bunyi pekak diatas area yang terisi cairan (hemotoraks).

    Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik)

    bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan thoraks (area yang sakit).

    Kulit: Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.

    Mental: Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

    Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.

    7) Keamanan

    Gejala : Adanya trauma dada.

    Radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

    8) Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala : Riwayat faktor resiko keluarga; tuberculosis, kanker.

    Adanya bedah intratorakal/biopsi paru.

    Bukti kegagalan membaik.

    d. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1.

    Sinar x dada: Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural; dapat

    menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

    2.

    GDA: variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan

    mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang

    meningkat. PaO2 mungkin normal/ menurun; saturasi oksigen biasanya menurun.

    3.

    Torasentesis: menyatakan darah/ cairan serosanguinosa (hemotorak).

    4. HB: mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    12/17

    12

    5. Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup)

    2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1) Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya

    ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.

    2)

    Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.

    3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    13/17

    13

    3. INTERVENSI DAN RASIONAL

    Dx : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kekolapsan paru, pergeseran mediastinum.

    Tujuan: Klien memiliki pertukaran gas yang optimal selama terpasang WSD,

    No Intervensi Rasional

    1. Berikan pengertian tentang prosedur

    tindakan WSD, kelancaran dan akibatnya.

    WSD yang obstruksi akan selalu terkontrol karena

    klien dan keluarga kooperatif.

    2. Periksa WSD lokasi insersi, selang

    drainage dan botol.

    Adanya kloting merupakan tanda penyumbatan

    WSD yang berakibat paru kolaps.

    3. Observasi tandatanda vital Hipertemi, takikardi, takipnea merupakan tanda

    tanda ketidakoptimalan fungsi paru.

    4. Observasi analisa blood gas. Ketidaknormalan ABG menunjukan adanya

    gangguan pernapasan.

    5. Kaji karakteristik suara pernapasan,

    sianosis terutama selama fase akut

    Adanya ronchi, rales dan sianosis merupakan

    tandatanda ketidakefektifan fungsi pernapasan

    Dx : Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD

    Tujuan: Klien bebas dari infeksi pada lokasi insersi selama pemasangan WSD

    No Intervensi Rasional

    1. Berikan pengertian dan motivasi tentang

    perawatan WSD

    Perawatan mandiri seperti menjaga luka dari hal

    yang septic tercipta bila klien memiliki pengertian

    yang optimal

    2. Kaji tandatanda infeksi Hipertemi, kemerahan, purulent, menunjukan

    indikasi infeksi.

    3. Monitor reukosit dan LED Leukositosis dan LED yang meningkat

    menunjukan indikasi infeksi.

    4. Dorongan untuk nutrisi yang optimal Mempertahankan status nutrisi serta mendukung

    system immune

    5. Berikan perawatan luka dengan teknik

    aseptic dan anti septic

    Perawatan luka yang tidak benar akan

    menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme

    6. Bila perlu berikan antibiotik sesuai advis. Mencegah atau membunuh pertumbuhan

    mikroorganisme

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    14/17

    14

    Dx : Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat.

    Tujuan: Klien mempertahankan keseimbangan cairan selama prosedur tindakan WSD

    No Intervensi Rasional

    1. Catat drainage output setiap jam sampai

    delapan jam kemudian 48 jam

    40

    100 ml cairan sangonius pada jam 8 post op

    adalah normal, tetapi kalau ada peningkatan

    mungkin menunjukan indikasi perdarahan.

    2. Observasi tandatanda defisit volume cairan Hipotensi, takikardi, takipnea, penurunan

    kesadaran, pucat diaporosis, gelisah merupakan

    tandatanda perdarahan yang mengarah defisit

    volume cairan.

    3. Berikan intake yang optimal bila perlu

    melalui parenteral

    Intake yang optimal akan kebutuhan cairan tubuh.

    Cairan parenteral merupakan suplemen tambahan.

    Dx : Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat

    pemasangan WSD.

    Tujuan: Klien memiliki mobilitas fisik yang adekuat selama pemasangan WSD

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji ROM pada ekstrimitas atas tempatinsersi WSD

    Mengetahui tangda

    tanda awal terjadinyakontraktur, sehingga bias dibatasi.

    2. Kaji tingkat nyeri dan pemenuhan aktifitas

    seharihari

    Nyeri yang meningkat akan membatasi

    pergerakan sehingga mobilitas fisik seharihari

    mengalami gangguan.

    3. Dorong exercise ROM aktiif atau pasif ada

    lengan dan bahu dekat tempat insersi.

    Mencegah stasis vena dan kelemahan otot

    4. Dorong klien untuk exercise ekstrimitasbawah dan bantu ambulansi

    Mencegah stiffness dan kontraktur darikurangnya pemakaian lengan dan bahu dekat

    tempat insersi

    5. Berikan tindakan distraksi dan relaksasi Distraksi dan relaksasi berfungsi memberikan

    kenyamanan untuk beraktifitas seharihari

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    15/17

    15

    Dx : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi terhadap prosedur

    tindakan WSD.

    Tujuan: Klien mampu memverbalkan pengertian tentang prosedur tindakan WSD sesuai kemampuan

    dan bahasa yang dimiliki

    No Intervensi Rasional

    1. 1. Kaji keadaan fisik dan emosional klien

    saat akan dilakukan tindakan health

    education (penyuluhan)

    Kondisi fisik tidak nyaman dan ketidak siapan

    mental merupakan factor utama adanya halangan

    penyampaian informasi.

    2. 2. Berikan pengertian tentang prosedur

    tindakan WSD

    Pengertian membawa perubahan pengetahuan,

    sikapdan psikomator.

    3. 3. Demonstrasikan perawatan WSD i

    depan klien dan keluarganya

    Demonstrasi merupakan suatu metode yang

    tepat dalam penyampaian suatu informasi

    sehingga mudah di pahami.

    4. DISCHARD PLANNING

    1. biasakan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan bergizi

    2.

    olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup

    3. berhenti meroko dan hindari kontaminasi asap rokok

    4.

    berhenti minum alkohol

    5. kenali tanda gejala penyakit dan kurangi stres

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    16/17

    16

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan / akibat trauma tembus atau tidak

    tembus. Pneumothoraks disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberkulosis paru

    disertai fibraosis atau emfisema lokal, bronkitis kronis dan emfisema.

    Dalam hal ini perawat sebagai salah satu tim yang secara langsung dalam

    menghaapi klien haruslah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dikarenakan

    akan dapat mengakibatkan mudahnya terjadi infeksi atau komplikasi yang lainnya

    dikarenakan tindakan keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedur keperawatan.

    Kita sebagai seorang perawat diharapkan dapat melaksanakan tindakan

    keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang terjadi pada klien. Dan dalam

    pelaksanaan tersebut perawat harus mampu melindungi dirinya dari penularan

    penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Selain itu perawat dapat memperendah

    atau mengurangi resiko terjadinya infeksi dengan cara perawatan yang aseptik.

    B. SARAN

    Mengingat betapa berperannya perawat dalam menangani kasus pneumotoraks

    maka dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu menerapkan isi dari

    makalah. Dalam hal ini perawat sebagai salah satu tim yang secara langsung dalam

    menghaapi klien haruslah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dikarenakan

    akan dapat mengakibatkan mudahnya terjadi infeksi atau komplikasi yang lainnya

    dikarenakan tindakan keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedur keperawatan.

    Penulis menyadari makalah ini belumlah mencapai kesempurnaan maka

    disarankan kepada pembaca untuk membaca refrensi lain mengenai pneumotoraks.

  • 8/10/2019 BAB II Pneumotorak

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges, M.E. 2000.Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan

    Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC

    Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system

    pernapasan. Jakarta:Salemba Medika

    Sudoyo, Aru W. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

    Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda Nic

    Noc jilid II. Yogyakarta: MediAction.