bab ii pembahasan

23
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DIARE 1. Definisi Diare Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1990) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FK UI,1965). Diare adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam- macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995). Diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995). Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini 3

Upload: ryza-jazid-chicha

Post on 12-Aug-2015

59 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Pembahasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIARE

1. Definisi Diare

Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih

dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu

buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat

disertai lendir dan darah.

Menurut WHO (1990) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari

tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang yang awalnya mendadak dan

berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja

yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FK UI,1965).

Diare  adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan

oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley &

Wong’s,1995).

Diare adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang

disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan Mayers,1995).

Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga

menyebabkan  dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan

baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak-anak dan orang tua.

Tanda-tanda orang dehidrasi antara lain:

1. Penderita sangat kehausan

2. Mulut dan lidah kering,mata cekung

3. Waktu kulit dipijit, lipatan kulit perlahan – lahan akan kembali seperti semula.

4. Denyut nadi sangat cepat pada seorang anak yang kurang dari 18 bulan , terlihat

adanya noktah lembut pada puncak kepala yang cekung ke bawah (yakni bagian

ubun-ubun )

3

Page 2: Bab II Pembahasan

2. Jenis-Jenis Diare

a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang disebabkan oleh virus rota virus yang ditandai

buang air besar lembek/cair bahkan berupa air saja frekuensi 3x atau lebih dalam

sehari berlangsung dari 14 hari.

Patogenesis diare akut yaitu masuk nya jasad renik yang masih hidup

kedalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung.jasad renik itu

berkembang biak didalam usus halus kemudian jasad renik mengeluarkan toksik.

Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare.

b. Diare Bermasalah

Diare bermasalah adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus , bakteri,

parasit, intoleransi laktosa, alergi protein, susu sapi,penularan secara fecal-oral

kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diare ini

diawali dengan cair kemudian pada hari berikutnya muncul darah eengan maupun

tanpa lendir,sakit perut yang di ikuti muncul tenasmus panas disertai hilang nafsu

makan dan badan terasa lemah. 

c. Diare Persisten

Diare persisten adalah diare akut yang menetap, dimana titik sentral

patogenesis diare tersebut adalah kerusakan mukosa usus.diare persisten ini

merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang

berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.

Penyebab diare ini sama dengan diare akut. Sebagai akibat diare akut

maupun diare bermasalah akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi)

yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis,

metabolic, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi akibat kelaparan (asupan

makanan kurang sementara pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan

sirkulasi darah.

3. Klasifikasi Diare

Berdasarkan penyebabnya diare dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

a. Diare karena infeksi, meliputi :

1) Diare akibat virus, misalnya infeksi perut dan travelers diarrhea yang

disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus.

4

Page 3: Bab II Pembahasan

2) Diare akibat bakteri (invasif), dapat disebabkan oleh Salmonella, Shigella,

Campylobacter, dan jenis Coli tertentu.

3) Diare parasit, dapat disebabkan oleh Entamoeba Hystolitica, Giardia

Lambia, Cryptosporidium, dan Cyclospora yang terutama terjadi di daerah

tropis.

4) Diare akibat enterotoksin, penyebabnya adalah kuman-kuman yang

membentuk enterotoksin, yang terpenting adalah E.Coli dan Vibrio

Cholerae dan yang terjarang adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter,

dan Entamoeba Hystolitica (Tan dan Rahardja, 2002).

b. Klasifikasi berdasarkan organ yang terkena infeksi :

1) Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,

parasit).

2) Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis, media,

infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin, dan lainnya).

c. Klasifikasi diare berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh

penderita yang tergantung pada banyak dan lamanya diare :

1) Diare tanpa dehidrasi

2) Diare dengan dehidrasi ringan (kehilangan cairan sampai 5% dari berat

badan)

3) Diare dengan dehidrasi sedang (kehilangan cairan 6-10% dari berat badan)

4) Diare dengan dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat

badan)

d. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare :

1) Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan bisa

berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini disebabkan oleh karena

infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang

umumnya disebut gastoenteritisin fantile. Pada diare akut dengan dehidrasi

berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi dampak negatif pada

bayi dan anak gejalanya antara lain renjatan hipovolemik (denyut jantung

menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, penderita

menjadi lemah, kesadaran menurun, diuresis berkurang), gangguan

elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan gagal ginjal akut.

5

Page 4: Bab II Pembahasan

2) Diare kronik merupakan diare yang berlangsung lebih dari dua minggu,

sedangkan diare yang sifatnya menahun diantara diare akut dan diare kronik

disebut diare sub akut (Suharyono, 1991). 

4. Gejala Diare

Gejala klinis diare pada bayi dan anak , ditandai oleh: mula-mula bayi dan anak

menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang

atau tidak ada, kemudian timbul diare.

Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama

berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai

akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat

diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan

oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa

dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka

gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan

ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak

kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:

a. Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)

1)Berak cair 1-2 kali sehari

2)Tidak haus dan tidak muntah

3)Masih bisa makan dan bermain

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

1)Berak cair 4-9 kali sehari

2)Kadang muntah 1-2 kali sehari.

3)Kadang panas

4)Haus

5)Tidak mau makan

6)Badan lesu lemas.

c. Diare dengan dehidrasi berat

1)Berak cair terus-menerus

2)Muntah terus-menerus

3)Haus sekali

6

Page 5: Bab II Pembahasan

4)Mata cekung

5)Bibir kering dan biru

6)Tangan dan kaki dingin

7)Sangat lemah

8)Tidak mau makan

9)Tidak mau bermain

10) Tidak kencing 6 jam atau lebih

11) Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi:

a. Dehidrasi hipotonik (dehidrsi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam

plasma kurang dari 130 mEq/l.

b. Dehidrasi isotonic (dehidrasi isonatremia) yaitu bila kadar natrium dalam

plasma 130-150 mEq/l.

c. Dehidrasi hipertonik (dehidrasi hipernatremia) yaitu bila kadar natrium dalam

plasma lebih dari 150 mEq/l.

(Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

5. Etiologi Penyakit Diare

1) Faktor Infeksi

1) Infeksi internal, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare.

2) Infeksi bakteri : Vibrio coma, Echeseria coli, Salmonella, Shigella,

Compilobacter, Yersenia dan Acromonas.

3) Infeksi virus : Entero virus (Virus echo, Coxechasi dan Poliomyelitis),

Adeno virus, Rota virus dan Astrovirus.

4) Infeksi parasit : Cacing, protozoa dan jamur.

5) Infeksi parental, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,

seperti otitis media akut, tonsilopharingitis dan sebagainya. Keadaan ini

terutama pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.

b. Bukan Faktor Infeksi

1) Alergi makanan : susu dan protein

2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi

3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

4) Obat-obatan seperti antibiotik

7

Page 6: Bab II Pembahasan

5) Penyakit usus seperti colitis ulserative, crohn disease dan enterocolitis

6) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas

7) Obstruksi usus

8) Kurang gizi

c. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat

Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak.

6. Patofisiologi Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:`

a. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi   air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus

c. Gangguan Motalitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik menurun

akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

7. Pathogenesis

Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap

air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan

sebagai berikut :

a. Diare Osmotik

Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :

8

Page 7: Bab II Pembahasan

1) Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul

bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar

sekaligus.

2) Waktu pengosongan lambung yang cepat. Dalam keadaan fisiologis

makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis,

kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk

menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami

gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih

hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan

elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus

bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang

kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik

intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.

3) Defisiensi enzim

Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah

enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase

menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan

disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi

maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian

menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan Amerika, produksi

enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang Asia,

Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat

menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya

orang Eropa senang minum susu.

4) Laksan osmotik

Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke

lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris).

Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:

(a) Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium

diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena

itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan

keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.

(b) Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh

bakteri.

9

Page 8: Bab II Pembahasan

(c) Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan

(intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya

diberikan cairan intravena.

b. Diare sekretorik

Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2

kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.

Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen

usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Seperti

diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai

pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana

aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.

Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan

karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada

peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus,

bahkan proses peradangan.

1) Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit

Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan

pada penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena

adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan

absorpsi elektrolit dan air.

2) Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)

Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang

asalnya psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga

disebabkan oleh hiperperistaltik.

3) Diare eksudatif

Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis,

kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan

peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

B. EPIDEMIOLOGI DIARE

Gambaran Berdasarkan Survei dan Penelitian

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Prevalensi diare dalam Riskesdas 2007 diukur dengan menanyakan apakah

responden pernah didiagnosis diare oleh tenaga kesehatan dalam satu bulan terakhir.

10

Page 9: Bab II Pembahasan

Responden yang menyatakan tidak pernah, ditanya apakah dalam satu bulan

tersebut pernah menderita buang air besar >3 kali sehari dengan kotoran lembek

atau cair. Responden yang menderita diare ditanya apakah minum oralit atau cairan

gula garam.

Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di

Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi

mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua)

yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007

Gambar 1. Prevalensi Diare Menurut Provinsi

Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan

prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.

11

Page 10: Bab II Pembahasan

Prevalensi diare menurut kelompok umur dapat dilihat pada gambar dibawah

ini:

Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007

Gambar 2. Prevalensi Diare Menurut Kelompok Umur

Dari hasil SDKI 2007 didapatkan 13,7% balita mengalami diare dalam waktu

dua minggu sebelum survei, 3% lebih tinggi dari temuan SDKI 2002-2003 (11

persen). Prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan, diikuti umur 6-

11 bulan dan umur 23-45 bulan seperti pada Gambar 5. Dengan demikian seperti yang

diprediksi, diare banyak diderita oleh kelompok umur 6-35 bulan karena anak mulai

aktif bermain dan berisiko terkena infeksi.

Sumber : SDKI tahun 2007

Gambar 3. Persentase balita yang diare dua minggu sebelum surevei berdasarkan

kelompok umur

12

Page 11: Bab II Pembahasan

Kejadian Diare juga menpunyai trend yang semakin naik pada periode tahun

1996-2006. Sedangkan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 terjadi sedikit penurunan

angka kesakitan, yaitu dari 423 menjadi 411 per 1000 penduduk. Hasil Survei

Morbiditas Diare dari tahun 2000 s.d 2010 dapat dilihat trend sbb

Sumber : Kementerian Kesehatan, Survei morbiditas diare tahun 2010

Gambar 4. Angka kesakitan diare per 1000 penduduk pada semua umur tahun

1996-2010

Untuk angka kesakitan diare balita Tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola

kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun 2000 angka kesakitan

balita 1.278 per 1000 turun menjadi 1.100 per 1000 pada tahun 2003 dan naik lagi

pada tahun 2006 kemudian turun pada tahun 2010 yang dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Sumber : Kementerian Kesehatan, Survei morbiditas diare tahun 2010

13

Page 12: Bab II Pembahasan

Gambar 5. Angka kesakitan diare balita tahun 1996-2010 (per 1000)

Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5 - 7 episode setiap anak pertahun

dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.

Departemen Kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan

diare sebesar 301/1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996

sebesar 280/1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi

dan balita. (Hasil Surkesnas, 2001) mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan

kematian balita 13,2%.

Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Orang (umur) sekitar 80% kematian diare

tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa

dari sekitar 125 juta anak usia 0- 11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang

tinggal di negara berkembang, total episode diare pada balita sekitar 1,4 milyar kali

pertahun, dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia di bawah 0-11 bulan

sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali pertahun (Budi,

2006).

Terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Per Provinsi Tahun 2005 yaitu

daftar provinsi yang menduduki tingkat utama diare yaitu Provinsi Sulawesi Tengah

dengan jumlah penderita 69 orang dan yang meninggal mencapai 13 orang, dengan

persentase 18,84%. Selanjutnya disusul Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah

penderita kedua terbanyak yaitu 145 orang dan yang meninggal 6 orang dengan

persentase 8,38%. Provinsi ketiga terbanyak yaitu Papua dengan jumlah penderita 486

orang dan yang meninggal 37 orang dengan persentase 7,61% (Sumber Profil PP &

PL, 2005).

Dalam hal ini juga diterangkan distribusi penyakit diare berdasarkan waktu yaitu

tentang cakupan penderita diare dalam lima tahun terakhir dengan data misalnya pada

tahun 2000 jumlah penderita diare mencapai 4.771.340, tahun 2001 sebanyak

2.873.414, tahun 2002 sebanyak 1.788.492, tahun 2003 sebanyak 1.950.745 dan yang

terakhir tahun 2004 sebanyak 596.050 (Survei Subdit Diare).

Variasi musiman untuk diare yaitu dapat terjadi menurut letak geografi, pada

daerah sub-tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas

sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya pada musim dingin. Di

daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada

musim kemarau, sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.

14

Page 13: Bab II Pembahasan

Insiden diare persisten mengikuti pola musiman yang sama seperti pada diare cair

akut (Depkes RI, 1999).

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA DIARE

1. Faktor Infeksi

Faktor infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam infeksi parenteral dan infeksi

enteral. Di negara berkembang, campak yang disertai dengan diare merupakan

faktor yang sangat penting pada morbiditas dan mortalitas anak. Walaupun

mekanisme sinergetik antara campak dan diare pada anak belum diketahui,

diperkirakan kemungkinan virus campak sebagai penyebab diare secara

enteropatogen.

Sampai beberapa tahun yang lalu kuman-kuman patogen hanya dapat

diidentifikasikan 25% dari tinja penderita diare akut. Pada saat ini dengan

menggunakan teknik yang baru, tenaga laboratorium yang berpengalaman dapat

mengidentifikasi pada sekitar 75% kasus yang datang ke sarana kesehatan dan pada

sekitar 50% kasus-kasus ringan di masyarakat.

Penyebab infeksi utama timbulnya diare adalah golongan virus, bakteri, dan

parasit. Rotavirus merupakan penyebab utama diare akut pada anak. Sedangkan

bakteri penyebab diare tersering antara lain ETEC, Shigella, Campylobacter.

2. Faktor Umur

Pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi lebih banyak

terjadi pada umur di bawah 2 bulan secara bermakna, dan makin muda usia bayi

makin lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan mukosa usus yang

menimbulkan diare dapat terjadi karena gangguan integritas mukosa usus yang

banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh sistem imunologik intestinal serta

regenerasi epitel usus yang pada masa bayi muda masih terbatas kemampuannya.

Sudigbia (1982) mendapatkan penderita diare yang dirawat selama tahun 1981

di RS. Dr. Kariadi Semarang kejadian tertinggi pada golongan umur 6-12 bulan, dan

Sutoto (1982) mendapatkan kejadian tertinggi diare di RS. Karantina Jakarta

1980/1981 dari golongan umur 6-24 bulan. Sudigbia (1990) juga mendapatkan pada

survei diare di Kecamatan Beringin kejadian tertinggi pada golongan umur 6-24

bulan.

Keadaan tersebut terjadi sangat mungkin karena pada umur 6-24 bulan jumlah

air susu ibu sudah mulai berkurang dan pemberian makanan sapih yang kurang nilai

gizinya serta nilai kebersihannya.

15

Page 14: Bab II Pembahasan

3. Faktor Status Gizi

Menurut Satiri (1963) dan Gordon (1964) pada penderita malnutrisi serangan

diare terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin

sering dan berat diare yang dideritanya. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi

sangat peka terhadap infeksi, namun konsep ini tidak seluruhnya diketahui benar,

patogenesis yang terperinci tidak diketahui.

Di negara maju dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang tinggi,

kelompok bayi yang mendapat air susu ibu lebih jarang menderita diare karena

infeksi enteral dan parenteral. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kontaminasi

bakteri serta terdapatnya zat-zat anti infeksi dalam air susu ibu. Menurut Stanfield

(1974) perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita malnutrisi adalah: 1)

perubahan gastrointestinal dan 2) perubahan sistem imunitas.

4. Faktor Lingkungan

Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran dan

mulut. Dalam hal mengukur kemampuan penularan penyakit di samping tergantung

jumlah dan kekuatan penyebab penyakit, juga tergantung dari kemampuan

lingkungan untuk menghidupinya, serta mengembangkan kuman penyebab penyakit

diare.

Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari

hubungan antara a) faktor jumlah kuman yang disekresi (penderita atau carrier), b)

kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan, dan c) dosis kuman untuk

menimbulkan infeksi, disamping ketahanan pejamu untuk menghadapi mikroba tadi.

Perubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak menjamin

hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan tingkah laku manusia yang

memanfaatkan sarana tersebut di atas sangat menentukan keberhasilan perbaikan

sanitasi dalam mengurangi masalah diare.

5. Faktor Susunan Makanan

Faktor susunan makanan terhadap terjadinya diare tampak sebagai kemampuan

usus untuk menghadapi kendala yang berupa:

a. Antigen Susunan makanan mengandung protein yang tidak homolog, sehingga

dapat berlaku sebagai antigen. Lebih-lebih pada bayi dimana kondisi ketahanan

lokal usus belum sempurna sehingga terjadi migrasi molekul makro.

16

Page 15: Bab II Pembahasan

b. Osmolaritas Susunan makanan baik berupa formula susu maupun makanan padat

yang memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan diare

misalnya Neonatal Entero Colitis Necroticans pada bayi.

c. Malabsorpsi Kandungan nutrien makanan yang berupa karbohidrat, lemak

maupun protein dapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi

sehingga terjadi diare pada anak maupun bayi.

d. Mekanik Kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara

mekanik dapat merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.

D. UPAYA PENCEGAHAN

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia.

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan

perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan

tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air,

harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau

atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.

Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air

rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang

tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua

daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus

yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel

yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena

kotoran ternak.

Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas

dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk

V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak

direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi

imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan

sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %,

17

Page 16: Bab II Pembahasan

tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit.

Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali

dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

18