bab i,ii,iii,iv newww ibonk laporan kp

32
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek merupakan salah satu syarat kelulusan pada Teknik Pertambangan UNIVERSITAS NEGERI PAPUA yang mana mahasiswa/i dituntut untuk dapat praktek langsung di lapangan khususnya diarea (lokasi) penambangan pada suatu perusahaan. Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik. Sepuluh (10) elemen utama (O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, H) merupakan 99% penyusun kerak bumi. Beberapa logam-logam lain mempunyai kuantitas yang kecil dan umumnya terdapat pada batuan beku. Logam-logam tersebut dapat menjadi logam berharga konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari kadar umum tersebut, salah satu contoh adalah Logam emas. Di dunia Emas digunakan sebagai penjaga moneter di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan bahan elektronik. Potensi emas banyak terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Papua. Salah satu wilayah di Papua yang memiliki potensi emas sedimenter yaitu di daerah Ungabo, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura. Potensi emas ini telah lama di gali dan dikelola secara tradisional oleh masyarakat sekitar sejak tahun 1997 hingga sekarang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu adanya usaha untuk mengelola dan mengoptimalkannya secara baik. Untuk itu Sesuai Surat Keputusan Bupati Jayapura No. 328 tahun 2008 tentang persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan, jenis/ ijin kontrak Eksplorasi tanggal 22 Desember 2009, maka PT. Wahana Bima Sakti yang merupakan Perusahaan Nasional yang juga bergerak di bidang Pertambangan mulai melakukan penyelidikan/ eksplorasi bahan galian emas di daerah tersebut, dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan bahan galian emas secara profesional.

Upload: irvan-ibonk-blackstyle

Post on 15-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN KERJA PRAKTEK EMAS ALLUVIAL

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerja Praktek merupakan salah satu syarat kelulusan pada Teknik

Pertambangan UNIVERSITAS NEGERI PAPUA yang mana mahasiswa/i

dituntut untuk dapat praktek langsung di lapangan khususnya diarea (lokasi)

penambangan pada suatu perusahaan.

Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.

Sepuluh (10) elemen utama (O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, H) merupakan 99%

penyusun kerak bumi. Beberapa logam-logam lain mempunyai kuantitas yang

kecil dan umumnya terdapat pada batuan beku. Logam-logam tersebut dapat

menjadi logam berharga konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari kadar umum

tersebut, salah satu contoh adalah Logam emas. Di dunia Emas digunakan sebagai

penjaga moneter di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan

bahan elektronik.

Potensi emas banyak terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk

Papua. Salah satu wilayah di Papua yang memiliki potensi emas sedimenter yaitu

di daerah Ungabo, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura. Potensi emas ini

telah lama di gali dan dikelola secara tradisional oleh masyarakat sekitar sejak

tahun 1997 hingga sekarang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu

adanya usaha untuk mengelola dan mengoptimalkannya secara baik. Untuk itu

Sesuai Surat Keputusan Bupati Jayapura No. 328 tahun 2008 tentang persetujuan

Pencadangan Wilayah Pertambangan, jenis/ ijin kontrak Eksplorasi tanggal 22

Desember 2009, maka PT. Wahana Bima Sakti yang merupakan Perusahaan

Nasional yang juga bergerak di bidang Pertambangan mulai melakukan

penyelidikan/ eksplorasi bahan galian emas di daerah tersebut, dengan tujuan

untuk mengoptimalkan pengelolaan bahan galian emas secara profesional.

Page 2: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

2

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari pada kerja praktek ini adalah sebagai salah satu persyaratan

kelulusan pada program studi D3 Teknik Pertambangan, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Papua, Manokwari. Selain itu

bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan, serta dapat mengaplikasikan teori

yang diperoleh pada kondisi sesungguhnya di lapangan tempat kerja praktek.

Dalam hal ini yaitu melakukan pengamatan terhadap kegiatan eksplorasi dan

perencanaan penambangan endapan emas aluvial pada PT. Wahana Bima Sakti.

1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek

1.3.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administrasif lokasi Penambangan masuk dalam wilayah

Ungabo,Kampung Itakawa dan Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten

Jayapura, Provinsi Papua. Lokasi eksploitasi yang dimohon seluas ±5000 hektar,

terletak kurang lebih 20 Km ke arah tenggara dari Kota Sentani. Sedangkan

penyelidikan geologi pada tahap awal dilakukan pada areal yang seluas ± 199, 9

hektar yang juga merupakan areal rencana eksploitasi. Secara geografis areal

rencana eksploitasi terletak pada koordinat 140037’4,80” – 140037’51,60” BT dan

-2038’5,64” - -2039’54,40” LS. Lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Gambar Peta Indeks Lokasi Eksploitasi

(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)

Page 3: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

3

Secara geografis daerah peningkatan eksploitasi dibatasi oleh koordinat-koordinat

Seperti dalam tabel berikut :

Tabel 1.1. Titik-titik koordinat batas wilayah eksploitasi PT. Wahana Bima Sakti

Titik Koordinat

Bujur Lintang

1 140037’27.0” -2038’5.64”

2 140037’51.60” -2039’35.60”

3 140037’48.00” -2039’54.40”

4 140037’48.00” -2039’54.40”

5 140037’4.80” -2039’54.40”

6 140037’4.80” -2039’54.40”

7 140037’12.72” -2039’49.07”

8 140037’12.72” -2039’43.56”

9 140037’24.60” -2039’43.56”

10 140037’24.60” -2039’30.46”

11 140037’34.32” -2039’30.46”

12 140037’34.32” -2038’45.17”

13 140037’26.40” -2038’45.17”

14 140037’26.40” -2038’16.80”

15 140037’37.20” -2038’16.80”

16 140037’37.20” -2038’36.60”

17 140037’47.28” -2038’36.60”

18 140037’47.28” -2038’5.64”

(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)

Page 4: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

4

Gambar 1.2 Peta Koordinat Wilayah Eksploitasi

Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi-Papua

Page 5: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

5

Untuk mencapai lokasi rencana eksploitasi dari pusat kota Kabupaten

Jayapura (Sentani), bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda dua

maupun beroda empat melewati jalan raya Abepura-Sentani, hingga daerah

Waena-Yoka, kemudian mengikuti jalan sepanjang tepi danau Sentani menuju

daerah Itakwa dan Puay. Dengan kondisi jalan baik dan beraspal kemudian

sampai di Gereja Belebu Dusun Ayapo, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi

penyelidikan dengan menyusuri jalan tanah menggunakan kendaraan baik

beroda empat atau beroda dua dengan jarak sekitar 3 km ditempuh dalam waktu ±

15 menit.

1.3.2 Kondisi Geologi 1.3.2.1 Topografi dan Morfologi

Berdasarkan kodisi morfologi bentuk relief dan sudut kelerengan lokasi

penyelidikan secara umum merupakan perbukitan bergelombang lemah hingga

terjal (20- 450), berada pada ketinggian 241m - 357m di atas permukaan laut

(Laporan Hasil Studi Kelayakan, PT. Wahana Bima Sakti). Perbukitan yang ada

di lokasi penelitian merupakan perbukitan yang tersusun oleh endapan tersier,

dengan tata guna lahan sebagai daerah tegalan, semak belukar dan hutan.

1.3.2.2 Geologi Umum

Terdapat beberapa sungai di daerah penyelidikan berupa sungai aktif

maupun sungai tak aktif, sungai yang masih aktif yaitu sungai Nokolopulo dan

Okoypulo. Pola aliran sungai yang berkembang di lokasi penyelidikan yaitu Sub-

paralel.

Proses geologi yang berlangsung hingga sekarang di lokasi penyelidikan

berupa pelapukan, pergerakan masa dan erosi.

Litologi yang ada di lokasi penyelidikan berupa, endapan material sedimen

lepas dan belum terlitifikasi secara baik menjadi sebuah batuan. Ukuran material

antara bongkah-pasir terdiri batuan skis, gneiss, peridotit, kwarsit, diabas dan

beberapa batuan lainnya serta endapan aluvial muda disepanjang aliran sungai.

Page 6: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

6

Struktur geologi yang berkembang di lokasi penyelidikan berupa, kekar-kekar,

baik kekar tarik dan kekar gerus, bersifat lemah pada beberapa fragmen batuan.

Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dapat dilihat pada Gambar 1.3

Page 7: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

7

Gambar 1.3 Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G Bandung)

= Formasi Makats

= Formasi Nubai

= Formasi Auwewa

= Formasi Benai

Page 8: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

8

1.3.3 Vegetasi Vegetasi daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi kawasan tidak

berhutan/tegalan, semak belukar dan hutan, umumnya dijumpai di bagian tengah

daerah penyelidikan. Dalam pemanfatanya sebagian besar penduduk manfaatkan

sebagai lahan pertanian, pemukiman dan lain-lain. Tanaman budidaya tidak

terlalu banyak dijumpai di lokasi eksplorasi, hanya di beberapa tempat yang

dijumpai Ubi-ubian, pisang dan tanaman jenis lainnya. Tumbuhan seperti

belukar, perdu, alang-alang ini yang paling banyak ada didaerah eksplorasi

terutama kebagian Utara.

1.3.4 Keadaan Iklim, Cuaca, dan Curah Hujan Berdasarkan data rata-rata suhu udara minimum dan maksimum Stasiun

Pengamatan Kabupaten Jayapura menunjukkan bahwa Distrik Sentani Timur

kindisi iklilmnya termasuk daerah beriklim tropis dengan suhu minimum ratarata

26,9 0C dan maksimum rata-rata 28,1 0C. Curah hujan di Kabupaten Jayapura dan

sekitarnya merata sepanjang tahun dengan jumlah curah hujan yang cukup tinggi

pada bulan Maret. Adapun jumlah curah hujan dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 1.2 Data Curah hujan Tahun 2010 bulan Januari-oktober

Bulan Curah hujan

(mm)

Januari 357 Februari 121 Maret 363 April 204 Mei 153 Juni 56 Juli 53 Agustus 50 September 40 Oktober 89

(Sumber: BMKG Balai Besar Wilayah V Jayapura)

Page 9: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

9

1.4 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan kerja praktek tersebut adalah selama 1 bulan yang

terhitung mulai dari tanggal 1 November 2010 sampai dengan 1 Desember 2010.

Sedangkan tempat pelaksanaannya adalah pada Lokasi Penyelidikan PT. Wahana

Bima Sakti, di daerah Ungabo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura,

Provinsi Papua.

1.5 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Wahana Bima Sakti berdiri sejak tahun 1997 dengan alamat Jl.Wisma

Raya Blok A No.73 Sunter Bisma-JAKARTA 14350 yang dipimpin oleh Bapak

Anda Sariajani. Mula-mula perusahaan ini bergerak dibidang Export – Import

suku cadang (Spare Part) kendaraan bermotor dengan menjadi DEALER Produk

DAIHATSU, ISUZU, NISSAN, SUZUKI, EXEDY,SECO dan penjualan unit

kendaraan bermotor, khususnya HYUNDAI.

Dalam perkembangan selanjutnya pada awal tahun 2005 PT. Wahana Bima

Sakti bergerak pula di sektor perdagangan lain, yaitu BATUBARA. Kemudian

mulai awal tahun 2007 sampai saat ini PT. Wahana Bima Sakti mulai melakukan

kegiatan eksplorasi TAMBANG EMAS di daerah Ungabo, Kecamatan Sentani

Timur, Kabupaten Jayapura.

Page 10: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

10

1.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Wahana Bima Sakti dapat dilihat pada gambar 1.4

dibawah ini.

Ket :

1. Garis otoritas

Garis konsultasi

2. Hubungan masyarakat dan pemerintah dirangkapoleh kepala cabang

Gambar 1.4 Struktur organisasi PT. Wahana Bima Sakti

(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)

PRESIDENT DIREKTUR Anda Sariajani

DIREKTUR UMUM Drs. R. Abubakar

N.SH SEKERTARIS

Umi Kulsum

SEKERTARIS KEPALA CABANG Abdul Rachman

TEAM AHLI MENAJEMEN Umar Hasan

SEKERTARIS

Ass. KHUSUS Frits W.

KEP. PROSES EKSTRAKSI

Kansius

TRANS, MAINT ALAT BERAT Yandri

KEPALA OPS. TAMBANG

Yance

ADM & KEUANGAN M. Husein

PERSONALIA Eri S.

ASISTEN

OPERATOR ALAT BERAT

SUPIR TRUCK

MEKANIK

PENGAWAS TAMBANG

CHECKER OB

CHECKER KONSENTRAT

PENGAWAS SCREEN PLANT

Page 11: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

11

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genesa Emas Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di

permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak

dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis

menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua

yaitu: Endapan primer dan Endapan plaser (Sekunder).

Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari

magma (segregrasi dan diferensiasi magma). Disebut endapan singenetik, jika

endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan, dan disebut

epigenetik jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan

pembentukan batuan.

Berdasarkan urutan pembentukan (dari diferensiasi magma), maka endapan

primer ini dikelompokkan menjadi beberapa fase, yaitu :

• Magmatik Cair (early and late magmatic).

• Pegmatitik.

• Pneumatolitik.

• Hidrotermal.

• Vulkanik.

Endapan sekunder secara umum adalah endapan yang terbentuk akibat konsentrasi

mineral berharga (bijih), yang berasal dari perombakan batuan asal dan

mengalami pengendapan kembali melalui proses-proses : Pelapukan (kimia atau

mekanis), Transportasi, Sorting (pelindian/leaching), dan Pengkonsentrasian

(pengkayaan).

Endapan Sedimenter / placer merupakan endapan-endapan yang terbentuk

(terkonsentrasi) oleh proses-proses mekanis, terutama yang terjadi pada mineral-

mineral berat (heavy minerals) yang memiliki ketahanan (resistensi) terhadap

pelapukan.

Emas merupakan unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol

Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79 yang merupakan logam yang

Page 12: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

12

bersifat lunak dan mudah ditempa dengan kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3

(skala Mohs). Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral

ikutan. Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan

sejumlah kecil mineral non logam. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu

sekitar 10000C.

Gambar 2.1 Contoh gambar emas

Sumber: http//freelander.wordpress.com

2.2 Tahapan Kegiatan Eksplorasi

Tahapan kegiatan eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa

tahapan sebagai berikut :

Tahap I (Preliminary),

Program dengan budget rendah yang ditujukan untuk memperoleh

informasi umum. Tahap I ini pada umumnya dapat berupa kegiatan :

� Survei geologi tinjau (reconaissance),

� Pengecekan-pengecekan data yang sudah ada pada peta geologi regional (desk

study),

� Pengambilan beberapa sampel awal geokimia.

Tahap II (Prospecting),

Program yang disusun berdasarkan gambaran-gambaran yang telah

diperoleh pada tahap I. Tahap II ini pada umumnya berupa kegiatan :

� Pemetaan geologi,

Page 13: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

13

� Sampling dan survei geokimia sistematik,

� Beberapa pemboran dangkal (scout drilling),

� Survei geofisika.

Tahap III (Finding & Calculation/Evaluation),

Program yang ditujukan untuk memastikan kondisi endapan yang disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi hasil tahap II (model genetik). Target

awal dipersempit sesuai dengan anomali geokimia dan geofisika yang ditemukan.

Pada umumnya program yang direncanakan berupa pemboran dan sampling untuk

pemastian anomali-anomali yang ada.

Pada umumnya dari masing-masing tahapan tersebut dibutuhkan re-evaluasi

terhadap semua hasil yang diperoleh (berdasarkan aspek geologi, teknik, dan

budget), untuk pengambilan-pengambilan keputusan terhadap kelanjutan program.

Secara skematik, pentahapan-pentahapan kegiatan eksplorasi tersebut di atas dapat

dilihat pada Gambar 2.2

Page 14: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

14

Target Eksplo rasi

- Daerah - Bahan Galian (logam, mineral , dll.

- Laporan/literatur

- Pe ta geolog i regional

- Citra landsa t/foto udara

Analisis → penetapan daerah

target

PENINJAUAN LAPANGAN

(RECONNAISANCE)

- Survei geolog i pendahuluan

( regional)

- Sampling secara acak pada daerah-dae rah prioritas

EKSPLORASI PENDAHULUAN

(PRELIMINARY)

- Pemetaan topografi

- Pemetaan geo logi

- Sampling sistematik semi-detail - Survei geokimia sistematik

- Survei geofisika - Pemboran awal (scout drilling)

Mode l regional dan model analog

Analisis → penentuan langkah

dan metode eksplo rasi

EKSPLORASI LANJUT (PROSPECTING)

- Survei geofisika - Sampling sistema tik-intensif

- Pemboran lanjutan (grid rapat)

EKSPLORASI DETAIL

(F INDING )

- Sampling detail (grid rapat)

- Pemboran detail (grid rapat)

- Tipe bijih/mineralog i

- Tatatan tektonik

- Umur endapan - Tipe ba tuan induk

- Mineralog i bijih

- Alterasi - Anomali geokimia

- S ifat fisik dan kimia

- Model genetik

Analisis → penentuan arah

eksplo rasi prospeksi dan metode

- Model genetik endapan - Sebaran kada r

- Lokasi prospek - Zona-zona anomali

- Geometri endapan

- Alterasi

Analisis dan perencanaan eksplora si detail

BAHAN PROSES

CADANGAN BAHAN GALIAN (SUMBERDAYA TERUKUR)

STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)

CADANGAN PROVEN

(CADANGAN TERTAMBANG)

Analisis tek nolog i, ekonomi,

dan lingkungan

- Data kadar

- Batas cebakan

- Metode penambangan - Per encanaan tambang

- Par ame ter-parameter ek onomi

- Rencana lingkungan

- Pemodelan cebakan (badan b ijih)

- Eval uasi cadangan

Gambar 2.2 Pentahapan kegiatan eksplorasi Sumber : Buku Ajar Teknik Eksplorasi Oleh Dr.Ir. Sudarto Notosiswoyo Syafrizal,

ST. MT. dan Mohamad Nur Heriawan, ST. MT. Jurusan Teknik pertambangan ITB-Bandung, 2000

Page 15: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

15

2.3 Endapan Emas Aluvial

Karakteristik dari tipe endapan emas aluvial akan menentukan metoda dan

sistematika penyelidikan. Beberapa karakteristik endapan emas aluvial yang

dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan penyelidikan

meliputi: Tipe endapan emas aluvial, sebaran endapan emas aluvial, dan bahan

penyusun endapan emas aluvial.

2.4 Metode Penambangan

Secara garis besar metode penambangan ada tiga (Nurhakim, 2004/2005),

yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining).

2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining).

3. Tambang bawah air (underwater mining).

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan:

1. Karakteristik endapan

2. Kondisi geologi dan hidrogeologi

3. Sifat-sifat geoteknik bijih dan batuan sekelilingnya

4. Konsiderasi ekonomi

5. Faktor teknologi

6. Faktor lingkungan

Macam-macam metode Tambang Terbuka berdasarkan jenis endapan:

1. Open pit/open cast/open cut/open mine

Metode penambangan yang biasanya diterapkan untuk endapan bijih (ore).

Secara umum metode ini menggunakan siklus operasi penambangan yang

konvensional, yaitu : pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan,

penggalian, pemuatan dan pengangkutan

2. Quarry

Metode penambangan yang biasanya diterapkan untuk bahan galian industri

atau mineral industri. misalnya tambang sirtu (pasir dan batu), Batu Gamping dan

lain-lain.

Page 16: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

16

3. Strip Mine

Metode penambangan yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan

sedimenter yang letaknya kurang lebih mendatar, misalnya tambang batubara,

tambang-tambang garam, dan lain-lain.

4. Aluvial Mine

Metode penambangan yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan

alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, dan lain-lain.

Berdasarkan Proses Penambangannya:

1. Metode ekstraksi secara mekanik

Metode ekstraksi menggunakan proses mekanik pada lingkungan yang

kering dibedakan atas :

1. Open pit mining

2. Quarry

3. Open cast mining

4. Auger mining

2. Metode ekstraksi dengan air

Metode ini berhubungan dengan air atau cairan untuk memperoleh mineral

terdapat 2 (dua) jenis metode, yaitu

1. Placer mining

a) Menggunakan air untuk menggali, transportasi dan mengkonsentrasi

mineral-mineral berat.

b) Terdiri dari hydraulicking dan dredging

2. Solution mining

a) Metoda yang membuat cair mineral-mineral sehingga dapat

ditransportasikan menggunakan air atau cairan pelarut.

b) Terdiri dari borehole extraction dan leaching.

Page 17: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

17

2.5 Sistem Pengolahan/Metallurgi

2.5.1 Definisi Mineral Dressing

Mineral Dressing adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk

memisahkan mineral berharga (konsentrat) dan tidak berharga (gangue

mineral/tailing), berdasarkan sifat fisik mineral. Sedangkan mineral dressing yang

khusus bijih atau ore disebut dengan istilah ore dressing.

Dengan kata lain ore dressing adalah suatu proses dimana bijih diolah

sedemikian rupa sehingga didapat konsentrat atau hasil yang dikehendaki dengan

tidak mengubah sifat fisik serta kimia dari bijih tersebut, secara ekonomis. (H. S.

L Tobing. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian)

2.5.2 Beberapa Tahapan Yang Dilakukan Pada Mineral Dressing

1. Preparasi

Merupakan proses persiapan sebelum dilakukan proses konsentrasi, Dalam

preparasi ini ada beberapa tahap yaitu:

1. Comminution

2. Sizing

a. Screening

b. Classifying

2. Konsentrasi

Yaitu suatu proses pemisahan antara mineral yang berharga dengan mineral

yang tidak berharga, sehingga didapat Kadar yang lebih tinggi dan

menguntungkan.

Proses – proses konsentrasi:

1. Gravitasi (Gravity consentration)

2. Flotasi

3. Pemisahan Magnetik

4. Pemisahan elektrostatik

Page 18: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

18

3. Dewatering

Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak

dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap yaitu dengan cara:

1. Thickening

2. Filtrasi

3. Drying

4. Operasi tambahan

Operasi tambahan ini juga sangat besar artinya dalam proses pengolahan

atau operasi yang sedang dijalankan, yang meliputi:

1. Feeding

2. Sampling

Page 19: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

19

III MATERI KERJA PRAKTEK

3.1 Status Lahan

Berdasarkan surat Permohonan PT. Wahana Bima Sakti tentang Pencadangan

Wilayah Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang telah diajukan ke Pemerintah

Kabupaten Jayapura serta Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Jayapura

dan dengan menimbang bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap wilayah

pertambangan yang dimohon PT. Wahana Bima Sakti yang terletak di Distrik

Sentani Timur ternyata belum dicadangkan/ diterbitkan ijin kepada pihak

manapun sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan PT. Wahana Bima Sakti

dipandang telah memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh pencadangan wilayah

maka Bupati Jayapura telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 328 tentang

Persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan tertanggal 22 Desember

2009. Adapun daerah yang dimohon secara administratif terletak di daerah

Ungabo, Kecamatan Sentani Timur dengan luas wilayah ± 5000 hektar. Namun

lokasi rencana eksploitasi yang dimohon yaitu seluas ±199.9 hektar.

3.2 Kegiatan Eksplorasi

3.2.1 Perkembangan Kegiatan Eksplorasi

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dan data sekunder yang

kami peroleh, kegiatan eksplorasi terhadap endapan emas aluvial yang telah

dilakukan oleh PT. Wahana Bima Sakti telah sampai pada tahap eksplorasi detail

dan studi kelayakan, yang meliputi Program geologi tinjau dan pemetaan,

Program survei dan sampling geokimia, Program survei geofisika, dan Program

pemboran serta sampling. Hingga saat ini yang masih diusahakan yaitu program

evaluasi dampak lingkungan (AMDAL), yang tercakup dalam studi kelayakan.

Pada saat ini kegiatan yang dilakukan untuk kelanjutan eksplorasi adalah

dengan melakukan pengujian terhadap keterdapatan butiran emas pada endapan

aluvial di sepanjang aliran sungai, dengan cara melakukan pendulangan secara

tradisional. Alat yang digunakan berupa rangkaian mesin pemompa air yang

Page 20: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

20

bertujuan untuk penyemprotan dan penyedotan, penyemprotan bertujuan untuk

menggali serta memberaikan endapan menjadi lumpur yang kemudian disedot dan

dialirkan menuju sluice box. Konsentrat hasil pendulangan (berupa butiran emas)

diambil untuk di lakukan analisis lebih lanjut.

3.2.2 Hasil Kegiatan Eksplorasi Terhadap Karakteristik Endapan Emas

Aluvial

Berdasarkan hasil penyelidikan umum oleh PT. Wahana Bima Sakti,

lokasi rencana penambangan emas dihuni oleh endapan-endapan aluvial muda dan

aluvial tua yang ada di Sungai Nolopulo dan Okoypulo. Endapan aluvial tua ini

terdapat pada tebing-tebing atau daratan dan dikategorikan sebagai endapan

aluvial sungai purba (paleo fluvial) yang pada beberapa lokasi bercampur dengan

eluvial yang sekarang terpotong oleh aliran sungai aktif (aluvial muda). Endapan

emas aluvial pada lingkungan eluvial dapat berupa endapan sungai aktif dan

sungai tidak aktif.

Endapan emas aluvial pada lokasi umumnya menempati lembah sungai

atau undak. Endapan terdiri dari material-material besifat lepas atau belum

terkonsolidasi sempurna, berukuran lempung, lanau, pasir-brangkal bahkan

dijumpai bongkah-bongkah batuan berdiameter 1- 2.5 meter dengan membentuk

membulat tanggung. Lapisan pembawa emas memiliki ketebalan hingga beberapa

meter dengan kedalaman relatif dangkal. Butiran emas tersebar secara vertikal dan

lateral tidak teratur (erratic). Endapan pembawa emas alluvial tersusun atas

fragmen dan matriks bersifat lepas dan terpilah buruk sampai baik. Fragmen

berukuran kerikil sampai kerakal, kadang disertai berangkal sampai bongkah,

umumnya berbentuk membulat. Matriks pada endapan pembawa emas umumnya

berukuran pasir, terdiri dari mineral berat dan mineral ringan. Jenis mineral berat

umumnya berupa magnetit dan ilimenit, dan dapat disertai monasit, pirit,

arsenopirit, kasiterit, sinabar, bismuth, galena, platinoid, turmalin, garnet, kormit,

rutil dan limonit. Jenis mineral ringan umumnya feldspar, mika dan kuarsa.

Page 21: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

21

Berdasarkan pengamatan megaskopis terhadap beberapa butiran emas

yang diperoleh dari hasil pendulangan di sepanjang aliran sungai Nolopulo dan

Okoypulo, diketahui bahwa emas berwarna kuning pucat, bentuk butir membulat

tanggung, sebagian pipih, pecahan “hackly” berbentuk “Nuget”.

Gambar 3.1 Kenampakan Butiran emas hasil pendulangan

3.3 Perencanaan Penambangan

3.3.1 Metode Penambangan

3.3.1.1 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan

Berdasarkan jenis dan letak endapan bahan galian pada Lokasi Rencana

Penambangan PT. Wahana Bima Sakti yaitu endapan emas aluvial dengan letak

endapan relatif dangkal, dan umumnya terdiri dari material yang tidak

terkonsolidasi sempurna serta tersebar di lembah sungai, maka metode

penambangan yang relevan yaitu Tambang Terbuka, dengan metode Alluvial

Mine, dimana proses penggaliannya dilakukan dengan cara Hydraulicking dan

dapat pula menggunakan alat mekanis seperti Hydraulic Excavator.

3.3.1.2 Desain Sistem Penambangan

Melihat kondisi topografi, karakteristik endapan, dan kondisi geologi maka

desain sistem penambangan endapan emas direncanakan menggunakan metode

Alluvial Mine, dengan metode penggalian dpat dilak ukan secara mekanis maupun

Page 22: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

22

hydraulicking. Penambangan dapat dilakukan sepanjang aliran sungai dan

disesuaikan dengan sebaran blok kadar endapan.

3.3.1.3 Tahapan Kegiatan Rencana Penambangan

Aktifitas dasar penambangan yang dapat digunakan pada Rencana Kegiatan

Penambangan Endapan Aluvial pada PT. Wahana Bima Sakti ini, antara lain;

1. Pembersihan Lahan

Berdasarkan tahapan dasar penambangan, kegiatan awal penambangan yang

harus dilakukan yaitu “Clearing” atau pembersihan lahan dari semak belukar,

pepohonan, maupun bongkahan batu yang dapat mengganggu aktifitas

penambangan. Kegiatan ini direncanakan menggunakan alat mekanis seperti

Hydraulic Excavator KOMATSU PC 200-7 dan Bulldozer KOMATSU D85E.

Pada lokasi penyelidikan sudah terdapat area yang telah dilakukan pembersihan

yaitu pada area rencana penempatan peralatan “screen” dan konsentrator, serta

area rencana pembangunan kantor, bengkel dan penginapan (Base Camp)

karyawan.

2. Penanganan Tanah Pucuk dan Oveburden.

Pada lapisan tanah penutup ini di dominasi oleh tanah berwarna coklat-

kemerahan tersusun oleh material lempung-pasiran, dengan ketebalan bervariasi

antara 0,5m-5m. Pengupasan Overburden ini dapat dilakukan dengan

menggunakan metode konvensional, yaitu dengan menggunakan alat-alat mekanis

seperti Wheel Dozer dan Wheel Loader. Dalam perencanaannya, PT. Wahana

Bima Sakti menyediakan alat untuk melakukan kegiatan ini, yaitu Hydraulic

Excavator KOMATSU PC 200-7 dan Bulldozer KOMATSU D85E. Lapisan tanah

teratas di dorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu dekat dengan daerah

operasi Bulldozer, kemudian dimuat menggunakan Hydraulic Excavator ke dalam

Dump Truck lalu di angkut ke tempat penyimpanan tanah pucuk.

Page 23: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

23

Gambar 3.2 Kenampakan lapisan tanah pucuk dan Over Burden

3. Pembongkaran

Perencanaan pembongkaran endapan alluvial direncanakan dengan

menggunakan alat mekanis yaitu Backhoe Excavator tipe KOMATSU PC 200-7.

Tahapan penggalian disesuaikan dengan metode penambangan, dan lokasi blok

sebaran kadar hasil penyelidikan.

Namun pada saat ini penggalian endapan alluvial di lokasi penyelidikan

masih menggunakan metode hydraulicking yaitu dengan menggunakan alat

penyemprot (water jet), yang merupakan rangkaian mesin pompa dan selang,

sehingga menghasilkan air dengan tekanan yang besar, dengan tipe msin HONDA

WB 20 XT dan YANMAR TF 105 MR-di, tipe pompa SELF PRIMING PUMP

model NS-100 (Φ 4”). Penyemprotan ini berujuan memberaikan tanah beserta

endapan menjadi lumpur, sehingga butiran emas dapat terlepas dari endapan

pembawanya. Kegiatan pembongkaran ini dapat dilakukan hingga mencapai

kedalaman 3m, tergantung ketebalan endapan dan kekerasan lapisan batuan.

Gambar 3.3 Kegiatan Pembongkaran/ penggalian dilakukan dengan penyemprotan

Page 24: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

24

4. Pemuatan

Pemuatan merupakan kegiatan yang di lakukan dengan tujuan untuk

mengangkat material endapan yang telah digali, yang kemudian dimuat kedalam

alat angkut untuk dibawah menuju alat pengolahan (vibrating Screen) untuk

selanjutnya di olah (pemisahan mineral berat dari mineral pengotornya). Dalam

perencanaannya pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat mekanis seperti

Backhoe Excavator KOMATSU PC 200-7.

Berdasarkan pengamatan yang kami dapat di lapangan, kegiatan pemuatan

transportasi dilakukan dengan media air. Bahan galian emas aluvial yang sudah

tercampur dengan lumpur, kemudian disedot melalui pipa paralon dan dialirkan

menuju sluice box. Alat yang digunakan berupa rangkaian mesin pemompa air

yang berkekuatan besar yang digunakan untuk penyemprotan dan penyedotan.

Gambar 3.4 Rangkaian mesin pompa untuk menyedot lumpur hasil pembongkaran

5. Pengangkutan

Dalam perencanaanya, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengangkut hasil penggalian endapan emas aluvial dari front menuju lokasi

pengolahan, yaitu alat pengayakan (screen) ysng dikombinasikan dengan alat

penangkap emas (konsentrator). Kegiatan pengangkutan ini direncanakan dengan

menggunakan alat mekanis yaitu Dump Truck HYUNDAI HD MIGHTY 125-MH.

Page 25: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

25

Peralatan penambangan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Daftar peralatan penambangan

No Nama Alat Jenis/tipe Kapasitas

(m3) Jumlah

alat kondisi

1 Bulldozer KOMATSU D85E 7 1 unit rusak 2 Hydraulic

excavator KOMATSU PC 200-7

0.8 2 unit baik

3 Dump Truck Hyundai HD Mighty 125 MH

6 5 unit 2 unit baik

4 Unit Pengolahan

1 unit baik

(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)

3.4 Rencana Pengolahan/ Ekstraksi

3.4.1 Alat Pengolahan

Alat pengolahan bahan galian emas aluvial yang akan digunakan oleh PT.

Wahana Bima Sakti menggunakan 1 unit pengolahan yang terdiri dari Screen I,

Screen II, Konsentrator dan mesin diesel (generator) sebagai mesin pembangkit

listrik.

Gambar 3.5 Rencana Unit Pengolahan (Vibrating Screen dan Konsentrator)

Page 26: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

26

Namun untuk saat ini peralatan pengolahan yang digunakan oleh PT.

Wahana Bima Sakti untuk melakukan pengujian terhadap keterdapatan butiran

emas pada endapan alluvial di sepanjang aliran sungai yaitu dengan menggunakan

Sluice box/peti emas.

Didalam sluice box, lumpur hasil penyedotan konsentrat yang mengandung

emas yang terdapat dalam aliran lumpur dapat ditangkap (terendapkan karena

berat jenisnya tinggi) dengan bantuan dasar sluice box/peti emas dilapisi karpet.

Tahap selanjutnya (setelah dilakukan penyedotan), karpet lantai sluice box/peti

emas dicuci kedalam meja besi berbentuk (segi empat) yang dialaskan terpal

dengan bantuan airan air, emas yang terlihat oleh mata (megaskopis) diambil

kemudian ditimbang untuk selanjutnya dianalisa lebih lanjut.

3.4.2 Proses Pengolahan

Perencanaan Proses pengolahan bahan galian emas alluvial PT. Wahana

Bima Sakti, adalah sebagai berikut:

Pay Streak (endapan yang mengandung bijih emas) yang diangkut oleh

dump truck dari front penambangan akan langsung diangkut ke unit pengolahan

(screen). Di unit pengolahan pay streak di dumping ke screen I, untuk

memisahkan material yang berukuran bongkah dan berangkal dengan material

yang lebih kecil, material yang tertahan di screen I dibuang, sedangkan material

yang lolos, masuk ke screen II, untuk memisahkan material berukuran kerakal

hingga kerikil, dengan yang lebih kecil. Material berukuran krakal dan krikil yang

tetahan dibuang, sedangkan yang lolos berupa lumpur / slurry (material berukuran

pasir sangat kasar hingga lempung) masuk ke dalam konsentrator untuk

memisahkan konsentrat berat dengan pengotor. Konsentrat kemudian dialirkan ke

penampungan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari konsentrator, untuk

kemudian di ekstrak emasnya.

Page 27: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

27

Screen 1

Screen 2

Konsentrator

Bagan alir rencana pengolahan emas PT. Wahana Bima Sakti adalah sebagai

berikut:

Input: Output

� Pay Streak dari front (+)Screen1

penambangan (-) Screen 1

Output: Output:

� (-) Screen 1 (+) Screen 2

(-) Screen 2

Output: Output:

� (-) Screen 2 (+) Konsentrator

(-) Konsentrator

Gambar 3.6 Bagan Alir Rencana Pengolahan

Keterangan :

(+) = Material tertahan

(-) = Material lolos

(+) Screen1= Bongkah (≥ 256 mm) – Berangkal (64-256 mm)

(-) Screen1= Kerakal (4-64 mm) – Lempung (≤ 1/256 mm)

(+) Screen2 = Kerakal (4-64 mm) – Kerikil (2-4 mm)

(-) Screen2 = pasir sangat kasar (1 -2 mm) – lempung ((≤ 1/256 mm)

Page 28: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

28

3.5 Kesediaan Infrastuktur

3.5.1 Tenaga Listrik

Selama masa penyelidikan, kesediaan tenaga listrik milik pemerintah

setempat belum tersedia, untuk itu tenaga listrik yang digunakan berasal dari

mesin pembangkit (Power Supply) milik perusahaan sendiri, yaitu mesin

Generator dengan daya 90 KW. Tenaga listrik ini digunakan untuk keperluan

penerangan pada kantor, proses pengelasan dan lain-lain.

Gambar 3.7 Generator yang digunakan untuk kebutuhan tenaga listrik

3.5.2 Air

Sumber air berasal dari sungai yang berada di sekitar lokasi penyelidikan,

pengambilan air bersih dilakukan dengan menggunakan mesin pompa air,

kemudian dialirkan ke tempat penampungan yang telah disediakan. Selain itu

dapat juga diambil secara langsung.

Gambar 3.8 Kolam penampungan air yang berasal dari aliran sungai

Page 29: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

29

3.5.3 Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga kerja yang dipakai untuk sementara berjumlah 63 orang.

Kebanyakan tenaga kerja yang digunakan berasal dari penduduk lokal setempat

yang bermukim di sekitar wilayah Ungabo.

Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Kerja PT. Wahana Bima Sakti yang dimiliki/dibutuhkan

DESKRIPSI JUMLAH TENAGA Kepala Cabang 1 Sekretaris 2 Kepala Teknik 1 Asisten Khusus 1 Kepala Bagian 5 Pengawas Operasi Tambang 10 Operator 13 Teknisi 3 Staf Administrasi 6 Security 4 Driver 2 Tenaga Harian 24 TOTAL 63

(Sumber: Laporan Hasil Studi Kelayakan PT. Wahana Bima Sakti)

3.5.4 Lokasi Pemukiman

Lokasi pemukiman penduduk berada tidak jauh dari lokasi penyelidikan,

yaitu tersebar di kampung Itakawa dan Puay. Namun lokasi pemukiman khusus

bagi karyawan atau para pekerja berada tepat di lokasi penyelidikan.

Gambar 3.9 Salah satu mess karyawan yang berada di lokasi kegiatan

penyelidikan

Page 30: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

30

IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

� Berdasarkan surat Permohonan PT. Wahana Bima Sakti tentang

Pencadangan Wilayah Kuasa Pertambangan Eksplorasi di Daerah Ayapo

Kecamatan Sentani Timur, dengan luas wilayah ±5000 hektar. Namun

lokasi rencana eksploitasi yang dimohon/ditingkatkan yaitu seluas

±199.9 hektar.

� Morfologi daerah penyelidikan berupa perbukitan bergelombang sedang

hingga terjal dengan kemiringan lereng berkisar antara (20- 450), berada

di atas ketinggian 241m - 357m di atas permukaan laut.

� Kegiatan eksplorasi terhadap endapan emas aluvial yang telah dilakukan

oleh PT. Wahana Bima Sakti telah sampai pada tahap eksplorasi detail

dan studi kelayakan.

� Secara geologi tipe endapan emas di lokasi penyelidikan dikategorikan

sebagai endapan emas purba (Paleo grid).

� Emas diketahui berwarna kuning pucat, bentuk butir membulat tanggung,

sebagian pipih, “hackly” berbentuk “Nuget”.

� Rencana Sistem Penambangan yang digunakan yaitu Alluvial Mine

dengan menggunakan Hydraulic Excavator sebagai alat Gali Muat,

Dump Truck sebagai alat angkut, dan unit pengolahan untuk

mengekstraksi emas dari konsentratnya untuk kemudian dicetak menjadi

emas batangan.

� Saat ini kegiatan yang dilakukan untuk kelanjutan eksplorasi adalah

dengan melakukan pengujian terhadap keterdapatan butiran emas pada

endapan aluvial di sepanjang aliran sungai, dengan cara melakukan

pendulangan secara tradisional.

� Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap keterdapatan

butiran emas pada endapan aluvial di sepanjang aliran sungai yaitu

dengan menggunakan mesin pemompa air (penyemprotan dan

penyedotan) menuju sluice box.

Page 31: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

31

� Unit pengolahan yang di gunakan terdiri dari Vibrating Screen double

deck, Konsentrator, serta Generator sebagai mesin penggerak.

� Secara umum proses pengolahan yang akan dilakukan PT. Wahana Bima

Sakti adalah dari pengumpulan material dari front penambangan menuju

screen kemudian material yang lolos screen 1 dan 2 (ukuran pasir sampai

lempung) dalam bentuk lumpur (slurry) menuju/masuk kedalam

konsentrator untuk memisahkan konsentrat berat dengan pengotor.

4.2 Saran

� Perlu adanya pengawas pembantu tambang yang berfungsi memberikan

masukan terkait pembuatan dan penggunaan alat pendulangan (sluice

box) dan lain-lain.

� Upaya pencegahan kecelakaan merupakan tanggung jawab setiap lini

manajemen dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan

penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien

dan produktif. Untuk itu Perlu adanya penyuluhan K-3, terkait minimnya

penggunaan alat pengaman bagi para pekerja, khususnya bagi para

pendulang, seperti helmet, sarung tangan, sepatu boat, dan lain-lain.

Page 32: Bab i,II,III,IV Newww IBONK LAPORAN KP

32

DAFTAR PUSTAKA

Accade. Emas. http//freelander.wordpress.com/2009/06. (11 Februari 2011)

Ajie, M.W, Sukamto, and Sudaryanto. METTALURGI DASAR Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “VETERAN”-YOGYAKARTA, 2001

Notosiswoyo, S. Syafrizal, and Heriawan, M. Nur. Buku Ajar TEKNIK EKSPLORASI , Jurusan Teknik, ITB-Bandung, 2005

Nurhakim. TAMBANG TERBUKA. Draft Bahan Kuliah, Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Lembung Mangkurat, Banjarbaru, 2005

Prodjosumanto, Partanto. Pengantar Perencanaan Tambang. UNISBA. 2004

Tobing H. S. L. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. Bandung.

BMKG Balai Besar Wilayah V. Januari S/D Oktober 2010. Data curah hujan Tahun 2010. Jayapura.

Tim Teknis, PT. Wahana Bima Sakti. 2010. Laporan Hasil Studi Kelayakan.

Jayapura.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G Bandung).2009. Peta Geologi Regional Daerah Ayapo dan Sekitarnya, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.