bab ii
DESCRIPTION
asuhan keperawatan pada klien dengan nefrotik sindromTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan
protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia),
dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh
kelebihan pecahan plasma protein kedalam urine karena peningkatan permeabilitas
membran kapiler glomerulus (Nursalam, 2009).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal –
hal sebagai berikut :
1. Proteinuria masif > 3, 5gr/Hr
2. Hioalbuminemia
3. Edema
4. Hiperlipidemia
Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.
B. Etiologi Sindrom Nefrotik
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi 2:
1. Primer : berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti:
a. Glomerulonefritis
b. Nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder : akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain, seperti:
a. Diabetes mellitus
b. Sistema lupus eritematosus
c. Amyloidosis
C. Patofisiologi Sindrom Nefrotik
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma potein, terutama albumin
ke dalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini
tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus-menerus hilang melalui
ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadinya penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat
cairan yang berpindah dari sistem vaskular ke dalam ruang cairan ekstraseluler.
Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin menyebabkan
retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Manifestasi dari hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis
lipoprotein di hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
(hiperlipidemia). Sindrom Nefrotik mempunyai 2 respon :
1. Respon Edema
Edema (Pitting edema) di sekitar mata (periorbital). Pada ekstermitas (sakrum, tumit,
dan tangan), pada abdomen (asites).
2. Respon Sistemik
a. Mual, muntah, anoreksia
b. Malaise
c. Sakit kepala
d. Keletihan umum
e. Respons psikologis
D. Manisfestasi Klinik Sindrom Nefrotik
Tanda dan gejala yang mungkin dijumpai pada sindrom nefrotik meliputi:
a. Edema periorbital akibat kelebihan muatan cairan.
b. Edema dependen yang ringan hingga berat pada pergelangan kaki atau sacrum.
c. Hipotensi ortostatik akibat gangguan keseimbangan cairan.
d. Asites akibat ketidakseimbangan cairan.
e. Genitalia eksterna yang bengkak akibat edema pada daerah yang tergantung.
f. Anoreksia akibat edema mukosa intestinal.
g. Kulit yang pucat
h. Diare akibat edema mukosa intestinal
i. Urine berbuih pada anak-anak
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Urin
Urinalisis adalah tes pertama kali digunakan dalam diagnosis sindrom nefrotik.
Proteinuria nefrotik akan terlihat oleh 3 + atau 4 + pada dipstick bacaan, atau dengan
pengujian semi kuantitatif oleh asam sulfosalicylic. Sebuah 3 + merupakan 300 mg /
dL dari protein urin atau lebih, yaitu 3 g / L atau lebih dan dengan demikian dalam
kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin adalah protein utama yang
diuji.
a. Protein urin > 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari
b. Urinalisa cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin meningkat (normal : 285 mOsmol)
2. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100 ml).
b. Albumin menurun (N : 4-5,8 mg/100 ml).
Hal ini disebut sebagai hipoalbuminemia (nilai kadar albumin dalam darah < 2,5
gram/100 ml). Pada SN ternyata katabolisme protein meningkat akibat
katabolisme protein yang terjadi di tubuh ginjal. Peningkatan katabolisme in
merupakan factor tambahan terjadinya hipoalbuminemia selain dari proteinuria
(albuminuria). Pada SN sering pula dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus
sehingga intake berkurang yang pada gilirannya dapat menimbulkan
hipoproteinemia. Pada umumnya edema anasarka terjadi bila kadar albumin darah
< 2 gram/100 ml, dan syok hipovolemia terjadi biasanya pada kadar < 1 gram/100
ml.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis atau
pembentukkan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli.
F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan sindroma nefrotik hanya bersifat simptomatik, untuk mengurangi atau
menghilangkan proteinuria dan memperbaiki keadaan hipoalbuminemia, mencegah dan
mengatasi komplikasinya, yaitu:
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1
gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindari
makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 gram/kgBB/hari, dengan
garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam
sedikit.
3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25-50 mg/hari)
selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis
metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
4. Dengan antibiotik bila ada infeksi.
G. Pengkajian Keperawatan
Keluhan utama yang sering dikeluhkan wajah atau kaki pada pengkajian riwayat
kesehatan sekarang peraawat menanyakan hal berikut :
1. Kaji berapa lama keluhan adanya urin out put.
2. Kaji omset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan adanya
keluhan pusing dan cepat lelah.
3. Kaji adanya anoreksia pada klien.
4. Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise.
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu mengkaji apakah klien pernah
menerita penyakit edema apakah ada riwayat diriwayat penyakit diabetes militus dan
penyakit hipertensi pada mesa sebelumnya. Penting dikaji tentang riwayat pemakaian
obat obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
Pada pengkajian psokososiokultural, adanya kelemahan fisik wajah dan kaki yang
bengkak akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
komposmentis. Pada TTV tidak didapatkan adanya perubahan.
a. BI (brathing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas walaupun secara frekuensi mengalami peningkatan pada fase akut. Pada fase
lanjut sering dikatan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan
respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b. B2 (blood). Sering ditemukan curah jantung respon sekunder dari peningkatan beban
volume.
c. B3 (brain). Didapatkan edema wajah terutama periorbital sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada
sistem saraf pusat.
d. B4 (bladder) . perubahan urin out put seperti warna urin berwarna kola.
e. B5 (bowel). Didapatkan mual muntah anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f. B6 (bone). Didapatkan kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tunkai dari keletihan fisik secara umum.
Pengkajian diagnostic
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama albumin.
Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran glomerulus.
Pengkajian penata laksanaan medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan menurunkan
resiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka penatalaksanaan tersebut meliputi
hal – hal sebagai berikut :
1. Tirah baring
2. Diuretik
3. Adenokortikosteroid, golongan pretnison
4. Diet rendah natrium tinggi protein
5. Terapi cairan. Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan out put diukur
secara cernat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi kehilangan cairan dan
berat badan harian.
H. Diagnosis Keperawatan
1. Aktual/Resiko kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urin, retensi cairan dan
natrium.
Intervensi Rasional
Kaji adanya edema ekstermitas Kecurigaan gagal kongestif / kelebihan
volume cairan
Tirah baring klien pada saat edema
masih terjadi
Menjaga klien dalam keadaan tirah baring
selama beberapa hari, untuk meningkatkan
deuresis guna mengurangi edema
Kaji tekanan darah Sebagai salah satu cara untuk mengetahui
peningkatan jumlah cairan yang dapat
diketahui dengan meningkatkan beban kerja
jantung yang dapat diketahui dari
meningkatnya tekanan darah
Ukur intake dan out put urin Penurunan curah jantung, mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium / air,
dan penurunan urin output.
Timbang BB Perubahan tiba tiba dari berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan
Berikan oksigen tambahan dengan
nasal kanul / masker sesuai dengan
indikasi
Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan
mokaard untuk melawan efek hipoksia /
iskemia
Kolaborasi :
1. Diet tanpa garam
2. Berikan diet tinggi protein tinggi
kalori
3. Berikan diuretik, contoh :
vurosemide
4. Adenokortikosteroid, golongan
pretnison
5. Pantau data laboratorium
elektrolit kalium
1. Natrium meningkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma.
2. Diet tinggi protein untuk menurunkan
insufiensi renal dan retensi Nitrogen yang
akan meningkatkan BUN. Diet tnggi
kalori untuk cadangan energi dan
mengurangi katabolisme protein.
3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
plasma dan menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunan resiko
terjadinya edema paru.
4. Adenokortokosteroid, golongan
pretnison digunakan untik menurunkan
proteinuria.
5. Pasien yang mendapat terapi deuretik
mempunyai resiko terjadi hipokaemia
sehingga perlu dipantau
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Intervensi Rasional
Kaji pengetahuan pasien tentang asupan
nutrisi
Tingkat penegetahuan dipengaruhi oleh
kondisi sosial ekonomi pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
Mulai dengan makanan kecil dan
tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat
tanda kepenuhan gaster, regurgitasi, dan
diare
Kandungan dapat mengakibatkan
ketidaktoleransian GI, memerlukan peubahan
pada kecepatan atau tipe formula.
3. Gangguan Activity Daily Living (ADL) b.d edema ekstermitas, kelemahan fisik
secara umum.
Intervensi Rasional
Tingkatan istirahat, btasi aktivitas, dan
berika aktiviassenggang yang tida berat.
Dengan mengurangi aktivitas, maka akan
menurunkan konsumsi oksigen jaringan
dan mmberikan kesempatan jaringan
yang megalami gangguan dapat dapat
memperbaiki kodisi yang lebih optimal.
Anjurkan menghindari peningkatan
tekanan abdomen misalny mngejan saat
Dengan mengejan dapat mengakibat
bradikardi, mencurahkan curah jantung,
defekasi. dan takikarda, serta peningkatan tekanan
darah.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktivtias, contoh bangun dari
kursi, bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat 1 jam setelah makan.
Aktivitas yang maju memberikan control
jantung, meningkatkan regangan dan
mengcegah aktivitas berlebihan.
Pertahankan gerak pasif selama sakit
kritis.
Meningkatkan kontraksi otot sehingga
membantu venous return.
Evaluasi tanda vitas saat kemjuan
aktivitas erjadi.
Untuk mengtahui fungsi jantung, ila
dikaitkan dengan aktivitas.
4. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal
kecemasan, damping pasien dan lakukan
tindakan bila menunjukan perilaku
merusak
Mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Orientasikan kepada pasien terhadap
prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan ansietasnya
Kolaborasi : berikan anti-cemas sesuai
indikasi, contohnya diazepam.
I. Evaluasi Keperawatan
Setelah mendapatkan intervensi kepererawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan :
1. Kelebihan volume dapat teratasi
2. Meningkatkan asupan nutrisi
3. Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari.
4. Penuruan kecemasan