bab i pendahuluan a. -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Natrium diklofenak merupakan salah satu derivat dari asam fenilasaetat
yang tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory drug (NSAID) yang umum
digunakan dalam pengobatan rematoid artritis. Mekanisme dari natrium diklofenak
ialah dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX) agar tidak terbentuk
prostaglandin sehingga mengurangi terbentuknya mediator nyeri di sistem syaraf
tepi (Craig dan Stitzel, 1997). Natrium diklofenak umunya tersedia dalam bentuk
tablet salut, namun bentuk sediaan tablet salut memiliki beberapa kelemahan seperti
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk diabsorpsi, aksi obat lambat dan
untuk pasien lanjut usia dapat mengalami kesulitan menelan tablet. Kebanyakan
dari penderita rheumatoid arthritis adalah orangorang lanjut usia yang terkadang
sulit untuk menelan tablet konvensional dan membutuhkan obat dengan dengan
aksi yang cepat. Melihat dari masalah yang timbul dari tablet konvensional, sediaan
FDT natrium diklofenak merupakan salah satu alternatif yang tepat agar obat dapat
dengan nyaman digunakan dan cepat menimbulkan efek.
Fast disintegrating tablet (FDT) merupakan tablet yang ditempatkan
dimulut, hancur atau melarut kurang dari 60 detik oleh cairan saliva tanpa
membutuhkan air dan memberikan aksi yang cepat (Khan dkk., 2007). Sediaan
FDT ditujukan untuk anakanak, orang tua, pasien yang terbaring di tempat tidur,
dan orangorang yang kesulitan untuk menggunakan sediaan tablet konvensional
(Modi dkk., 2012). Cara pemberian sediaan FDT berbeda dengan sediaan tablet
2
konvensional, sehingga pada proses formulasi dan pengembangannya harus
memperhatikan beberapa hal seperti waktu disintegrasi, kekerasan tablet dan rasa
yang menyenangkan.
Ada beberapa cara yang dilakukan agar FDT yang dihasilkan memenuhi
kriteria sebagai FDT yang baik. Salah satunya adalah dengan melakukan optimasi
formula FDT dengan menggunakan kombinasi superdisintegrant.
Superdisintegrant adalah bahan penghancur yang telah dimodifikasi agar
menghasilkan suatu bahan yang mampu terdisintegrasi secara cepat. Kecepatan
disintegrasi merupakan faktor yang sangat penting, karena FDT yang baik harus
terdisintegrasi dalam waktu kurang dari 60 detik. Dengan adanya kombinasi
superdisintegrant diharapkan mampu meningkatkan kecepatan disintegrasi dari
tablet. Superdisintegrant yang digunakan adalah AcDiSol® dan crospovidone.
Croscarmellose sodium atau yang biasa disebut AcDiSol® adalah bahan
penghancur yang digunakan dalam formulasi sediaan oral seperti kapsul, tablet dan
granul dengan metode kempa langsung atau granulasi basah. AcDiSol®
mempunyai 2 mekanisme yang menyebabkan obat dapat terdisintegrasi secara
cepat, yaitu penyerapan air (water wicking) dan pembengkakan secara cepat (rapid
swelling). Berbeda dengan AcDiSol®, crospovidone dapat digunakan juga pada
metode granulasi kering (Rowe dkk., 2009). Mekanismenya juga sama dengan Ac
DiSol®, namun struktur dari crospovidone sangatlah berpori dan tidak membentuk
gel saat kontak dengan air (Mangal dkk., 2012). Ukuran partikel dari crospovidone
sangat berpengaruh terhadap kecepatan disintegrasi dari obatobat analgesik (Rowe
dkk., 2009).
3
Penggabungan mekanisme dari AcDiSol® dan crospovidone diharapkan
dapat memperbaikisifat fisik dan kecepatan disolusi dari FDT. Oleh karena itu
perlu dilakukan optimasi formula FDT natrium diklofenak menggunakan
superdisintegrant AcDiSol® dan crospovidone.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh kombinasi kadar superdisintegrant AcDiSol® dan
crospovidone terhadap sifat fisik seperti kekerasan, kerapuhan, waktu
disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorpsi air dan kecepatan disolusi
FDTnatrium diklofenak?
2. Pada perbandingan berapakah kombinasi superdisintegrant AcDiSol®dan
crospovidone memberikan sifat fisik FDT yang optimum?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh kombinasi superdisintegrant AcDiSol® dan
crospovidone terhadap kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu
pembasahan, rasio absorpsi air dan kecepatan disolusiFDT natrium diklofenak
dengan metode kempa langsung.
2. Mendapatkan perbandingan kombinasi superdiintegrant AcDiSol® dan
crospovidone untuk formula optimum FDTnatrium diklofenak.
4
D. Tinjauan Pustaka
1. Fast Disintegrating Tablet
a. Definisi
Fast disintegrating tablet (FDT) merupakan tablet yang
ditempatkan dimulut, hancur atau melarut kurang dari 60 detik oleh cairan
saliva tanpa membutuhkan air dan memberikan aksi yang cepat. Sebagian
obat akan terabsorpsi di mulut, pharynx dan oesophagus, sebagian lagi akan
turun bersama saliva (Jain dan Naruka, 2009).
b. Keuntungan dan kerugian
Menurut Bhowmik dkk (2009) FDT memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian yaitu
Keuntungan :
1) Dapat dengan mudah digunakan kapanpun dan dimanapun meski tidak
adanya air.
2) Nyaman dalam penggunaan, terutama untuk pasien geriatric dan
pediatric yang mempunyai masalah dalam menelan.
3) Sangat bermanfaat untuk pengobatan yang membutuhkan onset cepat.
4) Bioavailibilitas yang lebih baik dibandingkan sediaan tablet
konvensional.
5) Merupakan gabungan keuntungan dari bentuk sediaan padat dalam hal
stabilitas, dan sediaan cair dalam hal bioavailibilitas.
5
Kerugian :
1) Stabilitas fisik dari FDT sering menjadi masalah, sehingga diperlukan
penangan yang hatihati.
2) FDT dapat memberikan rasa yang tidak menyenangkan dan
meninggalkan residu di mulut jika tidak diformulasi dengan baik.
c. Metode Pembuatan
Ada berbagai macam metode pembuatan FDT , yaitu :
1) Freeze drying / lyophilization
Freeze drying adalah proses dimana air disublimasikan dari produk
setelah didinginkan sehingga menghasilkan struktur yang sangat berpori dan
dapat terdisintegrasi secara cepat. Zat aktif dilarutkan pada cairan yang
terdapat di matriks, lalu ditimbang dan dituangkan pada cetakan. Cetakan
yang telah terisi dilewatkan pada terowongan pembekuan yang terdiri dari
nitrogen cair agar larutan dalam cetakan menjadi beku. Setelah itu cetakan
ditempatkan di lemari pendingin untuk melanjutkan proses pengeringan
menggunakan udara dingin. Setelah selesai dikeringkan, tablet dilepas dari
cetakannya dan dikemas dengan pengemas yang sesuai. Metode freeze
drying dapat mempercepat absorpsi dan bioavailibilitas dari obat, namun
memiliki kerugian berupa biaya pembuatan yang mahal, waktu pembuatan
yang lama, dan stabilitas tablet yang buruk (Nikam dkk., 2011)
2) Moulding
Terdapat dua metode yang digunakan pada proses moulding, yaitu
solvent moulding method dan heat moulding method. Solvent
6
mouldingmethod adalah metode dengan cara membasahi campuran serbuk
dengan pelarut hydro alcohol yang diikuti dengan pengempaan pada
tekanan rendah dan menghasilkan masa yang basah. Setelah itu, cairan
pelarut dihilangkan dengan pengeringan udara. Tablet yang di produksi
dengan metode ini menghasilkan tablet yang kurang kuat, namun memiliki
struktur yang berpori sehingga mempercepat pelarutan. Heat moulding
method adalah metode dengan cara membuat suspensi yang mengadung
agar dan gula, lalu suspensi tersebut dituangkan pada cetakan. Proses
pengerasan oleh agar dalam membentuk jelidan dikeringkan pada suhu 30oC
dibawah tekanan hampa. Menutupi rasa yang kurang menyenangkan adalah
masalah yang dihadapi pada metode moulding. Namun jika dibandingkan
dengan lyophilization, metode moulding lebih mudah untuk dikembangkan
di bidang industri (Nayak danManna, 2011).
3) Spray drying
Dalam metode ini dapat digunakan gelatin sebagai matriks, manitol
sebagai agen pengembang dan superdisintegrant. Tablet yang dihasilkan
dengan metode ini dapat terdisintegrasi kurang dari 20 detik dalam media
air. Tablet yang dihasilkan dapat dengan cepat terdisintegrasi ataupun
melarut (Fu dkk., 2004).
4) Sublimation
Pada metode ini dibutuhkan bahanbahan yang bersifat sangat
mudah menguap. Bahanbahan yang sangat mudah menguap seperti
ammonium bikarbonat, ammonium karbonat dan asam benzoat dicampur
7
dengan bahanbahan lainnya lalu dikempa menjadi tablet. Bahanbahan
yang sangat mudah menguap tersebut dihilangkan dengan proses sublimasi
sehingga menghasilkan struktur tablet yang sangat berpori. Tablet yang
dihasilkan dengan metode ini biasanya terdisintegrasi dalam waktu 1020
detik (Gupta dkk., 2012).
5) Direct compression
Metode kempa langsung menurut Gohel dan Jogani (2002) merupakan
proses dimana serbuk yang merupakan campuran bahan aktif dan bahan
tambahan yang sesuai dikempa langsung menjadi tablet. Kempa langsung
merupakan metode yang sangat sederhana , murah dan juga membutuhkan
peralatan yang tidak rumit. Metode ini mengharuskan bahanbahan yang
digunakan memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang tinggi agar dapat
dihasilkan tablet yang baik.
2. Superdisintegrant
a. Definisi
Superdisintegrant adalah bahan penghancur yang telah dimodifikasi
agar menghasilkan suatu bahan yang mampu terdisintegrasi secara cepat.
Terdapat dua jenis superdisintegrant, yaitu superdisintegrant alami dan
sintetis. Superdisintegrant alami merupakan modifikasi dari bahanbahan alami
dan lebih dianjurkan penggunaannya karena lebih murah, tidak mengiritasi dan
tidak toksik. Contoh dari superdisintegrant alami adalah gum karaya dan guar
gum. Sedangkan untuk superdisintegrant sintetis yang biasa digunakan adalah
croscarmellose sodium (AcDiSol), sodium starch glycolate (Primogel) dan
8
Crospovidone (Polyplasdone XL). Keuntungan dari superdisintegrant sintetis
adalah kadar yang digunakan lebih sedikit dibandingkan alami, sifat alir dan
kompresibilitas yang lebih tinggi dan lebih efektif secara intragranular (Mangal
dkk., 2012).
b. Mekanisme disintegrasi
Berikut adalah beberapa mekanisme disintegrasi dari superdisintegrant:
1) Pengembangan (Swelling)
Pengembangan adalah salah satu mekanisme bahan penghancur
yang berasal dari pati. Saat kontak dengan air, bahan penghancur yang
ada di dalam tablet akan mengembang dan mendesak bahanbahan
lainnya yang ada di dalam tablet menyebabkan tablet terpecah (Mangal
dkk., 2012)
Gambar 1. Mekanisme pengembangan (Mangal dkk., 2012)
2) Perembesan (Wicking)
Pada mekanisme ini, tablet yang dihasilkan akan sangat berpori
sehingga air akan sangat cepat masuk ke dalam tablet. Hal tersebut
mengakibatkan ikatan antar partikel di dalam tablet terputus sehingga
tabletcepat terdisintegrasi (Mangal dkk., 2012).
9
Gambar 2. Mekanisme perembesan (Mangal dkk., 2012)
3) Perubahan bentuk (Deformation)
Bahan penghancur mengalami perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh proses pengempaan tablet. Bentuk ini dapat bertahan
lama sampai dengan tablet terpapar oleh air dan menyebabkan bahan
tersebut berubah bentuk dan menyebabkan tablet terdisintegrasi (Kundu
danSahoo, 2008)
Gambar 3. Mekanisme perubahan bentuk(Mangal dkk., 2012)
4) Perenggangan (Repulsion)
Teori ini menerangkan bahwa partikel tidak mengembang tetapi
dengan adanya air yang masuk melalui jaringan kapiler yang tersusun di
10
dalam tablet maka partikel akan tolak menolak sehingga akan saling
memisahkan diri kemudian lepas dari susunannya di dalam tablet. Proses
ini akan menyebabkan tablet terdisintegrasi (Mangal dkk., 2012).
Gambar 4. Mekanisme perenggangan (Mangal dkk., 2012)
3. Parameter Sifat Fisik FDT
a. Uji keseragaman bobot
Tablet yang tidak bersalut harus memenuhi keseragaman bobot,
keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya tablet yang
menyimpang dari ketentuan. Tablet dengan bobot 26 mg sampai dengan 150
mg tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari
10% dari bobot ratarata tablet dan tidak boleh ada1 tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 20% dari bobot ratarata 20 tablet (DepKes RI,
1979).
b. Uji kekerasan
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawat tekanan mekanik seperti dalam melawan goncangan,
pengikisan dan ketahanan tabet dipengaruhi oleh tekanan kompresi,
porositas, sifat dari bahan yang dikempa, banyaknya bahan pengikat dan
metode pengempaan. Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan
11
hardness tester (Ansel, 2005). Kekerasan FDT yang baik adalah 35kg/cm2
(Panigrahi dan Behera, 2010).
c. Uji kerapuhan
Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik akibat goncangan dan pengikisan selama proses
pengemasan maupun transportasi. Adanya tekanan dapat membuat tablet
menjadi rusak, oleh karena itu tablet harus mampu menahan tekanan agar
tidak timbul kerusakan. Untuk dapat memprediksi kerapuhan dari suatu
tablet dilakukanlah pengujian kerapuhan untuk 20 tablet menggunakan
friability tester. Nilai kerapuhan dinyatakan sebagai % kerapuhan, yaitu
tidak boleh lebih dari 1 % (HyunhBa, 2008)
d. Uji waktu disintegrasi
Uji waktu disintegrasi dilakukan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan oleh tablet untuk dapat terdisintegrasi menjadi fine particle.
Prosedur standar yang biasa dilakukan untuk pengujian waktu disintegrasi
pada tablet konvensional mempunyai beberapa keterbatasan, terutama untuk
obat yang mempunyai waktu disiintegrasi cepat seperti FDT. Uji waktu
disintegrasi yang dilakukan untuk FDT harusnya disesuaikan dengan
kecepatan disintegrasinya dan dilakukan tanpa air dan meniru disintegrasi di
cairan saliva (Prajapati dan Patel, 2010).
e. Uji waktu pembasahan
Uji waktu pembasahan sangat berkaitan dengan struktur dalam suatu
tablet dan hidrofilisitas dari eksipien. Sehingga dapat dilihat seberapa cepat
12
FDT dapat menyerap air, dimana kecepatan penyerapan air ini akan
mempengaruhi kemampuan dan kecepatan disintegrasi dari tablet. Semakin
cepat waktu pembasahan, maka suatu tablet akan memiliki kemampuan
disintegrasi yang semakin cepat pula (Sri dkk., 2012).
f. Rasio Absorpsi Air
Rasio absorpsi air merupakan parameter untuk mengetahui
kemampuan tablet menyerap dan menampung air di dalam matriksnya.
Semakin besar rasio absorpsi air suatu tablet, maka semakin besar jumlah
air yang dapat ditampung dalam matriks tablet, hal ini berarti akan semakin
banyak jumlah air yang diperlukan untuk menyebabkan tablet
terdisintegrasi.Perhitungan rasio absorpsi air (R) dilakukan dengan cara
melihat perbedaan bobot sebelum (Wa) dan sesudah (Wb) pembasahan(Sri
dkk., 2012).
g. UJi disolusi secara in-vitro
Disolusi adalah proses melarutnya zat aktif (bahan obat) dalam
sediaan obat ke dalam suatu medium. Setelah kontak dengan cairan badan,
mulamula tablet akan mengalami proses disintegrasi, yaitu hancurnya
tablet menjadi suatu granul dan dilanjutkan denga hancurnya agregat
menjadi partikel penyusunnya. Uji disolusi mempunyai beberapa tujuan
yaitu untuk optimasi formula dan kontrol rutin setelah fabrikasi (Fudholi,
2013). Uji disolusi juga merupakan salah satu pengujian yang penting
dilakukan, bertujuan untuk mengetahui profil dan kinetika pelepasan obat
13
dari bentuk sediaan yang selanjutnya dapat untuk mengetahui karakteristik
suatu formula dan mengevaluasi formula terbaik.
4. Simplex lattice design
Simplex lattice design merupakan suatu cara untuk menentukan
optimasi pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan yang dinyatakan
dalam beberapa bagian. Salah satu penggunaan Simplex Lattice Design adalah
untuk pengoptimasian kadar komponen suatuformula sedaiaan padat (Bolton
dan Bon, 2004). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif
bahanbahan yang menghasilkan formulasi dengan variabel atau hasil yang
ditentukan adalah yang paling baik. Respon surface dan daerah optimum dapat
diperoleh dengan penerapan simplex lattice design.
Implementasi dari simplex lattice design dengan menyiapkan berbagai
macam formula yang mengandung kosentrasi berbeda dari beberapa bahan.
Kombinasi disiapkan dengan suatu cara yang mudah dan efisien sehingga data
percobaan dapat digunakan untuk memprediksi respon yang berada dalam
ruang simplex (simplex space). Walaupun konsentrasi kompenenkomponen
penyusun berbeda, namun jumlah totalnya harus sama untuk tiap formula.
Hasil ekperimen digunakan untuk membuat persamaan polinomial (simplex)
dimana persamaan ini dapat digunakan untuk memprediksi profil respon
(Bolton dan Bon, 2004).
Persamaan simplex lattice design :
Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B) ........................................................................ (1)
Keterangan: Y = respon atau efek yang dihasilkan a, b, ab = koefisien yang dapat dihitung dari percobaan
14
(A) dan (B) = fraksi komponen, dengan jumlah (A) + (B) harus satu bagian
Hasil persamaan dari percobaan merupakan suatu persamaan empiris
yang sekiranya dapat menggambarkan pola respon dalam suatu ruang simplex
(Bolton dan Bon, 2004).
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program aplikasi Design Expert 8. Pertama, dimasukkan variabelvariabel yang
digunakan, lalu data yang diperoleh langsung dimasukkan ke dalam program.
Masingmasing parameter uji yang dilakukan terhadap sifat fisik tablet diberi
pembobotan sesuai prioritas kemudian data diolah. Selanjutnya akan diperoleh
hasil formula yang memberikan sifat fisik paling optimum. Setelah diperoleh
formula paling optimum kemudian dilakukan verifikasi untuk formula
optimum dan formula pembanding. Hasil verifikasi kemudian dibandingkan
dengan hasil perhitungan yang diperoleh (prediksi). Dari perbandingan akan
diperoleh perbedaan antara hasil prediksi dengan hasil verifikasi apakah
berbeda secara bermakna atau tidak, sehingga akan dapat disimpulkan apakah
hasil valid (dapat dipercaya) atau tidak valid (tidak dapat dipercaya).
5. Monografi Bahan
a. Natrium diklofenak
Natrium diklofenak merupakan salah satu derivat dari asam
fenilasaetat yang mempunyai nama kimia Benzeneacetic acid, 2-[(2,6-
dichlorophenyl)amino]dan tergolong sebagai non-steroidal anti-infalmatory
drug (NSAID). Natrium diklofenak mempunyai rumus kimia
C14H10Cl10NaNO2 dengan bobot molekul sebesar 318,13.Natrium
15
diklofenak mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
101,0% natrium2[(2,6Dikhlorofenil) amino] fenil] asetat, dihitung
berdasarkan bobot kering. Bahan ini memiliki karakteristik berupa serbuk
kristal putih sampai agak kekuningan, larut dalam air, mudah larut dalam
methanol dan meleleh pada suhu 280° C (Department of Health, 2008).
Gambar 5. Struktur kimia natrium diklofenak (Department of Health, 2009)
Natrium diklofenak banyak digunakan pada pengobatan rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, ankylosing spondylitis, dan dysmenorrhea. Natrium
diklofenak mempunyai kemampuan yang sama dalam menghambat enzim
COX1 dan COX2 sehingga memiliki efek samping berupa gangguan
gastrointestinal (Craig dan Stitzel, 1997).
b. AcDiSol®
AcDiSol®adalah sebuah merek dagang dari croscarmellose sodium
yang merupakan hasil modifikasi dari carboxy methyl cellulose sodium dan
diproduksi oleh FMC Biopolymer. Bahan ini mempunyai beberapa sinonim
seperti crosslinked carbox-y methyl cellulose sodium, Explocel, Primellose,
Solutab, dan Vivasol. AcDiSol® memiliki pemerian berupa serbuk yang
tidak berbau, berwarna putih atau putih keabuabuan.
Gambar 6. Struktur kimia Ac
AcDiSol
(water wicking) dan pembengkakan secara c
banyak digunakan pada formulasi sediaan oral seperti tablet dan kapsul.
Dalam formulasi tablet, Ac
langsung dan granulasi basah. Ketika digunakan untuk metode granulasi
basah, bahan penghancur harus diberikan pada tahap intragranular dan
ekstragranular. Ac
sampai dengan konsentrasi 5% b/b, namun pada metode kempa langsung
digunakan 2% b/b dan 3% b/b pada metode granulasi basah.
AcDiSol
higroskopis, dibuktikan dengan uji di
suhu 30oC selama 14 bulan, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan
pada uji dissolusi. Tablet atau serbuk harus disimpa
rapat dengan suhu sejuk di tempat kering. Ac
dengan asam kuat, garam larut dari besi dan beberapa logam lainnya seperti
aluminium, merkuri, dan seng (Rowe dkk.,2009).
Gambar 6. Struktur kimia Ac-Di-Sol® (Balasubramaniam dan Bee
Sol® mempunyai mekanisme ganda yaitu penyerapan air
) dan pembengkakan secara cepat (rapid swelling
banyak digunakan pada formulasi sediaan oral seperti tablet dan kapsul.
Dalam formulasi tablet, AcDiSol® dapat digunakan pada metode kempa
langsung dan granulasi basah. Ketika digunakan untuk metode granulasi
penghancur harus diberikan pada tahap intragranular dan
ekstragranular. AcDiSol® dapat digunakan sebagai bahan penghancur
sampai dengan konsentrasi 5% b/b, namun pada metode kempa langsung
digunakan 2% b/b dan 3% b/b pada metode granulasi basah.
Sol® cukup stabil dalam penyimpanan walaupun bersifat
kopis, dibuktikan dengan uji disolusi setelah tablet disimpan pada
C selama 14 bulan, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan
pada uji dissolusi. Tablet atau serbuk harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat dengan suhu sejuk di tempat kering. AcDiSol® tidak kompatibel
dengan asam kuat, garam larut dari besi dan beberapa logam lainnya seperti
aluminium, merkuri, dan seng (Rowe dkk.,2009).
16
Balasubramaniam dan Bee, 2009)
mempunyai mekanisme ganda yaitu penyerapan air
rapid swelling), sehingga
banyak digunakan pada formulasi sediaan oral seperti tablet dan kapsul.
dapat digunakan pada metode kempa
langsung dan granulasi basah. Ketika digunakan untuk metode granulasi
penghancur harus diberikan pada tahap intragranular dan
dapat digunakan sebagai bahan penghancur
sampai dengan konsentrasi 5% b/b, namun pada metode kempa langsung
digunakan 2% b/b dan 3% b/b pada metode granulasi basah.
cukup stabil dalam penyimpanan walaupun bersifat
solusi setelah tablet disimpan pada
C selama 14 bulan, tidak menunjukkan perubahan yang signifikan
n dalam wadah tertutup
tidak kompatibel
dengan asam kuat, garam larut dari besi dan beberapa logam lainnya seperti
17
c. Crospovidone
Crospovidone menurut Rowe (2009) mempunyai nama kimia 1
Ethenyl2pyrrolidinone homopolymer yan. Crospovidone memiliki rumus
empirik (C6H9NO)n dan bobot molekul lebih dari 1.000.000. Bahan ini
mempunyai beberapa sinonim seperti Crospovidonum; Crospopharm;
crosslinked povidone dan Kollidon CL. Crospovidone memiliki pemerian
berupa serbuk halus putih sampai cream, free flowing, terasa hambar, tidak
berbau, bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
dengan suhu sejuk di tempat kering.
Gambar 7. Stuktur kimia crospovidone (Mohamed dkk., 2012)
Dalam formulasi tablet, crospovidone biasa digunakan sebagai bahan
penghancur dengan konsentrasi 25% b/b untuk metode granulasi basah,
kering dan kempa langsung. Bentuk struktur yang sangat berpori dan tidak
membentuk gel saat kontak dengan air akan mempercepat waktu
disintegrasi dari tablet. Crospovidone sangat dianjurkan pemakaiannya pada
obatobat analgesik. Bahan ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kelarutan obatobat yang kelarutannya buruk, dengan teknik co-evaporation
(Mohamed dkk., 2012).Obat akan teradsorpsi oleh crospovidone dengan
adanya pelarut yang sesuai, setelah itu barulah pelarutnya diuapkan. Tekni
ini menghasilkan kecepatan di
kelarutannya buruk.
d. Manitol
Manitol menurut Rowe (2009) memiliki nama kimia D
merupakan alkohol
isomer dari sorbitol dengan rumus struktur C
sebesar 182,17. Manitol memiliki beberapa sinonim yaitu
manna sugar, D
Manitol memiliki pemerian berupa kristal putih, tidak berbau,
terasa manis seperti glukosa, s
efek dingin di dalam
Gambar 8. Stuktur kimia manitol (Rowe dkk., 2009)
Manitol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan obat dan
makanan. Dalam bidang farmasi manitol biasa digunakan bahan pengisi,
plasticizer, pemanis
pengisi tablet, konsentrasi yang biasa digunakan adalah 10
Manitol juga dapat digunakan untuk sediaan parenteral sebagai agen
tonisitas, diagnosis fungsi hati, mengurangi tekanan intrakranial dan
adanya pelarut yang sesuai, setelah itu barulah pelarutnya diuapkan. Tekni
ini menghasilkan kecepatan disolusi yang lebih baik pada obat yang
kelarutannya buruk.
Manitol menurut Rowe (2009) memiliki nama kimia D
merupakan alkohol hexahydric yang terikat pada mannosa dan merupakan
isomer dari sorbitol dengan rumus struktur C6H14O6 dan bobot molekul
sebesar 182,17. Manitol memiliki beberapa sinonim yaitu Co
manna sugar, D-mannite, mannite, manitolum, Mannogem, dan Pearlitol.
Manitol memiliki pemerian berupa kristal putih, tidak berbau,
terasa manis seperti glukosa, setengah manis dari sukrosa dan menimbulkan
efek dingin di dalam mulut
Gambar 8. Stuktur kimia manitol (Rowe dkk., 2009)
Manitol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan obat dan
makanan. Dalam bidang farmasi manitol biasa digunakan bahan pengisi,
plasticizer, pemanis dan agen tonisitas. Jika digunakan sebagai
pengisi tablet, konsentrasi yang biasa digunakan adalah 10
Manitol juga dapat digunakan untuk sediaan parenteral sebagai agen
tonisitas, diagnosis fungsi hati, mengurangi tekanan intrakranial dan
18
adanya pelarut yang sesuai, setelah itu barulah pelarutnya diuapkan. Teknik
solusi yang lebih baik pada obat yang
Manitol menurut Rowe (2009) memiliki nama kimia Dmanitol,
da mannosa dan merupakan
dan bobot molekul
Cordycepic acid,
mannite, mannite, manitolum, Mannogem, dan Pearlitol.
Manitol memiliki pemerian berupa kristal putih, tidak berbau, free flowing,
tengah manis dari sukrosa dan menimbulkan
Gambar 8. Stuktur kimia manitol (Rowe dkk., 2009)
Manitol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan obat dan
makanan. Dalam bidang farmasi manitol biasa digunakan bahan pengisi,
dan agen tonisitas. Jika digunakan sebagai bahan
pengisi tablet, konsentrasi yang biasa digunakan adalah 1090% b/b.
Manitol juga dapat digunakan untuk sediaan parenteral sebagai agen
tonisitas, diagnosis fungsi hati, mengurangi tekanan intrakranial dan
intraokular. Penyimpanan manitol harus menggu
dengan suhu yang sejuk di tempat kering.
e. Aspartam
Aspartam menurut Rowe (2009) memiliki nama kimia
Aspartyl-L-phenylalanine 1
dan bobot molekul sebesar 294,30. Aspartam memiliki b
sinonim, diantaranya adalah
aspartyl phenylamine methyl ester dan Canderel
pemerian berupa bubuk putih, hampir tidak berbau dengan rasa yang sangat
manis.
Gambar 9. Stuktur kimia a
Aspartam digunakan secara luas pada industri obat dan makanan,
contohnya adalah sebagai pemanis untuk tablet dan vitamin. Aspartam juga
dapat digunakan untuk menutupi rasa yang tidak enak dari suatu obat karena
memiliki rasa manis
pemanis lainnya, aspartam dimetabolisme oleh tubuh dan memiliki nilai
nutrisi sebesar 17
kondisi kering, sehingga penyimpanannya harus
intraokular. Penyimpanan manitol harus menggunakan wadah tertutup rapat
dengan suhu yang sejuk di tempat kering.
Aspartam menurut Rowe (2009) memiliki nama kimia
phenylalanine 1-methyl ester dengan rumus kimia C
dan bobot molekul sebesar 294,30. Aspartam memiliki b
sinonim, diantaranya adalah acid N-methyl ester, APM,
aspartyl phenylamine methyl ester dan Canderel. Aspartam memiliki
pemerian berupa bubuk putih, hampir tidak berbau dengan rasa yang sangat
Gambar 9. Stuktur kimia aspartam (Rowe dkk., 2009)
Aspartam digunakan secara luas pada industri obat dan makanan,
contohnya adalah sebagai pemanis untuk tablet dan vitamin. Aspartam juga
dapat digunakan untuk menutupi rasa yang tidak enak dari suatu obat karena
memiliki rasa manis 180200 kali lebih besar dari sukrosa. Tidak seperti
pemanis lainnya, aspartam dimetabolisme oleh tubuh dan memiliki nilai
nutrisi sebesar 17 kJ (4kcal) dalam 1 g aspartam. Aspartam stabil pada
, sehingga penyimpanannya harus dalam wadah yan
19
nakan wadah tertutup rapat
Aspartam menurut Rowe (2009) memiliki nama kimia N-L-a-
dengan rumus kimia C14H18N2O5
dan bobot molekul sebesar 294,30. Aspartam memiliki banyak sekali
, APM, aspartamum,
. Aspartam memiliki
pemerian berupa bubuk putih, hampir tidak berbau dengan rasa yang sangat
spartam (Rowe dkk., 2009)
Aspartam digunakan secara luas pada industri obat dan makanan,
contohnya adalah sebagai pemanis untuk tablet dan vitamin. Aspartam juga
dapat digunakan untuk menutupi rasa yang tidak enak dari suatu obat karena
200 kali lebih besar dari sukrosa. Tidak seperti
pemanis lainnya, aspartam dimetabolisme oleh tubuh dan memiliki nilai
Aspartam stabil pada
dalam wadah yang tertutup
rapat, dengan suhu sejuk di tempat kering. Jika aspartam sudah dalam
bentuk larutan, stabilitasnya d
siklodekstrin dan PEG 400 pada pH 2.
f. Microcrystalline Cellulose
Microcrystalline cellulose
kimia cellulose
sebesar 36000.
seperti Avicel PH, Cellets, Celex, cellulose gel,
nampak berwarna
yang berpori.
Gambar 10. Stuktur kimia
Microcrystalline cellulose
2090% b/b sebagai bahan pengikat atau pengi
tablet dan kapsul. Dalam penggunaannya, bahan ini juga memiliki sifat
sebagai pelicin dan penghancur sehingga sangat berguna dalam formulasi
tablet. Microcrystalline cellulose
langsung atau g
bersifat higroskopis, namun harus disimpan pada wadah yang tertutup rapat,
dengan suhu yang sejuk di tempat kering.
rapat, dengan suhu sejuk di tempat kering. Jika aspartam sudah dalam
bentuk larutan, stabilitasnya dapat ditingkatkan dengan penambahan
siklodekstrin dan PEG 400 pada pH 2.
Microcrystalline Cellulose
Microcrystalline cellulose menurut Rowe (2009) memiliki nama
cellulose dengan rumus empirik (C6H10O5)n danbobot molekul
sebesar 36000. Microcrystalline cellulose memiliki beberapa sinonim
Avicel PH, Cellets, Celex, cellulose gel, dan Vivapur.
nampak berwarna putih, tidak berwarna, terasa hambar, dan bentuk partikel
Gambar 10. Stuktur kimia microcrystalline cellulose (Rowe dkk., 2009)
Microcrystalline cellulose biasanya digunakan dengan konsentrasi
90% b/b sebagai bahan pengikat atau pengisi pada formulasi sediaan
tablet dan kapsul. Dalam penggunaannya, bahan ini juga memiliki sifat
sebagai pelicin dan penghancur sehingga sangat berguna dalam formulasi
Microcrystalline cellulose dapat digunakan baik pada metode kempa
langsung atau granulasi basah. Microcrystalline cellulose stabil walaupun
bersifat higroskopis, namun harus disimpan pada wadah yang tertutup rapat,
dengan suhu yang sejuk di tempat kering.
20
rapat, dengan suhu sejuk di tempat kering. Jika aspartam sudah dalam
pat ditingkatkan dengan penambahan
menurut Rowe (2009) memiliki nama
)n danbobot molekul
memiliki beberapa sinonim
Vivapur. Bahan ini
putih, tidak berwarna, terasa hambar, dan bentuk partikel
(Rowe dkk., 2009)
biasanya digunakan dengan konsentrasi
si pada formulasi sediaan
tablet dan kapsul. Dalam penggunaannya, bahan ini juga memiliki sifat
sebagai pelicin dan penghancur sehingga sangat berguna dalam formulasi
dapat digunakan baik pada metode kempa
ranulasi basah. Microcrystalline cellulose stabil walaupun
bersifat higroskopis, namun harus disimpan pada wadah yang tertutup rapat,
g. PEG4000
Polyethylene glycol (PEG) menurut Rowe (2009) memiliki nama
kimia a-Hydro
HOCH2(CH2OCH
oxyethylene. PEG memiliki beberapa sinonim seperti
Lutrol E, macrogola, PEG, Pluriol E dan polyoxyethylene glycol.
beberapa tipe dari PEG, yaitu PEG 200, PEG 300, PEG 4000, PEG 4600,
PEG 6000, dan PEG 8000 dimana angka tersebut menunjukkan rata
berat molekul dari polimer tersebut.
PEG dengan angka 200
kekuningan, sedikit berbau dan terasa pahit. PEG dengan angka diatas 1000
berbentuk padat, berwarna putih, sedikit berbau dan terasa manis. Semakin
tinggi angka dari PEG tersebut, semakin tinggi konsistensinya. Penggunaan
PEG dibidang farmasi sangatlah luas, mulai dari sediaan parenteral, oral,
opthalmic, dan rektal.
PEG dengan bobot molekul besar dapat meningkatkan efektifitas
pengikat tablet, namun aktifitasnya terbatas jika PEG digunakan sendiri.
Penggunaan PEG dengan konsentra
waktu disintegrasi
Polyethylene glycol (PEG) menurut Rowe (2009) memiliki nama
o-o-hydroxypoly(oxy-1,2-ethanediyldengan rumus molekul
OCH2)mCH2OH dimana m merupakan rerata nomor grup
PEG memiliki beberapa sinonim seperti Carbowax, Lipoxol,
Lutrol E, macrogola, PEG, Pluriol E dan polyoxyethylene glycol.
beberapa tipe dari PEG, yaitu PEG 200, PEG 300, PEG 4000, PEG 4600,
PEG 6000, dan PEG 8000 dimana angka tersebut menunjukkan rata
berat molekul dari polimer tersebut.
Gambar 11. Stuktur kimia PEG (Rowe dkk., 2009)
PEG dengan angka 200600 berbentuk cair, tidak berwarna atau
kekuningan, sedikit berbau dan terasa pahit. PEG dengan angka diatas 1000
berbentuk padat, berwarna putih, sedikit berbau dan terasa manis. Semakin
tinggi angka dari PEG tersebut, semakin tinggi konsistensinya. Penggunaan
idang farmasi sangatlah luas, mulai dari sediaan parenteral, oral,
dan rektal.
PEG dengan bobot molekul besar dapat meningkatkan efektifitas
pengikat tablet, namun aktifitasnya terbatas jika PEG digunakan sendiri.
Penggunaan PEG dengan konsentrasi lebih dari 5% b/b dapat memperlama
waktu disintegrasi dari tablet. PEG stabil di udara dan dalam larutan.
21
Polyethylene glycol (PEG) menurut Rowe (2009) memiliki nama
dengan rumus molekul
OH dimana m merupakan rerata nomor grup
Carbowax, Lipoxol,
Lutrol E, macrogola, PEG, Pluriol E dan polyoxyethylene glycol. Terdapat
beberapa tipe dari PEG, yaitu PEG 200, PEG 300, PEG 4000, PEG 4600,
PEG 6000, dan PEG 8000 dimana angka tersebut menunjukkan ratarata
Gambar 11. Stuktur kimia PEG (Rowe dkk., 2009)
cair, tidak berwarna atau
kekuningan, sedikit berbau dan terasa pahit. PEG dengan angka diatas 1000
berbentuk padat, berwarna putih, sedikit berbau dan terasa manis. Semakin
tinggi angka dari PEG tersebut, semakin tinggi konsistensinya. Penggunaan
idang farmasi sangatlah luas, mulai dari sediaan parenteral, oral,
PEG dengan bobot molekul besar dapat meningkatkan efektifitas
pengikat tablet, namun aktifitasnya terbatas jika PEG digunakan sendiri.
si lebih dari 5% b/b dapat memperlama
dan dalam larutan.
22
Meskipun PEG 200 bersifat higroskopis namun tidak ditumbuhi mikroba
dan tidak tengik. PEG harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat
yang kering dan sejuk.
E. LANDASAN TEORI
Natrium diklofenak merupakan obat golongan NSAID yang banyak
digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis (Craig dan Stitzel, 1997).
Dengan dibuatnya natrium diklofenak dalam sediaan FDT akan memberikan
kemudahan dalam penggunaan serta aksi yang cepat dan biovailibilitas yang tinggi
(Rangole dkk., 2008). Metode yang digunakan dalam pembuatan FDT adalah
metode kempa langsung. Salah satu cara untuk menghasilkan FDT yang memenuhi
kriteria adalah dengan digunakannya kombinasi superdisintegrant.
AcDiSol® menurut Rowe (2009) mempunyai mekanisme ganda yaitu
penyerapan air (water wicking) dan pembengkakan secara cepat (rapid swelling).
Mekanisme pembengkakan dari AcDiSol® adalah yang paling dominan bila
dibandingkan dengan pembasahannya. AcDiSol® biasa digunakan dalam
konsentrasi 25% b/b, 2% untuk metode kempa langusung dan 3 % untuk metode
granulasi basah. Bila AcDiSol® digunakan lebih pada konsentrasi lebih dari 8%
b/b, akan menyebabkan naiknya waktu disintegrasi dikarenakan pembentukan gel.
Crospovidone menurut Rowe (2009) biasa digunakan dalam formulasi
sediaan tablet sebagai bahan penghancur dengan konsentrasi 25% b/b untuk
metode granulasi basah, kering dan kempa langsung. Merupakan bahan yang sangat
hidrofilik, dengan cepat terdispersi dan mengembang saat kontak dengan air tanpa
23
menimbulkan efek pembentukan gel. Bentuk struktur yang sangat berpori dari
crospovidone akan mempercepat waktu disintegrasi, karena air akan dengan cepat
masuk ke dalam tablet dan menaikkan kecepatan pembasahan tablet (Mohamed
dkk., 2012). Crospovidone juga sangat dianjurkan pemakaiannya pada obatobat
analgesik, seperti natrium diklofenak, asam mefenamat dan parasetamol. Bahan ini
juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan obatobat yang kelarutannya
buruk, dengan teknik co-evaporation.
Mekanisme dari AcDiSol®dan crospovidone saling melengkapi, dimana
crospovidone membuat tablet cepat terbasahi, sedangkan AcDiSol® menyebabkan
tablet cepat terdisintegrasi.Kombinasi AcDiSol®-crospovidone dengan proporsi
kadar crospovidone yang lebih besardapat memperbaiki sifat fisik dan kecepatan
disolusi dari FDT(Kayastha dkk., 2011).
F. HIPOTESIS
1. Penggunaan kombinasi superdisintegrant AcDiSol®-crospovidoneakan
menurunkan respon kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu
pembasahan, rasio absorpsi air dan menaikkan kecepatan disolusi pada sediaan
FDT natrium diklofenak.
2. Kombinasi AcDiSol®-crospovidone1:3 diperkirakan mampu memberikan
respon sifat fisik yang optimum pada FDT natrium diklofenak.