bab i kti ab

29

Click here to load reader

Upload: yullya-pa

Post on 22-Jun-2015

42 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I KTI AB

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di

peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN.

Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta

keseluruhan kelahiran pada tahun 2012. Peringkat pertama ditempati oleh

Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran, sementara angka

kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000

kelahiran. Bandingkan dengan Kamboja yang sudah mencapai 208 per

100.000 kelahiran hidup, Myanmar sebesar 130 per 100.000 kelahiran hidup,

Nepal sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India sebesar 150 per

100.000 kelahiran hidup, Bhutan sebesar 250 per 100.000 kelahiran hidup,

Bangladesh sebesar 200 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan kini Indonesia

sudah tertinggal dengan Timur Leste dalam pencapaian AKI, dimana AKI

Timor Leste mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2013;

BKKBN, 2013).

Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan, keracunan

kehamilan dan infeksi. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 15-50%

kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak perdarahan atau

infeksi yang dapat menyebabkan kematiann oleh karena itu kematian ibu

yang disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian

ibu tapi dilaporkan sebagai perdarahan / sepsis. Abortus dapat terjadi secara

tidak disengaja maupun disengaja. Menurut The Lancet tahun 2007, jumlah

aborsi di dunia tahun 1995 sebesar 45,6 juta kasus, tahun 2003 sebesar 41.6

juta kasus, dan tahun 2008 sebesar 43,8 juta kasus (Dikes RI, 2011).

Abortus merupakan salah satu masalah kesehatan. “Unsafe abortion”

menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut Badan

Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun

di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan

Page 2: BAB I KTI AB

Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indanesia, antara 155.000

sampai 750.000 di Filipino, antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand

(Chunningham, 2005)

Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat

mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh

melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, dijamin akurasinya

dan validitasnya (SDKI, 2012).

Fakta melonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan

yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu

pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Data SDKI, 2007 menjukkan Angka

Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi Se- ASEAN. Jumlahnya mencapai

228 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah masih dituntut bekerja keras

menurunkannya hingga tercapai target Millennium Development Goal

(MDG) 5, menurunkan AKI menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 (SDKI,

2012).

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat

persalinan dan segera setelah persalinan ( SKRT, 2007). Penyebab langsung

kematian ibu adalah perdarahan (25%), eklampsia (13%) dan sepsis (15%),

hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus

tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%). Penyebab tidak langsung

kematian ibu merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit

yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan

misalnya malaria, anemia, Human Immunodefisiensin Virus/Acquired

Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), dan penyakit kardiovaskuler

(Prawirohardjo, 2008).

Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 15-20%

merupakan abortus spontan dan kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan

yang mencoba hamil akan mengalam 2 keguguran yang berurutan, dan sekitar

1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan. Rata-

rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Bila dikaji lebih jauh kejadian abortus

Page 3: BAB I KTI AB

mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka cbermical pregnancy

loss yang ditak bisa diketahui pada 2-4 minggu setelah konsepsi. Sebagian

besar kegagalan kehamilan karena kegagalan gamet (Prawirohardjo, 2009 :

460).

Di Indonesia diperkirakan bahwa kontribusi abortus terhadap angka

kematian ibu sebesar 30-40%, angka ini bisa lebih besar karena lebih banyak

perempuan meninggal yang tidak dilaporkan, apalagi yang meninggal karena

aborsi yang tidak aman . Diperkirakan juga 2-2,5 juta abortus terjadi di

Indonesia setiap tahun (Manuaba, 2008).

Di NTB kematian langsung adalah 39,1%% karena perdarahan,

eklamsia(17,4%), infeksi (5,3%), abortus(2,17%), partus macet (4,35%), dan

faktor lainnya. Penyebab tidak langsung yaitu antara lain keadaan ibu hamil

yang buruk,anemia,dan penyakit infeksi akut /kronis ( malaria,TBC,

hepatitis,infeksi saluran kandung kemih,dan lain-lain) disamping itu karena

faktor prilaku masyarakat,social budaya,ekonomi dan pendidikan, atau factor

4 T (keterlambatan) yaitu terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat

mengambil keputusan, terlambat membawa kafasilitas/sarana pelayanan

kesehatan dan terlambat mendapat pertolongan (Depkes NTB, 2008).

Dari data KIA Puskesmas Kerongkong kasus Abortus tahun 2013 pada

bulan Januari 12 orang, Febuari 11 orang, Maret 17 orang, April 26 orang,

Mei 17 orang, Juni 76 orang, Juli 45 orang, April 46 orang, September 49

orang, Oktober 51 orang, November 56 orang, Desember 58 orang (Data KIA

Puskesmas Kerongkong, 2013).

Dari data yang didapat dibuku Rujukan Polindes Anjani, angka kejadian

abortus terutama Abortus Incomplit dari bulan Mei 2011 – April 2014

terdapat 3 kejadian dari 112 rujukan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka maslaah yang dapat

dirumuskan adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny.”A” dengan

abortus incomplit di Polindes Anjani?”

Page 4: BAB I KTI AB

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidana pada Ny. “A“

dengan Abortus Incomplit menggunakan pendekatan SOAP.

1.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif

pada Ny.”A” Dengan Abortus Incomplit

1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif

pada Ny.”A” Dengan Abortus Incomplit

1.3.2.3 Mahasiswa mampu menetapkan analisa pada Ny.”A”

Dengan Abortus Incomlit

1.3.2.4 Mahasiswa mampu membuat penatalaksanaan pada

Ny.”A” Dengan Abortus Incomplit

1.4. Manfaat

1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan

Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan umumnya dan pelayanan

ante natal care khususnya melalui penerapan manajemen kebidanan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Meningkatkan kualitas bimbingan terhadap mahasiswa sehingga dapat

memberikan bimbingan secara profesional, adil dan merata di lahan

praktek.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara cepat dan tepat pada ibu

inpartu.

1.4.4 Bagi Pasien

Dapat meningkatkan derajat kesehatannya dan menjaga kesehatan

setalah perawatan yang telah didapatkan.

Page 5: BAB I KTI AB

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Abortus

2.1.1. Pengertian Abortus

Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai

viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). (Wiknjosastro, 2010 ; M-11)

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batas ialah kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

(Prawirohardjo, 2009 ; 460)

Abortus yang berlangsung tampa tindakan disebut abortus spontan

(Prawirohardjo, 2009 ; 460) dibagi menjadi :

1. abortus iminens

2. abortus insipiens

3. abortus incomplit

4. abortus komplit (Wiknjosastro, 2010 ; M-11)

Abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut

abortus provokatus. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu :

1. abortus provokatus medisinalis

2. abortus provokatus kriminalis ( Prawirohardjo, 2009 ; 460)

Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali

secara berurut-urut. (Prawirohardjo, 2009 ; 460)

2.1.2. Abortus Incomplit

Abortus Incomplit adalah pendarahan pada kehamilan muda

dimana sebagian hasil konsepsi telah diluar dari kavum uteri melalu

kanalis servikalis. (Wiknjosastro, 2008 : 148)

Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari

kavum uteri dan masih adda yang tertinggal. Batasan ini juga masih

Page 6: BAB I KTI AB

terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram. (Prawirohardjo, 2009 : 469)

Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada usia kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa

tertinggal dalam uterus. (Prawirohardjo, 2005 : 302)

2.1.3. Etiologi

1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian

janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian

mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan

kelainan pada pertumbuhan ialah sebagai berikut :

a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada

abortus spontan ialah trisomi,polipoidi dan kemungkinan pula

kelainan kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium

disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga

memberikan zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

c. Pengaruh dari luar. Radiasi ,virus, obat-obatan, dan sebagainya

dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan

hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini pada umumnya disebut

pengaruh teratogen.

2. Kelainan pada palsenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan

oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan

pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak

kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis, malaria dan lainya dapat menyebabkan abortus.

Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalu plasenta

Page 7: BAB I KTI AB

masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, dan

kemudian terjadilah abortus.

4. Kelainan traktus genitalis

Retroversi uteri, miomata uteri, atau kelainan-bawaan uterus dapat

menyebabkan abortus. (Prawirohardjo, 2005 : 303)

2.1.4. Tanda Dan Gejala

1. Terjadi perdarahan yang banyak atau seidikit tergantung pada

jaringan yang tersis, yang menyebabkan sebagian plasenta site masih

terbuka sehingga pendarahan berjalan terus. Bisa menyebabkan

anemia dan syok hemoragik sebelum sisa jaringan dikeluarkan.

2. Kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum

uteri atau kadang-kadang menonjol dari ostium uteri atau kadang-

kadang menonjol dari ostium uteri eksternum. (Prawirohardjo, 2009 :

469)

3. Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari satu bulan, dihitung drai

haid terakhir), terjadi pendarahan pervaginam, spasme atau nyeri

perut bawah (seperti kontraksi pada saat persalinan), keluarnya

massa kehamilan (pragmen plasenta). (Wiknjasastro, 2007 ; 3-1)

2.1.5. Dasar Diagnosis

1. Anamnesis

a. Perdarahan dari jalan lahir sedang hingga banyak, besar uterus

sesuai usia kehamilan, nyeri/ kontraksi rahim ada (Wiknjosastro,

2010 : M-10)

b. Pendarahan pada abortus incomplitus dapat banyak sekali,

sehingga menyebabkan syok dan pendarahan tidak akan berhenti

sebelum sisa hasil konsepsi dikelurkan. (Wiknjasastro, 2005 :

307)

c. Pendarahan berlangsung tetus, suhu tinggi, dapat terjadi

degenerasi ganas (kario kasinoma) (Marmi, 2011.,dkk ; 59)

Page 8: BAB I KTI AB

2. Pemeriksaan dalam

a. Inspekulo ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah

kehamilan. (Prawirohardjo, 2009 : 468)

b. Karnalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam

kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium

uteri eksternum. ( Prawirohardjo, 2005 : 307)

c. Karnalis servikalis trebuka, dapat teraba jaringan dalam rahim

atau dikanalis servikalis, dengan pemeriksaan sonde pendarahan

bertambah. (Marmi, 2011.,dkk ; 59)

2.1.6. Penanganan

1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,

termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, suhu)

2. Pemeriksaan tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan,

tekanan sistolsik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih dari 112 kali per

menit. (Wiknjasastro, 2010 ; M-9)

3. Jika pendarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16

minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam

ovum untuk mnegeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui

serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau

misoprostol 400 mcg per oral.

4. Jika pendarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan

kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan:

a. Aspirasi Vakum Manual (AVM), kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2

mg I.M (diulang setelah 15 menit jika perlu) atau misaoprostol

400 mcg per oral (dapat diulang 4 jam jika perlu)

Page 9: BAB I KTI AB

5. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V (garam

fisiologik atau Ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit

sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam

sampai terjadi ekspulasi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal didalam uterus.

(Warmi, 2011 ; 60)

3.2 Konsep Manajemen Kebidanan

3.2.1 Pendokumentasian SOAP

Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan. Asuhan yang telah diberikan harus dicatat secara benar,

jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.10

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang

dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang

telah diberikan pada seorang klien, yang didalamnya tersirat proses

berfikif yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang

klien sesuai langkah-langkah dalam proses menajemen kebidanan.

Menurut Hellen Varney (2007), alur berfikir saat menghadapi

klien meliputi 7 langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang

telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis,

didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :

S = SUBYEKTIF

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan, data klien

melalui anamnesa sebagai langkah I Varney

O = OBYEKTIF

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

Page 10: BAB I KTI AB

A = ANALISA

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data sumbektif dan data objektif dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa/masalah

2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, 4

Varney

P = PENATALAKSANAAN

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi

perencanaan (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6, 7

Varney.

Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :

1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan

informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan

konklusi anda menjadi suatu rencana.

2. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan

untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan (Varney,

2008)

3.3 Landasan Kewenangan Bidan

Page 11: BAB I KTI AB

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEHAMILAN PATOLOGI TERIMESTER 1

PADA NY.”A” DENGAN ABORTUS INCOMPLIT

Tanggal Pengkajian : 02 April 2014

Waktu Pengkajian : 06.00 Wita

Tenpat Pengkajian : Polindes Anjani

3.1 SUBYEKTIF

3.1.1 Keluhan Utama

Nama Istri : Ny. “A” Suami : Tn. “L”

Umur : 22 tahun 25tahun

Suku : Sasak/Indonesia sasak/Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Swasta

Alamat : Pompes Pompes

3.1.2 Keluhan Utama

Ibu mengatakan hamil 2 bulan ingin memeriksaka kehamilannya.

3.1.3 Riwayat Perjalanan Penyakit

Ibu hamil 2 bulan mengeluh keluar darah warna merah dan

bergumpal-gumpal dari jalan lahir sejak tanggal 02-04-14 pukul:

03.00 wita dan mules pada perut.

3.1.4 Riwayat mestruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus haid : 30 hari

Lama haid : 6-7 hari

Disminorea : taa

Jumlah darah : 2x ganti pembalut

Page 12: BAB I KTI AB

3.1.5 Riwayat kehamilan yang lalu

1. Hamil ke : Pertama

2. HPHT : 07-02-2014

3. Umur kehamilan : 8 minggu 5 hari

4. ANC : 1 kali diposyandu

5. Gerakan janin : Belum dirasakan

6. Tanda-tanda bahaya atau penyulit : Tidak ada

7. Kekhawatiran khusus : Tidak ada

3.1.6 Riwayat kehamilan sekaarng

Hamil

keUK

Jenis

persalinan

Penolong

persalinan

Penyulit J

K

Um

urBBL

Hamil Bersalin Nifas

1 8 mgg - - AB - - - - -

3.1.7 Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang

Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes

melitus, campak, hepatitis, asma, tuberkolosis, malaria, anemia

berat, ginjal dan kehamilan/HIV-AIDS serta riwayat kembar

3.1.8 Riwayat biopsikososial

1. Nutrisi

Sebelum hamil Setelah hamil

Komposisi Nasi,sayur,telur,ikan,

tempe,tahu

Nasi, sayur, telur,

ikan, tempe, tahu

Porsi 1 piring 1 piring

Frekuensi 3x sehari 3x sehari

Minum Air putih 6-8 gelas

sehari

Air putih 6-8 gelas

sehari

Page 13: BAB I KTI AB

2. Eliminasi

Sebelum hamil Setelah hamil

Frekuensi BAB 1-2x sehari 1-2x sehari

Masalah Tidak ada Tidak ada

Frekuensi BAK 5-6x sehari 7-8x sehari

Masalah Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat/tidur

Sebelum hamil Setelah hamil

Siang 1-2 jam 1-2 jam

Malam 6-7 jam 6-7 jam

Masalah Tidak ada Tidak ada

4. Personal hygiene

Sebelum hamil Setelah hamil

Mandi 2x sehari 2x sehari

Gosok gigi 2x sehari 2x sehari

Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari

Potong kuku 1x sehari 1x sehari

Cuci rambut 2x sehari 2x sehari

3.1.9 Riwayat psikososial

1. Status perkawinan : sah, 1 kali dengan lama perkawinan

± tahun

2. Respon ibu dan keluarga terhadap perkawinan ibu : ibu maupun

keluarga merasa bahagia dengan kehamilan ini

3. Riwayat KB : Tidak ada

4. Rencana KB : Belum tahu

5. Beban kerja : pekerjaan rumah tangga

Page 14: BAB I KTI AB

6. Kebiasaan hidup sehat: ibu dan suami tidak merokok dan

minum-minuman keras.

7. Sosial budaya : tidak ada kepercayaan yang

berhubungan dengan kehamilan

8. Dukungan keluarga : keluarga membantu ibu dalam

mengerjakan pekerjaan kehamilannya ke Posyandu,

mengigatkan ibu untuk makan dan beristirahat.

9. Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami sekaligus

sebagai kepala keluarga

10. Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu

persalinan : ibu ingin melahirkan dipolindes dan ditolong oleh

bidan.

3.2 OBYEKTIF

3.2.1 Pemeriksaan umum

1. HTP : 14-11-2014

2. Keadaan umum : Lemah

3. Kesadaran : Composmetis

4. Emosi : Stabil

3.2.2 Pemeriksaan antopometri

1. BB/TB (sebelum hamil) : /154 cm

2. BB (setelah hamil) :

3. LILA : 24,5 cm

3.2.3 Tanda-tanda vital

1. TD :

2. Suhu : 36,50C

3. Nadi : 80 x/menit

4. Respirasi : 22 x/menit

Page 15: BAB I KTI AB

3.2.4 Pemeriksaan fisik

1. Kepala

a. Inspeksi

Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak ada ketombe

b. Palpasi

Tidak ada benjolan/lesi.

2. Wajah

a. Inspeksi

Wajah tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum

b. Palpasi

Tidak ada oedema

3. Mata

a. Inspeksi

Tidak ada secret

b. Palpasi

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus

4. Hidung

a. Inspeksi

Hidung bersih, tidak ada sekret, tidak ada nafas cuping

hidung

b. Palpasi

Tidak ada polip

5. Mulut

a. Inspeksi

Bibir tidak pucat, mulut bersih, tidak ada caries, tidak ada

gigi berlubang, tidak ada gusi berdarah.

6. Telinga

a. Inspeksi

Telinga bersih, tidak ada secret

Page 16: BAB I KTI AB

7. Leher

a. Inspeksi

Tidak ada bendungan vena jagularis.

b. Palpasi

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

8. Payudara

a. Inspeksi

Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi aerola, putting

susy menonjol, tidak ada retraksi/dumpling

b. Palpasi

Tidak ada pembesaran kelenjar limpe, tidak ada

massa/benjolan, ada pengeluaran kolostrum.

9. Abdomen

a. Inspeksi

Tidak ada bekas luka operasi, tida ada linea nigra dan striae

albican

b. Palpasi

Tidak ada kontraksi.

Leopold I : Belum teraba

Leopold II : Tidak dilakukan

Leopold III : Tidak dilakukan

Leoplod IV : Tidak dilakukan

c. Auskultasi

DJJ tidak ada.

10. Pemeriksaa genetalia

Keluar darah segar dari genetalia, VT Ø 3 cm teraba jaringan.

11. Ekstermitas

a. Inspeksi

Page 17: BAB I KTI AB

Bawah : Tidak ada varises.

b. Palpasi

Atas : Tidak ada oedema,kuku jari tidak pucat

Bawah : Tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat

c. Perkusi

Ada refleks pattela

3.2.5 Pemeriksaan penunjang

Tanggal pukul:

Hb :

Protein urin :

Glukosa urin :

Golongan darah :

3.3 ANALISA

3.3.1 Diagnosa

G1P0A1H0 hamil 8 minggu 5 hari, keadaan umum ibu lemah dnegan

abortus incomplit

3.3.2 Diangnosa potensial

Anemia, syok, KET

3.3.3 Masalah

Terdapat sisa jaringan dan pendarahan masih aktif

3.4 PENATALAKSANAAN

Tanggal : 02 April 2014 Pukul : 03.20 Wita

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu lemah,

tekanan darah 100/70 mmHg.

2. Memberikan infus RL 20 tetes/menit

Page 18: BAB I KTI AB

3. Melakukan pemeriksaan dalam yaitu terdapat VT 3 cm terba jaringan

darah bergumpal-gumpal warna merah segar

4. Memberitahu pasien bahwa pasien harus dirujuk ke tempat yang lebih

memadai yaitu puskesmas untuk pemeriksaan selanjutnya.

5. Menyiapkan surat rujukan dengan diangnosa abortus incomplit

CATATAN PERKEMBANGAN

Page 19: BAB I KTI AB

BAB 4

PEMBAHASAN

4. 1 Subjectif

4. 2 Obyekif

4. 3 Analisa

4. 4 Penatalaksanaan

Page 20: BAB I KTI AB

BAB 5

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

5. 2 Saran