bab i pendahuluaneprints.unisnu.ac.id/183/1/bab i .pdf · 2016-05-04 · 1 bab i pendahuluan a....

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu Rahmat yang tak ada taranya bagi Alam Semesta. Didalamnya terkumpul Wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga al-Qur’an itu adalah Kitab Suci yang paling penghabisan diturunkan Allah SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok Syari’at yang terdapat dalam Kitab-Kitab Suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai al-Qur’an akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata Rahmatnya dirasai oleh penghuni Alam Semesta. 1 Ajaran-ajarannya begitu luas serta ditunjukkan kepada umat manusia dalam peri kehidupan yang bagaimanapun juga kepada kaum yang masih keadaan primitif maupun kepada kaum yang telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang tinggi bagi orang yang bertapa, orang yang tidak begitu mengindahkan harta maupun bagi seorang usahawan, orang yang kaya maupun yang miskin, yang pandai maupun yang bodoh, pokoknya untuk seluruh golongan masyarakat meliputi segala lapangan kegiatan manusia. 1 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Thoha Putra, 1989), hlm. 121. 1

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai salah satu Rahmat yang tak ada taranya bagi Alam

Semesta. Didalamnya terkumpul Wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman

dan pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan

itu saja, tetapi juga al-Qur’an itu adalah Kitab Suci yang paling penghabisan

diturunkan Allah SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok Syari’at yang

terdapat dalam Kitab-Kitab Suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap

orang yang mempercayai al-Qur’an akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk

membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk

mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata Rahmatnya dirasai oleh

penghuni Alam Semesta.1

Ajaran-ajarannya begitu luas serta ditunjukkan kepada umat manusia

dalam peri kehidupan yang bagaimanapun juga kepada kaum yang masih keadaan

primitif maupun kepada kaum yang telah mencapai peradaban dan kebudayaan

yang tinggi bagi orang yang bertapa, orang yang tidak begitu mengindahkan harta

maupun bagi seorang usahawan, orang yang kaya maupun yang miskin, yang

pandai maupun yang bodoh, pokoknya untuk seluruh golongan masyarakat

meliputi segala lapangan kegiatan manusia.

1 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT

Thoha Putra, 1989), hlm. 121.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

2

Setiap Mu’min yakin bahwa membaca al-Qur’an saja sudah termasuk

amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab

yang dibacanya itu adalah Kitab Suci Ilahi. Al-Qur’an adalah sebaik-baik bacaan

bagi orang Mu’min, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira

maupun dikala sedih. Malahan membaca al-Qur’an itu bukan saja menjadi Amal

dan Ibadah tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah

jiwanya.2

Pada suatu ketika datanglah seorang kepada Sahabat Rasulullah SAW

yang bernama Ibnu Mas’ud meminta nasihat, katanya: “Wahai Ibnu Mas’ud,

berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sudah gelisah. Dalam

beberapa hari ini aku merasa tidak tentram, jiwaku gelisah dan fikiranku kusut,

makan tak enak, tidur tak nyenyak.”

Maka Ibnu Mas’ud menasihatinya, katanya: “Kalau penyakit itu yang

menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ketempat

orang membaca al-Qur’an, engkau baca al-Qur’an atau engkau dengar baik-baik

orang yang membacanya atau engkau pergi ke Majlis Pengajian yang

mengingatkan hati kepada Allah SWT atau engkau cari waktu dan tempat yang

sunyi, disana engkau berkhalwat menyembah Allah SWT, umpama diwaktu

tengah malam buta, disaat orang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan

Shalat malam meminta dan memohon kepada Allah SWT ketenangan jiwa,

ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati

dengan cara ini, engkau minta kepada Allah agar diberi hati yang lain sebab hati

yang kamu pakai itu bukan lagi hatimu.

2 Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

3

Setelah orang itu kembali kerumahnya, diamalkannya nasihat Ibnu

Mas’ud itu, dia pergi mengambil wudlu kemudian diambilnya al-Qur’an terus

dibaca dengan hati yang khusyu’. Selesai membaca al-Qur’an berobahlah kembali

jiwanya menjadi jiwa yang aman dan tentram, fikirannya tenang, kegelisahan

hilang semua.

Tentang keutamaan dan kelebihan membaca al-Qur’an, Rasulullah SAW

menyatakan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan

Muslim yang maksudnya demikian: “Ada dua golongan yang sungguh-sungguh

orang dengki kepadanya, yaitu orang yang diberi oleh Allah Kitab Suci al-Qur’an

ini dibacanya siang dan malam dan orang yang dianugerahi Allah SWT kekayaan

harta siang dan malam, kekayaan itu digunakan untuk segala sesuatu yang

diridlahi Allah SWT.” 3

Mengenai pahala membaca al-Qur’an, Ali bin Abi Thalib RA

mengatakan, bahwa tiap-tiap orang yang membaca al-Qur’an dalam sembahyang

akan mendapat pahala lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang

diucapkannya, membaca al-Qur’an diluar sembahyang dengan berwudlu

pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya dan

membaca al-Qur’an diluar sembahyang dengan tidak berwudlu pahalanya sepuluh

kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya.

Di dalam ajaran Islam, bukan membaca al-Qur’an saja yang menjadi

Ibadah dan Amal yang mendapat pahala dan Rahmat, tetapi mendengarkan

baca’an al-Qur’an pun begitu pula. Sebagian ulama’ mengatakan, bahwa

3 Ibid

Page 4: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

4

mendengarkan orang membaca al-Qur’an pahalanya sama dengan orang yang

membacanya.4

Tentang pahala orang yang mendengarkan bacaan al-Qur’an dijelaskan

dalam Surat al-A’raf ayat 204 :

(٢٠٤) ت رحون لعلكم وأنصتوا له فاستمعوا القرآن قرئ وإذا“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-

A’raf : 204). 5

Maksudnya : Jika dibacakan al-Quran kita diwajibkan mendengar dan

memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar

sembahyang, terkecuali dalam Shalat Berjamaah ma'mum boleh membaca al-

Fatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat al-Quran.

Mendengarkan bacaan al-Qur’an dengan baik dapat menghibur perasaan

sedih, menenangkan jiwa yang gelisah, dan melunakkan hati yang keras serta

mendatangkan petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan Rahmat Allah SWT

yang diberikan orang yang mendengarkan bacaan al-Qur’an dengan baik.

Demikian besar mu’jizat al-Qur’an sebagai Wahyu Ilahi yang tak bosan-bosan

orang membaca dan mendengarkannya, semakin terpikat hatinya kepada al-

Qur’an itu, bila al-Qur’an dibaca dengan Ibadah yang fasih, dengan suara yang

baik dan merdu akan memberi pengaruh kepada jiwa orang yang

mendengarkannya, sehingga seolah-olah yang mendengarnya sudah ada di alam

ghaib bertemu langsung dengan Khaliq-nya. Bagaimana keadaan orang Mu’min

tatkala mendengarkan bacaan al-Qur’an itu.

4 Ibid, hlm. 87. 5 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Pelita

III, 1980), hlm. 256.

Page 5: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

5

Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Anfal ayat 2 :

ا وعلى إميان زادت هم آيته عليهم تليت وإذا ق لوب هم وجلت الل ذكر إذا الذين المؤمنون إنم لون ربه (٢) ي ت وك

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila

disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan

ayat-ayatnya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada

Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-Anfal : 2). 6

Membaca al-Qur’an termasuk Rukun Iman, karena termasuk

mempercayai terhadap Kitab-Kitab Allah SWT yang harus diamalkan bagi

hambanya, untuk mengamalkan Rukun Iman ini, ditetapkan kewajiban-kewajiban

yang disebut Rukun Islam yaitu :

1. Mengucapkan dua kalimat Shahadat (Shahadat Tauhid dan Shahadat

Rasul)

2. Melaksanakan Shalat

3. Membayar Zakat

4. Berpuasa di bulan Ramadlan, dan

5. Haji bagi yang mampu (Berkuasa).7

Shalat menurut al-Qur’an adalah alat yang sesungguhnya untuk

mensucikan hati manusia agar dapat berhubungan dengan Allah SWT.

Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Ankabut ayat 45 :

الة وأقم الكتاب من إليك أوحي ما اتل الة إن الص هى الص والمنكر الفحشاء عن ت ن (٤٥) تصن عون ما ي علم والل أكب ر الل ولذكر

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-

Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

6 Ibid, hlm. 260. 7 Muhammad Nawawi al-Jawi, Safinah al-Najah: Fi Ushul al-Din Wa al-Fiqhi,

(Surabaya: Darul Ulum, t.t), hlm. 5.

Page 6: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

6

(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah

yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-

Ankabut : 45). 8

Shalat dianggap sebagai santapan Rahani manusia, sebagaimana badan

manusia memerlukan makanan, maka jiwa manusia memerlukan makanan pula.

Lima kali dalam sehari semalam seorang muslim Wajib mengerjakan Shalat.

Islamlah yang pertama-tama mengintegrasikan Shalat dalam kehidupan sehari-

hari. Islam tidak mengenal “sabbat” sebagai yang dikenal oleh Agama-Agama

lain, yaitu sehari dalam seminggu khusus diadakan peribadatan dengan tidak

mengerjakan pekerjaan lain, Islam sebaliknya menghendaki bagaimanapun

sibuknya manusia dengan urusan duniawinya, ia harus ingat kepada Tuhannya,

hari Jum’at tidak khusus untuk Beribadah, setelah mengerjakan Shalat Jum’at

orang bebas mengurusi pekerjaannya masing-masing.

Shalat itu dibagi pada yang Wajib dan yang Sunnah. Shalat yang paling

penting adalah Shalat Lima Waktu yang wajib dilakukan setiap hari.9 Semua

orang Islam sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban ini atau

meragukannya, ia bukan termasuk orang Islam, sekalipun ia mengucapkan

Syahadat, karena Shalat merupakan Rukun Islam. Kewajiban menegakkan Shalat

berdasarkan ketetapan Agama, dan tidak mempunyai tempat Ijtihad dalam

masalah ini.

Adapun Shalat yang Wajib bagi manusia adalah :

1. Shalat Shubuh yang dilakukan setelah hari merekah, sebelum matahari

terbit.

8 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit, hlm. 635. 9 Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqih Lima Madzhab, Terj. Masykur A.B dan Afif

Muhammad, Edisi Lengkap, (Jakarta: Lentera, 2001), hlm. 71.

Page 7: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

7

2. Shalat Dzuhur dilakukan setelah matahari mulai turun sampai matahari

dalam pertengahan jalan dalam menurunnya.

3. Shalat Ashar dilakukan pada waktu matahari telah sampai dipertengahan

jalan dalam menurunnya hingga terbenam.

4. Shalat Maghrib dilakukan segera setelah matahari terbenam.

5. Shalat Isya’ dilakukan setelah warna merah dilangit hilang.10

Shalat-Shalat Wajib diatas tersebut dapat dikatakan sah apabila sudah

memenuhi Syarat dan Rukunnya, diantaranya yang sangat penting yaitu membaca

al-Fatihah.

Mengenai membaca al-Fatihah dalam Shalat Berjama’ah, Imam

Madzhab Empat berbeda pendapat (Khilafiyah).

1. Imam Syafi’i berpendapat, Makmum Wajib membaca al-Fatihah

dibelakang Imam baik pada Shalat Sir (tidak terdengar oleh Makmum)

atau Jahr (terdengar oleh Makmum) seperti Shalat Maghrib, Isya’ dan

sebagainya.11

Sebagai dasarnya yaitu riwayat dari Ubadah bin Shamit :

ا مت رضي هللا عنه : أن رسو ل هللا ص ل : لى هللا عليه وسلم قاعن عبادة بن الص رأ ب ف ا ت ة ا لك ت اب )رواه البخاري(12 ال صال ة لمن مل ي ق

“Tidak sah Shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah”. (HR. Al-

Bukhari).

Dan juga Hadits Rasulullah riwayat dari Imam Mujahid.

10 Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazy, Fath al-Qarib al-Mujib: Ala al-Kitab al-

Musamma Bi al-Taqrib, (Semarang: al-Alawiyah, t.t), hlm. 11. 11 Abdurrahman al-Haziri, Fiqih Ala Madzahib al-‘Arba’ah, (Al-Arabi, Darr al-Ikhya’i, t.

t), hlm. 230.

12 Al-Imam Ali Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin

Bardarbah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 1, (Pakistan: Darul Fikr, 1981), hlm. 208 .

Page 8: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

8

الة )رواه البخاري(13 إ ذا مل ي قرأ خلف اإلمام اعاد الص“Apabila Makmumnya tidak membaca dibelakang Imam, maka

hendaklah dia mengulang Shalatnya”. (HR. Al-Bukhari).

2. Imam Malik dan Imam Ahmad Bin Hambal berpendapat, bahwa

Makmum boleh (Sunnah) membaca al-Fatihah pada Shalat Sir (tidak

terdengar oleh Makmum) dan tidak Wajib (Makruh) pada Shalat Jahr

(terdengar oleh Makmum).14

Sebagai dasarnya yaitu Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-

A’raf ayat 204 :

15(٢٠٤) ت رحون لعلكم وأنصتوا له فاستمعوا القرآن قرئ وإذا

“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat Rahmat”. (QS. Al-

A’raf : 204).

Dari Ayat di atas dapat dipahami, bila Imam membaca Jahr

(terdengar oleh Makmum) Makmum hendaknya mendengarkan bacaan

Imam, apakah yang dibacanya al-Fatihah atau Surat. Sebaliknya bila

yang dibaca Sir (tidak terdengar oleh Makmum), maka Makmum Wajib

membaca al-Fatihah.

3. Imam Hanafi mengatakan, Makmum tidak perlu membaca al-Fatihah

(Surat atau Ayat), secara muthlaq. Beliau berpegang pada al-Qur’an

Surat al-A’raf ayat 204 :

وإذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ت رحو ن )٢٠٤(16

13 Ibid.

14 Abdurrahman al-Haziri, Fiqih Ala Madzahib al-‘Arba’ah, Op-Cit, hlm. 229. 15 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit, hlm. 256. 16 Ibid.

Page 9: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

9

“Dan apabila dibacakan al-Qur’an, Maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat Rahmat”. (QS. Al-

A’raf : 204).

Dan juga Hadits Rasulullah riwayat dari Atha’

سالت زيد بن ثبت) عن القر اءة مع اإلمام ف قال :القراءة مع اإل مام يي.) )رواه مملم(17

“Saya pernah bertanya kepada Zaid bin Tsabit dari hal membaca di

belakang Imam, maka ia menjawab : Tidak ada sama sekali bacaan

dibelakang Imam”. (HR. Muslim).

Terinspirasi dari perbedaan pengungkapannya Hukum itulah, yang

menjadikan Penulis ingin mengkajinya dan menuangkan dalam Penulisan Skripsi

ini yang berjudul HUKUM MAKMUM MEMBACA AL-FATIHAH DALAM

SHALAT BERJAMA’AH (Studi Perbandingan Empat Imam Madzhab Dalam

Fiqih Madzahib al-‘Arba’ah Susunan Syaikh Abdurrahman al-Haziri). Melalui

bantuan buku-buku yang ada dan pengetahuan Ilmu Fiqih yang penulis miliki

guna memberikan gambaran dan kejelasan tentang Hukum yang dikemukakan

oleh Empat Imam Madzhab, khususnya permasalahan membaca al-Fatihah dalam

Shalat Berjama’ah dengan gamblang dan dapat dipahami oleh masyarakat luas.

B. Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang Skripsi ini, maka

Penulis menguraikan masing-masing istilah yang Penulis gunakan dalam Skripsi

ini Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia :

Hukum : Hukum diartikan Undang-undang, peraturan yang

mempunyai sangsi Hukum.18

17 Al-Hafidz al-Adzim bin Abdul Qawi Zakiyuddin al-Mundziri, Muhtashar Shahih al-

Muslim, Terj. Acmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), Cet. 2, hlm. 161.

Page 10: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

10

Makmum : Makmum diartikan orang yang dipimpin oleh Imam.

Membaca : Diartikan melihat tulisan dan mengerti atau dapat

melisankan yang tertulis.

Al-Fatihah : Dalam al-Qur’an, al-Fatihah diartikan Surat

Pembuka yang diturunkan di Makkah dan terdiri dari

Tujuh Ayat digolongkan dalam Surat Makkiyah.19

Shalat Berjama’ah : Dalam Kitab Fath al-Mu’in, Shalat diartikan

perbuatan khusus yang dimulai dari takbir dan

diakhiri dengan salam.20

Studi : Studi diartikan kajian, tela’ah, penelitian, dan

penyelidikan ilmiah terhadap sesuatu.21

Perbandingan : Perbandingan diartikan komparasi, bersamaan,

bersejajar. Jadi dalam Skripsi ini untuk mengetahui

perbandingan pendapat antara Imam Madzhab

Empat yaitu (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali).22

Empat Imam Madzhab : Dalam Kitab Nihayah al-Zain, Madzhab empat

disebut Mujtahid Muthlaq, yakni mampu menggali

(Istinbath al-Hukmi) semua Hukum yang ada.23

18 Hamzah Ahmad dan Ananda Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya:

Fajar Mulya, 2001), hlm. 154. 19 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit, hlm. 3. 20 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malaibari, Fath al-Mu’in: Bisyarhi Qurrah al-Ain,

(Semarang: al-Alawiyah, t.t), hlm.3. 21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), hlm. 1093. 22 Hamzah Ahmad dan Ananda Santoso, Op. Cit, hlm. 206.

23 Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi al-Jawi al-Bantani, Nihayah al-Zain, (Surabaya:

Al-Hidayah, t.t), hlm. 3.

Page 11: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

11

Fiqih Ala Madzahib

al-‘Arba’ah : Adalah Kitab Fiqih yang disusun oleh Abdurrahman

al-Haziri, yang isinya membahas beberapa masalah

Hukum Syar’iyyah atau Agama.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemilihan judul diatas, maka Penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Hukumnya Makmum membaca al-Fatihah dalam Shalat

Berjama’ah menurut Madzhab Empat ?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan pendapat antara

Imam Madzhab Empat diatas mengenai Hukum Makmum membaca al-

Fatihah dalam Shalat Berjama’ah.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban terhadap

masalah-masalah diatas yaitu :

1. Untuk mengetahui Hukumnya Makmum membaca al-Fatihah dalam

Shalat Berjama’ah menurut Imam Madzhab Empat ( Hanafi,Maliki,

Syafi’i , Hambali)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan

pendapat antara Imam Madzhab Empat diatas mengenai Hukumnya

Makmum membaca al-Fatihah dalam Shalat Berjama’ah.

Page 12: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

12

E. Tela’ah Pustaka

Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan menjelaskan tentang “hukum

makmum membaca al fatikhah dalam sholat berjama’ah (study perbandingan

empat imam madzhab dalam fiqih mdzhab al-arba’ah).

Sebagai bahan penelitian kami telah mengumpulkan data – data yang

berhubungan dengan karya ilmiah baik itu berupa buku, jurnal, artikel, skripsi,

atau tesis yang berhubungan dengan judul.diantaranya kami menemukan sebuah

buku Fiqih Ala Madzhab al-‘Arba’ah karangan Syaikh Abdurrahman al-Haziri.

Juga Dalam Fiqih al-Madzahib al-‘Khamsah karangan Muhammad Jawad

Mughniyyah.dan Dalam buku perbandingan Madzhab Fiqih karangan M. Ali

Hasan.

Buku-buku di atas menjelaskan tentang judul yang kami buat,dan sebagai

bahan yang kami perlukan untuk menyelesaikan/meyusun skripsi ini.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan menggunakan

metode Kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.24

Metode ini Penulis gunakan dengan mempertimbangkan bahwa metode ini

lebih peka dan dapat menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh

bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Penelitian Skripsi ini termasuk penelitian Deskriptif karena dalam

penelitian ini akan memaparkan tentang pemikiran-pemikiran Empat Imam

24 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012), Cet. 30, hlm. 2.

Page 13: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

13

Madzhab mengenai Hukum membaca al-Fatihah bagi Makmum dalam Shalat

Berjama’ah.

2. Sumber Data

Dari mentela’ah bahan-bahan pustaka tersebut , Penulis memperoleh

data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, kemudian data-data tersebut

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Data Primer, yaitu Kitab Fiqih Ala Madzahib al-‘Arba’ah (Syaikh

Abdurrahman al-Haziri), Shahih al-Bukhari (Al-Imam Abi Abdillah

Muhammad Ibnu Isma’il Ibnu Ibrahim Ibnu al-Mughirah al-Bukhari),

dan al-Qur’an al-Karim (Pokok Hukum Islam).

b. Data Skunder, yaitu Kitab Fiqih Terj. Ala Madzhahib al-Khamsah

(Muhammad Jawad Mughniyyah), Perbandingan Madzhab Fiqih

(Muhammad Ali Hasan), Safinah al-Najah (Syaikh Nawawi), Fath al-

Qarib (Syaik Muhammad Bin Qasim al-Ghazy), Kifayah al-Akhyar

(Syaikh Taqiyuddin Abi Bakar), Fath al-Wahab: Bisyarhi Manhaj

(Syaikh al-Islam Abi Yahya Zakaria al-Anshari), Fath al-Mu’in

(Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malaibari).

3. Metode Analisis Data

a. Metode Deduktif. Yaitu menganalisa terhadap data-data yang ada

dengan bertitik dari kaidah atau pengetahuan yang bersifat umum

untuk mengetahui kejadian-kejadian yang bersifat khusus.

b. Metode Induktif. Yaitu menganalisa terhadap data-data yang bersifat

khusus yang memiliki unsur kesamaan sehingga dapat

digeneralisasikan menjadi kumpulan kesimpulan umum dengan

Page 14: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

14

penalaran Induktif dimaksudkan untuk membangun Teori (Theory

Contruction). Dengan kata lain Induksi adalah proses

pengorganisasian fakta-fakta atau hasil pengamatan yang terpisah-

pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi.25

c. Metode Komparatif. Yaitu mencari pemecahan-pemecahan masalah

melalui analisa perkembangan sebab akibat dengan meneliti faktor-

faktor tertentu yang dihubungkan dengan situasi dan kondisi serta

membandingkan dengan yang lain.

Dengan metode ini Penulis sajikan, diharapkan dapat menghantarkan

terselesainya Skripsi ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasarkan atas pengamatan

terhadap akibat yang ada. Mencari kembali faktor yang mungkin terjadi penyebab

melalui data tertentu.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam

memahami Skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :

1. Bagian muka terdiri dari :

Halaman judul, halaman pengesahan, halaman nota persetujuan

pembimbing, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata

pengantar, halaman abstrak dan halaman daftar isi.

Bagian isi terdiri dari beberapa bab :

BAB I : Pendahuluan

25 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 10,

hlm. 40.

Page 15: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

15

Dalam bab I berisi tentang : Latar belakang

masalah, penegasan judul, rumusan masalah, tujuan

penelitian, tela’ah pustaka, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan Skripsi.

BAB II : Landasan Teori

Dalam bab II berisi tentang : Pengertian surat

al-Fatihah, hukum membaca al-Fatihah, syarat membaca

al-Fatihah, macam-macam Shalat dan hikmah

diwajibkannya Shalat.

BAB III : Objek Kajian

Dalam bab III berisi tentang : Biografi Imam

(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali), pemikiran-pemikiran

Imam (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) dan dasar

Hukum yang digunakan Imam (Hanafi, Maliki, Syafi’i,

Hambali) tentang Hukum membaca al-Fatihah bagi

Makmum dalam Shalat Berjama’ah.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab IV berisi tentang : Analisis tentang

Hukum membaca al-Fatihah bagi Makmum dalam Shalat

Berjama’ah menurut Imam (Hanafi, Maliki, Syafi’i,

Hambali), analisis Istinbath al-Hukmi Imam (Hanafi,

Maliki, Syafi’i, Hambali) tentang Hukum membaca al-

Fatihah bagi Makmum dalam Shalat Berjama’ah dan

analisis faktor perbedaan pendapat Imam (Hanafi,

Page 16: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

16

Maliki, Syafi’i, Hambali) tentang Hukum membaca al-

Fatihah bagi Makmum dalam Shalat Berjama’ah.

BAB V : Penutup

Dalam bab V berisi tentang : Kesimpulan,

saran-saran dan penutup.

2. Bagian akhir terdiri dari :

Daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis dan lampiran-

lampiran.

Page 17: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

17

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman al-Haziri, Fiqih Ala Madzahib al-Arba’ah, Al-Arabi, Darr al-

Ikhya’, t. t.

Al-Hafidz al-Adzim bin Abdul Qawi Zakiyuddin al-Mundziri, Muhtashar Shahih

al-Muslim, Terj. Acmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 2003, Cet. 2.

Al-Imam Ali Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin

Bardarbah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Pakistan: Darul Fikr, 1981.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang:

PT Thoha Putra, 1989.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2007.

Hamzah Ahmad dan Ananda Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya:

Fajar Mulya, 2001.

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012, Cet. 30.

M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab Fiqih, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2000, Cet. 2.

Muhammad bin Abdurrahman al-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab: Rahmah al-

Ummah Fi Ikhtilaf al-A’immah, Edisi Revisi, Bandung: Al-Hasyimi,

2012.

Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi al-Jawi al-Bantani, Nihayah al-Zain,

Surabaya: Al-Hidayah, t.t.

Page 18: BAB I PENDAHULUANeprints.unisnu.ac.id/183/1/BAB I .pdf · 2016-05-04 · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

18

Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi al-Jawi al-Bantani, Safinah al-Najah: Fi

Ushul al-Din Wa al-Fiqhi, Surabaya: Darul Ulum, t.t.

Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqih Lima Madzhab, Edisi Lengkap, (Jakarta:

Lentera, 2001), Cet. 7.

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, Cet. 10.

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Melton Putra, 1992, Cet. 8.

Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazy, Fath al-Qarib al-Mujib: Ala al-Kitab al-

Musamma Bi al-Taqrib, Semarang: al-Alawiyah, t.t.