asuhan keperawatan gawat darurat asma

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah penurunan produktiviti serta menurunkan kualiti hidup. Menurut WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20- 30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika. Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat 1

Upload: oktri-maulidyana

Post on 03-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

askep asma

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan  merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma

dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat bersifat menetap

dan mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti menurun akibat mangkir

kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability (kecacatan), sehingga menambah

penurunan produktiviti serta menurunkan kualiti hidup.

Menurut WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah

penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap

tahunnya. Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di

Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan

kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995

menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua

kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai

20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma diderita

oleh 20 juta penduduk amerika.

Angka  kejadian  penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan  dengan

perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang

ada  di  dalam  makanan.  Salah satu  penyakit  alergi  yang  banyak  terjadi  di

masyarakat adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan

gawat darurat pada pasien dengan asma.

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan

keperawatan gawat darurat pada pasien dengan asma.

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea

dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan

dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk

dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611).

Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana

peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan

menyebabkan kekambuhan. (Lewis, 2000, hal. 660).

 

B. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-

faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan

(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan

adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-

faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan

asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi

terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau

bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan

asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat

berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan

mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik

dari bentuk alergik dan non-alergik.

 

C. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma bronkhial. 

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

a. Faktor predisposisi

1. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg

biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena

adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma

bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas

saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 

b. Faktor presipitasi

1.Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan  ex: debu, bulu binatang,

serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obata

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam

dan jam tangan 

2. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan

asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim

hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin

serbuk bunga dan debu. 

3. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang  timbul

harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya

belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. 

4. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di

laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini

membaik pada waktu libur atau cuti. 

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan

aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan

serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah

selesai aktifitas tersebut.

 D. Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe

alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai

kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah

besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada

interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila

seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen

bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini

akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang

bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan

bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal

pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan

saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama

inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian

luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan

selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat

terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi

dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan

dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat

selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini

bisa menyebabkan barrel chest.

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

E. Manifestasi Klinik

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk

dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan

keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ),

batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala

tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,

antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi

dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

 F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum 

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.

b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

bronkus.

c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. 

2. Pemeriksaan darah

a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi

c. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada

waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

b. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu

serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang

menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat

adalah sebagai berikut:

a. Bila disertai dengan bronkitis,  maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah.

c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru 

d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada

paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai

alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan

dapat dibagi menjadi 3  bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi

pada empisema paru yaitu :

a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

clock wise rotation.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB

( Right bundle branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa

redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon

pengobatan dengan bronkodilator. 

G. Komplikasi

1. Status asmatikus

2. Atelektasis

3. Hipoksemia

4. Pneumothoraks

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

5. Emfisema

6. Deformitas thoraks

7. Gagal nafas

 

H. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma 

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit

asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga

penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan

dokter atau perawat yang merawatnnya. 

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan  non farmakologik:

a) Memberikan penyuluhan

b) Menghindari faktor pencetus

c) Pemberian cairan

d) Fisiotherapy

e) Beri O2 bila perlu. 

2. Pengobatan farmakologik :

a) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian dengan pendekatan ABCD.

1. Airway

a. Kaji dan pertahankan jalan napas

b. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu

c. Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan napas jika perlu

d. Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist untuk dilakukan intubasi jika tidak

mampu untuk menjaga jalan napas atau pasien dalam kondisi terancam

kehidupannya atau pada asthma akut berat

e. Jika pasien menunjukan gejala yang mengancam kehidupan, yakinkan

mendapat pertolongan medis secepatnya.

2. Breathing

a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan tujuan

mempertahankan saturasi oksigen >92%

b. Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask

c. Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation

d. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji PaO2 dan

PaCO2

e. Kaji respiratory rate

f. Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan

g. Periksa system pernapasan – cari tanda:

1) Cyanosis

2) Deviasi  trachea

3) Kesimetrisan  pergerakan dada

4) Retraksi dinding dada

a) Dengarkan adanya:

1) wheezing

2) pengurangan aliran udara masuk

3) silent chest

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

a. Berikan nebuliser bronchodilator melalui oksigen – salbutamol 5 mg dan

ipratropium 500mcg

b. Berikan prednisolon 40 mg per oral atau hydrocortisone 100 mg IV setiap 6 jam

c. Lakukan thorak photo untuk mengetahui adanya pneumothorak

3. Circulation/Sirkulasi

a. Kaji denyut jantung dan rhytme

b. Catat tekanan darah

c. Lakukan EKG

d. Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat 2 gram

dalam 20 menit

e. Kaji intake output

f. Jika potassium rendah makan berikan potassium

4. Disability

a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU

b. Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien

membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsive

5. Exposure

a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan bronkitis

b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

lainnya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

3. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen

 

C. Intervensi Keperawatan

DX 1 :

1. Amankan pasien ke tempat yang aman

R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien

2. Kaji tingkat kesadaran pasien

R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui

tingkat kesadaran pasien

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

3. Segera minta pertolongan

R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif

4. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien

R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan

sekret

5. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah

telungkup dan membuka mulutnya

R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

DX 2 :

1. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien

R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien

2. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke

mulut pasien

R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien

3. Pantau ekspansi dada pasien

4. R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien

 

DX 3 :

1. Pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis

2. Kaji adanya tanda-tanda sianosis

 

 

  

 

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang

trakeobronkial terhadap berbagai rangasangan yang akan menimbulkanobstruksi jalan

nafas dan gejala pernafasan(mengi dan sesak). Gambaran klinis asma klasik adalah

serangan episodik batuk, mengi. dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala

tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau

bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan

selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang

purulent.

B. Saran

Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan

makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk

mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatangawat darurat

pada pasien Asma.

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Asma

DAFTAR PUSTAKA

 

Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001 Tucker S. Martin,  Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998 Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika; 2001 Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000

Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta, EGC, 2002

Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta, Trans Info Media, 2009.

12