tinjauan pustaka cr ortopedi
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
1/23
1
BAB I. ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS Nama : Tn. RM
Umur : 20 Thn
Jenis Kelamin :laki-laki
Agama : Islam
Suku : Lampung
Alamat :pesawaran
Masuk RSUDAM : 25 Juni 2012
Pekerjaan : mahasiswa
II. ANAMNESAAlloanamnesis
KeluhanUtama :Tungkai kanan terasa lebih panjang
KeluhanTambahan :Nyeri pada paha kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki datang ke rsam dengan keluhan tungkai kanan lebih
panjang dari tungkai kiri. Pasien mengalami kecelakaan motor tahun
2008 silam, pada kecelakaan tersebut pasien merasakan sangat nyeri
pada paha kanan pasien selain itu pasien juga merasakan paha
kanannya membengkak dan sulit untuk digerakkan. Pasien sempat di
rawat di sanggah putu selama 1bulan namun tidak ada perubahan
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
2/23
2
sehingga pasien memutuskan untuk ke rsam serta dilakukan traksi
selama satu bulan. Setelah melaksanakan traksi selama sebulan pasien
akhirnya memutuskan untuk menjalani operasi pada paha kanannya.
Enam bulan setelah kecelakaan pasien bisa berjalan. Pasien merasa
bila ia berjalan normal namun banyak yang mengatakan bahwa pasien
berjalan agak pincang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit tulang pada pasien sebelumnya, pernah
fraktur (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dari keluarga yang menderita penyakit kelainan tulang.
III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Present
KeadaanUmum :Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (GCS=15)
Nadi : 80x/menit,teratur
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,70C
TinggiBadan : 170 cm
BeratBadan : 60 kg
KeadaanGizi :Baik
Status Generalis
Kepala
Kepala :Hematom (-)
Bentuk :Bulat, simetris
Rambut :Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
3/23
3
Mata :Konjungtiva anemis (-), sclera anikterik,
pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
Wajah :Tidak tampak luka atau perdarahan
Hidung :Tidak tampak darah pada kedua lubanghidung, tidak ada patah pada tulang hidung
Mulut :Sianosis(-), perdarahan(-), faring
hiperemis(-)
Telinga :Serumen (-), liang telinga lapang
Leher
Tidak ada deviasi trachea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
getah bening, JVP tidak meningkat.
Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-
kiri
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan- kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas sela iga III garis parasternal kiri
Batas kanan sela iga V garis sterna kanan
Batas kiri sela iga V garis midkavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar simetris
Palpasi : Turgor baik, hepar dan lien tidak
membesar, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani, pekak hati (+), shifting
dullness(+)
Auskultasi : Bisingusus (+) normal
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
4/23
4
Ekstremitas
Superior : Clubbing finger (-), sianosis (-), oedem (-)
Inferior : Desktra : status lokalis
Sinistra : tidak ada kelainan
Genitalia
Tidak ada indikasi
Status lokalis
Regio femur Dextra
Look :Deformitas (-), bengkak (-), merah (-), pemanjanggan(+)
Feel :Nyeri tekan (-), krepitasi (-), nyeri sumbu (-) Move :Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (-)
NVD :Sensoris (baik)
Motoris (baik)
A. dorsalispedis: pulsasi baik
True length
Dextra: 85 cmSinistra: 83 cm
Apparent length
Dextra 93 cmSinistra 89 cm
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGDarah
Hb : 14,1 gr %
Leukosit : 10.700/MM3
Hematokrit : 42%
Hitungjenis :0/2/0/65/26/7
SGOT :9U/L
SGPT :9 U/L
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
5/23
5
Foto Rontgen
RESUME
Pasien laki-laki 20 thn datang setelah 4 tahun kecelakaan dan telah dilakukan
traksi dan operasi pada paha kanannya. Pasien merasa kaki kanannya kini lebih
panjang dibandingkan kaki kirinya.
Pemeriksaan fisik
1. Status Present : Dalam Batas Normal
2. Status Generalis : Dalam Batas Normal
3. Status Lokalis
Regio femur Dextra Sinistra
Look : Deformitas (-),bengkak(-), pemanjangan (+)
Feel : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), nyeri sumbu (-)
Move : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif(-)
NVD : sensoris (baik)
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
6/23
6
Motoris (baik)
A. dorsalis pedis: pulsasi baik
Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb : 14,1 gr %
Leukosit : 10.700/MM3
Hematokrit : 42%
Hitungjenis :0/2/0/65/26/7
SGOT :9U/L
SGPT :9 U/L
DiagnosaKerja
Fraktur femur 1/3 midle dekstra
Medikamentosa
Vitamin
Tindakan
Tindakan operatif orif
Perawatan luka
Prognosa
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
7/23
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. AnatomiFemur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan amat
penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga bagian, yaitu
femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan metafisis distal. Femoral
shaftadalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang terletak antara
trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas femur memiliki caput,
collum, dan trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae
membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang
disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamen dari caput. Sebagian
suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan
kebawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat
(pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur.
Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan
batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di
bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum. Bagian batang
femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat
pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat
rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.
Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis
menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian lateral
menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
8/23
8
Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian
batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada
permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea. Ujung bawah femur memiliki
condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh
incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh
permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio
genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis.
Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis
Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial
B. Definisi FrakturFraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan
atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang parsial. Frakturdapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang,
atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar
fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan.
Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung. Trauma
langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat
itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
9/23
9
berjauhan. Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada
tulang. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh.
C. EtiologiUntuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita
harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat
menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur
terjadi akibat truma yang disebabkan oleh kegagalan tulang menahan tekanan
membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang dapat menyebabkan fraktur
dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
a. Trauma LangsungTrauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma Tidak LangsungApabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.
Tekanan pada tulang dapat berupa:
1. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral.
2.
Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal.3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi.
4. Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif atau
memecah, misalnya pada badan vertebra talus atau fraktur buckle pada
anak-anak.
5. Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu
akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
10/23
10
6. Fraktur oleh karena remuk.
7. Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian
tulang.
D. Klasifikasi FrakturKlasifikasi Etiologis:
Fraktur traumatik: terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
Fraktur patologis: terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang.
Fraktur stres: terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu
Klasifikasi Klinis:
Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentukfrom
within (dari dalam) ataufrom without(dari luar).
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat:
- Derajat I : Terdapat hubungan dengan dunia luar, timbul luka kecil (1 cm), biasa disebabkan benturan
dari luar.
- Derajat III: Luka lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot,saraf,pembuluh darah). Adapun derajat
III dibagi lagi menjadi:
a. Adekuat penutupan kulit dari tulang fraktur. Fraktur berhubungan
dengan ukuran dari luka.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
11/23
11
b. Kerusakan soft tissue yang hebat dengan stripping periosteal dan
bone exposed. Biasanya berhubungan dengan kontaminasi yang
massif.
c. Fraktur terbuka yang berhubungan dengan kerusakan arteri yang
memerlukan repair.
d. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) adalah fraktur
yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, union,
nonunion, infeksi tulang.
Klasifikasi Radiologis
1. Lokalisasi
- Diafisial
- Metafisial
- Intra-artikuler
- Fraktur dengan dislokasi
2.
Konfigurasi- Fraktur transversal
- Fraktur oblik
- Fraktur spiral
- Fraktur Z
- Fraktur segmental
- Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen
- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
12/23
12
- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patella
- Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak
- Fraktur impaksi
- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
misalnya pada fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus
- Fraktur epifisis
3. Menurut ekstensi
- Fraktur total
- Fraktur tidak total
- Fraktur buckle atau torus
- Fraktur garis rambut
- Fraktur green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
- Bersampingan
- Angulasi
- Rotasi
- Distraksi
- Over-riding
- Impaksi
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
13/23
13
E. Gambaran Klinis FrakturAnamnesis :
Pasien datang dengan suatu trauma (traumatik fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat,
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur
terjadi pada daerah lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan karena
trauma olah raga. Pasien biasanya datang karena adanya nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak,
krepitasi atau datang dengan gejala lain.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita perlu diperhatikan:
- Syok, anemia atau perdarahan.
- Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
atau organ-organ dalam rongga thoraks, panggul dan abdomen.
- Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
Pemeriksaan lokal
a. Inspeksi (look)
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
-
Lidah kering atau basah- Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk
membedakan fraktur tertutup atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
- Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-
organ lain
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
14/23
14
- Perhatikan kondisi mental penderita
- Keadaan vaskularisasi
b. Palpasi (feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati karena pasien biasanya mengeluh sangat
nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
- Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit
pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai.
c. Pergerakan (move)
Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara
aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah
dan saraf.
d. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
15/23
15
e. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk
menetapkan kelainan tulang dan sendi :
1. Foto PolosDengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang
bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :o Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
o Untuk konfirmasi adanya fraktur
o Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
o Untuk menentukan teknik pengobatan
o Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
o Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstraartikuler
o Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
o Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.
2. CT-ScanSuatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang
atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini
menggunakan pesawat khusus.
3. MRIMRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan
jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera
tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
16/23
16
Prinsip dan Metode Penanganan Fraktur
1. Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka diperlukan:
Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah
membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan
imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa
nyaman dan mengurangi nyeri.
Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis,
apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf
ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya.
Resusitasi
2. Prinsip umum pengobatan fraktur
Ada empat prinsip pengobatan fraktur:
a. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan:
1. Lokalisasi fraktur
2. Bentuk fraktur
3. Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
4. Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
b. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu Restorasi fragmen fraktur
dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur
intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin
mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti
kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
17/23
17
Posisi yang baik adalah :
1. Alignment yang sempurna
2. Aposisi yang sempurna
c. Retention; imobilisasi fraktur
d. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
3. Metode Pengobatan Fraktur Tertutup
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:
a. Konservatif
Terdiri atas:
1) Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi) Proteksi fraktur
terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut misalnya dengna cara
memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada
anggota gerak bawah.
2) Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan
bidai eksterna hanya memberikan sedikit imobilisasi, biasanya
mempergunakan plaster of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam
bidai dari plastik atau metal. Indikasi: digunakan pada fraktur yang
perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
3) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilissi eksterna,
mempergunakan gips. Indikasi:
o Sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama
o Imobilisasi sebagai pengobatan definitif pada fraktur
o Diperlukan manipulasi pada fraktur yang bergeser dan diharapkan
dapat direduksi dengan cara tertutup dan dapat dipertahankan.
Fraktur yang tidak stabil atau bersifat kominutif akan bergerak di
dalam gips sehingga diperlukan pemeriksaan radiologis yang
berulang-ulang.
o Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis
o Sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang kurang kuat
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
18/23
18
4) Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi.
Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi berlanjut
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi
tulang.
5) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Dengan
mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai Brown
Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment.
Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama berupa reduksi yang
bertahap dan imobilisasi.
Indikasi:o Bilamana reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi tidak
memungkinkan serta untuk mencegah tindakan operatif misalnya
pada fraktur batang femur, fraktur vertebra servikalis.
o Bilamana terdapat otot yang kuat mengelilingi fraktur pada tulang
tungkai bawah yang menarik fragmen dan menyebabkan angulasi,
over-riding, dan rotasi yang dapat menimbulkan malunion,
nonunion atau delayed union.
o Bilamana terdapat fraktur yang tidak stabil, oblik, fraktur spiral
atau kominutif pada tulang panjang.
o Fraktur vertebra servikalis yang tidak stabil.
o Fraktur femur pada anak-anak (traksi Bryant=traksi Gallow).
o Fraktur dengan pembengkakan yang sangat hebat desertai dengan
pergeseran yang hebat serta tidak stabil, misalnya fraktur
suprakondiler humerus.
o Jarang pada fraktur metakarpal
o Sekali-kali pada fraktur colles atau fraktur pada orang tua dimana
reduksi tertutup dan imobilisasi eksterna tidak memungkinkan.
b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan
K-wire.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
19/23
19
c. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang.
Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi interna:
o Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus,
olekranon, patela.
o Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur
radius dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang
tidak stabil.
o Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen.
o Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur.
o Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik
dengan reduksi secara baik dengan reduksi tertutup misalnya
fraktur Monteggia dan fraktur Bennett.
o Fraktur terbuka.
o Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sedangkan
diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur pada orang tua.
o Eksisi fragmen yang kecil.
o Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis
avaskuler misalnya fraktur leher femur pada orang tua.
o Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri.
o Fraktur multiple.
o Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis
tinggi.
o Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup.
o Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.
o
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebihbaik dengan operasi, misalnya fraktur femur.
Indikasi pemasangan k-nail
Untuk tulang panjang yang lebih besar (femur)
Pemasangan K-Nail (Kuntscher-Nail) secara terbuka pada fraktur femur
1/3 tengah.
Adapun teknik pemasangan K-nail adalah sebagai berikut:
Pasien tidur miring ke sisi sehat dengan fleksi sendi panggul dan lutut
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
20/23
20
A pproach posterolateral dari trochanter mayor ke condylus lateral
sepanjang 15cm di atas daerah fraktur
Fascia lata dibelah dan m. vastus lateralis dibebaskan secara tajam dan
septum intermuskularis disisihkan ke anterior
Ligasi a/v perforantes
Bebaskan periosteum untuk mencapai kedua fragmen fraktur.
Bebaskan kedua fragmen fraktur dari darah dan otot
Ukur panjang K-nail. Pasang guide ke arah fragmen proksimal dan
Ietakkan di tengah, dengan posisi fleksi dan adduksi sendi panggul. Bagian
kulit yang tertembus dibuat sayatan.
K-nail dipasang dengan guide menghadap posteromedial
Ujung proksimal K-nail dibenamkan 1-2 cm di atas tulang, jika terdapat
rotational instability, beri anti rotation bar atau pakai cerelage wiring atau
ganti K-nail
Pemasangan K-nail sebaiknya setelah 7-14 hari pasca trauma.
Cara lain pemasangan K-nail dengan bantuan fluoroscopy.
Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna :
o Fraktur terbuka grade II dan grade III.
o Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat.
o Fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis.
o Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes
mellitus
Komplikasi reduksi terbuka:
o Infeksi (osteomielitis)
o Kerusakan pembuluh darah dan saraf
o Kekakuan sendi bagian proksimal dan distal
o Kerusakan periosteum yang hebat sehingga terjadi delayed union
atau nonunion
o Emboli lemak
d. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
21/23
21
F. PrognosisPrognosis dari fraktur femur untuk kehidupan adalah bonam. Pada sisi fungsi
dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa semula, namun
hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih,
dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan. Bahaya besar pada fraktur
femur adalah cedera pada arteri femoralis, iskemia perifer dapat terjadi dengan
segera dan hebat. Sering disertai edema lengan bawah dan kompartemen
sindrom yang makin menghebat yang mengakibatkan nekrosis otot dan saraf.
Nyeri hebat ditambah satu tanda positif (nyeri saat dorsofleksi jari kaki secara
pasif, tungkaibawah yang nyeri tekan dan tegang, tak ada nadi dan tumpulnya
sensasi) membutuhkan tindakan yang cepat. Jika tidak tertangani dengan cepat
dan baik maka prognosisnya dapat menjadi jelek.Lesi saraf jarang terjadi pada
fraktur tertutup. Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur femur adalah
tungkai yang tidak sama panjang setelah sembuh, malrotasi atau deformitas
anguler, pembentukan spur yang menonjol pada otot yang mengganggu
pergerakan dan kontraktu rkuadrisep. Komplikasi infeksi yang menyebabkan
osteomielitis biasanya merupakan akibat dari fraktur terbuka meskipun tidak
jarang terjadi setelah reposisi terbuka.
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
22/23
22
-
7/29/2019 Tinjauan Pustaka Cr Ortopedi
23/23
23
DAFTAR PUSTAKA
Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:
Widya Medika. 1995.
Bergman, Ronald, Ph.D. Anatomy of First Aid: A Case Study Approach.
Available from:http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue. 2003.
Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedoktran
Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995
Snell, Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 1998
Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.
http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtmlhttp://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtmlhttp://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtmlhttp://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml