pengantar penyakit degeneratif ortopedi

Upload: iyanasiana

Post on 02-Mar-2016

262 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengantar Penyakit Degeneratif Ortopedi

TRANSCRIPT

Mengenal Penyakit - Penyakit Degeneratif Dalam Bidang Orthopedi

Pengantar Mengenai Penyakit - Penyakit Degeneratif Dalam Bidang Orthopedi

I.Pendahuluan

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang diakibatkan oleh proses penuaan pada sel-sel organ tubuh. Dalam bidang Orthopedi, penyakit ini meliputi kelainan yang terjadi pada persendian, otot, tendon, bursa dan kartilago sendi yang banyak menyerang golongan lanjut usia.

Secara biokimiawi, proses degenerasi pada kartilago sendi diawali karena hilangnya proteoglikan, yaitu komponen dasar dari matrik kartilago. Kemunduran matrik inilah yang menyebabkan serat-serat kolagen kehilangan daya suportnya sehingga kartilago mengalami fibrilasi ( pemendekan ).

Menurut analisa para pakar kesehatan di awal tahun 90-an, insiden penyakit degeneratif ini meningkat secara bermakna, yang menjadi beban masyarakat, serta akan menyedot anggaran kesehatan pemerintah.

Penyakit degeneratif ini juga telah menjadi ancaman penduduk dunia sehingga membuat para pakar ahli tulang dan sendi mengadakan berbagai seminar dan pertemuan untuk merumuskan langkah - langkah antisipasi untuk mencegah agar insidensi penyakit ini tidak semakin tinggi pada golongan lanjut usia ( lansia ).

Hasilnya, tanggal 18 April 1998 di Lund University Sweden, para dokter ahli ortopedi, rehabilitasi medik, penyakit dalam, rheumatologi, obstetri dan ginekologi, osteoporosis dan berbagai LSM, menyetujui gerakan sosialisasi penyakit tulang dan sendi yang diberi nama Bone and Joint Decade Joint Motion.II. Jenis-jenis gangguan degeneratif pada persendian dan jaringan

terkait

1.Penyakit sendi degeneratif (Osteoarthritis )

Disebut juga dengan penyakit degenerasi sendi, osteoarthrosis, arthritis degeneratif, dan arthritis hipertropik. Dimulai dengan adanya kemunduran dari kartilago sendi yang secara khas terjadi degenerasi progresif dari kartilago, hipertropi, pembentukan tulang subkondral dan inflamasi sekunder dari membrana sinovial, yang terjadi secara lokal dan tidak ada efek sistemik.

Insidensi

Dilaporkan, penyakit ini menyebabkan dampak ekonomi 30 kali lebih besar di kawasan Amerika Utara. Pada usia di atas 60 tahun, 25% wanita dan 15% pria didapatkan gejala-gejala yang dihubungkan dengan penyakit ini. Setelah usia 70 tahun, lebih dari 80% wanita dan pria terserang oleh penyakit ini.

Ada dua tipe dari penyakit ini, yaitu :

1.Tipe primer/idiopatik

Lebih sering terjadi pada wanita dewasa, dapat membaik spontan pada usia paruh baya, terjadi progres yang lambat terutama pada proses normal penuaan sendi.2.Tipe sekunder

Lebih sering terjadi pada pria dewasa, membaik pada semua umur akibat trauma, deformitas, atau penyakit akibat kerusakan pada kartilago sendi.

Etiologi

1.Tipe primer/idiopatik

Penyebab dari tipe ini kebanyakan tidak diketahui, meskipun obesitas dianggap sebagai faktor yang memperberat persendian yang menyangga beban tubuh seperti lutut.

2.Tipe sekunder

Beberapa tipe injuri, deformitas dan penyakit akan menimbulkan lesi pada kartilago yang berkembang menjadi penyakit sendi degeneratif sekunder yang terjadi secara progresif. Biasanya lebih banyak pada eketremitas bawah dibandingkan dengan ekstremitas atas.

Beberapa keadaan di bawah ini mengawali terjadinya tipe sekunder dari arthritis kronik, antara lain : kongenital abnormal, seperti dislokasi panggul kongenital dan kaki X.

Infeksi sendi, seperti arthritis septik dan arthritis tuberkulosa.

Inflamasi non spesifik, seperti rematoid arthtritis dan ankilosing spondilitis. Arthritis metabolik, seperti gout, pseudogout dan okronosis.

Hemarthrosis berulang seperi hemofilia.

Injuri, seperti fraktur intra artikuler pada trauma mayor dan stres okupasi pada trauma minor.

Deformitas ekstra artikular, seperti lutut bengkok

Instabilitas sendi, seperti karena kelemahan ligamen dan subluksasi pada sendi. Kerusakan kartilago iatrogenik, seperti kompresi yang terus -menerus pada permukaan sendi selama masa penanganan di bidang ortopedi.

Gejala dan tanda klinik serta Diagnosis

Gejala klinik yang didapatkan pada penyakit ini adalah rasa nyeri, kemerahan, hipertensi intra oseus dan tanda tanda krepitasi persendian seperti adanya gemeretak pada sendi, dan sendi cenderung menjadi kaku setelah periode istirahat.Diagnosis ditegakkan, selain dari anamnesa dengan gejala-gejala di atas, pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan pada sendi, karena efusi moderat dan akan tampak lebih jelas jika ada atrofi otot di sekitarnya. Selain itu, didapatkan pergerakan sendi baik aktif maupun pasif yang terbatas.

Pada pemeriksaan radiologi, didapatkan ruang kartilago menyempit, adanya kista dan sklerotik subkondral, terjadi pembentukan osteofit, remodelling sendi dan abnormalitas bentuk sendi.

Contoh untuk tipe primer atau idiopatik dari jenis ini adalah Nodus Herbeden, yang sering kali terlihat pada sendi interpalang distal. Sedangkan lesi nodul pada sendi interpalang proksimal dikenal sebagai Nodus Bouchard.

Prognosis

Pada ekstremitas atas, prognosisnya relatif lebih stabil, sedangkan pada ekstremitas bawah prognosisnya relatif lebih buruk. Hal ini dimungkinkan, karena ekstremitas bawah sebagai penyangga beban tubuh lebih banyak digunakan untuk berjalan.2.Penyakit sendi degeneratif pada tulang belakang (vertebra)

Tulang belakang terdiri dari 23 sendi diskus intervertebralis dan 46 sendi facet posterior ( apofiseal ). Diskus intervertebralis ini merupakan struktur pertama dari sistem muskuloskeletal yang dipengaruhi oleh perubahan degeneratif dari proses penuaan yang normal.

Penyakit jenis ini pada umumnya didapatkan lebih banyak dibandingkan jenis osteoarthritis, mengingat besarnya tekanan dan strain pada tulang belakang ketika manusia sedang bekerja.

1.Pada segmen Servikal

Penyakit degeneratif pada tulang belakang segmen Servikal ( Spondilosis servikalis ), baik pada diskus maupun sendinya, tidak sebanyak pada segmen Lumbal.

Gejala , Tanda Klinik dan Diagnosis

Sebagian besar orang di atas usia 60 tahun di mana pada gambaran radiologi terbukti ada penyakit degeneratif pada diskus dan sendi tulang belakang segmen Servikal, ternyata secara klinis tidak menunjukkan gejala kekakuan pada leher.

Jika spondilosis servikal sudah parah, barulah menimbulkan rasa nyeri pada leher yang dijalarkan sampai ke bahu atau lengan.

Iritasi pada saraf servikal menyebabkan rasa nyeri pada leher dan bahu yang disertai parestesi. Kompresi pada Servikal 5-6 menimbulkan kelemahan pada otot-otot Deltoid dan Biseps, berkurangnya refleks Biseps sensasi kulit pada ibu jari dan jari telunjuk.

Kompresi pada Servikal 6-7 menimbulkan kelemahan otot-otot Triseps, berkurangnya refleks Triceps dan sensasi kulit pada jari telunjuk dan jari tengah.

Diagnosis ditegakkan selain gejala dan tanda klinis di atas, pada pemeriksaan leher didapatkan gerak yang terbatas, spasme otot ringan, sehingga pemeriksaan Neurologi pada ekstremitas atas selalu menjadi indikasi.

Selain itu, gambaran radiologi menunjukkan adanya penyempitan ruang diskus dan terjadi pembentukan osteofit.2.Pada segmen Lumbal

Penyakit degeneratif pada vertebra segmen Lumbal meliputi sendi diskus intervertebralis dan sendi facet posterior, seperti halnya pada segmen Servikal.

Kedua penyakit ini diperberat oleh karena injuri, deformitas dan penyakit sebelumnya. Nyeri tulang punggung bawah merupakan gejala paling umum yang timbul. Diperkirakan, 80% orang dewasa, minimal sekali dalam hidupnya pernah merasakan nyeri tulang punggung bawah.

Etiologi

Beberapa hal yang menyebabkan nyeri pada tulang punggung bawah baik akut maupun kronik adalah sebagai berikut :

(Faktor mekanik : kelemahan otot - otot punggung, obesitas, postur yang tidak seimbang dan kurang gerak.

(Faktor kimia : perokok

Injuri spesifik : jatuh, kecelakaan lalu lintas,

mengangkat beban berat tanpa

membengkokkan lutut

Spondilolithiasis

Infeksi : hematogenos osteomielitis

Neoplasma, baik benigna maupun maligna

Gejala, Tanda Klinik dan Diagnosis

1.Instabilitas segmental

Nyeri punggung baik yang kronik maupun yang intermiten dirasakan jika ada aktifitas yang berlebih, dan berkurang saat istirahat. Dirasakan secara lokal maupun dijalarkan sampai ke pantat.

Gambaran radiologi menunjukkan adanya instabilitas segmental dan hipermobilitas.

2.Hiperekstensi segmental

Hiperekstensi segmental baik yang kronik maupun persisten menyebabkan nyeri tulang punggung bawah yang kronik dan intermiten ( lumbago ), dirasakan secara lokal maupun dijalarkan sampai ke pantat dan sering kali turun ke bawah sampai paha.

Gambaran radiologi menunjukkan adanya subluksasi sendi facet posterior.

3.Penyempitan segmental

Keadaan ini merupakan gambaran adanya fase lanjut dari penyakit degeneratif pada segmen Lumbal. Penderita merasakan kekakuan pada punggung bawah, mengeluh nyeri setelah ada aktifitas yang berat dan kehilangan mobilitas dalam bergerak.

Gambaran radiologi menunjukkan adanya osteofit yang mempersempit ruang diskus intervertebralis.

4.Hernia Diskus Intervertebralis ( Hernia Nukleus Pulposus /HNP )

Keluhan dirasakan penderita secara mendadak / tiba-tiba setelah beberapa hari melakukan aktifitas yang berat.

Penderita mengeluh nyeri punggung bawah yanghebat ( lumbago akut ), terutama saat bersin dan batuk . Jika nyeri sangat hebat, penderita tidak dapat bergerak sehingga harus dibantu sampai ke tempat tidurnya.

Keluha nyeri dapat dijalarkan sampai ke ekstremitas bawah seperti pantat, paha, dan kaki.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan spasme otot-otot di daerah lumbal, penderita cenderung berdiri dengan posisi skoliosis untuk mengurangi rasa nyeri, gerakan fleksi dan ekstensi vertebra sangat terbatas.

Tes Bowstring positif merupakan tanda akurat adanya iritasi persyarafan. Berkurangnya hantaran syaraf ke kulit menimbulkan kelemahan sensasi pada kulit dan otot yang dipersyarafi.

Berkurangnya hantaran syaraf dari nervus Lumbal ke lima menyebabkan menurunnya sensori pada daerah dorsum kaki dan lemahnya otot-otot dorsifleksor dari engkel dan kaki. Berkurangnya hantaran dari nervus Sakralis pertama menyebabkan menurunnya sensori pada aspek lateral kaki, menurunnya refleks engkel dan kelemahan otot-otot plantar fleksor kaki.

Pada umumnya gambaran radiologi kurang memberikan gambaran yang sesuai dengan pemeriksaan klinis. Mielografi diperlukan terutama bila dicurigai adanya neoplasma pada tulang belakang. Yang lebih akurat adalah dengan pemeriksaan CT Scan yang dikombinasikan dengan Mielografi atau MRI.

5.Stenosis Spinal

Nyeri punggung bawah menjadi keluhan yang dirasakan penderita jika terjadi kompresi kauda equina oleh Stenosis spinal tipe sentral sehungga menyebabkan nyeri radikuler. Nyeri ini dihubungkan dengan iskemik otot yang disyarafi, sehingga dirasakan oleh penderita ketika sedang berjalan, dan berkurang jika duduk atau berbaring. Diagnosis makin diperjelas dengan pemeriksaan CT Scan yang dikombinasi dengan Mielografi.

3.Penyakit sendi Neuropati ( Sendi Charcot )

Penyakit ini ditandai dengan adanya destruksi dari satu atau lebih sendi yang berlangsung secara cepat dan progresif yang didahului oleh hilangnya sensasi normal sebelumnya, terutama rasa nyeri yang dalam dan pada perubahan posisi.

Insidensi

Pada umumnya penyakit ini didasari oleh adanya Tabes dorsalis sifilis ( ataksia lokomotor ), tetapi hanya sedikit yang berkembang menjadi sendi Carchot. Sedangkan Neuropati diabetika, disebut-sebut menyebabkan penyakit neuropati di sendi-sendi perifer kaki. Sementara itu, Siringomelia yang menyerang bagian atas medula spinalis, seringkali merupakan komplikasi pada persendian di ekstremitas atas.

Dilaporkan, gangguan-gangguan neurologi seperti paraplegi, lepra ( penyakit Hansen ) dan nyeri kongenital yang tidak diketahui sebabnya, jarang dihubungkan dengan penyakit ini.

Gejala, Tanda Dan Diagnosis

Penyakit ini sering menyerang pada orang dengan usia di atas 40 tahun yang mengeluh adanya pembengkakan, rasa nyeri dan instabilitas pada sendi yang terkait. Penderita tidak menyadari adanya kerusakan sendi yang terus terjadi, sampai timbul krepitasi yang menyebabkan hilangnya stabilitas sendi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan hebat pada sendi, dan gerakan pasif yang terbatas pada semua arah. Pada aspirasi sendi didapatkan cairan sinovial yang banyak bercampur darah. Kelainan neurologi makin menguatkan diagnosis penyakit ini.

Pada pemeriksaan radiologi, didapatkan gambaran khas berupa sklerotik, subluksasi dan dislokasi sendi.

Gbr. sendi Charcot

4.Rematik non artikular

1.Sindroma nyeri Miofasial ( Fibrositis )

Disebut juga dengan istilah Sindroma fibromialgia, Deposit sensitif, Rematik muskular, dan Rematik tension. Istilah fibrositis sering tidak digunakan oleh para dokter, karena secara klinis penyakit ini tidak menunjukkan tanda-tanda adanya proses inflamasi.

Gejala klinik

Penyakit ini dikeluhkan oleh penderita dengan nyeri yang dalam pada otot dan fasia tulang terkait, pada umunya di daerah leher dan punggung, bisa timbul secara kronik maupun rekuren. Otot yang terserang menjadi sangat hipersensitif oleh tekanan yang langsung mengenainya. Indurasi pada otot dan fasia yang etrserang sering tidak teraba. Nyeri dirasakan secara lokal, tetapi sering juga dijalarkan. Nyeri dipicu pada saat emosi, tidak banyak beraktifitas dan suhu yang relatif dingin. Mereda pada keadaan sebaliknya, yaitu pada suasana hati yang tenang, banyak beraktifitas dan suhu yang panas.

Smythe dan Moldofsky melaporkan adanya hubungan antara penyakit ini dengan pola gangguan tidur, seperti insomnia, sering terbangun dari tidur dan kelemahan badan. Penderita juga mengeluhkan adanya kekakuan pada sendi. Faktor psikologi juga sering menyertai gejala penyakit ini seperti kecemasan. Sindroma nyeri Miofasial lebih berhubungan dengan perubahan iklim di luar.

2.Penyakit degeneratif pada Tendon dan Kapsul

Insidens dan Etiologi

Nyeri bahu sering dikeluhkan oleh orang dengan usia di atas 40 tahun. Pada usia tua, suplai darah ke tendon kapsul sendi menjadi kurang adekuat, akibatnya terjadi penurunan distribusi nutrien pada sel-sel interseluler, sehingga perubahan degeneratif lokal tidak dapat dihindarkan.

1.Pada daerah bahu

Perubahan degeneratif yang paling sering ditemukan adalah adanya proses inflamasi, sering disebut sebagai tendinisitis, bursitis dan kapsulistis.

Sindroma klinik yang sering menjadi komplikasi dari penyakit ini di antaranya : tendinitis kalsifikasi, bursitis subakromial, tendinitis bicipital, muskulotendineus dan kapsulitis adesif ( frozen shoulder ).

2.Tendinitis supraspinatus dengan kalsifikasi ( Rotator cuff Tendinitis )

Sekitar 3% dari populasi orang dewasa dilaporkan menderita Kalsifikasi distrofik dari muskulotendinitis supraspinatus , meliputi akut dan kronis.

Pada yang akut, terjadi iritasi dari bursa subakromial sehingga menyebabkan bursitis subakromial dengan nyeri sebagai keluhan utama yang tidak berkurang saat istirahat.

Pada pemeriksaan klinis, didapatkan adanya nyeri bahu yang hebat yang terjadi secara cepat dan mendadak. Penderita cenderung akan mengabduksikan bahu untuk mengurangi rasa nyerinya. Sindroma nyeri arkus adalah rasa nyeri yang dirasakan jika abduksi dilakukan antara 50 derajat hingga 130 derajat, karena adanya kontak langsung antara tendon supraspinatus dengan akromion.

Gambaran radiologi menunjukkan adanya deposit kalsium yang masuk ke daerah humerus.

Pada yang kronik, ditandai dengan adanya deposit kalsium yang secara perlahan mengisi daerah tendon supraspinatus, hingga menimbulkan gejala tendinitis pada umumnya. Penderita mengeluh nyeri, meskipun tidak seberat yang akut, tapi cukup mengganggu pola tidurnya. Sindroma nyeri arkus dapat juga muncul di sisi lateral akromion. Nyeri juga dirasakan jika penderita menggerakkan bahu dari posisi aduksi dan rotasi eksternal, ke arah posisi abduksi dan rotasi internal. Hal ini dikarenakan adanya persinggungan antara tuberositas humeri dengan akromion ( tes pergeseran positif ).

Gbr. Tendinitis supraspinatus dengan kalsifikasi

3.Robekan di Lipatan muskulotendineus

( Tears of the musculotendinous Cuff )

Terdiri dari parsial dan komplit. Banyak pada usia paroh baya, di mana angka kejadian pada laki-laki 2 kali banyak daripada wanita.

Pada yang parsial, strain adalah penyebab terbesar untuk terjadinya robekan pada muskulotendineus. Penderita pada awalnya dapat mengabduksikan bahunya, tetapi dapat mengalami sindroma nyeri arkus juga.

Pada yang komplit, biasanya didahului oleh proses injuri pada daerah bahu. Pada sebagian penderita, robekan pada muskulotendineus tidak selalu signifikan dengan injuri.

Pada umumnya penyakit ini dikeluhkan oleh laki-laki di atas 60 tahun yang pada awalnya tidak dapat mengabduksikan lengannya dan mencoba mengangkat bahunya.

Secara pasif lengannya dapat diabduksi sampai 90 derajat, sehingga dia dapat mempertahankan posisinya dengan menggunakan otot deltoid.

Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan material radioopak yang diinjeksikan ke dalam sendi bahu ( artrografi ) menunjukkan gambaran adanya material yang menyebar dari sendi ke dalam bursa .

4.Tendinitis bicipital dan Tenosinovitis

Sumber nyeri pada penyakit ini diawali dengan adanya perubahan degeneratif pada tendon kaput otot biseps yang disertai proses inflamasi pada sarung sinovial, umumnya banyak terjadi pada wanita.

Rasa nyeri di daerah anterior bahu dipicu oleh posisi supinasi lengan depan hingga melawan resistensi dari fleksi siku tanpa adanya gerakan bahu. Fenomena ini disebut dengan tanda nyeri palm up atau tanda Yergason.

5.Ruptur pada Tendon Biseps

Biasanya didahului oleh perubahan degeneratif sebelumnya pada tendon biseps sehingga terjadi ruptur saat fleksi siku. Pada penyakit ini penderita mengeluh nyeri sedang. Pada pemeriksaan fisik, jika penderita memfleksikan siku, akan terjadi kontraksi otot biseps pada bagian distal yang menyerupai bola.

Gbr. Ruptur Tendon Biseps

6.Kapsulitis adesif pada bahu ( frozen shoulder )

Meliputi gangguan intrinsik dan ekstrinsik bahu. Kapsul yang terinflamasi akan beradesi dengan kaput humeri, yang dapat menghalangi pergerakan sendi glenohumeral.

Pada awalnya, penderita mengeluh nyeri bahu yang dirasakan berangsur-angsur akibat proses inflamasi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan spasme otot-otot bahu. Setelah beberapa minggu, keadaan menjadi subakut, sendi bahu menjadi kaku, dan nyeri akut. Jika penderita akan mengabduksikan lengannya, dia akan mengelevasi dan merotasi skapulanya, karena adanya strain pada sendi akromioklavikuler , nyeri akan dirasakan sampai setinggi telinga.

Prognosis penyakit ini cenderung membaik dengan sendirinya, bisa berlangsung antara 12 hingga 24 minggu.

7.Sindroma Tangan-Bahu

Penyakit ini sering terjadi tetapi kurang mendapatkan perhatian dari penderitanya. Contohnya adalah distrofi refleks simpatetik. Penyakit ini biasanya menyerang orang dengan usia di atas 50 tahun terutama yang mempunyai ambang stres nyeri yang rendah.

Ditandai dengan adanya nyeri pada tangan dan bahu, disertai gangguan neurovaskuler, kelembaban dan hiperestasi pada kulit, atrofi pada jaringan subkutan, edema kronis, selanjutnya menyebabkan disuse atrofi tulang (disuse osteoporosis).

Gbr. Sindroma Tangan-bahu

8.Penyakit Tendon Degeneratif pada Siku.

Penyakit ini terjadi karena adanya proses nekrosis lokal, kalsifikasi distrofik dan ruptur patologis, yang diperberat oleh karena trauma lokal dan aktifitas yang berat.

Tennis Elbow ( Epikondilitis lateral ) adalah contoh dari jenis penyakit degeneratif pada siku yang sudah dikenal. Penderita mengeluh nyeri pada siku aspek lateral, nyeri dijalarkan sampai ke lengan bagian depan. Nyeri dipicu oleh aktifitas yang menyebabkan tensi pada otot-otot ekstensor lengan, seperti pada posisi dorsofleksi aktif dari pergelangan tangan yang melawan resistensi.

Gambaran radiologik menunjukkan adanya kalsifikasi distrofik di area degenerasi otot-otot ekstensor, sementara sendi sikunya sendiri tampak normal.

Gbr. Tennis Elbow

9.Penyakit Degeneratif Tendon pada Pergelangan tangan dan Tangan1.Stenosan Tenovaginitis de Quervain

Terjadi pada bagian paling bawah dari tulang radius, yang melibatkan tendon dari otot Abduktor Polisis Longus dan Ekstensor Polisis Brevis. Terjadinya friksi di antar keduanya diakibatkan karena perbedaan penggunaan dan fungsi masing-masing, sehingga menimbulkan konstriksi dan stenosis.

Penderita mengeluh nyeri pada pergelangan tangan yang dijalarkan sampai ke lengan dan distal ibu jari. Tes Finklestein positif jika penderita merasa nyeri pada saat ibu jarinya didekatkan ke arah ulnaris.

Gbr. Stenosan Tenovaginitis de Quervain

2.Stenosan Tenovaginitis Digitalis

Terjadi pada jari tengah penderita, di mana dia tidak bisa mengekstensikan jarinya secara normal. Ekstensi hanya dapat dilakukan secara tiba-tiba.

Gbr. Stenosan Tenovaginitis digitalis

3.Kontraktur Dupuytren pada fasia Palmaris

Keadaan ini akibat adanya kontraktur pada jaringan fibrosa palmaris yang terjadi secara progresif. Umumnya jarang didapatkan pada laki-laki di atas 50 tahun. Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga bersifat herediter.

Gangguannya bersifat bilateral, bahkan bisa menyerang pada fasia plantaris. Penderita mengeluh nyeri dan terjadi fleksi deformitas pada metakarpopalang dan sendi interpalang proksimal.

Gbr. Kontraktur Dupuytren

4.Ganglion

Merupakan pembesaran dinding kulit yang kistik, mengandung cairan sinovial yang jernih, dan musin. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi dihubungkan dengan degenerasi mukoid pada jaringan periartikuler, kapsul sendi dan sarung tendon. Terbatas pada daerah tangan dan kaki, umunya di daerah dorsum.

Penderita mengeluh adanya pembengkakan yang lunak yang cenderung makin membesar, dan menyebabkan rasa tidak nyaman yang cukup mengganggu.

Dapat regresi spontan, tetapi pada umumnya membutuhkan tindakan operatif.

5.

Kista Poplitea ( Kista Baker )

Mirip ganglion, kista ini berhubungan dengan bursa semimembranosa, biasanya terjadi pada masa anak-anak dan dapat regresi spontan.

Pada orang dewasa biasanya terdapat pada sendi lutut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan cairan sinovial pada sendi yang disebabkan oleh rematoid artritis atau penyakit sendi degeneratif.

Pada kista yang besar dapat terjadi ruptur dan dapat terjadi trombosis vena. Jika dirasakan mengganggu, tindakan operatif dapat menjadi pilihan.

6.Kista Meniskal

Terdapat pada meniskus lateral, berupa kista lunak pada persendian yang berisi cairan sinovial. Jika menimbulkan gangguan, maka tindakan eksisi perlu dilakukan.

7.Bursitis

Proses inflamasi yang terjadi pada bursa membranosa, di mana bursa menjadi tipis dan terdapat efusi bursa. Umumnya disebabkan oleh tekanan dan friksi akibat pemakaian sepatu yang ketat sehingga menimbulkan tekanan pada prominentia kaput metatarsal pertama yang mengakibatkan rasa nyeri.

Contohnya adalah Bursitis prepatelaris, bursitis ischialis dan bursitis olekranon. Penyakit ini berhubungan dengan deposit asam urat yang meningkat.

Gbr. Bursitis

Referensi :

1.Robert Bruce Salter , Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosckeletal System, Third Edition : 257-300.

2.WWW. Edu/ortho.html.

PAGE 26