tgs 1 model
DESCRIPTION
pengembangan model pbmTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan segenap rasa syukur penulis haturkan kepada Allah yang Maha
Kuasa, berkat limpahan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan Makalah
dengan judul : ”Peran, Prosedur, dan Implementasi model pembelajaran sesuai
kurikulum 2013”. Salawat serta salam tidak lupa disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi dan memberi bekal ilmu yang
dapat kita jadikan pedoman.
Berbagai rintangan dan hambatan dalam penulisan ini dapat penulis hadapi
dengan baik tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S sebagai dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Model Pembelajaran
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan yang tiada henti.
3. Teman – teman kelompok satu yang telah bekerjasama dalam
pembuatan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan.
Penulis berdoa semoga segala bantuan, bimbingan, motivasi, serta doa
menjadi ibadah dan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Penulis
menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik, saran
maupun komentar yang membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Padang, Agustus 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Pembatasan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Peran Model Pembelajaran Sesuai kurikulum 2013..................3
B. Prosedur Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013............6
C. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013..........................11
D. Implementasi Model dengan Pendekatan Saintifik pada
Jenjang SMP.................................................................................19
BAB III PENUTUP.........................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................20
B. Saran.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat
strategis karena merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. (PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 1
ayat 13 dalam Masnur (2007)). Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat
panduan interaksi antara guru dan peserta didik. Dengan demikian, kurikulum
berfungsi sebagai “nafas atau inti” dari proses pendidikan di sekolah untuk
memberdayakan potensi peserta didik.
Kurikulum yang berjalan di Indonesia pada saat sekarang ini adalah
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelummya. Perubahan kurikulum ini didasari atas kebutuhan setiap masing-
masing satuan pendidikan. Kurikulum ini ditujukan agar dunia pendidikan dapat
menghadapi berbagai tantangan dan rintangan setiap permasalahan baik internal
dan eksternal dalam dunia pendidikan. Pengembangan kurikulum 2013
menekankan pada pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan
perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar
agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang
dihasilkan (Kemendikbud (2014) dalam M. Nuh (2014)). Dengan adanya
pengembangan kurikulum 2013 dan dapatnya menerapkan kurikulum pendidikan
2013 dalam dunia pendidikan diharapkan dapat menghadapi globalisasi dan
tuntutan masyarakat Indonesia di masa depan pada bidang pendidikan.
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena
itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi criteria ilmiah, para ilmuan lebih
1
mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan
penalaran deduktif (deductive reasoning).
Implementasi kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran fisika,
peserta didik dituntut untuk dapat lebih aktif dalam menemukan hal-hal yang baru
dan menyimpulkan setiap permasalahan yang dialaminya. Dengan adanya
tuntutan pembelajaran seperti ini, guru diharapkan dapat menggunakan strategi,
model, pendekatan, metode, serta bahan pembelajaran yang cocok dalam
implrmentasi pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini ditegaskan agar implementasi
kurikulum 2013 dapat dijalankan dengan baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Kurikulum 2013
2. Model-model pembelajaran kurikulum 2013
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran model pembelajaran yang sesuai dengan materi fisika
SMP?
2. Bagaimana prosedur pengembangan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi fisika SMP?
3. Bagaimana implementasi model pembelajaran dengan pendekatan saintifik
di jenjang SMP?
D. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan peran model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum
2013.
2. Menjelaskan prosedur model pembelajaran yang sesuai dengan materi
fisika SMP.
3. Menjelaskan implementasi model pembelajaran dengan pendekatan
saintifik di jenjang SMP.
2
E. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Membantu mahasiswa memahami model pembelajaran yang sesuai
kurikulum 2013.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan model
pembelajaran program studi pendidikan Fisika Fakultas pascasarjana
Universitas Negeri Padang.
3
BAB II
ISI
A. Peran model pembelajaran sesuai kurikulum 2013
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna
manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga
sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak
akan berlangsung secara efektif.
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum
sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah
dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai
implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan
pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi
kurikulum.
Dalam Kurikulum 2013, proses pembelajaran dirancang berpusat pada
peserta didik (student centered active learning), tidak lagi berpusat pada guru
(teacher centered learning). Selain itu, sifat pembelajaran yang kontekstual
artinya, guru tidak hanya beracuan pada buku teks saja tetapi juga harus mampu
mengkaitkan materi yang disampaikannya secara kontekstual.
Dalam proses pembelajaran terdapat istilah model
pembelajaran yang memiliki arti sebagai bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dari pengertian umum tentang model
pembelajaran tadi dapat dipahami bahwa model pembelajaran
sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran memiliki peranan yang cukup besar
terhadap proses belajar mengajar. Misalnya dapat digunakan
oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah
adalah rendahnya hasil belajar siswa.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang cocok untuk diaplikasikan IPA SMP dan sederajat. Model
4
pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara
pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh
terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar
yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses
belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif,
sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan
keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata
dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik
tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin
keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran
IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian
dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut
makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan
sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup
dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan
makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi
dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa
konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali
dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk
pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan
akan lebih efektif.
5
B. Prosedur model pembelajaran sesuai kurikulum 2013
Proses pembelajaran siswa harus sesuai dengan cara gaya
belajar mereka, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri
(Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery
(Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek
(Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis
permasalahan (Problem Based Learning).
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan
dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi
sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-
1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan
kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran
dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan
pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati
(observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi
6
Merumuskan indikator
pembelajaran terpadu
Menetapkan bidang kajian yang akan
dipadukan
Mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar
bidang kajian
Memilih/menetapkan tema atau topik
pemersatu
Membuat matriks atau bagan hubungan
kompetensi dasar dan tema atau topik
pemersatu
Meninjau silabus pembelajaran
terpadu
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
terpadu
(experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar
(assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).
Dengan memperhatikan prosedur pengembangan model pembelajaran
tersebut, guru mampu menentukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan karakteristik yang dituntut. Sehingga model pembelajaran yang
dikembangkan sinkron dengan kondisi yang ditemui di lapangan.
Untuk pembelajaran terpadu pada kurikulum SMP, pengembangan model
pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan
evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada
semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang
sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar pada semester lainnya.
Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan
mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan,
dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki
peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
mata pelajaran IPA.
Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu
yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu
berikut ini:
7
Gambar 1. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Langkah (1):
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan
beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan
alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi inti dan
kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar.
Langkah (2):
Langkah berikutnya dalam pengembangan model pembelajaran terpadu
adalah mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang
akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada bidang kajian IPA. Kegiatan
pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan
model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasikan Kompetensi Inti dalam berbagai Standar Kompetensi
yang memiliki potensi untuk dipadukan.
b. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan
dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang
tidak diintegrasikan disajikan secara tersendiri.
c. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa
dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Langkah (3):
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan
penentuan tema pemersatu antar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Tema
yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan
dapat dirumuskan berdasarkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai
8
bidang kajian IPA. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPA pada satu
tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada
pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
a. Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA.
b. Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi Dasar yang terdapat
dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman
pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
c. Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat
menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-
Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.
Langkah (4):
Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik
dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.
Langkah (5):
Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema
pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam
indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk meninjau
silabus.
Langkah (6):
Silabus pembelajaran IPA terpadu dikembangkan dengan indikator bidang
kajian IPA menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan
atau keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian IPA. Komponen
penyajian silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPA, Kompetensi Dasar,
Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar.
Langkah (7):
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu,
selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada
9
pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada
strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari
pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran
terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar
yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat
media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang
digunakan.
C. Model-Model Pembelajaran yang sesuai Kurikulum
2013
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan
saintifik sesuai dengan anjuran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar proses yang menggunakan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik. Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, siswa akan mengkonstruksi pengetahuan bagi
dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis,
berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di
sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit
menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah,
sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal
(Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013). Pembelajaran saintifik meningkatkan
kompetensi siswa dalam berbagai kompetensi baik pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Berpusat pada siswa.
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
10
3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan
pendekatan saintifik.
1. Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inkuiri cocok digunakan pada pembelajaran fisika,
tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai
dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam
model inkuiri terdiri atas:
a. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam
Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik
bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran
tertentu.
b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi
Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui
kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang
lain.
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan
penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
d. Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi
dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu
kesimpulan.
e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah
atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau
menyajikan hasil temuannya.
11
2. Model Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk
memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan. Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk
akhir, tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui dan dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri, kemudian
mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang mereka ketahui dan pahami dalam
suatu bentuk akhir. Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan dan inferring. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and
principles in the mind.
Penggunaan Discovery Learning ingin mengubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif, pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented,
dan mengubah modus ekspository siswa hanya menerima informasi dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Langkah-langkah dalam
mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut.
a. Stimulation (memberi stimulus)
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan dapat berupa bacaan, atau
gambar, atau situasi sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang
akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar
mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca,
mengamati situasi atau melihat gambar.
b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan
apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan
pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan
masalah.
c. Data Collecting (mengumpulkan data)
Tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan
mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan
12
solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih
ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk
mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika
satu alternatif mengalami kegagalan.
d. Data Processing (mengolah data)
Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan
mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan
melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
e. Verification (memferifikasi).
Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau
keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain
bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan
baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi
suatu kesimpulan.
f. Generalization (menyimpulkan).
Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil
simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga
kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
3. Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar
melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah
Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang
menjadi objek pembelajaran.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik
menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah
kajian.
13
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk
memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah
yang dikaji.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada,
selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
4. Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/ PjBL) adalah
model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti
pembelajaran. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan
memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat
berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang
sedang dikajinya.
Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara
yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
Pendidikan Berbasis Produksi.
14
Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan
pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah
awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang
muncul dari fenomena yang ada.
b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui
percobaan.
c. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan
sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang
tersedia dan sesuai dengan target.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik
mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan
dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk
mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada
mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
D. Implementasi Model dengan Pendekatan Saintifik pada
Jenjang SMP
Implementasi kurikulum 2013 pada jenjang SMP dilakukan dengan
menyusun pendampingan dan eveluasi kurikulum 2013. Di dalam pendampingan
dan eveluasi kurikulum 2013 salah satunya berisi model dan pendekatan dalam
kurikulum 2013 yang dilaksanakan secara terpadu meliputi IPA terpadu.
15
Model dan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 harus
memiliki kesesuaian dengan pendekatan saintifik. Di dalam pendampingan dan
evaluasi kurikulum 2013 menyebutkan bahwa model yang sejalan dengan
pendekatan saintifik adalah discovery learning, pembelajaran berbsais proyek dan
pembelajaran berbasis masalah.
Penelitian untuk melihat hasil implementasi model dengan pendekatan
saintifik pada jenjang SMP dilakukan oleh Astnan dan Gazali (2013) dengan
kesimpulan pendekatan saintifik membuat pembelajaran menjadi bermakna.
Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Baiduri dkk (2014) yang menyatakan
bahwa pendekatan saintifik dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam
pembelajaran.
Kendala yang terjadi pada sebagian guru SMP yakni penerapan
penggunaan model dengan pendekatan saintifik dikelas, guru SMP masih belum
terbiasa atau kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Akibatnya guru lebih
memilih menggunakan cara lama yaitu dengan menggunakan metode ceramah.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum 2013 mengamanatkan pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik. Model pembelajaran sangat penting peranannya dalam kurikulum
2013 sebagai implementasi pendekatan saintifik dengan menggunakan
model yang disaran.
2. Pengembangan model pembelajaran harus menggunakan prosedur yang
jelas dengan mempertimbangkan karakteristik KI-KD, serta kesesuaian
dengan pendekatan saintifik.
3. Model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik adalah
Discovery learning, Project Based Learning, dan Problem Based
Learning.
B. Saran
Kurikulum 2013 mengamanatkan pemakaian model pembelajaran berbasis
saintifik dengan beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan. Dalam
imlementasi kurikulum 2013 di lapangan, guru dan segenanp civitas sekolah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang diamanatkan, walaupun tidak
keseluruhan, namun bertahap.
17
DAFTAR PUSTAKA
Baiduri dkk. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di
SMP. UMM.
Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 65 Tahun.
Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A
Tahun 2013.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. 2013. Pendampingan Kurikulum
2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
18