tgs 1 model

29
KATA PENGANTAR Puji dan segenap rasa syukur penulis haturkan kepada Allah yang Maha Kuasa, berkat limpahan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul : Peran, Prosedur, dan Implementasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013”. Salawat serta salam tidak lupa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi dan memberi bekal ilmu yang dapat kita jadikan pedoman. Berbagai rintangan dan hambatan dalam penulisan ini dapat penulis hadapi dengan baik tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Model Pembelajaran 2. Orang tua yang telah memberikan dukungan yang tiada henti. 3. Teman – teman kelompok satu yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini. 4. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan. Penulis berdoa semoga segala bantuan, bimbingan, motivasi, serta doa menjadi ibadah dan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. i

Upload: firza-melidha

Post on 04-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengembangan model pbm

TRANSCRIPT

Page 1: TGS 1 MODEL

KATA PENGANTAR

Puji dan segenap rasa syukur penulis haturkan kepada Allah yang Maha

Kuasa, berkat limpahan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan Makalah

dengan judul : ”Peran, Prosedur, dan Implementasi model pembelajaran sesuai

kurikulum 2013”. Salawat serta salam tidak lupa disampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi dan memberi bekal ilmu yang

dapat kita jadikan pedoman.

Berbagai rintangan dan hambatan dalam penulisan ini dapat penulis hadapi

dengan baik tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S sebagai dosen pengampu mata kuliah

Pengembangan Model Pembelajaran

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan yang tiada henti.

3. Teman – teman kelompok satu yang telah bekerjasama dalam

pembuatan makalah ini.

4. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan.

Penulis berdoa semoga segala bantuan, bimbingan, motivasi, serta doa

menjadi ibadah dan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Penulis

menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik, saran

maupun komentar yang membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Padang, Agustus 2015

Penulis

i

Page 2: TGS 1 MODEL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Pembatasan Masalah.......................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................2

D. Manfaat............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Peran Model Pembelajaran Sesuai kurikulum 2013..................3

B. Prosedur Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013............6

C. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013..........................11

D. Implementasi Model dengan Pendekatan Saintifik pada

Jenjang SMP.................................................................................19

BAB III PENUTUP.........................................................................................20

A. Kesimpulan...................................................................................20

B. Saran.............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21

ii

Page 3: TGS 1 MODEL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat

strategis karena merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. (PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 1

ayat 13 dalam Masnur (2007)). Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat

panduan interaksi antara guru dan peserta didik. Dengan demikian, kurikulum

berfungsi sebagai “nafas atau inti” dari proses pendidikan di sekolah untuk

memberdayakan potensi peserta didik.

Kurikulum yang berjalan di Indonesia pada saat sekarang ini adalah

kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum

sebelummya. Perubahan kurikulum ini didasari atas kebutuhan setiap masing-

masing satuan pendidikan. Kurikulum ini ditujukan agar dunia pendidikan dapat

menghadapi berbagai tantangan dan rintangan setiap permasalahan baik internal

dan eksternal dalam dunia pendidikan. Pengembangan kurikulum 2013

menekankan pada pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan

perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar

agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang

dihasilkan (Kemendikbud (2014) dalam M. Nuh (2014)). Dengan adanya

pengembangan kurikulum 2013 dan dapatnya menerapkan kurikulum pendidikan

2013 dalam dunia pendidikan diharapkan dapat menghadapi globalisasi dan

tuntutan masyarakat Indonesia di masa depan pada bidang pendidikan.

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena

itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam

pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan

dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam

pendekatan atau proses kerja yang memenuhi criteria ilmiah, para ilmuan lebih

1

Page 4: TGS 1 MODEL

mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan

penalaran deduktif (deductive reasoning).

Implementasi kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran fisika,

peserta didik dituntut untuk dapat lebih aktif dalam menemukan hal-hal yang baru

dan menyimpulkan setiap permasalahan yang dialaminya. Dengan adanya

tuntutan pembelajaran seperti ini, guru diharapkan dapat menggunakan strategi,

model, pendekatan, metode, serta bahan pembelajaran yang cocok dalam

implrmentasi pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini ditegaskan agar implementasi

kurikulum 2013 dapat dijalankan dengan baik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang akan

dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Kurikulum 2013

2. Model-model pembelajaran kurikulum 2013

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran model pembelajaran yang sesuai dengan materi fisika

SMP?

2. Bagaimana prosedur pengembangan model pembelajaran yang sesuai

dengan materi fisika SMP?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran dengan pendekatan saintifik

di jenjang SMP?

D. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan peran model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum

2013.

2. Menjelaskan prosedur model pembelajaran yang sesuai dengan materi

fisika SMP.

3. Menjelaskan implementasi model pembelajaran dengan pendekatan

saintifik di jenjang SMP.

2

Page 5: TGS 1 MODEL

E. Manfaat

Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca

khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.

2. Membantu mahasiswa memahami model pembelajaran yang sesuai

kurikulum 2013.

3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan model

pembelajaran program studi pendidikan Fisika Fakultas pascasarjana

Universitas Negeri Padang.

3

Page 6: TGS 1 MODEL

BAB II

ISI

A. Peran model pembelajaran sesuai kurikulum 2013

Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna

manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga

sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak

akan berlangsung secara efektif.

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum

sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah

dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai

implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan

pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi

kurikulum.

Dalam Kurikulum 2013, proses pembelajaran dirancang berpusat pada

peserta didik (student centered active learning), tidak lagi berpusat pada guru

(teacher centered learning). Selain itu, sifat pembelajaran yang kontekstual

artinya, guru tidak hanya beracuan pada buku teks saja tetapi juga harus mampu

mengkaitkan materi yang disampaikannya secara kontekstual.

Dalam proses pembelajaran terdapat istilah model

pembelajaran yang memiliki arti sebagai bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dari pengertian umum tentang model

pembelajaran tadi dapat dipahami bahwa model pembelajaran

sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Model pembelajaran memiliki peranan yang cukup besar

terhadap proses belajar mengajar. Misalnya dapat digunakan

oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran

dengan baik. Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah

adalah rendahnya hasil belajar siswa.

Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi

kurikulum yang cocok untuk diaplikasikan IPA SMP dan sederajat. Model

4

Page 7: TGS 1 MODEL

pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif

mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan

otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba

memadukan beberapa pokok bahasan.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,

menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian,

peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang

dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara

pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh

terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar

yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses

belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif,

sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan

keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata

dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik

tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin

keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran

IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut

makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan

sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup

dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan

makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi

dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa

konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali

dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk

pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan

akan lebih efektif.

5

Page 8: TGS 1 MODEL

B. Prosedur model pembelajaran sesuai kurikulum 2013

Proses pembelajaran siswa harus sesuai dengan cara gaya

belajar mereka, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam

prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model

pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.

Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat

haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,

fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam

implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri

(Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery

(Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek

(Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis

permasalahan (Problem Based Learning).

Untuk menentukan model pembelajaran yang akan

dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi

sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan

dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.

Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-

1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan

kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran

dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan

kompetensi pengetahuan dan keterampilan.

Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan

pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati

(observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi

6

Page 9: TGS 1 MODEL

Merumuskan indikator

pembelajaran terpadu

Menetapkan bidang kajian yang akan

dipadukan

Mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar

bidang kajian

Memilih/menetapkan tema atau topik

pemersatu

Membuat matriks atau bagan hubungan

kompetensi dasar dan tema atau topik

pemersatu

Meninjau silabus pembelajaran

terpadu

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

terpadu

(experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar

(assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).

Dengan memperhatikan prosedur pengembangan model pembelajaran

tersebut, guru mampu menentukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan karakteristik yang dituntut. Sehingga model pembelajaran yang

dikembangkan sinkron dengan kondisi yang ditemui di lapangan.

Untuk pembelajaran terpadu pada kurikulum SMP, pengembangan model

pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan

evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada

semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang

sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar pada semester lainnya.

Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan

mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan,

dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki

peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

mata pelajaran IPA.

Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu

yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu

berikut ini:

7

Page 10: TGS 1 MODEL

Gambar 1. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

Langkah (1):

Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan

beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan

alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi inti dan

kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar.

Langkah (2):

Langkah berikutnya dalam pengembangan model pembelajaran terpadu

adalah mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang

akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada bidang kajian IPA. Kegiatan

pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh.

Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan

model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasikan Kompetensi Inti dalam berbagai Standar Kompetensi

yang memiliki potensi untuk dipadukan.

b. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan

dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang

tidak diintegrasikan disajikan secara tersendiri.

c. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa

dipetakan dengan topik/tema lainnya.

Langkah (3):

Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan

penentuan tema pemersatu antar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Tema

yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan

dapat dirumuskan berdasarkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari,

kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai

8

Page 11: TGS 1 MODEL

bidang kajian IPA. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPA pada satu

tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada

pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.

a. Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar-

Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA.

b. Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi Dasar yang terdapat

dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman

pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.

c. Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat

menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar-

Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.

Langkah (4):

Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik

pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik

dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan.

Langkah (5):

Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema

pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam

indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk meninjau

silabus.

Langkah (6):

Silabus pembelajaran IPA terpadu dikembangkan dengan indikator bidang

kajian IPA menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan

atau keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian IPA. Komponen

penyajian silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPA, Kompetensi Dasar,

Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar.

Langkah (7):

Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu,

selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada

9

Page 12: TGS 1 MODEL

pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada

strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.

Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari

pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran

terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar

yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat

media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang

digunakan.

C. Model-Model Pembelajaran yang sesuai Kurikulum

2013

Pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan

saintifik sesuai dengan anjuran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar proses yang menggunakan pembelajaran

dengan pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik. Pembelajaran

dengan pendekatan saintifik, siswa akan mengkonstruksi pengetahuan bagi

dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis,

berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di

sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit

menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah,

sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni

sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal

(Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013). Pembelajaran saintifik meningkatkan

kompetensi siswa dalam berbagai kompetensi baik pengetahuan, sikap dan

keterampilan.

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,

hukum atau prinsip.

10

Page 13: TGS 1 MODEL

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan

pendekatan saintifik.

1. Model Inquiry Learning

Model pembelajaran Inkuiri cocok digunakan pada pembelajaran fisika,

tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai

dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam

model inkuiri terdiri atas:

a. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam

Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik

bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran

tertentu.

b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi

Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui

kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang

lain.

c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban

Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan

penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

d. Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang

diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi

dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu

kesimpulan.

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah

atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau

menyajikan hasil temuannya.

11

Page 14: TGS 1 MODEL

2. Model Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk

memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya

sampai kepada suatu kesimpulan. Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk

akhir, tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin

diketahui dan dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri, kemudian

mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang mereka ketahui dan pahami dalam

suatu bentuk akhir. Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam

penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,

penentuan dan inferring. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan

discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and

principles in the mind.

Penggunaan Discovery Learning ingin mengubah kondisi belajar yang pasif

menjadi aktif dan kreatif, pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented,

dan mengubah modus ekspository siswa hanya menerima informasi dari guru ke

modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Langkah-langkah dalam

mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut.

a. Stimulation (memberi stimulus)

Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan dapat berupa bacaan, atau

gambar, atau situasi sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang

akan dibahas, sehingga peserta didik mendapat pengalaman belajar

mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca,

mengamati situasi atau melihat gambar.

b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah)

Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan

apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan

pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan

masalah.

c. Data Collecting (mengumpulkan data)

Tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan

mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan

12

Page 15: TGS 1 MODEL

solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih

ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk

mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika

satu alternatif mengalami kegagalan.

d. Data Processing (mengolah data)

Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan

mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk

diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan

melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.

e. Verification (memferifikasi).

Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau

keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain

bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan

baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi

suatu kesimpulan.

f. Generalization (menyimpulkan).

Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil

simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga

kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

3. Problem Based Learning

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar

melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan

dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut:

a. Mengorientasi peserta didik pada masalah

Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang

menjadi objek pembelajaran.

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik

menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah

kajian.

13

Page 16: TGS 1 MODEL

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk

memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah

yang dikaji.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan

berbagai data lain dari berbagai sumber.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada,

selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

4. Project Based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/ PjBL) adalah

model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti

pembelajaran. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan informasi

untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek

merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal

dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada

permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan

memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan

pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah

proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam

kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat

berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang

sedang dikajinya.

Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang

berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada

para siswa untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara

yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep

Pendidikan Berbasis Produksi.

14

Page 17: TGS 1 MODEL

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan

pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan

insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing

peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai

subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta

didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang

bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah

awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang

muncul dari fenomena yang ada.

b. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab

pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui

percobaan.

c. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan

sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang

tersedia dan sesuai dengan target.

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan

monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik

mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.

e. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan

dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk

mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada

mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

D. Implementasi Model dengan Pendekatan Saintifik pada

Jenjang SMP

Implementasi kurikulum 2013 pada jenjang SMP dilakukan dengan

menyusun pendampingan dan eveluasi kurikulum 2013. Di dalam pendampingan

dan eveluasi kurikulum 2013 salah satunya berisi model dan pendekatan dalam

kurikulum 2013 yang dilaksanakan secara terpadu meliputi IPA terpadu.

15

Page 18: TGS 1 MODEL

Model dan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 harus

memiliki kesesuaian dengan pendekatan saintifik. Di dalam pendampingan dan

evaluasi kurikulum 2013 menyebutkan bahwa model yang sejalan dengan

pendekatan saintifik adalah discovery learning, pembelajaran berbsais proyek dan

pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian untuk melihat hasil implementasi model dengan pendekatan

saintifik pada jenjang SMP dilakukan oleh Astnan dan Gazali (2013) dengan

kesimpulan pendekatan saintifik membuat pembelajaran menjadi bermakna.

Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Baiduri dkk (2014) yang menyatakan

bahwa pendekatan saintifik dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam

pembelajaran.

Kendala yang terjadi pada sebagian guru SMP yakni penerapan

penggunaan model dengan pendekatan saintifik dikelas, guru SMP masih belum

terbiasa atau kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Akibatnya guru lebih

memilih menggunakan cara lama yaitu dengan menggunakan metode ceramah.

16

Page 19: TGS 1 MODEL

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kurikulum 2013 mengamanatkan pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik. Model pembelajaran sangat penting peranannya dalam kurikulum

2013 sebagai implementasi pendekatan saintifik dengan menggunakan

model yang disaran.

2. Pengembangan model pembelajaran harus menggunakan prosedur yang

jelas dengan mempertimbangkan karakteristik KI-KD, serta kesesuaian

dengan pendekatan saintifik.

3. Model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik adalah

Discovery learning, Project Based Learning, dan Problem Based

Learning.

B. Saran

Kurikulum 2013 mengamanatkan pemakaian model pembelajaran berbasis

saintifik dengan beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan. Dalam

imlementasi kurikulum 2013 di lapangan, guru dan segenanp civitas sekolah

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang diamanatkan, walaupun tidak

keseluruhan, namun bertahap.

17

Page 20: TGS 1 MODEL

DAFTAR PUSTAKA

Baiduri dkk. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di

SMP. UMM.

Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 65 Tahun.

Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A

Tahun 2013.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. 2013. Pendampingan Kurikulum

2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

18