tgs prof asfah bru
TRANSCRIPT
1
1. Decoding Or Phonetic Reading Approach
A. Pengertian Fonetik
Masalah yang pertama kali dihadapi oleh sesorang dalam mempelajari bahasa lisan,
terutama bahasa asing, ialah masalah ucapannya. Sebelum mempelajari makna
berbagai kata dan tata bahasa yang akan dihadapinya, terlebih dahulu ia harus
mengenali bunyi-bunyi yang digunakan didalamnya. Seperti apa yang telah
dikemukakan pada bahasan sebelumnya Fonetik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suate bunyi bahasa
diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa.
Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa
dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk
mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya
dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara
they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik,
orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.
Fonetik adalah suatu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari bunyi bahasa
secara eksklusif atau mempelajari bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi tersebut
membedakan arti atau tidak. Secara rinci dapat dikatakan bahwa fonetik adalah ilmu
yang merekam dan menganalisis berbagai bunyi dan elemen-elemen bahasa serta
penggunaan dandistribusinya di dalam kalimat-kalimat yang bersangkutan. Di dalam
penggunaan bahasa lisan hampir selalu ada dua pihak yakni pembicara dan
2
pendengar. Pihak pertama memproduksi bunyi-bunyi bahasa, sedangkan pihak kedua
menerima dan memahaminya. Dengan demikian, kita tahu bahwa dalam fonetika
terdapat dua aspek penting yakni aspek akustik dan aspek fisiologis atau artikulatoris.
Aspek yang pertama mempelajari struktur lahir bunyi yang digunakan serta cara
telinga mereaksi terhadap bunyi-bunyi tersebut. Aspek lainnya mempelajari
mekanisme yang mempunyai peranan dalam memproduksi bunyi-bunyi itu dan cara
memproduksinya.
Ilmu fonetik mempunyai empat cabang utama yaitu:
(1) ilmu fonetik umum;
(2) ilmu fonetik deskriptif;
(3) ilmu fonetik historis; dan
(4) ilmu fonetik normatif.
Cabang yang pertama mempelajari susunan alat ucap dan kemungkinan
penggunaannya untuk memproduksi bunyi bahasa. Cabang yang kedua mempelajari
hal-hal yang istimewa dalam suatu bahasa atau dialek tertentu. Cabang yang ketiga
mempelajari perubahan-perubahan fonetik yang dialami oleh suatu bahasa dalam
sejarah pertumbuhannya. Cabang yang terakhir merupakan keseluruhan perangkat
kaidah yang menentukan ucapan yang baik berdasarkan norma ucapan yangdiakui
oleh pemakai bahasa di suatu negara, masyarakat suatu unit budaya, atau suatu
kelompok sosial. Yang menjadi perhatian utama dalam modul perkuliahan ini adalah
3
ilmu fonetik umum yang mencakup fonetika fisiologis, fonetika akustik, dan fonetika
auditoris. Di antara tiga macam fonetika itu yang sangat berhunbungan dengan
pengajaran adalah fonetika fisiologis (fonetik artikulatoris).
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik,
departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya
pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat,
seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang
pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya
untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad
fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan
yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik
internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung,
beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah
hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu,
namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa
dengan tepat.fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti.
fonemik adalah bagian ilmu bahasa (linguistik) yang meneliti masalah fonem.
Sedangkan artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran-saluran suara
untuk menghasilkan bunyi bahasa; pengucapan bunyi bahasa. Huruf adalah lambang
bunyi-bunyi bahasa dalam tata tulis
4
B. Bidang Kajian Fonetik
1. Fonetik artikulatoris/ organis/ fisiologis adalah fonetik yang mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam alat ucap manusia
menghasilkan bunyi bahasa, bagaimana bunyi diucapkan dan dibuat, dan bagaimana
bunyi bahasa itu diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya.
Catatan : Jenis fonetik ini banyak berhubungan dengan linguistik
2. Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi bahasa sebagai gejala
fisis. Bunyi diteliti frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya Jenis
fonetik ini lebih banyak berhubungan dengan fisika dalam laboratorium fonetis.
Misalnya: dalam pembuatan rekaman suara penyanyi, pembuatan telepon, dubbing ,
dan lain-lain.
3. Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi
bahasa sebagai getaran udara. Jenis fonetik ini cenderung masuk bidang neurologi
ilmu kedokteran.
C. Alat Ucap
Pada bahasan sebelumnya telah disinggung bahwa bunyi bahasa dapat dipelajari
dengan berbagai cara: akustik, auditoris, fisiologis (artikulatoris), sehingga tumbuhlah
fonetik akustik, fonetik auditoris, dan fonetik artikulatoris. Fonetik artikulatoris
membicarakan cara-cara alat ucap membentuk berbagai bunyi bahasa. Dalam hal ini
5
yang terlebih dahulu untuk dipelajari adalah alat ucap dan bagian-bagiannya. Alat-
alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa (fon) dibedakan
menjadi tiga bagian yakni
(1) artikulator;
(2) titik artikulasi; dan
(3) alat-alat lain yang mendukung proses terjadinya bunyi bahasa.
1) Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara leluasa dan
dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik artikulasi) serta dapat
membentuk bermacam-macam posisi. Alat bicara semacam ini terletak di bagian
bawah atau rahang bawah.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a) bibir bawah (labium);
b) gigi bawah (dentum);
c) ujung lidah (apeks);
d) depan lidah (front of the tongue);
e) tengah lidah (lamino);
f) belakang lidah (dorsum); dan
6
g) akar lidah.
2) Titik Artikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan dan
bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas. Alat-alat ucap
yang termasuk pada bagian ini antara lain:
a) bibir atas (labium);
b) gigi atas (dentum);
c) lengkung kaki gigi atas (alveolum);
d) langut-langit keras (palatum);
e) langit-langit lunak (velum); dan
f) anak tekak (uvula).
3) Alat-alat Lain
Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan titik artikulasi
yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa. Yang termasuk alat-alat lain
antara lain:
a) hidung (nose);
b) rongga hidung (nasal cavity);
c) rongga mulut (oral cavvity);
d) pangkal kerongkongan (faring);
e) katup jakun (epiglotis);
7
f) pita suara;
g) pangkal tenggorokan (laring);
h) batang tenggorokan (trachea);
i) paru-paru;
j) sekat rongga dada (diafragma);
k) saraf diafragma;
l) selaput rongga dada (pleural cavity); dan
m) bronchus.
Di dalam rongga dada kita mempuntyai paru-paru dan sekat rongga dada atau
diafragma yang mengatur keluar dan masuknya udara yang sangat penting artinya
dalam pembentukan bunyi bahasa. Dalam gerakan pernafasan udara keluar dan
masuk dengan bebas, tidak mengalami rintangan, dan tidak pula mengikuti perintah
tertentu. Pernafasan ketika orang tidur lelap tidak ada bedanya dengan pernafasan
ketika bangun dan sadar. Pembentukan bunyi bahasa lain lagi halnya. Baik
pembentukan maupun pemahaman bunyi bahasa harus diawali oleh suatu kegiatan
mental. Tanpa intelegensi mustahil bisa lahir bunyi bahasa. Bila seseorang merasa
perlu untuk menyatakan pikiran, perasaan, keinginan, atau hasil pengindraannya,
maka otaknya segera memberikan perintah kepada alat bicara yang memberikan
reaksi dalam waktu yang amat singkat sehingga terbentuklah bunyi-bunyi bahasa
yang tersusun lancar menurut kaidah tertentu sehingga mendukung makna yang
sesuai dengan maksud pemakai bahasa.
8
Tenggorokan dilengkapi dengan bagian yang sangat penting yang disebut
selaput suara atau pita suara. Selaput suara dapat diatur bentuknya dengan mudah,
dan dapat digetarkan oleh udara yang keluar maupun yang masuk ke paru-paru.
Getaran selaput suara dapat diketahui dengan jalan meletakkan tangan di tenggorokan
(di bagian jakun) waktu kita mengeluarkan bunyi tertentu.
Di bagian atas rongga tenggorokan terdapat rongga kerongkongan, rongga
mulut, dan rongga hidung. Ketiga alat itu disebut rongga spragotal yang berfungsi
sebagai resonator atau pengalun. Di dalam rongga supraglotal itulah sebagian besar
bunyi bahasa yaitu vokal, konsonan, semivokal, diftong, dan bunyi bahasa lainnya
dibentuk.
Udara dari paru-paru berhembus ke luar oleh adanya tekanan diafragma. Arus
udara itu keluar melewati tranchea, laring, pita suara dan faring. Kemudian arus udara
dari faring ini bisa terbelah menjadi dua yaitu lewat mulut atau hidung. Aliran udara
yang keluar dari paru-paru ini bisa bebas tanpa adanya halangan sebagai akibatnya,
timbulah bermacam-macam bunyi bahasa, antara lain adanya bunyi hambat (stop),
frikatif, lateral, dan sebagainya.
Alat bicara manusia antara satu dengan yang lain sanling berhubungan untuk
membentuk bunyi bahasa. Dengan demikian fungsi masing-masing alat bicara
kemungkinan ada sangkut pautnya dengan alat lain. Berikut ini adalah fungsi-fungsi
yang dimaksud.
9
1) Paru-paru
Paru-paru mempunyai tugas bersama dengan diafragma untuk menghembuskan
udara ke luar sehingga menimbulkan bunyi bahasa. Paru-paru biasa disebut
sebagai motor penggerak alat bicara.
2) Pita Suara
Pita suara ini tempatnya di bawah jakun yang terdiri atas sepasang pita. Di tengah-
tengah pita suara ini ada celah yang bisa melebar dun menyempit. Celah pits suara
ini lebih dikenal dengan sebutan glotis. Pita suara manusia dapat berubah-ubah
posisinya, antara lain sebagai berikut ini.
a) posisi terbuka lebar
Posisi seperti ini tidak menghasilkan bunyi bahasa dart terjadi pada pernafasan normal saja.
b) posisi agak menyempit
posisi seperti ini akan menghasilkan bunyi tak bersuara, misalnya: [p], [t], [k], [c].
c) posisi menyempit
posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa bersuara, misalnya [b], [d], [g], [j].
d) posisi tertutup
posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa hamzah atau glotal stop, misalnya [h], dan [?].
10
3) Laring
Di dalam alert ini terdapat pita suara (vocal cord) yang melintang dari arah depan ke belakang. Dengan demikian fungsi alat ini ialah untuk meneruskan aliran udara yang berhembus dari paru-paru ke faring.
4) Faring
Fungsi alat ini yang utama ialah meneruskan aliran udara dari Pita suara. Akan tetapi alat ini bisa membentuk bunyi bahasa hamzah setelah bersentuhan dengar akar lidah (radik) sehingga bunyi senacam ini disebut bunyi faringal.
5) Lidah
Lidah merupakan salah satu artikulator yang sangat penting di dalam proses pembentukan bunyi bahasa. Pentingnya lidah ini bisa dilihat dari bunyi yang dihasilkannya bisa berupa vokal dan, konsonan. Vokal dihasilkan oleh gerak perpindahan posisi lidah tanpa bersentuhan tiengan titik artikulasi. Jika gerak-gerak perpindahan posisi ini bersentuhan dengan titik artikulasi, maka akan menghasilkan bunyi konsonan.
6) Bibir
Ada beberapa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh sentuhan baik secara langsung atau tidak oleh bibir manusia. Bunyi [p, b] terjadi karena sentuhan antara bibir bawah dengan bibir atas sehingga aliran udara tertahan sebentar. Selanjutnya aliran udara tersebut dihembuskan sampai terdengarnya bunyi tersebut. Bunyi [p,b] dalam fonetik disebut bunyi bilabial, sebab terjadi karena sentuhan kedua bibir yaitu bibir atas dan bibir bawah. Selain itu, kedua bunyi itu dapat dinamai stop bilabial.
Terjadinya Bunyi:
Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-
paru. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan keluar bersama-sama
waktu sedang bernapas. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil
bunyi bahasa) mendapat hambatan di berbagai tempat alat-alat bicara dengan
11
berbagai cara sehingga terjadi bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati
diantaranya batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut,
rongga hidung. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam keadaan
terbuka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara, bunyi bahasa tidak
akan terjadi. Syarat terjadinya bunyi bahasa secara garis besar. ada 4 : - mengalirnya
udara - fonasi - artikulasi - oral - nasal
Alat ucap :
1. paru-paru (lungs)
2. batang tenggorok (trachea)
3. pangkal tenggorok (larynx)
4. pita-pita suara (vocal cords)
5. krikoid (cricoid)
6. tiroid (thyroid/lekum)
7. aritenoid (arythenoids)
8. dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. epiglotis (epiglottis)
10. akar lidah (root of the tongue)
11. punggung lidah/ pangkal lidah (dorsum)
12. tengah lidah (medium)
13. daun lidah (lamina)
14. ujung lidah (apex)
15. anak tekak (uvula)
16. langit-langit lunak (velum)
12
17. langit-langit keras (palatum)
18. gusi dalam/ ceruk gigi (alveolae)
19. gigi atas (denta)
20. gigi bawah (denta)
21. bibir atas (labia)
22. bibir bawah (labia)
23. mulut
24. rongga mulut (oral cavity)
25. rongga hidung (nasal cavity)
2. Look and Say Method
edu Sensus adalah produk unik yang - karena metodologinya dan lingkungan belajar
yang inovatif bersama-sama dengan konten yang menarik dan desain menciptakan
dunia yang menarik untuk pendidikan dini dan terapi kebutuhan khusus. Di Seluruh
tahun itu berkembang menjadi produk yang kompleks dan komprehensif digunakan
untuk terapi berbagai intelektual dan ganggua motorik, untuk pencegahan dini serta
untuk peningkatan pengembangan awal dan bahkan untuk belajar bahasa. Anak-anak
sekarang dapat menikmati dan mendapatkan keuntungan dari lingkungan yang akrab
yang terasa alami dan non-invasif. Tergantung pada pendekatan metodologis dan
bimbingan produk tertentu dapat digunakan dalam berbagai cara: Fokus utama dari
Tampilan dan Say adalah untuk memperluas pengetahuan anak dari kosakata dalam
kategori leksikal tertentu dan menguasai keterampilan komunikasi dan kompetensi.
13
Koleksi multimedia kosakata dibagi menjadi 30 kategori, masing-masing disertai oleh
sejumlah layar dan kegiatan pada tingkat kesulitan yang berbeda. Program ini
menggunakan metode 'melihat dan mengatakan' - sebuah metode mengajar pemula
untuk membaca dengan menghafal dan mengenali kata-kata utuh, bukan dengan
menghubungkan huruf dengan suara.
Bahasa Isyarat dan film Bibir berbahasa - Dengan program ini, anak-anak dapat
mempelajari dasar-dasar bahasa isyarat dan memiliki kesempatan untuk melihat
secara dekat gerakan bibir yang dilakukan sementara kata-kata tertentu yang
diucapkan. Belajar simultan bahasa isyarat dan bahasa lisan mengaktifkan kedua
belahan otak, yang dapat membantu menghindari disgrafia dan masalah disleksia.
Penandatanganan juga merupakan dasar yang baik untuk komunikasi kemudian
dengan tuli, dan karena itu mengajarkan seseorang untuk mentolerir dan memahami
orang lain
Video dan pembangun komik mengembangkan kreativitas anak-anak dan
memungkinkan untuk memeriksa apakah anak menggunakan kosakata dalam logis
dan komprehensif cara. Lembar kerja dicetak menawarkan bantuan yang sangat
berharga untuk guru dalam menciptakan kelas dan memantau kemajuan anak. Sesi
Creator memungkinkan guru untuk mempersiapkan set mereka sendiri pelajaran dan
menambahkan bahan mereka sendiri.
14
Tampilan dan Katakanlah tambahan berisi pilihan pencarian, memungkinkan format
teks, dan menawarkan transkrip rekaman dan Sistem motivasi (audio dan grafis).
Kemampuan pendidikan prasekolah
Tampilan dan Say adalah alat inovatif yang memungkinkan guru atau terapis untuk
membuat kelas atau sesi terapi lebih menyenangkan. Program ini memberikan
kontribusi signifikan terhadap peningkatan pasif dan aktif kosakata anak dan
menambahkan item baru ke toko leksikal anak. Produk ini menggunakan 'melihat dan
mengatakan' metode - metode mengajar pemula untuk dibaca dengan menghafal dan
mengenali kata-kata utuh, bukan dengan menghubungkan huruf dengan suara.
Tampilan dan Say dapat digunakan selama sesi individu atau kelompok atau kelas
pra-sekolah, sekolah khusus, lembaga pendidikan terpadu atau tahun-tahun awal
sekolah dasar.
Tampilan dan Say memungkinkan guru untuk:
· Mencegah bahasa dan komunikatif penundaan
· Memverifikasi pekerjaan murid selama kegiatan
Pendidikan Kebutuhan Khusus kemampuan
Tujuan utama dari produk adalah terapi dan pendidikan:anak-anak dengan:
· Bahasa Penurunan Tertentu (SLI)
· Pengembangan Bahasa Penundaan (LDD)
15
· Terapi wicara
· Profilaksis gangguan bicara dan bahasa
· Penundaan kognitif
Tampilan dan Say memungkinkan terapis untuk:
· Memberikan variasi dalam sesi kompensasi dan rehabilitasi
· Dukungan terapi pendidikan dan pidato
· Mengatur kursus khusus untuk siswa yang akan mendapatkan keuntungan dari
pengenalan individual untuk bahan
· Memverifikasi pekerjaan pasien selama kegiatan
3. the whole - language movement (seluruh - gerakan bahasa )
A) Pendekatan Whole Language Dalam Pembelajaran Bahasa
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan
pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah - pisah (Edelsky, 1991; Froese, 1990;
Goodman, 1986; Weaver, 1992). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa
bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah- pisahkan (Rigg,
1991). Oleh karena itu pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa
seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi
nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca seperti koma,
semikolon, dan kolon misalnya, diajarkan sehubungan dengan pelajaran menulis.
16
Jangan mengajarkan penggunaan tanda baca tersebut hanya karena materi itu tertera
dalam kurikulum.
Pendekatan whole language didasari oleh paham contructivism yang
menyatakan bahwa anak/ siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran
aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Roberts, 1996).
Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya itu
diperlukan oleh mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar
dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari desiminator
informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993 ).
B) KOMPONEN – KOMPONEN WHOLE LANGUAGE
Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,
tentang pembelajaran dan tentang orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran.
Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan
secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
diajarkan secara terpadu. Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan
komponen whole language yaitu :
1. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk
siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks
17
atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi
yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati
ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud, antara lain meningkatkan
keterampilan menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan
membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan
minat baca pada siswa.
2. Jurnal Writing
Jurnal writing atau menulis jurnal adalah komponen yang dapat dengan
mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk
mengungkapkan perasaannya, meceritakan kejadian disekitarnya,
membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk
tulisan. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis jurnal antara lain
sebagai berikut
a. Meningkatkan kemampuan menulis.
b. Meningkatkan kemampuan membaca.
c. Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko.
d. Memberi kesempatan untuk membuat refleksi.
e. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi.
f. Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.
g. Meningkatkan kemampuan berpikir.
h. Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis.
i. Menjadi alat evaluasi
18
j. Menjadi dokumen tertulis
3. Sustained Silent Reading
Sustained silent reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan
oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri
buku atau materi yang akan dibacanya. Pesan yang ingin disampaikan kepada
siswa melalui kegiatan ini adalah :
a. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan;
b. Membaca dapat dilakukan oleh siapa pun;
c. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut;
d. Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu
yang cukup lama;
e. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca;
f. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang
dibacanya setelah kegiatan sustained silent reading berakhir.
4. Shared Reading
Shared reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa
dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini
dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa
cara melakukan kegiatan ini, yaitu :
a. Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah);
b. Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera
pada buku;
19
c. Siswa membaca bergiliran;
Maksud kegiatan ini adalah :
a. Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan
guru membaca sebagai model;
b. Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan
membacanya;
c. Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh
membaca yang benar.
5. Guided Reading
Guided reading adalah kegiatan membaca dimana guru lebih berperan sebagai
model dalam membaca atau guru hanya sebagai pengamat atau fasilitator.
Dalam kegiatan ini semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang
sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan
kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.
6. Guided Writing
Guided writing adalah menulis terbimbing dimana peran guru adalah sebagai
fasilitator sehingga guru hanya membantu siswa menemukan apa yang ingin
ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.
Dan dalam hal ini guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur.
7. Independent Reading
20
Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana
siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.
Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang
dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model,
dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi
respons.
8. Independent Writing
Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam menulis bebas siswa mempunyai
kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung
jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam
independent writing, antara lain menulis jurnal, dan menulis respons.
C) PENILAIAN DALAM KELAS WHOLE LANGUAGE
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan
kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama pembelajaran
berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa
berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap –
cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan, bahkan
guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat.
21
Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang
menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah.
(Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa,
2004). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu
kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu,
pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa
dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau
otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan
sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga
pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran
berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran
membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole
language , pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi
pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains,
bahasa-agama. Pendekatan whole language didasari oleh paham
konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri
pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole ) dan
terpadu (integrated ) (Robert dalam Santosa, 2004:2.3). Anak termotivasi untuk
belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang bermakna bagi
mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan
lingkungan yang Metodologi Pembelajaran menunjang untuk siswa agar
mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language
22
berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme &
Hysmith, 1993).
D) Ciri-ciri Kelas Whole Language
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
Barang-barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa
menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang dibuat
siswa menggantikan bulletin board yang dibuat oleh guru. Salah satu sudut kelas
diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis buku (tidak hanya
buku teks), majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbagai barang cetak
lainnya.
b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama
melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas whole
language hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung
jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.
e. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini
interaksi guru adalah multiarah.
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak
mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang
diberikan siswa dapat diterima.
23
g. Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik dari guru maupun temannya.
Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk
melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang
mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari temannya.
Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri. Dari ketujuh ciri tersebut dapat
terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri
lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas
mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara
informal.
E) Penilaian dalam Kelas Whole Language
Dalam kelas whole language guru senantiasa memperhatikan kegiatan
yang dilakukan oleh siswa. Secara informal selama pembelajaran berlangsung
guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam
kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya
atau dengan guru, penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga memberikan
penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat. Kemudian, penilaian juga
berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Walaupun guru tidak
terlihat membawa-bawa buku, guru menggunakan alat penilaian seperti lembar
observasi dan catatan anekdot. Dengan kata lain, dalam kelas whole language
guru memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Selain penilaian informal, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan
24
portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja selama kegiatan pembelajaran.
Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.