tgs prof asfah bru

36
1 1. Decoding Or Phonetic Reading Approach A. Pengertian Fonetik Masalah yang pertama kali dihadapi oleh sesorang dalam mempelajari bahasa lisan, terutama bahasa asing, ialah masalah ucapannya. Sebelum mempelajari makna berbagai kata dan tata bahasa yang akan dihadapinya, terlebih dahulu ia harus mengenali bunyi-bunyi yang digunakan didalamnya. Seperti apa yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suate bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan

Upload: indah-nurfaidah

Post on 23-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tgs Prof Asfah Bru

1

1. Decoding Or Phonetic Reading Approach

A. Pengertian Fonetik

Masalah yang pertama kali dihadapi oleh sesorang dalam mempelajari bahasa lisan,

terutama bahasa asing, ialah masalah ucapannya. Sebelum mempelajari makna

berbagai kata dan tata bahasa yang akan dihadapinya, terlebih dahulu ia harus

mengenali bunyi-bunyi yang digunakan didalamnya. Seperti apa yang telah

dikemukakan pada bahasan sebelumnya Fonetik, yaitu bagian fonologi yang

mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suate bunyi bahasa

diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa.

Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa

dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk

mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya

dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara

they dan day, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik,

orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.

Fonetik adalah suatu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari bunyi bahasa

secara eksklusif atau  mempelajari bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi tersebut

membedakan arti atau tidak. Secara rinci dapat dikatakan bahwa fonetik adalah ilmu

yang merekam dan menganalisis berbagai bunyi dan elemen-elemen bahasa serta

penggunaan dandistribusinya di dalam kalimat-kalimat yang bersangkutan. Di dalam

penggunaan bahasa lisan hampir selalu ada dua pihak yakni pembicara dan

Page 2: Tgs Prof Asfah Bru

2

pendengar. Pihak pertama memproduksi bunyi-bunyi bahasa, sedangkan pihak kedua

menerima dan memahaminya. Dengan demikian, kita tahu bahwa dalam fonetika

terdapat dua aspek penting yakni aspek akustik dan aspek fisiologis atau artikulatoris.

Aspek yang pertama mempelajari struktur lahir bunyi yang digunakan serta cara

telinga mereaksi terhadap bunyi-bunyi tersebut. Aspek lainnya mempelajari

mekanisme yang mempunyai peranan dalam memproduksi bunyi-bunyi itu dan cara

memproduksinya.

Ilmu fonetik mempunyai empat cabang utama yaitu:

(1) ilmu fonetik umum;

(2) ilmu fonetik deskriptif;

(3) ilmu fonetik historis; dan

(4) ilmu fonetik normatif.

Cabang yang pertama mempelajari susunan alat ucap dan kemungkinan

penggunaannya untuk memproduksi bunyi bahasa. Cabang yang kedua mempelajari

hal-hal yang istimewa dalam suatu bahasa atau dialek tertentu. Cabang yang ketiga

mempelajari perubahan-perubahan fonetik yang dialami oleh suatu bahasa dalam

sejarah pertumbuhannya. Cabang yang terakhir merupakan keseluruhan perangkat

kaidah yang menentukan ucapan yang baik berdasarkan norma ucapan yangdiakui

oleh pemakai bahasa di suatu negara, masyarakat suatu unit budaya, atau suatu

kelompok sosial. Yang menjadi perhatian utama dalam modul perkuliahan ini adalah

Page 3: Tgs Prof Asfah Bru

3

ilmu fonetik umum yang mencakup fonetika fisiologis, fonetika akustik, dan fonetika

auditoris. Di antara tiga macam fonetika itu yang sangat berhunbungan dengan

pengajaran adalah fonetika fisiologis (fonetik artikulatoris).

Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik,

departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya

pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat,

seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa. Misalnya, jika seorang

pemimpin di Indonesia mengadakan kunjungan ke Cina, ia cukup meminta staf-nya

untuk menerjemahkan pidatonya ke bahasa Cina dan menulisnya dengan abjad

fonetik, sehingga ia dapat memberikan pidato dalam bahasa Cina dengan ucapan

yang tepat. Salah seorang pemimpin yang telah memanfaatkan abjad fonetik

internasional adalah Paus Yohanes Paulus II. Ke negara manapun beliau berkunjung,

beliau selalu memberikan khotbah dengan menggunakan bahasa setempat. Apakah

hal tersebut berarti bahwa beliau memahami semua bahasa di dunia? Belum tentu,

namun cukup belajar fonetik saja untuk mampu mengucapkan bunyi ratusan bahasa

dengan tepat.fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti.

fonemik adalah bagian ilmu bahasa (linguistik) yang meneliti masalah fonem.

Sedangkan artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran-saluran suara

untuk menghasilkan bunyi bahasa; pengucapan bunyi bahasa. Huruf adalah lambang

bunyi-bunyi bahasa dalam tata tulis

Page 4: Tgs Prof Asfah Bru

4

B.  Bidang Kajian Fonetik

1. Fonetik artikulatoris/ organis/ fisiologis adalah fonetik yang mempelajari

bagaimana mekanisme alat-alat   bicara yang ada dalam alat ucap manusia

menghasilkan bunyi bahasa, bagaimana bunyi diucapkan dan dibuat, dan bagaimana

bunyi bahasa itu diklasifikasikan  berdasarkan artikulasinya.

Catatan : Jenis fonetik ini banyak berhubungan dengan linguistik

2. Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi bahasa sebagai gejala

fisis. Bunyi diteliti frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya Jenis

fonetik ini lebih banyak berhubungan dengan fisika dalam laboratorium fonetis.

Misalnya: dalam pembuatan rekaman suara penyanyi, pembuatan telepon, dubbing ,

dan lain-lain.

3. Fonetik auditoris mempelajari  bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi

bahasa sebagai getaran udara. Jenis fonetik ini cenderung masuk bidang neurologi

ilmu kedokteran.

C. Alat Ucap

Pada bahasan sebelumnya telah disinggung bahwa bunyi bahasa dapat dipelajari

dengan berbagai cara: akustik, auditoris, fisiologis (artikulatoris), sehingga tumbuhlah

fonetik akustik, fonetik auditoris, dan fonetik artikulatoris. Fonetik artikulatoris

membicarakan cara-cara alat ucap membentuk berbagai bunyi bahasa. Dalam hal ini

Page 5: Tgs Prof Asfah Bru

5

yang terlebih dahulu untuk dipelajari adalah alat ucap dan bagian-bagiannya. Alat-

alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa (fon) dibedakan

menjadi tiga bagian yakni

(1) artikulator;

(2) titik artikulasi; dan

 (3) alat-alat lain yang mendukung proses terjadinya bunyi bahasa.

1) Artikulator

Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara leluasa dan

dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik artikulasi) serta dapat

membentuk bermacam-macam posisi. Alat bicara semacam ini terletak di bagian

bawah atau rahang bawah.

Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:

a) bibir bawah (labium);

b) gigi bawah (dentum);

c) ujung lidah (apeks);

d) depan lidah (front of the tongue);

e) tengah lidah (lamino);

f) belakang lidah (dorsum); dan

Page 6: Tgs Prof Asfah Bru

6

g) akar lidah.

2) Titik Artikulasi

Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan dan

bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas. Alat-alat ucap

yang termasuk pada bagian ini antara lain:

a) bibir atas (labium);

b) gigi atas (dentum);

c) lengkung kaki gigi atas (alveolum);

d) langut-langit keras (palatum);

e) langit-langit lunak (velum); dan

f) anak tekak (uvula).

3) Alat-alat Lain

Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan titik artikulasi

yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa. Yang termasuk alat-alat lain

antara lain:

a) hidung (nose);

b) rongga hidung (nasal cavity);

c) rongga mulut (oral cavvity);

d) pangkal kerongkongan (faring);

e) katup jakun (epiglotis);

Page 7: Tgs Prof Asfah Bru

7

f) pita suara;

g) pangkal tenggorokan (laring);

h) batang tenggorokan (trachea);

i) paru-paru;

j) sekat rongga dada (diafragma);

k) saraf diafragma;

l) selaput rongga dada (pleural cavity); dan

m) bronchus.

Di dalam rongga dada kita mempuntyai paru-paru dan sekat rongga dada atau

diafragma yang mengatur keluar dan masuknya udara yang sangat penting artinya

dalam pembentukan bunyi bahasa. Dalam gerakan pernafasan udara keluar dan

masuk dengan bebas, tidak mengalami rintangan, dan tidak pula mengikuti perintah

tertentu. Pernafasan ketika orang tidur lelap tidak ada bedanya dengan pernafasan

ketika bangun dan sadar. Pembentukan bunyi bahasa lain lagi halnya. Baik

pembentukan maupun pemahaman bunyi bahasa harus diawali oleh suatu kegiatan

mental. Tanpa intelegensi mustahil bisa lahir bunyi bahasa. Bila seseorang merasa

perlu untuk menyatakan pikiran, perasaan, keinginan, atau hasil pengindraannya,

maka otaknya segera memberikan perintah kepada alat bicara yang memberikan

reaksi dalam waktu yang amat singkat sehingga terbentuklah bunyi-bunyi bahasa

yang tersusun lancar menurut kaidah tertentu sehingga mendukung makna yang

sesuai dengan maksud pemakai bahasa.

Page 8: Tgs Prof Asfah Bru

8

Tenggorokan dilengkapi dengan bagian yang sangat penting yang disebut

selaput suara atau pita suara. Selaput suara dapat diatur bentuknya dengan mudah,

dan dapat digetarkan oleh udara yang keluar maupun yang masuk ke paru-paru.

Getaran selaput suara dapat diketahui dengan jalan meletakkan tangan di tenggorokan

(di bagian jakun) waktu kita mengeluarkan bunyi tertentu.

Di bagian atas rongga tenggorokan terdapat rongga kerongkongan, rongga

mulut, dan rongga hidung. Ketiga alat itu disebut rongga spragotal yang berfungsi

sebagai resonator atau pengalun. Di dalam rongga supraglotal itulah sebagian besar

bunyi bahasa yaitu vokal, konsonan, semivokal, diftong, dan bunyi bahasa lainnya

dibentuk.

Udara dari paru-paru berhembus ke luar oleh adanya tekanan diafragma. Arus

udara itu keluar melewati tranchea, laring, pita suara dan faring. Kemudian arus udara

dari faring ini bisa terbelah menjadi dua yaitu lewat mulut atau hidung. Aliran udara

yang keluar dari paru-paru ini bisa bebas tanpa adanya halangan sebagai akibatnya,

timbulah bermacam-macam bunyi bahasa, antara lain adanya bunyi hambat (stop),

frikatif, lateral, dan sebagainya.

Alat bicara manusia antara satu dengan yang lain sanling berhubungan untuk

membentuk bunyi bahasa. Dengan demikian fungsi masing-masing alat bicara

kemungkinan ada sangkut pautnya dengan alat lain. Berikut ini adalah fungsi-fungsi

yang dimaksud.

Page 9: Tgs Prof Asfah Bru

9

1) Paru-paru

Paru-paru mempunyai tugas bersama dengan diafragma untuk menghembuskan

udara ke luar sehingga menimbulkan bunyi bahasa. Paru-paru biasa disebut

sebagai motor penggerak alat bicara.

2) Pita Suara

Pita suara ini tempatnya di bawah jakun yang terdiri atas sepasang pita. Di tengah-

tengah pita suara ini ada celah yang bisa melebar dun menyempit. Celah pits suara

ini lebih dikenal dengan sebutan glotis. Pita suara manusia dapat berubah-ubah

posisinya, antara lain sebagai berikut ini.

a) posisi terbuka lebar

Posisi seperti ini tidak menghasilkan bunyi bahasa dart terjadi pada pernafasan normal saja.

b) posisi agak menyempit

posisi seperti ini akan menghasilkan bunyi tak bersuara, misalnya: [p], [t], [k], [c].

c) posisi menyempit

posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa bersuara, misalnya [b], [d], [g], [j].

d) posisi tertutup

posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa hamzah atau glotal stop, misalnya [h], dan [?].

Page 10: Tgs Prof Asfah Bru

10

3) Laring

Di dalam alert ini terdapat pita suara (vocal cord) yang melintang dari arah depan ke belakang. Dengan demikian fungsi alat ini ialah untuk meneruskan aliran udara yang berhembus dari paru-paru ke faring.

4) Faring

Fungsi alat ini yang utama ialah meneruskan aliran udara dari Pita suara. Akan tetapi alat ini bisa membentuk bunyi bahasa hamzah setelah bersentuhan dengar akar lidah (radik) sehingga bunyi senacam ini disebut bunyi faringal.

5) Lidah

Lidah merupakan salah satu artikulator yang sangat penting di dalam proses pembentukan bunyi bahasa. Pentingnya lidah ini bisa dilihat dari bunyi yang dihasilkannya bisa berupa vokal dan, konsonan. Vokal dihasilkan oleh gerak perpindahan posisi lidah tanpa bersentuhan tiengan titik artikulasi. Jika gerak-gerak perpindahan posisi ini bersentuhan dengan titik artikulasi, maka akan menghasilkan bunyi konsonan.

6) Bibir

Ada beberapa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh sentuhan baik secara langsung atau tidak oleh bibir manusia. Bunyi [p, b] terjadi karena sentuhan antara bibir bawah dengan bibir atas sehingga aliran udara tertahan sebentar. Selanjutnya aliran udara tersebut dihembuskan sampai terdengarnya bunyi tersebut. Bunyi [p,b] dalam fonetik disebut bunyi bilabial, sebab terjadi karena sentuhan kedua bibir yaitu bibir atas dan bibir bawah. Selain itu, kedua bunyi itu dapat dinamai stop bilabial.

Terjadinya Bunyi:

Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-

paru. Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan keluar bersama-sama

waktu sedang bernapas. Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil

bunyi bahasa) mendapat hambatan di berbagai tempat alat-alat bicara dengan

Page 11: Tgs Prof Asfah Bru

11

berbagai cara sehingga terjadi bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati

diantaranya batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut,

rongga hidung. Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam keadaan

terbuka. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara, bunyi bahasa tidak

akan terjadi. Syarat terjadinya bunyi bahasa secara garis besar. ada 4 : - mengalirnya

udara - fonasi  - artikulasi - oral - nasal

Alat ucap :

1. paru-paru (lungs)

2. batang tenggorok (trachea)

3. pangkal tenggorok (larynx)

4. pita-pita suara (vocal cords)

5. krikoid (cricoid)

6. tiroid (thyroid/lekum)

7. aritenoid (arythenoids)

8. dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)

9. epiglotis (epiglottis)

10. akar lidah (root of the tongue)

11. punggung lidah/ pangkal lidah (dorsum)

12. tengah lidah (medium)

13. daun lidah (lamina)

14. ujung lidah (apex)

15. anak tekak (uvula)

16. langit-langit lunak (velum)

Page 12: Tgs Prof Asfah Bru

12

17. langit-langit keras (palatum)

18. gusi dalam/ ceruk gigi (alveolae)

19. gigi atas (denta)

20. gigi bawah (denta)

21. bibir atas (labia)

22. bibir bawah (labia)

23. mulut

24. rongga mulut (oral cavity)

25. rongga hidung (nasal cavity)

2. Look and Say Method

edu Sensus adalah produk unik yang - karena metodologinya dan lingkungan belajar

yang inovatif bersama-sama dengan konten yang menarik dan desain menciptakan

dunia yang menarik untuk pendidikan dini dan terapi kebutuhan khusus. Di Seluruh

tahun itu berkembang menjadi produk yang kompleks dan komprehensif digunakan

untuk terapi berbagai intelektual dan ganggua motorik, untuk pencegahan dini serta

untuk peningkatan pengembangan awal dan bahkan untuk belajar bahasa. Anak-anak

sekarang dapat menikmati dan mendapatkan keuntungan dari lingkungan yang akrab

yang terasa alami dan non-invasif. Tergantung pada pendekatan metodologis dan

bimbingan produk tertentu dapat digunakan dalam berbagai cara: Fokus utama dari

Tampilan dan Say adalah untuk memperluas pengetahuan anak dari kosakata dalam

kategori leksikal tertentu dan menguasai keterampilan komunikasi dan kompetensi.

Page 13: Tgs Prof Asfah Bru

13

Koleksi multimedia kosakata dibagi menjadi 30 kategori, masing-masing disertai oleh

sejumlah layar dan kegiatan pada tingkat kesulitan yang berbeda. Program ini

menggunakan metode 'melihat dan mengatakan' - sebuah metode mengajar pemula

untuk membaca dengan menghafal dan mengenali kata-kata utuh, bukan dengan

menghubungkan huruf dengan suara.

Bahasa Isyarat dan film Bibir berbahasa - Dengan program ini, anak-anak dapat

mempelajari dasar-dasar bahasa isyarat dan memiliki kesempatan untuk melihat

secara dekat gerakan bibir yang dilakukan sementara kata-kata tertentu yang

diucapkan. Belajar simultan bahasa isyarat dan bahasa lisan mengaktifkan kedua

belahan otak, yang dapat membantu menghindari disgrafia dan masalah disleksia.

Penandatanganan juga merupakan dasar yang baik untuk komunikasi kemudian

dengan tuli, dan karena itu mengajarkan seseorang untuk mentolerir dan memahami

orang lain

Video dan pembangun komik mengembangkan kreativitas anak-anak dan

memungkinkan untuk memeriksa apakah anak menggunakan kosakata dalam logis

dan komprehensif cara. Lembar kerja dicetak menawarkan bantuan yang sangat

berharga untuk guru dalam menciptakan kelas dan memantau kemajuan anak. Sesi

Creator memungkinkan guru untuk mempersiapkan set mereka sendiri pelajaran dan

menambahkan bahan mereka sendiri.

Page 14: Tgs Prof Asfah Bru

14

Tampilan dan Katakanlah tambahan berisi pilihan pencarian, memungkinkan format

teks, dan menawarkan transkrip rekaman dan Sistem motivasi (audio dan grafis).

Kemampuan pendidikan prasekolah

Tampilan dan Say adalah alat inovatif yang memungkinkan guru atau terapis untuk

membuat kelas atau sesi terapi lebih menyenangkan. Program ini memberikan

kontribusi signifikan terhadap peningkatan pasif dan aktif kosakata anak dan

menambahkan item baru ke toko leksikal anak. Produk ini menggunakan 'melihat dan

mengatakan' metode - metode mengajar pemula untuk dibaca dengan menghafal dan

mengenali kata-kata utuh, bukan dengan menghubungkan huruf dengan suara.

Tampilan dan Say dapat digunakan selama sesi individu atau kelompok atau kelas

pra-sekolah, sekolah khusus, lembaga pendidikan terpadu atau tahun-tahun awal

sekolah dasar.

Tampilan dan Say memungkinkan guru untuk:

· Mencegah bahasa dan komunikatif penundaan

· Memverifikasi pekerjaan murid selama kegiatan

Pendidikan Kebutuhan Khusus kemampuan

Tujuan utama dari produk adalah terapi dan pendidikan:anak-anak dengan:

· Bahasa Penurunan Tertentu (SLI)

· Pengembangan Bahasa Penundaan (LDD)

Page 15: Tgs Prof Asfah Bru

15

· Terapi wicara

· Profilaksis gangguan bicara dan bahasa

· Penundaan kognitif

Tampilan dan Say memungkinkan terapis untuk:

· Memberikan variasi dalam sesi kompensasi dan rehabilitasi

· Dukungan terapi pendidikan dan pidato

· Mengatur kursus khusus untuk siswa yang akan mendapatkan keuntungan dari

pengenalan individual untuk bahan

· Memverifikasi pekerjaan pasien selama kegiatan

3. the whole - language movement (seluruh - gerakan bahasa )

A) Pendekatan Whole Language Dalam Pembelajaran Bahasa

Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan

pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah - pisah (Edelsky, 1991; Froese, 1990;

Goodman, 1986; Weaver, 1992). Para ahli whole language berkeyakinan bahwa

bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah- pisahkan (Rigg,

1991). Oleh karena itu pengajaran keterampilan berbahasa dan  komponen bahasa

seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan  dalam situasi

nyata atau otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca seperti koma,

semikolon, dan kolon misalnya, diajarkan sehubungan dengan pelajaran menulis.

Page 16: Tgs Prof Asfah Bru

16

Jangan mengajarkan penggunaan tanda baca tersebut hanya karena materi itu tertera

dalam kurikulum.

Pendekatan whole language didasari oleh paham contructivism yang

menyatakan bahwa anak/ siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran

aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu (integrated) (Roberts, 1996).

Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya itu

diperlukan oleh mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk

menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar

dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari desiminator

informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993 ).

B) KOMPONEN – KOMPONEN WHOLE LANGUAGE

Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa,

tentang pembelajaran dan tentang orang – orang yang terlibat dalam pembelajaran.

Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan

secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)

diajarkan secara terpadu. Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan

komponen whole language yaitu :

1.      Reading Aloud

Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk

siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks

Page 17: Tgs Prof Asfah Bru

17

atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara keras dan intonasi

yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati

ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud, antara lain meningkatkan

keterampilan menyimak, memperkaya kosakata, membantu meningkatkan

membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan

minat baca pada siswa.

2.      Jurnal Writing

Jurnal writing atau menulis jurnal adalah komponen yang dapat dengan

mudah diterapkan. Jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk

mengungkapkan perasaannya, meceritakan kejadian disekitarnya,

membeberkan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk

tulisan. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis jurnal antara lain

sebagai berikut

a.       Meningkatkan kemampuan menulis.

b.      Meningkatkan kemampuan membaca.

c.       Menumbuhkan keberanian menghadapi resiko. 

d.      Memberi kesempatan untuk membuat refleksi.

e.       Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi.

f.       Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis.

g.      Meningkatkan kemampuan berpikir.

h.      Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis.

i.        Menjadi alat evaluasi

Page 18: Tgs Prof Asfah Bru

18

j.        Menjadi dokumen tertulis

3. Sustained Silent Reading

Sustained silent reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan

oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri

buku atau materi yang akan dibacanya. Pesan yang ingin disampaikan kepada

siswa melalui kegiatan ini adalah :

a.       Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan;

b.      Membaca dapat dilakukan oleh siapa pun;

c.       Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut;

d.      Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu

yang cukup lama;

e.       Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca;

f.       Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang

dibacanya setelah kegiatan sustained silent reading berakhir.

4. Shared Reading

Shared reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa

dimana setiap orang   mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini

dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Ada beberapa

cara melakukan kegiatan ini, yaitu :

a.       Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah);

b.      Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera

pada buku;

Page 19: Tgs Prof Asfah Bru

19

c.       Siswa membaca bergiliran;

Maksud kegiatan ini adalah :

a.       Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan

guru membaca sebagai model;

b.      Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan

membacanya;

c.       Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh

membaca yang benar.

5. Guided Reading

Guided reading adalah kegiatan membaca dimana guru lebih berperan sebagai

model dalam membaca atau guru hanya sebagai pengamat atau fasilitator.

Dalam kegiatan ini semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang

sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan

kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.

6. Guided Writing

Guided writing adalah menulis terbimbing dimana peran guru adalah sebagai

fasilitator sehingga guru hanya membantu siswa menemukan apa yang ingin

ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.

Dan dalam hal ini guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur.

7. Independent Reading

Page 20: Tgs Prof Asfah Bru

20

Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana

siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.

Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang

dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model,

dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi

respons.

8. Independent Writing

Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dalam menulis bebas siswa mempunyai

kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung

jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam

independent writing, antara lain menulis jurnal, dan menulis respons. 

C) PENILAIAN DALAM KELAS WHOLE LANGUAGE

Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan

kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal, selama pembelajaran

berlangsung, guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa

berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap –

cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan, bahkan

guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat.

Page 21: Tgs Prof Asfah Bru

21

Whole language  adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa  yang

menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah.

(Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa,

2004). Para ahli  whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu

kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu,

pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa

dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau

otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan

sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga

pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran

berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran

membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole

language ,  pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi

pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains,

bahasa-agama.  Pendekatan whole language didasari oleh paham

konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri

pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole ) dan

terpadu (integrated ) (Robert dalam Santosa, 2004:2.3). Anak termotivasi untuk

belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang bermakna bagi

mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan

lingkungan yang Metodologi Pembelajaran  menunjang untuk siswa agar

mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language

Page 22: Tgs Prof Asfah Bru

22

berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme &

Hysmith, 1993).

D) Ciri-ciri Kelas Whole Language

Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language

a. Kelas yang menerapkan whole language  penuh dengan barang cetakan.

Barang-barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa

menghiasi dinding dan  bulletin board.  Karya tulis siswa dan chart  yang dibuat

siswa menggantikan bulletin board  yang dibuat oleh guru. Salah satu sudut kelas

diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis buku (tidak hanya

buku teks), majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbagai barang cetak

lainnya.

b. Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama

melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas whole

language  hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung

jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.

e. Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini

interaksi guru adalah multiarah.

f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak

mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang

diberikan siswa dapat diterima.

Page 23: Tgs Prof Asfah Bru

23

g. Siswa mendapat balikan (feed back)  positif baik dari guru maupun temannya.

Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk

melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang

mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari temannya.

Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.  Dari ketujuh ciri tersebut dapat

terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri

lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas

mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara

informal.

E) Penilaian dalam Kelas Whole Language

Dalam kelas whole language  guru senantiasa memperhatikan kegiatan

yang dilakukan oleh siswa. Secara informal selama pembelajaran berlangsung

guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam

kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya

atau dengan guru, penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga memberikan

penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat. Kemudian, penilaian juga

berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Walaupun guru tidak

terlihat membawa-bawa buku, guru menggunakan alat penilaian seperti lembar

observasi dan catatan anekdot. Dengan kata lain, dalam kelas whole language

guru memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Selain penilaian informal, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan

Page 24: Tgs Prof Asfah Bru

24

portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja selama kegiatan pembelajaran.

Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.