skripsirepository.uinjambi.ac.id/3102/1/nurul syarihah binti... · 2020. 5. 11. · skripsi ini...

87
BARANG TEMUAN LUQATHAH DALAM JUAL BELI PAKAIAN BEKAS MENURUT HUKUM ISLAM (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Pada Fakultas Syariah NURUL SYARIHAH BINTI SHARUDDIN SHE 160021 PEMBIMBING : Dr. A.A Miftah, M.Ag Dr. Maryani, S.Ag., M.HI PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN J A M B I 2020

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BARANG TEMUAN LUQATHAH DALAM JUAL BELI PAKAIAN

    BEKAS MENURUT HUKUM ISLAM

    (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia)

    SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Pada

    Fakultas Syariah

    NURUL SYARIHAH BINTI SHARUDDIN

    SHE 160021

    PEMBIMBING :

    Dr. A.A Miftah, M.Ag

    Dr. Maryani, S.Ag., M.HI

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    J A M B I

    2020

  • ii

  • iii

    Pembimbing I : Dr. A.A Miftah, M.Ag

    Pembimbing II : Dr. Maryani, S.Ag.,M.HI

    Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

    Jl Jambi-Muara Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren,

    Kab. Muaro Jambi

    Jambi, Maret 2020

    Kepada :

    Yth Bapak Dekan Fakultas Syariah

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin

    Di –

    Jambi

    NOTA DINAS

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami

    berpendapat bahwa skripsi saudari Nurul Syarihah Binti Sharuddin, Nim SHE

    160021 yang berjudul Barang Temuan Luqathah Dalam Jual Beli Pakaian

    Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu

    Perak, Malaysia) dapat diajukan untuk di munaqasyahkan guna melengkapi tugas

    tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Maka dengan kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan baik.

    Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi

    kepentingan agama, nusa dan bangsa.

    Wassalamu’ alaikum Wr. WB

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. A.A Miftah, M.Ag Dr. Maryani, M.HI

    NIP : 197311121996031001 NIP: 97609072005012004

  • iv

    Pembimbing I : Dr. A.A Miftah, M.Ag

    Pembimbing II : Dr. Maryani, S.Ag.,M.HI

    Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

    Jl.Jambi- Muara Bulian KM.16 Simp. Sei Duren,

    Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

    Jambi, Maret 2020

    Kepada:

    Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    Di -

    Jambi

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    السالم عليكم ورحمة الله وبركاته

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami

    berpendapat bahwa skripsi sauadari Nurul Syarihah Binti Sharuddin, Nim SHE

    160021 yang berjudul “Barang Temuan Luqathah Dalam Jual Beli Pakaian

    Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu

    Perak, Malaysia)” dapat diajukan untuk di munaqashahkan guna melengkapi tugas

    tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan

    baik.

    Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi

    kepentingan agama, nusa dan bangsa.

    Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. A.A Miftah, M.Ag Dr. Maryani, M.HI

    NIP : 197311121996031001 NIP : 197609072005012004

  • v

  • vi

    MOTTO

    َها ي َُّأ ِ ٱل َِذينَ َي َٰٓ م ب م بَۡيَنكُّ ۡمَو لَكُّ

    َْ أ لُّوَٰٓا كُّ

    ْۡ لَا تَأ وَن ٱۡلَب ِطلِ َءاَمنُّوا ن تَكُّ

    ََٰٓ أ إِل َا

    ۡمۚۡ إِن َ َسكُّ نفَُّۡمۚۡ َولَا َتۡقتُّلُّوَٰٓاْ أ ِنكُّ َ تَِج َرةً َعن تََراٖض م ۡم رَِحيٗما ٱلل َ ٩٢َكاَن بِكُّ

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

    sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

    berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

    membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

    kepadamu.” QS An Nisa (4):29

  • vii

    ABSTRAK

    Nurul Syarihah Binti Sharuddin, SHE 160021, Barang Temuan Luqathah Dalam

    Jual Beli Pakaian Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam &

    Adat Melayu Perak, Malaysia)

    Merupakan penelitian bertujuan untuk mengetahui dalil dan kaidah fiqhiyyah yang

    menjadi landasan di atas penetapan hukum barang temuan yang ditemui setelah

    akad jual beli pakaian bekas yang dibeli secara borongan. Seterusnya, mengetahui

    prosedur jika pengurusan barang temuan jika barang itu diserahkan kepada pihak

    Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak untuk diuruskan sehingga menemukan

    semula pemiliknya dan mengetahui hukum memanfaatkan sebagaian harta luqathah

    tujuan hebahan dalam upaya untuk menemukan pemilik barang. Penelitian

    menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan instrumen pengumpulan data

    melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan, diperoleh pembahasan dan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, kaidah

    fiqhiyyah yang menjadi landasan kepada penelitian ini adalah “Keyakinan itu tidak

    bisa dihilangkan karena adanya keraguan” dan dikuatkan dengan kaidah cabang

    “Menurut hukum asal, sesuatu itu dilihat (dihukumi) menurut keberadaan awalnya

    secara apa adanya”. Maka si pembeli tetap tidak berkuasa ke atas barang temuan

    dan perlu diserahkan kepada pihak Baitulmal. Kedua, prosedur pengurusan harta

    luqathah di Majlis Agama Islam dapat dibagi kepada 3 peringkat yaitu, pengurusan

    penerimaan barang luqathah, proses penuntutan harta luqathah dan proses

    pelupusan harta luqathah jika tidak berlaku penuntutan terhadap barang. Ketiga,

    hukum memanfaatkan sebagian harta bagi tujuan membuat hebahan yang mungkin

    memakan biaya yang besar, maka dibolehkan karena setiap biaya pengumuman

    adalah dibawah tanggungjawab pemilik barang menurut kitab Al Fiqh Al

    Manhajiyy.

    Kata Kunci:

    Luqathah, Jual Beli, Baju Bekas, Majlis Agama Islam & Adat Melayu, Perak

  • viii

    PERSEMBAHAN

    بسم الله الرحمن الرحيم

    Kupersembahkan skripsi ini istimewa untuk pasangan yang amat kucintai: Ayahanda

    SHARUDDIN BIN SHARIFF dan Ibunda HASLINA BINTI AL HARIS yang telah

    mendidik, mengasuh dan membesarkan anakanda dari kecil hingga dewasa dengan

    penuh kasih sayang dan cinta.

    Yang kusayangi, Saudara-saudaraku,Muhammad Shahril dan Nur Hidayah. Terima

    kasih di atas segala perhatian dan doa yang diberikan, sesungguhnya segala sesuatu

    yang terjadi di antara kita merupakan rahmat, anugerah yang terindah selamanya dan

    moga sampai syurga.

    Yang kohormati, Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag dan Ibuk Dr. Maryani,S.Ag.,M.HI

    selaku pembimbingku karena tunjuk ajar, ilmu yang dicurahkan serta banyak

    memberi daya dan upaya untuk menghadapi cabaran hidup.

    Yang kukasihi, sahabat-sahabatku, Qawiemah, Fatin Atirah, Syafiqah, Naqiah,

    Mardhiyah, Aina, Alya, Khadijah, Asrah serta teman-temanku lain yang tergabung

    dalam PKPMICJ, serta teman-teman dari Indonesia maupun yang berada di Malaysia

    yang setia telah memberikan semangat dan dorongan.

    Terima kasih atas segalanya.

    Nurul Syarihah Binti Sharuddin

    27/2/2020, Jambi, Indonesia.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan Alhamdulillah, rasa puji dan syukur yang sedalam

    dalamnya penulis ucapkan ke hadrat Allah SWT, sumber segala inspirasi, yang

    telah menuntun penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, rahmat dan inayahnya

    tidak pernah luput dalam setiap detik kehidupan kita. Shalawat dan salam buat

    junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, perjuangannya bersama keluarga dan para

    sahabatnya telah mengantarkan kita menuju dunia yang penuh berakhlak dan kasih

    sayang. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak.

    Skripsi ini berjudul “Barang Temuan Luqathah Dalam Jual Beli Pakaian

    Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu

    Perak, Malaysia)”, hasil karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi tugas dan

    sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Program Sarjana Strata Satu

    (S1) dalam Jurusan Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima

    hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun

    penyusunannya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud

    dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

    Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak dan

    yang dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA.,Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi,

    Indonesia. Ibuk Dr. Rofiqah Ferawati, SE., M.EI selaku Wakil Rektor 1, Dr.

    As’ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor 2, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag.,

    MA selaku wakil Rektor 3.

    2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

    Jambi, Indonesia.

    3. Bapak Dr. Agus Salim, M.A., M.I.R, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang

    Akademik, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H selaku Wakil Dekan

    Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan dan Bapak Dr. H.

  • x

    Ishaq, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

    Kerjasama di Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

    4. Bapak Rasito, S.H., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

    dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H., M.Sy selaku Sekretaris Jurusan Hukum

    Keluarga Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    5. Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag selaku Pembimbing I dan Ibuk Dr. Maryani,

    S.Ag., M.HI selaku pembimbing II yang telah banyak memberi masukan,

    tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan karyawati

    Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang bersangkutan. Di

    samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh

    dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan

    maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.

    Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi

    pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi

    kebaikan skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariah

    di sisi Allah SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.

    Jambi, Maret 2020

    Penulis,

    NURUL SYARIHAH BINTI SHARUDDIN

    NIM: SHE 160021

  • xi

    DAFTAR SINGKATAN

    UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

    SWT : Subhanahu wata’ala

    S.A.W : Sallallhualaihiwasallam

    R.A : Radhiyallahu’an

    QS : Al-Quran dan As-Sunnah

    Hlm : Halaman

    MAIPk : Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak

    KPE : Ketua Pegawai Eksekutif

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii

    NOTA DINAS ................................................................................................. iii

    SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................... iv

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... v

    MOTTO .......................................................................................................... vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... vii

    PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

    DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

    D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9

    E. Kerangka Teori ........................................................................................ 9

    F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 23

    BAB II : METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 25

    B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 26

    C. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 26

    D. Jenis & Sumber Data ................................................................................ 26

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 28

    F. Metode Analisis Data ................................................................................ 39

    G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 29

    H. Jadwal Penelitian. ..................................................................................... 31

  • xiii

    BAB III : MAJLIS AGAMA ISLAM & ADAT MELAYU PERAK

    A. Sejarah Majlis Agama Islam Perak ........................................................... 33

    B. Visi, Misi dan Obyektif ............................................................................. 37

    C. Logo Majlis Agama Islam Perak .............................................................. 38

    D. Struktur Organisasi Majlis Agama Islam Perak ........................................ 40

    BAB IV : HASIL PENELITIAN

    A. Status Barang Yang Ditemui Pembeli Baju Bekas Menurut Hukum Islam

    Berdasarkan Kaidah Hukum Yang Digunakan Majlis Agama Islam &

    Adat Melayu Perak ...................................................................................

    42

    B. Upaya Pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak Dalam Usaha

    Menemukan Pemilik Barang Temuan.......................................................

    48

    C. Hukum Memanfaatkan Sebagian Harta Luqathah Dalam Upaya

    Menemukan Pemilik Barang Jika Tidak Diserahkan Kepada Pihak Majlis

    Agama Islam & Adat Melayu Perak. ........................................................

    54

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 58

    B. Saran-saran ............................................................................................. 59

    C. Kata Penutup ........................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Islam sebagai suatu sistem hidup yang lengkap yaitu al-Din yang diturunkan

    oleh Allah SWT untuk memandu manusia apakah terkait dengan aspek kepercayaan

    atau perilaku dan praktek dalam segenap segi kehidupan. Pelaksanaan Islam

    sebagai peraturan hidup yang lengkap merupakan suatu penyerahan diri kepada

    Allah SWT bukan sekadar dalam soal ibadah dasar saja tetapi mencakup semua

    aspek kehidupan termasuklah peraturan yang berkaitan ekonomi, keuangan,

    perakaunan dan sebagainya.1

    Muamalah adalah konsep dalam Islam yang mengatur hubungan antara

    seseorang dengan orang lain dalam hal tukar menukar harta atau benda, diantaranya

    pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerjasama dagang, simpanan barang atau uang,

    utang piutang, warisan, wasiat, pesan dan lain sebagainya.2 Dalam proses

    muamalah masih banyak yang tidak memperhatikan kaidah dan hukum-hukum dari

    bermuamalah, karena mereka lebih condong kepada sikap terburu-buru dan tidak

    mahu tahu sesuatu perkara yang menyebabkan kegiatan ekonomi kita kurang

    berjalan dengan baik, karena pelakunya masih belum memahami betapa pentingnya

    mempelajari hukum bermuamalah.

    1 Muhammad Syafie Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,

    2009) hlm 3 2 Daeng Naja, Bekal Bangkir Syariah, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm 100

  • 2

    Harta dalam pandangan Islam adalah termasuk hal dharuriyyah, artinya

    keberadaan harta itu mutlak ada dalam kehidupan, dalam arti tanpa adanya harta,

    maka kehidupan manusia akan cedera atau rusak, bahkan hidup tidak ada

    maknanya. Harta merupakan pemberian yang dikurniakan oleh Allah SWT untuk

    sekalian umat manusia di dunia ini sebagai wasilah untuk beribadah kepadanya,

    seterusnya mengukuhkan dan memantapkan keimanan bagi mendapatkan

    keredhaannya.3

    Namun harta juga merupakan punca kepada pertikaian dan perpecahan

    sesama manusia. Justeru, jika berlaku pertikaian berkaitan harta maka

    tanggungjawab ini harus diserahkan kepada mahkamah sivil atau mahkamah

    syariah yang mempunyai kuasa membicarakan dan memutuskan sesuatu pertikaian

    demi memastikan keadilan tercapai dan pihak-pihak yang terlibat terpeliharan

    setelah tiada jalan perdamaian dan penyelesaian yang dapat dibuat antara mereka.4

    Permasalahan barang temuan (luqathah) adalah suatu permasalahan yang

    sering terjadi dalam kehidupan, baik menemukan barang yang bernilai rendah

    maupun yang bernilai tinggi (berharga), baik berstatus sebagai penemu (al-

    Multaqit), atau yang kehilangan barang. Permasalahan tersebut sering di pandang

    rendah, dan dianggap barang yang ditemukan tersebut adalah, rezki/keuntungan

    bagi diri penemu barang atau lebih dikenali dengan rezki terpijak yang tidak perlu

    dikembalikan kepada pemiliknya, maka anggapan semacam ini sama sekali tidak

    dibenarkan baik dari segi etika sosial maupun norma agama Islam khususnya.

    3 Harun, Fiqh Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyyah University Press, 2017), hlm 13 4 Ibid., hlm 14

  • 3

    Sebenarnya persoalan barang temuan (luqathah) sudah terjadi pada masa

    kehidupan Rasulullah SAW, ketika ada yang menanyakan hal-hal apa saja harus

    dilakukan terhadap barang temuan (luqathah), maka pada saat itu Rasulullah SAW,

    menjawab dan menjelaskannya supaya mengenali ciri-ciri barang tersebut seteliti

    mungkin, baik dari segi bentuk, jumlah, dan nilainya, Rasulullah SAW

    memerintahkan untuk mengumumkan barang temuan (luqathah) tersebut, selama

    satu tahun. Maka, karena itulah perlunya mengetahui etika (hukum dan tatacara)

    yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, yang seharusnya diterapkan dalam

    mengatasi persoalan barang temuan (luqathah).

    Secara etimologi, barang temuan (luqathah) berarti barang temuan yang

    dipungut dari tanah. Sedangkan secara terminologi ia berarti harta yang hilang dari

    pemiliknya untuk kemudian dipungut oleh orang lain.5 Secara definitif, luqathah

    yaitu harta yang terjaga yang bernilai dan tidak diketahui siapa pemiliknya.6

    Pembahasan barang temuan (luqathah), sudah tentu obyek yang dikaji adalah

    masalah barang/harta (al-Mal) yang ditemukan, kemudian hukum penemu/

    pemungut (al-Multaqith), pemilik (orang yang kehilangan) dan sumber hukumnya

    (nash).

    Demikian keberadaan luqathah ini dapat saja ditemukan oleh siapa saja yang

    menemukannya, baik di jalan maupun di tempat-tempat lainnya seseorang yang

    menemukan luqathah ini berhak memungutnya dan selanjutnya untuk memelihara

    5 Arif Muwandar Risnanto, Buku Islam Pintar Jilid 1, (Jakarta Selatan:Mizan Store,2010),

    hlm 128 6 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana,2012), hlm 367

  • 4

    dari kehancuran atau dari kemusnahan sehingga ia menemukan atau datang

    kepadanya seseorang yang mengaku sebagai pemilik yang sah atas barang tersebut.

    Para Imam Mazhab sepakat bahwa barang temuan (luqathah) harus

    diumumkan selama satu tahun jika barang tersebut adalah barang berharga. Apabila

    pemiliknya datang maka ia lebih berhak memilikinya daripada orang yang

    menemukannya. Apabila barang temuan itu sudah terlanjur dimakan oleh

    penemunya sesudah lewat satu tahun sejak penemuan dan pemiliknya menghendaki

    agar diganti maka pemilik itu mendapatkan ganti.7 Sebagaimana firman-Nya dalam

    Al-Quran:

    َٰٓءُّ َبۡعٖضٖۚ ۡولَِياَۡم أ هُّ ۡؤِمَن تُّ َبۡعضُّ ۡؤِمنُّوَن َوٱلۡمُّ َوٱلۡمُّ

    Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian dari

    mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.”8

    Dalam pengembalian barang luqathah tersebut kepada pemiliknya, maka

    pemiliknya disyaratkan supaya menyebutkan tanda-tanda barang yang hilang, atau

    dengan mengemukakan bukti yaitu berupa kesaksian dua orang saksi dengan

    menyebutkan tanda-tanda barang temuan (luqathah) tersebut seperti bilangannya,

    beratnya dan sebagaimana yang menandakan bahwa benar luqathah tersebut adalah

    miliknya dan kepada penemu luqathah diwajibkan untuk mengembalikan kepada

    pemiliknya.

    Adapun jika luqathah itu berupa harta yang sedikit, maka ulama Syafi’iyyah

    mengatakan, bahwa yang lebih shahih adalah bahwa luqathah berupa harta yang

    7 Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Damsyqi, Fiqih Empat Mazhab,

    (Bandung: Hasyimi, 2012), hlm 198 8 At Taubah (9): 71

  • 5

    sedikit tidak perlu diumumkan selama satu tahun. Hal ini berdasarkan perkataan

    Aisyah R.A “Tidak apa-apa untuk memanfaatkan luqathah yang nilainya di bawah

    satu dirham.” Kadar atau batasan sedikit di sini adalah kadar harta yang jika dicuri,

    maka pelakunya tidak sampai dipotong tangannya, yaitu seperempat dinar menurut

    jumhur ulama, dan sepuluh dirham menurut ulama Hanafiyyah. Akan tetapi, cukup

    diumumkan selama beberapa waktu yang diduga bahwa pemiliknya sudah

    melupakannya lagi dalam jangka waktu itu. Ini adalah pendapat raajih menurut

    ulama Malikiyyah.9

    Barang temuan (luqathah) pada hakikatnya termasuk hal-hal yang

    dihukumkan syubhat, karena barang temuan tersebut masih diragukan

    kehalalannya. Ketika menemukan barang temuan, lalu berniat untuk memiliki dan

    tidak mengembalikan barang temuan tersebut kepada pemiliknya, maka perbuatan

    tersebut sama saja memakan atau memakai sesuatu yang haram, dan itu sama

    artinya memakan atau memakai sesuatu dengan cara bathil. Allah SWT berfirman

    dalam Al Quran:

    فَرِيٗقا ْ لُّوا كُّ

    ۡاِم لَِتأ ك َ َٰٓ إِلَى ٱۡلحُّ ْ بَِها ُّوا م بِٱۡلَب ِطِل َوتُّۡدل م بَۡينَكُّ ۡمَو لَكُّ

    َْ أ لُّوَٰٓا كُّ

    َۡولَا تَأ

    وَن نتُّۡم َتۡعلَمَُّۡمَو ِل ٱلن َاِس بِٱۡلإِثِۡم َوأ

    َِۡن أ م

    Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

    antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

    (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan

    sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)

    dosa, padahal kamu mengetahui” 10

    9 Wahbah Az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 6, (Jakarta:Gema Insani, 2011), hlm

    737 10 Al Baqarah (2) : 188

  • 6

    Pada tahun 2016, seorang pedagang baju bekas menemui seutas gelang emas

    dan 4 butir berlian asli di dalam sehelai celana yang dibelinya baju bekas itu di

    dalam satu guni pakaian bekas bernilai RM 40. Barang itu ditemui tanpa ditemukan

    identitas pemilik barang. Pedagang tersebut telah menukarkan emas dan berlian itu

    di toko emas dan mendapat pulangan sekitar RM 250 000.

    Pada tanggal 16 Januari 2019, Malaysia dihebohkan dengan kasus seorang

    pedagang yang menjual pakaian bekas menemui sejumlah uang dengan mata uang

    Jepun bernilai 550000yen jika ditukarkan kepada Ringgit Malaysia bernilai RM

    20,755.84. Uang itu ditemukan di dalam dompet yang berada di kantong sehelai

    baju namun tiada sebarang tanda pengenalan diri bagi pemilik dompet tersebut.

    Pada asalnya pedagang baju bekas itu telah membeli dua guni pakaian bekas dengan

    harga RM 100 di sebuah gudang di Wakaf Bharu, Kelantan dan menemuinya ketika

    sedang membongkar pakaian yang dibelinya.11

    Sehubungan itu, Mufti Kelantan, Datuk Mohamad Shukri Mohamad berkata

    uang yang ditemui tanpa pemilik dan tidak dituntut oleh sesiapa perlu diserahkan

    kepada Baitulmal untuk kegunaan umum. Oleh karena kasusnya berlaku di

    Kelantan, maka boleh diserahkan kepada Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat

    Melayu Kelantan (MAIK) untuk diuruskan. Kata mufti, sama ada uang tersebut dari

    negara kita atau negara lain, ianya tetap uang yang ditemui tanpa pemilik dan

    menjadi tanggungjawab individu tersebut untuk mencari tuannya terlebih dahulu

    dan jika gagal, barulah diserahkan ke Baitulmal.

    11 Rohana Ismail, Ada Ustaz Kata Boleh Guna Wang Ini, diakses dari

    https://www.sinarharian.com.my/article/7912/EDISI/Kelantan, pada tanggal 2 Agustus 2019

    https://www.sinarharian.com.my/article/7912/EDISI/Kelantan

  • 7

    Timbul pelbagai persoalan dari masyarakat tentang penemuan uang tersebut.

    Bagaimana status uang yang dijumpai karena pedagang tersebut telah membeli

    pakaian dan secara logikanya sukar untuk menemui pemiliknya karena salah satu

    faktornya adalah berbeda negara. Ada juga pendapat yang mengqiaskan kepada

    harta rikaz karena faktor dia telah menjadi pemilik barang tersebut dengan

    melakukan pembelian dan bisa jadi dia boleh memanfaatkan barang tersebut serta

    akan membayar zakat barang temuan (rikaz) dan masyarakat umum juga bisa

    mendapat manfaatnya. Ini membuktikan bahwa masih banyak dari masyarakat

    masih kurang memahami konsep penemuan barang luqathah.

    Pada hakikat yang sebenarnya kasus seperti ini sering terjadi di kalangan

    pedagang-pedagang baju bekas di Malaysia yang sering tersebar di dalam akhbar

    dan salah satu kasus yang menjadi tumpuan masyarakat adalah kasus yang saya

    nyatakan di atas. Sehingga saat ini masih belum ada aturan rasmi dari pihak

    pemerintah yang mengatur tentang penemuan barang luqathah dan jika

    permasalahan ini berlaku seringnya akan diserahkan kepada pihak Majlis Agama

    Islam atau dikenali juga sebagai Baitulmal bagi menangani kasus ini. Hakikat yang

    sebenarnya, masih kurangnya ilmu dan kesadaran masyarakat tentang barang

    luqathah ini.

    Oleh itu, penulis merasa terpanggil dan tertarik untuk mengangkat satu

    penelitian yang penulis tuangkan ke dalam kedalam karya ilmiah dalam bentuk

    skripsi dengan judul “BARANG TEMUAN LUQATHAH DALAM JUAL BELI

    PAKAIAN BEKAS MENURUT HUKUM ISLAM (KAJIAN DI MAJLIS

    AGAMA ISLAM & ADAT MELAYU PERAK, MALAYSIA)”.

  • 8

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

    rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana status barang yang ditemui pembeli baju bekas menurut Hukum

    Islam berdasarkan kaidah hukum yang digunakan Majlis Agama Islam &

    Adat Melayu Perak?

    2. Bagaimana upaya pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak dalam

    usaha menemukan pemilik barang luqathah jika barang yang ditemui

    diserahkan kepada Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak untuk

    diuruskan?

    3. Apa hukum memanfaatkan sebagian barang luqathah dalam upaya untuk

    menemukan pemilik barang jika barang tidak diserahkan kepada pihak

    Majlis Agama Islam Perak tetapi atas usaha penemu untuk menemukan

    semula pemilik barang?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, penelitian

    ini bertujuan untuk:

    1. Ingin menjelaskan tentang status kepemilikan barang yang ditemui oleh

    pembeli baju bekas berdasarkan pandangan Majlis Agama Islam & Adat

    Melayu Perak.

    2. Ingin menjelaskan upaya yang dilakukan oleh pihak Majlis Agama Islam

    Perak dalam usaha untuk menemukan pemilik barang luqathah.

  • 9

    3. Ingin mendeskripsikan hukum memanfaatkan sebagian barang luqathah

    dalam upaya untuk menemukan pemilik barang.

    D. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dari penelitian yang diperoleh diantaranya:

    1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan

    terkait dengan barang temuan yang dijumpai melalui proses jual beli secara

    borongan.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan rujukan yang

    penting terkait etika penyerahan barang temuan melalui praktek jual beli

    secara .

    3. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana strata 1

    (S1) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syari’ah Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    E. Kerangka Teori

    1. Luqathah

    Luqahah ialah menemukan barang yang hilang karena jatuh, terlupa, dan

    sebagainya Ibnu Qadamah Al Hanbali, luqathah adalah harta yang hilang dari

    pemiliknya yang ditemukan dan dipungut oleh orang lain. Menurut mazhab

    Hanafi disebutkan bahwa luqathah adalah suatu harta yang ditemukan

    sementara tidak diketahui siapa pemiliknya, dan luqathah bukanlah harta

    mubah seperti harta orang kafir harbi.12

    12 Wahbah Az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 6, hlm 729

  • 10

    a. Pengertian

    Barang temuan dalam bahasa Arab13 (bahasa fuqaha) disebut al-

    Luqathah, sedangkan menurut bahasa (etimologi) artinya ialah :

    شيئ الملتقط

    Artinya: “Sesuatu yang ditemukan atau didapat”

    Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan al-

    Luqathah sebagaimana yang di ta’rifkan oleh para ulama adalah sebagai

    berikut: 14

    1) Muhammad al-Syarbini al-Khatib berpendapat bahwa yang

    dimaksud dengan al-Luqathah ialah :

    .ما و جد من حق محترم غير محرور ال يعرف الوا جد مستحقه

    Artinya: “Sesuatu yang ditemukan atas dasar hak yang mulia, tidak

    terjaga dan yang menemukan tidak mengetahui

    mustahiqnya”

    2) Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dan Syaikh Umairah

    berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan al-Luqathah ialah :

    غير حر بي ليس بمحروز ما و جد من ما ل او محتص ضا ئع ل

    وال ممتنع بقو ته وال يعرف الوا جد ما لكه

    Artinya: “Sesuatu dari harta atau sesuatu yang secara khusus

    semerbak ditemukan bukan di daerah harby , tidak

    terpelihara , dan tidak dilarang karena kekuatannya , yang

    menemukan tidak mengetahui pemilik barang tersebut.”

    13 Moh Zaini. Fiqih Muamalah, (Surabaya:Pena Salsabila,2014 ), hlm, 68. 14 Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah,( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002 ), hlm 198.

  • 11

    3) Al-Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Muhammad al-Husaini bahwa

    al-Luqathah menurut syara’ ialah :

    .اخذ ما ل محترم من مصيعة ليحفظه او ليتملكه يعدالتعريف

    Artinya: “Pengambilan harta yang mulia sebab tersia-siakan untuk

    dipeliharanya atau dimilikinya setelah diumumkan.”

    b. Landasan Hukum Luqathah

    1) Al Quran

    ۡۚ ۡحَيا ٱلن َاَس َجِميٗعآََٰ أ ن ََما

    َۡحَياَها فََكأ

    َ َوَمۡن أ

    Artinya: “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang

    manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan

    manusia semuanya”15

    2) Hadis

    ٌل لَهُّ رَجَُُّّ َعلَيْهِ وََسل ََم َسأ َ ن َ الن َبِى َ َصل َى الل

    ََهنِى ِ أ َعْن َزيِْد بِْن َخالٍِد الْجُّ

    ِْفَها َسَنًة ْو قَاَل وَِعاَءَها وَِعَفاَصَها ثُّم َ َعر ََعْن الل َُّقَطةِ َفَقاَل اْعرِْف وََِكَءَها أ

    َِها إِلَيْهِ ثُّم َ اْسَتْمتِْع بَِها د َفَإِْن َجاَء َرب َُّها فَأ

    Artinya : “Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny Radhiyallahu ‘anhu, dia

    berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah

    ditanya tentang menemukan emas atau perak yang

    tercecer. Maka beliau menjawab, ‘Umumkanlah beserta

    wadah dan talinya, kemudian umumkanlah selama

    setahun. Jika tidak ada yang mengambilnya, maka

    gunakanlah ia dan hendaklah dianggap sebagai barang

    titipan. Jika pada saat tertentu orang yang mencarinya

    datang, maka serahkanlah ia kepadanya.16

    15 Al Maidah (5): 32 16 HR. Al-Bukhori, Shohih Bukhori Jilid V, Kitab Al-Luqathah, hlm 78

  • 12

    c. Hukum Pengambilan Barang Luqathah

    Hukum pengambilan barang temuan dapat berubah-ubah

    tergantung pada kondisi tempat dan kemampuan penemunya. Hukum

    pengambilan barang temuan (al- Luqathah) antara lain sebagai berikut:17

    1) Wajib

    Yakni wajib mengambil barang temuan bagi penemunya

    apabila orang tersebut percaya kepada dirinya bahwa ia mampu

    mengurus benda-benda temuan itu sebagaimana mestinya dan terdapat

    sangkaan berat bila benda-benda itu tidak diambil akan hilang sia-sia

    atau diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

    2) Sunnah

    Yakni sunnat mengambil benda-benda temuan bagi penemunya,

    apabila penemu percaya pada dirinya bahwa ia akan mampu

    memelihara benda-benda temuan itu dengan sebagaimana mestinya,

    tetapi bila tidak diambil pun barang-barang tersebut tidak

    dikhawatirkan akan hilang sia-sia atau tidak akan diambil oleh orang-

    orang yang tidak dapat dipercaya.

    3) Makruh

    Bagi seseorang yang menemukan harta, kemudian masih ragu-

    ragu apakah dia akan mampu memelihara benda-benda tersebut atau

    tidak dan bila tidak diambil benda tersebut tidak dikhawatirkan akan

    17 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm 199

  • 13

    terbengkalai, maka bagi orang tersebut makruh untuk mengambil

    benda-benda tersebut.

    4) Haram

    Bagi orang yang menemukan sesuatu benda, kemudian dia

    mengetahui bahwa dirinya sering terkena penyakit tamak dan yakin

    bahwa dirinya tidak akan mampu memelihara harta tersebut

    sebagaimana mestinya, maka dia haram untuk mengambil benda-benda

    tersebut.18

    d. Rukun dan Syarat Luqathah

    1) Ada yang mengambil (Yang Menemukan)

    Jika yang mengambil adalah orang yang tidak adil, hakim

    berhak mencabut barang itu dari orang tersebut dan memberikannya

    kepada orang yang adil dan ahli, begitu juga kalau yang mengambilnya

    adalah anak kecil, hendaknya diurus oleh walinya.

    2) Bukti barang temuan

    Sesuatu yang ditemukan ada empat macam:

    (a) Barang yang dapat disimpan lama (seperti emas dan perak).

    Hendaklah disimpan ditempat yang sesuai dengan keadaan

    barang itu, kemudian diberitahukan kepada umum, ditempat-

    tempat yang ramai dalam masa satu tahun. Hendaklah pula

    dikenal beberapa sifat barang yang ditemukan itu umpama

    18 Syaikh al-Allamah Muhammad, Fiqih Empat Mazhab, hlm 199-200

  • 14

    tempat, tutup, ikat, timbangan atau bilangannya. Sewaktu

    memberitahukannya hendaklah sebagian dari sifat-sifat itu

    diterangkan, jangan semuanya, agar jangan terambil oleh orang-

    orang yang tidak berhak.

    (b) Barang yang tidak tahan disimpan lama, seperti makanan. Orang

    yang mengambil barang seperti ini boleh antara

    mempergunakan barang itu, asal dia sanggup menggantinya

    apabila bertemu dengan yang punya barang atau ia jual, uangnya

    hendaklah dia simpan agar kelak dapat diberikannya kepada

    pemilik apabila bertemu.

    (c) Barang yang dapat tahan lama dengan usaha, seperti susu, dapat

    disimpan lama apabila dibuat keju. Yang mengambil hendaklah

    memperhatikan yang lebih berfaedah bagi pemiliknya (dijual

    atau dibuat keju).

    (d) Suatu yang membutuhkan nafkah, yaitu binatang atau manusia,

    umpama anak kecil. Sedangkan binatang ada dua macam yaitu

    Pertama, binatang yang kuat dan dapat menjaga dirinya

    terhadap binatang yang buas seperti unta, kerbau, atau kuda

    lebih baik dibiarkan saja, tidak usah diambil. Kedua, binatang

    lemah yang tidak sanggup menjaga dirinya lalu melakukan salah

    satu dari 3 cara yaitu disembelih lalu dimakan dengan syarat

    sanggup mengganti barangnya jika bertemu dengan pemiliknya

    atau dijual dan uangnya disimpan agar dapat diberikan kepada

  • 15

    pemiliknya atau dipelihara dan diberi makanan dengan maksud

    menolong semata.

    e. Pandangan Ulama Mazhab Mengenai Biaya Yang Dibutuhkan Untuk

    Menyampaikan Pengumuman Barang Luqathah

    Ulama mazhab berbeda pandangan dalam menentukan siapa yang

    dibebankan dengan biaya yang dibutuhkan untuk menyampaikan

    pengumuman barang luqathah:

    1) Ulama Hanafiyyah dan Hanabilah

    Biaya pengumuman ditanggung oleh multaqith (orang yang

    memungut luqathah) sendiri, karena itu adalah biaya yang harus

    dikeluarkan oleh orang yang membuat pengumuman, maka biaya

    pengumuman luqathah itu juga harus ditanggung oleh multaqith.19

    2) Ulama Malikiyyah

    Ulama Malikiyyah mengatakan, apabila multaqith

    mengeluarkan suatu biaya untuk luqathah yang dipungutnya, maka

    pemilik luqathah itu bisa memilih antara menebus luqathah itu dari

    multaqith dengan mengganti biaya yang telah dikeluarkan atau

    menyerahkan luqathah itu kepada multaqith sebagai imbalan biaya

    yang telah dikeluarkannya.20

    3) Ulama Syafi’iyyah

    Ulama Syafi’iyyah mengatakan bahwa karena mengumumkan

    luqathah hukumannya adalah wajib bagi multaqith berdasarkan

    19 Wahbah Az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 6, hlm 739 20 Ibid.,

  • 16

    pendapat yang mu’tamad, maka multaqith tidak menanggung biaya

    yang dibutuhkan dalam proses menyampaikan pengumuman itu

    apabila ia memungut luqathah dengan maksud menjaganya untuk

    pemiliknya.

    Akan tetapi biaya itu dianggarkan oleh hakim dari baitulmal.

    Jika nantinya ia ingin meminta ganti kepada pemilik luqathah, maka

    ia harus meminta izin atau memberitahukan kepada hakim. Jika ia

    tidak menemukan hakim, maka ia bisa mempersaksikan bahwa

    dirinya mengeluarkan biaya yang dibutuhkan untuk merawat dan

    menjaga luqathah yang dipungutnya itu untuk nantinya ia meminta

    ganti dari pemilik luqathah tersebut.21

    2. Jual Beli (Al Ba’i)

    a. Pengertian

    Secara etimologi, Al Bai atau jual beli memiliki arti menjual,

    mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu.22 Secara terminologi, jual

    beli memiliki arti transaksi tukar menukar barang atau uang yang berakibat

    pada beralihnya hak milik barang atau uang. Prosesnya dilaksanakan

    dengan akad, baik secara perbuatan maupun ucapan lisan.

    Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud jual beli adalah:

    1) Syaikh al Qayubi dalam Hasyiyah-nya bahwa jual beli adalah akad

    saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan

    21 Ibid., 22 Harun, Fiqh Muamalah, hlm 66

  • 17

    terhadap satu benda atau manfaat untuk tempoh waktu selamanya

    dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah.

    2) Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunnah : Pengertian jual

    beli adalah, penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling

    atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya melalui jalan

    (cara) yang diperbolehkan.

    b. Landasan Hukum Jual Beli

    1) Al Quran:

    ْۡۚ ا ِبَو ُّ ٱۡلبَۡيَع وََحر ََم ٱلر َ َحل َ ٱلل

    َ َوأ

    Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”23

    2) Hadis

    رواه) تراض عن البيع إنما: قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن

    حبان ابن وصححه ماجه وابن البيهقي )

    Artinya: " Bahwa Rasulullah S.A.W bersabda: “Sesungguhnya jual

    beli itu harus dilakukan suka sama suka”.24

    c. Rukun Jual Beli

    Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu: 25

    1) Bai’ (penjual)

    2) Musytari (pembeli)

    23 Al Baqarah (2) : 275 24 Terjemahan Muhammad Nasiruddin Albani, Shohih Sunan Ibnu Majah, Maktab Al-

    Tarbiyah Al-Arabiyah Li Duwali Al-Khalij, 1407 H, (nomor 1792). 25Rahmat Syafe’i,Fiqih Muamalah untuk UIN,STAIN, PTANIS, dan Umum,

    (Bandung:Pustaka Setia,2006), hlm 76

  • 18

    3) Shighat (ijab dan qabul)

    4) Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).

    d. Syarat Jual Beli

    Transaksi jual-beli dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat

    jual-beli, yaitu:

    1) Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:

    a) Agar tidak terjadi penipuan, maka keduanya harus berakal sehat

    dan dapat membedakan (memilih).

    b) Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan

    karena terpaksa.

    c) Dewasa atau baligh.

    2) Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan

    sebagai berikut:26

    a) Suci, dalam Islam tidak sah melakukan transaksi jual beli barang

    najis, seperti bangkai, babi, anjing, dan sebagainya.

    b) Barang yang diperjualbelikan merupakan milik sendiri atau diberi

    kuasa orang lain yang memilikinya.

    c) Barang yang diperjualbelikan ada manfaatnya. Contoh barang

    yang tidak bermanfaat adalah lalat, nyamuk, dan sebagainya.

    Barang-barang seperti ini tidak sah diperjualbelikan. Akan tetapi,

    jika dikemudian hari barang ini bermanfaat akibat perkembangan

    26 Abd Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,

    (Jakarta:Kencana, 2017), hlm 156

  • 19

    tekhnologi atau yang lainnya, maka barang-barang itu sah

    diperjualbelikan.

    d) Barang yang diperjualbelikan jelas dan dapat dikuasai.

    e) Barang yang diperjualbelikan dapat diketahui kadarnya, jenisnya,

    sifat, dan harganya.

    f) Boleh diserahkan saat akad berlangsung.

    3) Syarat Ucapan Serah Terima (Sighat)

    Menurut ulama yang mewajibkan lafaz, lafaz itu diwajibkan

    memenuhi beberapa syarat :

    a) Keadaan ijab dan kabul berhubungan. Artinya salah satu dari

    keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain dan belum

    berselang lama.

    b) Makna keduanya hendaklah mufakat (sama) walau lafaz

    keduanya berlainan.

    c) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti

    katanya “Kalau saya jadi pergi, saya jual barang ini sekian.”

    d) Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu seperti sebulan atau

    setahun, tidak sah.

    e. Akibat Hukum Dari Jual Beli

    Berdasarkan kasus yang diangkat penulis akibat hukum dari jual beli

    pakaian bekas yang ditemuinya uang dalam pakaian tersebut maka dapat

    disimpulkan ada 2 akibat hukum yaitu:

  • 20

    1) Harus

    Dasar dibolehkan dan harus menggunakan uang yang ditemui

    adalah dengan menggunakan kaidah fiqhiyyah:

    اَلتَّابُِع تَابِع

    Artinya: “Hukum dari suatu cabang itu harus mengikuti pokoknya”27

    Contoh dari kaidah ini adalah jika seseorang menjual tanahnya,

    maka termasuk juga bangunan dan tumbuhan yang ditanam disitu.

    Kaidah ini diqiyas kan dengan kasus di atas yang mana pembeli pakaian

    bekas tersebut dibolehkan mengguna uang yang ditemuinya karena uang

    tersebut mengikut ketika pembeli tersebut melakukan akad pembelian

    baju bekas. Maka secara tidak langsung uang tersebut menjadi milik

    pembeli.

    2) Haram

    Dasar hukum haram menggunakan uang yang ditemui adalah

    dengan menggunakan kaidah fiqhiyyah:

    تحريم أكل أموال الناس بالباطل

    Artinya: “Haram memperoleh dan memanfaatkan harta secara bathil”28

    Dasar hukum Al Quran bagi kaidah ini adalah:

    وَن ن تَكََُّٰٓ أ م بِٱۡلَب ِطِل إِل َا م بَۡينَكُّ ۡمَو لَكُّ

    َلُّوَٰٓاْ أ كُّ

    َۡها ٱل َِذيَن َءاَمنُّواْ لَا تَأ ي ُّ

    َأ َي َٰٓ

    ۡم رَِحيٗما َ َكاَن بِكُّ َ ۡمۚۡ إِن َ ٱلل َسكُّ نفَُّۡمۚۡ َولَا َتۡقتُّلُّوَٰٓاْ أ ِنكُّ تَِج َرةً َعن تََراٖض م

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

    memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

    27 Nashr Farid, Qawa’id Fiqhiyyah, (Jakarta:Amzah,2015), hlm 23 28 Muhammad Yusuf Bin Ahmad, Fahami Muamalat Seharian Anda,(Selangor: Musthofa

    Publication, 2017), hlm 24

  • 21

    dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

    suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

    dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

    kepadamu”29

    Mufti Kelantan juga menegaskan bahwa barang tersebut

    bukanlah milik si pembeli dan barang tersebut haruslah diserahkan

    kepada Baitulmal untuk diuruskan tidak kira jumlahnya banyak atau

    sedikit. Selain itu, dari kaidah ini dapat diambil pelajaran yaitu larangan

    memperoleh penghasilan/pendapatan/ujrah secara batil. Perkara yang

    perlu digaris bawahi dalam kasus yang di angkat adalah pembeli hanya

    melakukan akad dengan penjual hanya ke atas baju dan bukan ke atas

    uang yang ditemui dalam baju tersebut. Maka dapat disimpulkan secara

    hakikatnya pembeli tidak memiliki hak sama sekali terhadap uang

    tersebut dan hukum haram ke atas penggunaan uang itu dan pembeli

    hanya berhak ke atas kepemilikan pakaian bekas sahaja.

    f. Konsep Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Dalam Karung

    Hukum jual beli pakaian karungan ditinjau dalam hukum Islam

    dianggap boleh, dengan alasan bahwa jual beli tersebut tidak mengandung

    adanya unsur gharar(penipuan), adanya unsur kerelaan diantara dua belah

    pihak dengan direalisasikan dalam bentuk menerima dan memberi, tidak

    menimbulkan pertentangan diantara dua belah pihak serta memberikan

    kemanfaatan kepada masyarakat.

    29 An Nisa (4) ; 29

  • 22

    Persoalan jual beli karung berbeda dengan jual beli yang

    mengandung gharar, karena dapat diqiyaskan dengan jual beli jizaf dimana

    jual beli ini adalah jual beli dengan tanpa takaran atau timbangan dan

    hitungan tetapi dengan cara dugaan dan batasan setelah menyaksikan atau

    melihat barang tersebut. Sistem jual beli seperti ini secara hukum sah

    karena telah diketahui melalui melihat secara langsung (mua’yyanah),

    namun makruh lantaran masih terdapat potensi kekecewaan (nadm).

    Jual beli jizaf hukumnya batal jika komoditi berupa barang ribawi

    yang mensyaratkan harus setara (tamatsul), yakni komoditi jenis ribawi

    yang suatu illah dan satu jenis ribawi seperti emas dengan emas, beras

    dengan beras. Sebab kesetaraan dalam bai’ ribawi disyaratkan diketahui

    secara yakin pada saat transaksi berlangsung, dan tidak cukup hanya

    dengan prediksi.30 Pada dasarnya jual beli jizaf tidak diperbolehkan syar’i,

    namun dengan alasan darurat dan masyaqqat dengan ketentuan syarat

    sebagaimana yang tertera di bawah :

    1) Barang yang dijual harus dapat diketahui dengan mata

    2) Baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui berat barang yang akan

    dijual

    3) Dalam akad jual beli harus mengetahui maksud dan tujuan

    4) Jika barang tersebut berjumlah banyak,maka barang tersebut tidak

    boleh menyusahkan

    30 Darmansyah, Metodologi Fiqh Muamalah, (Jakarta : Laskar Pelangi, 2012), hlm 18-19

  • 23

    5) Jika barang tersebut berada pada lautan maka ketika sampai daratan

    maka tidak boleh diubah

    6) Pada akad jizaf, tidak boleh ada akad timbangan kecuali ada

    kesepakatan antara penjual dan pembeli.

    Dari ketentuan syarat-syarat tersebut maka jual beli karung dapat

    diqiyaskan dengan jual beli jizaf karena syarat yang ditentukan sudah

    terpenuhi. Ada sedikit perbedaan antara jual beli jizaf dan jual beli karung

    dalam poin 6 yaitu tentang tidak boleh ada akad timbangan kecuali ada

    kesepakatan, sedangkan dalam jual beli pakaian karung ada sistem

    timbangan tetapi ketentuan ini sudah disepakati oleh dua belah pihak, maka

    tidak ada persoalan yang mendasar.

    F. Tinjauan Pustaka

    Berdasarkan hasil penelusuran bahan-bahan kepustakaan, penulis

    menemukan beberapa karya ilmiah yang membahas tentang barang temuan

    (luqatah). Beberapa diantaranya dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

    Mariani, meneliti tentang “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual

    Beli Barang Temuan (Luqathah) di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong

    Lombok Barat”. Persamaan penelitian adalah sama-sama mengkaji tentang barang

    temuan yang ditemui dan dilakukan jual beli terhadap barang tersebut dan

    menggunakan kajian lapangan. Manakala perbedaan penelitian adalah tempat

    kajian dijalankan dan penulis lebih memfokuskan tentang jual beli barang terpakai

    secara pukal kerana mengandungi unsur gharar dalam praktek jual beli tersebut.31

    31 Mariani, Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Barang Temuan (Luqathah) di

    Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Lombok Barat, Skripsi Fakultas Syariah, UIN

    Mataram, 2017 tidak diterbitkan

  • 24

    Try Anggun Sari, angkatan 2014, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,

    Medan telah mengakaji “Hukum Mengembalikan Luqathah Yang Telah

    Dimanfaatkan Setelah Mengumumkannya Menurut Imam Syafi’i (Studi Kasus Di

    Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat)”.

    Persamaan penelitian ini adalah kedua-duanya menggunakan jenis penelitian

    lapangan. Perbedaannya skripsi ini fokus mengkaji tentang hukum

    mengembalikan luqathah yang telah dimanfaatkan menurut Imam Syafi’i

    manakala penelitian ini menjabarkan secara terperinci bagaimana penyelesaian

    bagi penemuan barang luqathah yang sudah dilakukan jual beli sebelumnya

    terhadap barang tersebut.32

    Muhammad Arafat Bin Jaabar merupakan mahasiswa Universitas

    Teknologi Malaysia telah mengkaji tentang “Harta Yang Tidak Dituntut Dalam

    Islam Dan Undang-Undang Di Malaysia”. Perbedaan kajian adalah skripsi ini

    banyak memfokuskan tentang harta pusaka yang tidak dituntut dan tidak banyak

    menyinggung permasalahan luqathah sedangkan penulis lebih memfokuskan

    tentang barang luqathah yang telah dibeli tanpa sepengetahuan pihak yang

    membeli. Persamaaan penelitian adalah berkait dengan pengurusan harta yang

    tidak dituntut atau yang ditemui dan dikembalikan pengurusannya kepada pihak

    Baitulmal.33

    32 Try Anggun Sari, Hukum Mengembalikan Luqathah Yang Telah Dimanfaatkan Setelah

    Mengumumkannya Menurut Imam Syafi’i (Studi Kasus Di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang

    Serangan Kabupaten Langkat), Skripsi Fakultas UIN SU Medan, 2017 tidak diterbitkan 33 Muhammad Arafat Bin Jaabar, Harta Yang Tidak Dituntut Dalam Islam Dan Undang-

    Undang Di Malaysia, Skripsi Fakultas Tamadun Islam, Univeristas Teknologi Malaysia, 2017 tidak

    diterbitkan

  • 25

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan

    suatu metode, oleh itu dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode

    sebagai berikut:

    A. Jenis Penelitian

    Pendekatan penelitian yang diguna pakai dalam penelitian ini adalah

    pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode diskriptif.

    Secara umumnya, penelitian kualitatif berarti penelitian tentang riset yang

    bersifat cenderung menggunakan analisis dan lebih menonjolkan proses dan makna

    (perspektif subjek). Manakala, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pula,

    kualitatif bermaksud (1) keterangan yang benar dan nyata, (2) keterangan atau

    bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).34

    Metode deskriptif pula bermaksud suatu metode dalam meneliti status

    sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun,

    suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    deskriptif bermakna memaparkan apa adanya (sesuatu bentuk atau kenyataan yang

    ada).35

    Analisis deskriptif kualitatif diguna mendapatkan informasi tentang beberapa

    kondisi dan menjelaskan serta menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan

    34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/ data,akses 3 April 2019 35 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency,2013), hlm 138

    http://kbbi.web.id/%20data,akses

  • 26

    dalam lingkungan tempat penelitian. Linkungan penelitian yaitu di Majlis Agama

    Islam dan Adat Melayu Perak (MAIPk). Oleh itu, dengan pendekatan ini

    diharapkan agar dapat diperoleh pemahaman serta penafsiran yang mendalam

    mengenai makna dan fakta yang tepat dan relevan.

    B. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pejabat yang berwenang menguruskan tentang

    Baitulmal yaitu di Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak (MAIPk), Kompleks

    Islam Darul Ridzuan, Jalan Panglima Bukit Gantang Wahab, 30000, Ipoh, Perak.

    C. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif empiris. Normatif empiris

    menggunakan bahan-bahan hukum baik hukum yang tertulis maupun hukum yang

    tidak tertulis atau baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan

    juga hukum sebagai kenyataan sosial, karena dalam penelitian ini digunakan data

    primer yang diperoleh dari lapangan. Jadi, pendekatan normatif empiris dalam

    penelitian ini maksudnya adalah bahwa dalam menganalisis permasalahan

    dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum yang merupakan data

    sekunder dengan data primer yang diperoleh di lapangan.

    D. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    a. Data Primer adalah tidak boleh diperolehi dari apa-apa perantara atau

    pihak kedua, ketiga dan seterusnya.36 Data juga hendaklah diperoleh

    36 Sayuti Una, M.H, Pedoman Penulisan Skripsi, cet. Ke-2, (Jambi: Syariah Press, 2014),

    hlm.34

  • 27

    secara langsung daripada masyarakat baik melalui wawancara, observasi

    dan informasi yang pertama kali daripada pihak-pihak tertentu.37

    Wawancara dalam penelitian ini diperoleh dari Pengurus Departemen

    Pengurusan Dan Pembangunan Mal & Wakaf.

    b. Data Sekunder ialah data yang diperoleh dengan melakukan studi

    kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca,

    mengutip, dan mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan

    yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.38

    2. Sumber Data

    a. Penelitian Lapangan

    Penelitian ini dilakukan secara lapangan yang dilakukan di Pejabat

    Agama Islam dan Adat Melayu Perak (MAIPk). Kaidah penelitian ini

    membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat dan

    terbaru serta berperan menguatkan informasi yang diperoleh dari bahan

    bacaan. Selain itu, kaidah ini juga digunakan unuk mendapatkan informasi

    tambahan dan penyelesai kepada masalah yang dihadapi.

    b. Penelitian Pustaka

    Kaidah penelitian ini penting dalam mengumpulkan data dan

    informasi bagi penelitian ini terhadap semua bab serta menjadi pedoman

    kepada penulis untuk mengetahui dengan lebih rinci tentang apa yang

    bakal dikaji dalam penelitian ini. Informasi diperoleh dari bahan bacaan

    37 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung

    :Alfabeta, 2017), hlm. 99. 38 Ibid., hlm 156

  • 28

    seperti buku, majalah, jurnal, hasil penelitian, kertas kerja, seminar dan

    sumber-sumber lain.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Pengamatan atau observasi merupakan alat pengumpul data yang

    biasanya digunakan untuk tujuan penelitian hukum dengan mencatat perilaku

    hukum sebagaimana terjadi dalam kenyataan. Pengamatan yang dilakukan

    peneliti tidak boleh menyimpang dari sifat dan tujuan penelitian.39 Penulis

    mengamati secara langsung pertanyaan-pertanyaan dengan turun melihat peti

    simpanan barang-barang temuan dan melihat secara langsung data label barang

    dan kaidah membuat hebahan melalui notis di masjid di mana tempat barang

    tersebut ditemukan.

    2. Wawancara

    Wawancara dilakukan untuk menggali data lebih lanjut dari studi

    dokumentasi ataupun untuk menggali data atau informasi yang lebih lanjut dari

    observasi. Teknis yang paling esensial adalah dengan mewawancara pihak

    yang terkait seperti Pegawai Pengurusan Pembangunan Wakaf Dan Mal di

    Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Ustaz Munawir Bin Mohamed

    Noh.

    3. Dokumentasi

    Teknis ini adalah sebagai pelengkap dari teknis wawancara dan

    observasi. Dokumentasi yang dimaksudkan adalah sebagai mengambil sumber

    39 Ibid., hlm 159

  • 29

    data baik dari Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak. Bahan-bahan ilmiah

    sumber hukum Islam, hasil keputusan fatwa dan dari sumber internet.

    F. Metode Analisis Data

    Analisis data berlangsung sejak awal penelitian hingga setelah kegiatan

    pengumpulan data berakhir secara deskriptif kualitatif. Maka penulis telah

    merangkumi bahwa penelitian adalah menggunakan metode analisis seperti berikut:

    1. Reduksi Data

    Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga teknik yaitu

    mereduksi data yang diperoleh dari hasil wawancara. Data-data wawancara yang

    telah direkam kemudian ditranskripkan dengan tujuan memudahkan peneliti

    memilih data-data yang sesuai untuk dianalisis.

    2. Penyajian Data

    Data-data yang telah ditranskripkan ini, kemudian disajikan dengan cara

    dipisahkan dan dipetakan data-data yang serupa ke dalam bagian-bagian tertentu

    yang telah diberikan tanda.

    3. Penarikan Kesimpulan

    Langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan sementara dari data-

    data yang terkumpul, sehingga dapat diambil langkah-langkah awal untuk

    penelitian lanjutan dan mengecek kembali data-data asli yang telah diperoleh.

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan pemahaman secara runtun, pembahasan dalam penulisan

    spenelitian ini mempunyai sistematika sebagai berikut:

  • 30

    BAB I :Pendahuluan, bab ini pada hakikatnya menjadi acuan bagi penulisan

    penelitian, bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tentang

    tinjauan pustaka.

    BAB II :Metode Penelitian, Pada bab ini akan membahas tentang metode

    penelitian dalam pembuatan penelitian. Dengan sub bab tempat dan

    waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,

    instrumen pengumpulan data, sistematika penulisan dan jadwal

    penelitian.

    BAB III :Pada bab ini berisi tentang gambaran umum tentang Majlis Agama

    Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia (MAIPk). Dalam bab ini

    menjelaskan mengenai biografi tentang Majlis Agama Islam & Adat

    Melayu Perak, Malaysia (MAIPk).

    BAB IV : Pembahasan yang akan menjawab rumusan masalah yang ada dalam

    penelitian ini, yaitu bagaimana Barang Temuan Luqathah Dalam Jual

    Beli Pakaian Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama

    Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia)

    BAB V : Bab ini merupakan penutup, berisikan mengenai kesimpulan dari

    hasil penelitian skripsi dan berisikan tentang saran-saran serta

    dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran, dan curiculum vitae.

  • 31

    H. Jadwal Penelitian

    Jadwal penelitian adalah sangat penting bagi melengkapi sebuah pembuatan

    kajian atau skripsi. Tujuannya adalah supaya pembuatan suatu penelitian itu lebih

    terencana dan selesai sesuai dengan waktu yang tepat. Oleh karena itu, penulis telah

    membagi-bagikan mengikut waktu berdasarkan tempoh tertentu sebagai pedoman.

    Selain itu, jadwal penelitian bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kewajiban

    dalam proposal skripsi penulis, bahkan lebih dari itu agar penulis bisa konsisten

    dalam melaksanakan tanggungjawab penulisan skripsi ini dengan baik.40 Adapun

    jadwal penelitian adalah seperti berikut:

    40 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, hlm 57

  • 32

    NO

    KEGIATAN

    2019

    APRIL &

    MEI

    JUNI &

    JULI

    AGUST

    & SEPT

    OKT &

    NOV

    DIS JAN &

    FEB

    MAR &

    APR

    1 Pengajuan Judul X

    2 Pembuatan Proposal

    X X

    3 Pembaikian Proposal Dan Seminar

    X

    X

    4 Surat Izin Riset X

    5 Pengumpulan Data X X X

    6 Pengolahan Dan Analisis Data X X

    7 Pembuatan Laporan

    X

    8 Bimbingan Dan Pembaikkan

    X

    X

    9 Agenda Dan Ujian Skripsi X

  • 33

    BAB III

    MAJLIS AGAMA ISLAM & ADAT MELAYU PERAK, MALAYSIA

    A. Sejarah Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak

    Sejarah pembinaan Majlis Agama Islam Dan Adat Melayu Perak Negeri

    Perak merupakan salah satu Negeri-Negeri Melayu Bersekutu ("Federated

    Malay States") yang didirikan melalui Perjanjian Bersekutu ("Treaty of

    Federation") pada 1 Juli 1896. Ketika itu, Majlis Raja-Raja Melayu bagi Negeri-

    Negeri Melayu Bersekutu (Perak, Pahang, Selangor dan Negeri Sembilan) telah

    didirikan untuk mendiskusikan hal ehwal dan kepentingan bersama di antara

    Raja-Raja Melayu dengan Pemerintahan British. Provinsi Perak menjadi tuan

    rumah kepada rapat pertama Majelis Raja-Raja Melayu bagi Negeri-Negeri

    Melayu Bersekutu atau lebih dikenali sebagai Rapat Durbar, yang telah

    dijalankan pada 13 hingga 17 Juli 1897 bertempat di Istana Bukit Chandan,

    Kuala Kangsar, Perak.41

    Sebagaimana yang telah disetujui dengan pihak British, bermula

    daripada Perjanjian Pangkor pada 20 Januari 1874, hinggalah kepada

    penubuhan Negeri-Negeri Melayu Bersekutu, suatu ketetapan telah disepakati

    secara bersama, bahwa segala perkara terkait hal ehwal Agama Islam ("Islamic

    Affair") dan Adat Melayu ("Malay Custom") hendaklah di bawah bidang kuasa

    Raja Melayu. Justeru, Ketua Agama Islam dan Adat Melayu yang berkuasa

    41 Hasil dokumentasi diakses https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-

    maipk.html pada tanggal 6 Februari 2020

    https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.htmlhttps://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.html

  • 34

    sepenuhnya di Provinsi Perak pada zaman itu, ialah Duli Yang Maha Sultan.

    Amalan ini dikekalkan hingga ke hari ini.42

    Berdasarkan wawancara penulis bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed

    Noh:

    “Dari sudut sejarah, undang-undang tertua terkait hal ehwal agama Islam

    yang menjadi landasan di Provinsi Perak ialah Undang-Undang

    Sembilan Puluh Sembilan ("Ninetynine Laws of Perak") yang telah

    diamalkan sehingga ke tahun 1900. Tapi, tidak dapat dipastikan dengan

    tepat tanggal permulaan berlakunya undang-undang tersebut. Adalah

    dipercayai, undang-undang itu telah mula dilaksanakan sejak

    pemerintahan Al-Marhum Sultan Idris Murshidul A'azam Shah ibni Al-

    Marhum Raja Bendahara Alang Iskandar (1887 hingga 1916).” 43

    Kemudiannya, pada tahun 1900, satu undang-undang yang dinamakan

    Undang-Undang Pentadbiran Perkawinan Orang-Orang Islam Bab 197 Negeri-

    Negeri Melayu Bersekutu telah dikenalkan dan dijalankan. Setelah itu, sebuah

    bangunan telah dibangunkan di kawasan Pejabat Kadi Wilayah Kuala Kangsar

    untuk dijadikan sebuah ibu pejabat pentadbiran Islam yang dinamakan sebagai

    Balai Syara'. Seorang Kadi Besar telah dilantik bagi mengetuai Kadi-Kadi

    Wilayah dan ditempatkan di sini. Pada ketika itu wilayah-wilayah kadi yang

    dikuatkuasakan ialah Kuala Kangsar, Taiping, Simpang Lima, Selama,

    Lenggong, Ipoh, Batu Gajah, Parit, Sitiawan, Teluk Intan, Tapah dan Tanjong

    Malim. Kadi Besar pertama yang dilantik ialah Tuan Habib Abdullah.

    Dalam tahun 1917, Komiti Quran Perak pula telah ditubuhkan bertujuan

    untuk mengawal dan memantau pengendalian pengajaran agama Islam di

    42 Ibid., 43 Wawancara bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed Noh, Pengurus Pembangunan Mal

    & Wakaf, Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak pada tanggal 29 Oktober 2019

  • 35

    Provinsi Perak. Pengerusi pertama yang dilantik ialah Sultan Iskandar Shah

    Ibni Al-Marhum Sultan Idris Ramatullah Shah (1918-1938), yang merupakan

    Raja Bendahara Perak pada ketika itu. Komiti Quran Perak ini juga, turut

    bertindak sebagai Komiti Syariah Negeri Perak, yang bertanggungjawab dalam

    semu hal terkait dengan pentadbiran agama Islam secara umum pada masa itu

    termasuklah mengeluarkan kebenaran bagi penerbitan buku-buku agama,

    pentauliahan mengajar dan sebagainya.44

    Menjelang pertengahan tahun 1947, ketika tanah air bergolak hebat

    dengan perjuangan menentang Malayan Union (ditubuhkan 1 April 1946),

    beberapa pergerakan, pertubuhan dan persatuan telah muncul memperjuangkan

    semangat nasionalisme bangsa menentang penjajahan British. Antara

    persatuan yang begitu lancang bersuara di Negeri Perak pada ketika itu ialah

    Persatuan Melayu Perak. Atas inisiatif persatuan inilah maka, satu pertemuan

    para alim ulama telah diadakan pada 10 Agustus 1947 bertempat di Madrasah

    Iskandariah Kuala Kangsar. Pada pertemuan itu, Dato Seri Ali Zaini bin Haji

    Muhamad Zain, bekas Speaker Dewan Undangan Provinsi Perak, telah

    mencetuskan ide yang menarik bagi mendirikan sebuah pusat agama secara

    resmi untuk mentadbir hal ehwal agama Islam di Provinsi Perak.45

    Tanggal 21 Januari 1948, merupakan suatu detik bersejarah yang amat

    bernilai bagi Provinsi Perak apabila Duli Yang Maha Mulia Sultan Abdul Aziz

    Al-Mu'tasim Billah Shah Ibni Al-Marhum Raja Muda Musa (1938-1948)

    44 Hasil dokumentasi diakses https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-

    maipk.html pada tanggal 6 Februari 2020 45 Ibid.,

    https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.htmlhttps://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.html

  • 36

    menandatangani suatu perjanjian dengan Sir Gerard Edward James Gent

    (Pesuruhjaya Tinggi British/Gabenor-Jeneral Malayan Union) yang mewakili

    Kerajaan British. Perjanjian yang dinamakan sebagai Perjanjian Negeri Perak

    1948 tersebut, telah membawa kepada pembentukan Undang-Undang Tubuh

    Kerajaan Negeri Perak. Bahagian Pertama Undang-Undang Tubuh Kerajaan

    Negeri Perak tersebut telah berkuasa pada 1 Februari 1948 di bawah

    pemerintahan baginda sultan.

    Menurutnya lagi, dengan berkuasanya Undang-Undang Tubuh Kerajaan

    Negeri itu, hasrat untuk mendirikan sebuah pusat pentadbiran agama Islam di

    Provinsi Perak akhirnya dapat direalisasikan. Kuasa untuk mendirikan Majlis

    Agama Islam dan Adat Melayu Perak dinyatakan secara jelas di bawah Fasal

    VI.(1) Bahagian Pertama Undang-Undang Tubuh Kerajaan Negeri Perak iaitu:

    "Kepala Agama negeri ini ialah Yang Maha Mulia, dan Yang Maha Mulia

    akan memerintah supaya diadakan Undang-undang untuk mengaturkan

    perkara-perkara agama dan mendirikan sebuah Majlis Ugama Islam dan

    'adat Melayu bagi menolong dan menasihati Yang Maha Mulia terkait

    dengan perkara-perkara Agama Negeri ini dan 'adat Melayu."46

    Setelah kemangkatan baginda Sultan Abdul Aziz Al-Mu'tasim Billah

    Shah pada 29 Mac 1948, takhta kerajaan Provinsi Perak yang diwarisi oleh

    Duli Yang Maha Mulia Sultan Yussuf Izzudin Shah Ghafarullahulah Ibni Al-

    Marhum Sultan Abdul Jalil Nasiruddin Al-Mukhataram Karamatullah Shah

    (1948-1963). Kerajaan Negeri pada ketika itu dipimpin oleh Yang Amat

    46 Wawancara bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed Noh, Pengurus Pembangunan Mal

    & Wakaf, Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak pada tanggal 29 Oktober 2019

  • 37

    Berhormat Menteri Besar Perak, Orang Kaya-Kaya Panglima Bukit Gantang,

    Dato' Abdul Wahab bin Toh Muda Abdul Aziz (1948-1957).

    Pada masa pemerintahan baginda Sultan Yussuf Izzudin Shah inilah,

    maka, Kerajaan Negeri secara resmi mendirikan Majlis Agama Islam dan 'Adat

    Melayu Perak pada 1 Muharam 1369 Hijrah bersamaan 23 Oktober 1949.

    Undang-undang khusus terkait pentadbiran agama Islam dan adat melayu di

    negeri ini telah diluluskan secara resmi pada 1 Mei 1952.

    Dengan berdirinya Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak,

    pentadbiran Balai Syara' dan Komiti Quran Perak yang berada di Kuala

    Kangsar, telah disatukan di bawah Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak

    dan dipindahkan ke Ipoh. Manakala, pentadbiran Balai Syara' yang sedia ada

    telah diserapkan di bawah pentadbiran Pejabat Kadi Kuala Kangsar. Pejabat

    rasmi Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak yang pertama telah

    ditempatkan di Pejabat Setiausaha Kerajaan Negeri. Entiti Majlis Agama Islam

    dan Adat Melayu juga masih dikekalkan sebagai badan berkanun kerajaan. 47

    B. Visi, Misi dan Obyektif

    1. Visi

    Menjadi institusi Islam yang syumul dalam memacu kemajuan dan

    kesejahteraan ummah berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.48

    2. Misi

    47 Ibid., 48 Hasil dokumentasi diakses https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-

    maipk.html pada tanggal 10 Februari 2020

    https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.htmlhttps://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.html

  • 38

    Meningkatkan taraf sosio-ekonomi ummah menerusi pengukuhan

    pengurusan baitulmal yang efektif dan dinamik dengan mengamalkan

    tadbir urus cemerlang berlandaskan ketulusan, integriti dan

    profesionalisme yang tinggi.49

    3. Obyektif

    a. Memartabatkan institusi zakat melalui sistem pungutan dan agihan

    yang berkesan.

    b. Mentadbir harta baitulmal dan wakaf dengan tujuan membangun

    sosio-ekonomi dan memelihara kemaslahatan ummah.

    c. Menjana kualiti perkhidmatan budaya kerja cemerlang dan

    dinamik serta pengurusan kewangan yang sistematik dengan

    memanfaatkan teknologi maklumat dan komunikasi secara

    maksimum.

    Berdasarkan hasil dokumentasi dan observasi penulis, Majlis Agama

    Islam & Adat Melayu Perak telah menyusun dan merangka visi, misi dan

    obyektif yang sangat baik bagi mengukuhkan kedudukannya sebagai

    badan Baitulmal dengan berlandaskan Al Quran dan Sunnah demi

    memelihara kesejahteraan umat Islam.

    C. Piagam Pelanggan (Departemen Pengurusan Pembangunan Mal & Wakaf)

    1. Mengemukakan permohonan mewakafkan tanah yang lengkap ke

    pejabat daerah dan tanah dalam tempoh lima (5) hari daripada tanggal

    permohonan yang lengkap diterima (perletakhakan

    49 Ibid.,

  • 39

    berkanun).Mengemukakan Permohonan Mewakafkan Tanah Yang

    Lengkap Ke Pejabat Daerah Dan Tanah Dalam Tempoh Satu Setengah

    (1 1/2) Bulan Daripada Tarikh Permohonan Yang Lengkap Diterima

    (Borang 14A Tiada Sekatan Kepentingan).

    2. Mengemukakan permohonan mewakafkan tanah yang lengkap ke

    pejabat daerah dan tanah dalam tempoh dua (2) bulan daripada tanggal

    permohonan yang lengkap diterima (borang 14a ada sekatan

    kepentingan).

    3. Memberi kelulusan memungut derma di negeri perak dalam tempoh

    lima (5) hari daripada tanggal permohonan yang lengkap diterima.

    4. Memaklumkan keputusan bagi permohonan yang lengkap mengenai

    sewaan / pajakan tanah dan bangunan dalam tempoh empat belas (14)

    hari.

    5. Memaklumkan keputusan bagi permohonan yang lengkap mengenai

    sewaan kemudahan-kemudahan lain di kompleks Islam Darul Ridzuan

    dalam tempoh tiga (3) hari.

    6. Menyelesaikan permohonan bantuan bencana (bantuan sekaligus tunai-

    tidak melebihi satu ribu ringgit) dalam tempoh satu (1) bulan.

    7. Menguruskan harta luqathah yang dihantar multaqith dan membuat

    hebahan selama 1 tahun di setiap mesjid bermula dari hari penerimaan

    barang.

  • 40

    8. Melelang harta temuan yang tidak dituntut atau menukar dengan nilai uang

    bagi harta yang tinggi nilainya dan uang tersebut diguna pakai untuk

    pembangunan ummah.

    D. Carta Organisasi Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia

    (Departemen Pengurusan Pembangunan Mal & Wakaf)

    Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak adalah sebuah institusi

    Baitulmal yang terdiri dari beberapa departemen yaitu Departemen Zakat,

    Departemen Pengurusan Pembangunan Mal & Wakaf, Departemen Pungutan

    Hasil, dan Departemen Khidmat Pengurusan. Bagi pengurusan harta luqathah,

    diurus dan dikendalikan sepenuhnya oleh Departemen Pengurusan

    PembangunanMal&Waqaf.

  • 41

    KETUA PEGAWAI EKSEKUTIF

    Tuan Shahrul Azam Bin Zakaria

    TIMBALAN KETUA PEGAWAI EKSEKUTIF

    Ahmad Fadhil Bin Ghani

    BAGIAN PENGURUSAN & PEMBANGUNAN MAL

    DAN WAKAF

    Suhaimi Bin Yusoff

    PENTADBIRAN DAERAH & UTC

    Muhammad Aiman Safi Bin Ali

    UNIT MAL & WAKAF

    Fatimah Binti Zuhaimi

    PENGURUS UNIT PEMBANGUNAN

    Firdaus Bin Kamal

    PENGURUS UNIT PENGURUSAN WAQAF

    Munawir Bin Mohamed Noh

    SEKSYEN HAL EHWAL TANAH & TEBUS TANAH

    Zul Hamdi Bin Jamal

    SEKSYEN PEMANTAUAN & UKUR TANAH

    Luqman Al Hakim Bin Abdul Fatah

    SEKSYEN PENGURUSAN SEWAAN

    Naila Farisya Binti Hambali

    WAKAF PERAK AR

    RIDZUAN

    Faturrahman Bin Faris

    WAKAF SARAAN

    Juwairiyah Binti Junaidi

  • 42

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Status Hak Kepemilikan Barang Yang Ditemui Pembeli Baju Bekas

    Menurut Pandangan Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak

    Melihat dari kajian penulis, seorang pembeli pakaian bekas telah

    melakukan akad yang sah ke atas barang beliannya. Bagi seorang pedagang

    baju bekas, secara logikanya pasti pedagang itu akan membeli baju-baju bekas

    dalam kuantitas yang besar, tanpa melihat barang itu satu per satu. Maka

    muncul beberapa kasus di mana seorang pedagang baju bekas menemui

    barang-barang bernilai di dalam baju bekas yang dibelinya. Timbul pelbagai

    anggapan dari masyarakat pada masa kini bahwa setelah melakukan akad ke

    atas sesuatu barang, maka secara langsung barang yang mengikut daripada

    barang asal turut menjadi pemilik orang yang telah membelinya.

    Berdasarkan hasil wawancara bersama Al Fadhil Ustaz Munawir Bin

    Mohamed Noh, beliau berkata:

    “Kasus yang berlaku pada masa kini adalah kasus yang baru masih belum

    ada aturannya di dalam Al Quran maupun Hadis. Tapi harus diperhatikan

    bahwa tidak semua barang belian yang telah kita lakukan adalah hak

    mutlak kepada si pembeli untuk di manfaatkan. Status barang tersebut

    adalah barang luqathah yang masih belum ditemui pemiliknya dan

    hendaklah diserahkan ke Pihak Majlis Agama Islam berdekatan dimana

    barang tersebut ditemui.” 50

    Menurutnya lagi :

    50 Wawancara bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed Noh, Pengurus Pembangunan Mal

    & Wakaf, Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak pada tanggal 29 Oktober 2019

  • 43

    “Harus diperhatikan dan digaris bawahi, aqad jual beli yang telah

    dilakukan hanyalah melibatkan barang-barang yang dihitung nilainya

    yaitu baju bekas yang dibeli. Barang temuan yang ditemui bersama- sama

    barang yang dibeli adalah barang yang berasingan serta mempunyai

    pemiliknya tersendiri. Maka barang bernilai yang ditemui adalah barang

    luqathah atau barang pungutan dan tidak boleh bagi si pembeli

    memanfaatkan barang tersebut dan perlu diserahkan kepada pihak Majlis

    Agama Islam berhampiran.” 51

    Menurut hasil wawancara penulis bersama Pegawai Pembangunan Mal

    & Wakaf, dapat disimpulkan bahwa barang yang ditemukan oleh pedagang

    baju bekas itu adalah barang luqathah dan saran dari Mufti serta pihak Majlis

    Agama Islam & Adat Melayu Perak jika menemukan barang yang tidak

    diketahui pemiliknya hendaklah diserahkan ke pihak Baitulmal untuk

    diuruskan. Bagi pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, jika barang

    yang ditemui tanpa pemilik diserahkan kepada mereka, maka itu adalah satu

    amanah yang besar bagi mereka untuk melakukan hebahan agar masyarakat

    maklum tentang perkara ini sebelum mereka boleh memanfaatkan barang itu

    untuk kemaslahatan ummah.

    Kajian yang diangkat penulis merupakan perkara baru yang masih belum

    ada aturannya dalam Al Quran dan Hadis. Fatwa di Majlis Agama Islam &

    Adat Melayu Perak juga belum ada yang mengatur tentang penemuan barang

    luqathah dalam jual beli pakaian bekas secara borongan. Fatwa yang menjadi

    landasan mereka dalam menguruskan harta luqathah hanyalah tentang

    kedudukan uang ta’aliq yang dituntut oleh pihak suami.52

    51 Ibid., 52 Hasil dokumentasi yang diambil pada tanggal 29 Oktiber 2019 (Lampiran)

  • 44

    Melalui wawancara bersama Al Fadhil Ustaz Munawir metode istinbath

    hukum yang digunakan oleh pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak

    mengenai barang temuan yang ditemui pembeli baju bekas yaitu:

    1. Al Quran

    ِ َولَا م ب م بَۡيَنكُّ كُّۡمَو لَ

    َلُّوَٰٓاْ أ كُّ

    َٰۡٓ إِلَى ٱۡلَب ِطلِ تَأ ُّواْ بَِها امِ َوتُّۡدل ك َ واْ فَرِيٗقا ٱۡلحُّ

    لُّ كُّۡلَِتأ

    ۡمَو ِل َِۡن أ ِ ٱلن َاِس م وَن ٱۡلإِثۡمِ ب مُّ

    نتُّۡم َتۡعلََ ٨١١َوأ

    Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang

    lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu

    membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

    memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan

    (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”53

    Ayat ini menjelaskan bahwa tidak boleh memakan harta yang lain dengan

    cara yang bathil. Maka haram hukum keatas siapa yang memanfaatkan harta

    yang ditemui karena diibaratkan memakan harta yang lain dengan cara yang

    bathil.

    2. Hadis

    ٌل َعْن لَهُّ رَجَُُّّ َعلَيْهِ وََسل ََم َسأ َ ن َ الن َبِى َ َصل َى الل

    ََهنِى ِ أ َعْن َزيِْد بِْن َخالٍِد الْجُّ

    ْو قَاَل وَِعاَءَها وَِعَفاَصَها ثُّم َ َِْفَها َسنًَة ثُّم َ الل َُّقَطةِ َفَقاَل اْعرِْف وََِكَءَها أ َعر

    َِها إِلَيْهِ د َ اْسَتْمتِْع بَِها فَإِْن َجاَء َرب َُّها فَأ

    Artinya : “Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny Radhiyallahu ‘anhu, dia

    berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya

    tentang menemukan emas atau perak yang tercecer. Maka beliau

    53 Al Baqarah (2) : 188

  • 45

    menjawab, ‘Umumkanlah beserta wadah dan talinya, kemudian

    umumkanlah selama setahun. Jika tidak ada yang mengambilnya,

    maka gunakanlah ia dan hendaklah dianggap sebagai barang

    titipan. Jika pada saat tertentu orang yang mencarinya datang,

    maka serahkanlah ia kepadanya.54

    Hadis ini membahas bahwa jika menemui sesuatu barang, maka penemu

    adalah sebagai penjaga amanah terhadap barang yang ditemui dan

    hendaklah diumumkan barang tersebut selama 1 tahun dan perlu untuk

    mengenali bilangan dan kuantitas barang.

    3. Ijma

    Penemuan harta luqathah ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah tapi

    prakteknya yang berlaku hanyalah menemukan barang berharga dijalan seperti

    emas, dan haiwan serta menemukan anak yang hilang. Bagi kasus yang

    berlaku yang diangkat oleh penulis adalah kasus yang baru yang belum ada

    aturannya dalam Al Quran maupun Hadis.

    Maka, pihak Jabatan Mufti telah berijtihad dan bersepakat untuk

    menetapkan bahwa harta yang ditemui oleh pembeli baju bekas tergolong

    dalam harta temuan luqathah dengan mempertimbangkan ayat Al Quran yang

    berkait tentang haramnya memakan harta secara bathil, hadis tentang luqathah,

    diqiyaskan dibolehkan menjalankan transaksi jual beli baju bekas serta

    akhirnya menggunakan Qawaidul Fiqhiyyah sebagai landasan penetapan

    hukum. Penetapan hukum disampaikan kepada pihak Majlis Agama Islam &

    54 HR. Al-Bukhori, Shohih Bukhori Jilid V, Kitab Al-Luqathah, hlm 78

  • 46

    Adat Melayu Perak yang berperan sebagai institusi Baitulmal agar

    menguruskan harta luqathah ini.

    4. Qiyas

    Diqiyaskan jual beli pakaian bekas dalam karung dibolehkan menurut

    hukum Islam dengan jual beli Jizaf yaitu jual beli yang tanpa diketahui kadar

    barang dan timbangannya secara terperinci, namun pada asalnya barang-barang

    yang dijual memiiliki takaran, timbangan tertentu secara terperinci.

    Transaksi jenis ini sudah ada sejak zaman Rasulullah S.A.W hingga saat

    ini pun transaksi jenis ini masih banyak tersebar antara manusia. Jual beli jizaf

    ini dilarang oleh Rasulullah apabila antara 2 pihak yang melakukan transaksi

    jual beli jizaf menyelisihi persyaratan yang telah ditentukan oleh para ulama

    mazhab. Adapun dipandang dari sisi obyeknya, obyek yang dilarang dalam jual

    beli jizaf adalah barang ribawi dan campuran dari berbagai macam yang

    berbeda jenisnya.

    5. Rumusan Penetapan Hukum

    Rumusan hukum yang digunakan oleh pihak Majlis Agama Islam adalah

    dengan menggunakan penetapan kaidah hukum Qawaidul Fiqhiyyah

    dikarenakan perkara ini merupakan kasus yang baru yang belum ada aturannya

    dalam Al Quran & Hadis. Qawaidul Fiqhiyyah yang menjadi landasan bagi

    pembeli baju bekas tidak boleh memanfaatkan barang temuan karena barang

    itu adalah barang luqathah yaitu :

  • 47

    ك ِ يَُّزالُّ لَا الَْيقِنُّ بِالش َ

    Artinya: “Keyakinan itu tidak bisa dihilangkan karena adanya keraguan”

    Sesuatu perkara yang telah diyakini berlaku, sebarang keraguan yang

    datang kemudian untuk meragui keyakinan itu tidak di ambil kira atau dengan

    makna kata yang lain kaidah ini membawa maksud apa yang telah tetap dan

    teguh itu tidak terangkat dengan adanya keraguan padanya.55 Kaidah ini

    disusuli dengan kaidah cabangnya yaitu:

    كان ما على كان ما بقاء الأصل Artinya: “Menurut hukum asal, sesuatu itu dilihat (dihukumi) menurut

    keberadaan awalnya secara apa adanya”.

    Sesuatu yang sud