skripsirepository.uinjambi.ac.id/3102/1/nurul syarihah binti... · 2020. 5. 11. · skripsi ini...
TRANSCRIPT
-
BARANG TEMUAN LUQATHAH DALAM JUAL BELI PAKAIAN
BEKAS MENURUT HUKUM ISLAM
(Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Pada
Fakultas Syariah
NURUL SYARIHAH BINTI SHARUDDIN
SHE 160021
PEMBIMBING :
Dr. A.A Miftah, M.Ag
Dr. Maryani, S.Ag., M.HI
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
J A M B I
2020
-
ii
-
iii
Pembimbing I : Dr. A.A Miftah, M.Ag
Pembimbing II : Dr. Maryani, S.Ag.,M.HI
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Jl Jambi-Muara Bulian KM 16 Simp. Sungai Duren,
Kab. Muaro Jambi
Jambi, Maret 2020
Kepada :
Yth Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Di –
Jambi
NOTA DINAS
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudari Nurul Syarihah Binti Sharuddin, Nim SHE
160021 yang berjudul Barang Temuan Luqathah Dalam Jual Beli Pakaian
Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu
Perak, Malaysia) dapat diajukan untuk di munaqasyahkan guna melengkapi tugas
tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Maka dengan kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan baik.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’ alaikum Wr. WB
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. A.A Miftah, M.Ag Dr. Maryani, M.HI
NIP : 197311121996031001 NIP: 97609072005012004
-
iv
Pembimbing I : Dr. A.A Miftah, M.Ag
Pembimbing II : Dr. Maryani, S.Ag.,M.HI
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Jl.Jambi- Muara Bulian KM.16 Simp. Sei Duren,
Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, Maret 2020
Kepada:
Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di -
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
السالم عليكم ورحمة الله وبركاته
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami
berpendapat bahwa skripsi sauadari Nurul Syarihah Binti Sharuddin, Nim SHE
160021 yang berjudul “Barang Temuan Luqathah Dalam Jual Beli Pakaian
Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu
Perak, Malaysia)” dapat diajukan untuk di munaqashahkan guna melengkapi tugas
tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan
baik.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. A.A Miftah, M.Ag Dr. Maryani, M.HI
NIP : 197311121996031001 NIP : 197609072005012004
-
v
-
vi
MOTTO
َها ي َُّأ ِ ٱل َِذينَ َي َٰٓ م ب م بَۡيَنكُّ ۡمَو لَكُّ
َْ أ لُّوَٰٓا كُّ
ْۡ لَا تَأ وَن ٱۡلَب ِطلِ َءاَمنُّوا ن تَكُّ
ََٰٓ أ إِل َا
ۡمۚۡ إِن َ َسكُّ نفَُّۡمۚۡ َولَا َتۡقتُّلُّوَٰٓاْ أ ِنكُّ َ تَِج َرةً َعن تََراٖض م ۡم رَِحيٗما ٱلل َ ٩٢َكاَن بِكُّ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” QS An Nisa (4):29
-
vii
ABSTRAK
Nurul Syarihah Binti Sharuddin, SHE 160021, Barang Temuan Luqathah Dalam
Jual Beli Pakaian Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam &
Adat Melayu Perak, Malaysia)
Merupakan penelitian bertujuan untuk mengetahui dalil dan kaidah fiqhiyyah yang
menjadi landasan di atas penetapan hukum barang temuan yang ditemui setelah
akad jual beli pakaian bekas yang dibeli secara borongan. Seterusnya, mengetahui
prosedur jika pengurusan barang temuan jika barang itu diserahkan kepada pihak
Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak untuk diuruskan sehingga menemukan
semula pemiliknya dan mengetahui hukum memanfaatkan sebagaian harta luqathah
tujuan hebahan dalam upaya untuk menemukan pemilik barang. Penelitian
menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan instrumen pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, diperoleh pembahasan dan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, kaidah
fiqhiyyah yang menjadi landasan kepada penelitian ini adalah “Keyakinan itu tidak
bisa dihilangkan karena adanya keraguan” dan dikuatkan dengan kaidah cabang
“Menurut hukum asal, sesuatu itu dilihat (dihukumi) menurut keberadaan awalnya
secara apa adanya”. Maka si pembeli tetap tidak berkuasa ke atas barang temuan
dan perlu diserahkan kepada pihak Baitulmal. Kedua, prosedur pengurusan harta
luqathah di Majlis Agama Islam dapat dibagi kepada 3 peringkat yaitu, pengurusan
penerimaan barang luqathah, proses penuntutan harta luqathah dan proses
pelupusan harta luqathah jika tidak berlaku penuntutan terhadap barang. Ketiga,
hukum memanfaatkan sebagian harta bagi tujuan membuat hebahan yang mungkin
memakan biaya yang besar, maka dibolehkan karena setiap biaya pengumuman
adalah dibawah tanggungjawab pemilik barang menurut kitab Al Fiqh Al
Manhajiyy.
Kata Kunci:
Luqathah, Jual Beli, Baju Bekas, Majlis Agama Islam & Adat Melayu, Perak
-
viii
PERSEMBAHAN
بسم الله الرحمن الرحيم
Kupersembahkan skripsi ini istimewa untuk pasangan yang amat kucintai: Ayahanda
SHARUDDIN BIN SHARIFF dan Ibunda HASLINA BINTI AL HARIS yang telah
mendidik, mengasuh dan membesarkan anakanda dari kecil hingga dewasa dengan
penuh kasih sayang dan cinta.
Yang kusayangi, Saudara-saudaraku,Muhammad Shahril dan Nur Hidayah. Terima
kasih di atas segala perhatian dan doa yang diberikan, sesungguhnya segala sesuatu
yang terjadi di antara kita merupakan rahmat, anugerah yang terindah selamanya dan
moga sampai syurga.
Yang kohormati, Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag dan Ibuk Dr. Maryani,S.Ag.,M.HI
selaku pembimbingku karena tunjuk ajar, ilmu yang dicurahkan serta banyak
memberi daya dan upaya untuk menghadapi cabaran hidup.
Yang kukasihi, sahabat-sahabatku, Qawiemah, Fatin Atirah, Syafiqah, Naqiah,
Mardhiyah, Aina, Alya, Khadijah, Asrah serta teman-temanku lain yang tergabung
dalam PKPMICJ, serta teman-teman dari Indonesia maupun yang berada di Malaysia
yang setia telah memberikan semangat dan dorongan.
Terima kasih atas segalanya.
Nurul Syarihah Binti Sharuddin
27/2/2020, Jambi, Indonesia.
-
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, rasa puji dan syukur yang sedalam
dalamnya penulis ucapkan ke hadrat Allah SWT, sumber segala inspirasi, yang
telah menuntun penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, rahmat dan inayahnya
tidak pernah luput dalam setiap detik kehidupan kita. Shalawat dan salam buat
junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, perjuangannya bersama keluarga dan para
sahabatnya telah mengantarkan kita menuju dunia yang penuh berakhlak dan kasih
sayang. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak.
Skripsi ini berjudul “Barang Temuan Luqathah Dalam Jual Beli Pakaian
Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama Islam & Adat Melayu
Perak, Malaysia)”, hasil karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi tugas dan
sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Program Sarjana Strata Satu
(S1) dalam Jurusan Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun
penyusunannya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud
dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak dan
yang dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA.,Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi,
Indonesia. Ibuk Dr. Rofiqah Ferawati, SE., M.EI selaku Wakil Rektor 1, Dr.
As’ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor 2, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag.,
MA selaku wakil Rektor 3.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi, Indonesia.
3. Bapak Dr. Agus Salim, M.A., M.I.R, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.H selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan dan Bapak Dr. H.
-
x
Ishaq, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama di Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.
4. Bapak Rasito, S.H., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H., M.Sy selaku Sekretaris Jurusan Hukum
Keluarga Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag selaku Pembimbing I dan Ibuk Dr. Maryani,
S.Ag., M.HI selaku pembimbing II yang telah banyak memberi masukan,
tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan karyawati
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang bersangkutan. Di
samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan
maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi
pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi
kebaikan skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariah
di sisi Allah SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.
Jambi, Maret 2020
Penulis,
NURUL SYARIHAH BINTI SHARUDDIN
NIM: SHE 160021
-
xi
DAFTAR SINGKATAN
UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu wata’ala
S.A.W : Sallallhualaihiwasallam
R.A : Radhiyallahu’an
QS : Al-Quran dan As-Sunnah
Hlm : Halaman
MAIPk : Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak
KPE : Ketua Pegawai Eksekutif
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................... iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9
E. Kerangka Teori ........................................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 23
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 25
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 26
C. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 26
D. Jenis & Sumber Data ................................................................................ 26
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 28
F. Metode Analisis Data ................................................................................ 39
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 29
H. Jadwal Penelitian. ..................................................................................... 31
-
xiii
BAB III : MAJLIS AGAMA ISLAM & ADAT MELAYU PERAK
A. Sejarah Majlis Agama Islam Perak ........................................................... 33
B. Visi, Misi dan Obyektif ............................................................................. 37
C. Logo Majlis Agama Islam Perak .............................................................. 38
D. Struktur Organisasi Majlis Agama Islam Perak ........................................ 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Status Barang Yang Ditemui Pembeli Baju Bekas Menurut Hukum Islam
Berdasarkan Kaidah Hukum Yang Digunakan Majlis Agama Islam &
Adat Melayu Perak ...................................................................................
42
B. Upaya Pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak Dalam Usaha
Menemukan Pemilik Barang Temuan.......................................................
48
C. Hukum Memanfaatkan Sebagian Harta Luqathah Dalam Upaya
Menemukan Pemilik Barang Jika Tidak Diserahkan Kepada Pihak Majlis
Agama Islam & Adat Melayu Perak. ........................................................
54
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 58
B. Saran-saran ............................................................................................. 59
C. Kata Penutup ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai suatu sistem hidup yang lengkap yaitu al-Din yang diturunkan
oleh Allah SWT untuk memandu manusia apakah terkait dengan aspek kepercayaan
atau perilaku dan praktek dalam segenap segi kehidupan. Pelaksanaan Islam
sebagai peraturan hidup yang lengkap merupakan suatu penyerahan diri kepada
Allah SWT bukan sekadar dalam soal ibadah dasar saja tetapi mencakup semua
aspek kehidupan termasuklah peraturan yang berkaitan ekonomi, keuangan,
perakaunan dan sebagainya.1
Muamalah adalah konsep dalam Islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dengan orang lain dalam hal tukar menukar harta atau benda, diantaranya
pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerjasama dagang, simpanan barang atau uang,
utang piutang, warisan, wasiat, pesan dan lain sebagainya.2 Dalam proses
muamalah masih banyak yang tidak memperhatikan kaidah dan hukum-hukum dari
bermuamalah, karena mereka lebih condong kepada sikap terburu-buru dan tidak
mahu tahu sesuatu perkara yang menyebabkan kegiatan ekonomi kita kurang
berjalan dengan baik, karena pelakunya masih belum memahami betapa pentingnya
mempelajari hukum bermuamalah.
1 Muhammad Syafie Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani,
2009) hlm 3 2 Daeng Naja, Bekal Bangkir Syariah, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm 100
-
2
Harta dalam pandangan Islam adalah termasuk hal dharuriyyah, artinya
keberadaan harta itu mutlak ada dalam kehidupan, dalam arti tanpa adanya harta,
maka kehidupan manusia akan cedera atau rusak, bahkan hidup tidak ada
maknanya. Harta merupakan pemberian yang dikurniakan oleh Allah SWT untuk
sekalian umat manusia di dunia ini sebagai wasilah untuk beribadah kepadanya,
seterusnya mengukuhkan dan memantapkan keimanan bagi mendapatkan
keredhaannya.3
Namun harta juga merupakan punca kepada pertikaian dan perpecahan
sesama manusia. Justeru, jika berlaku pertikaian berkaitan harta maka
tanggungjawab ini harus diserahkan kepada mahkamah sivil atau mahkamah
syariah yang mempunyai kuasa membicarakan dan memutuskan sesuatu pertikaian
demi memastikan keadilan tercapai dan pihak-pihak yang terlibat terpeliharan
setelah tiada jalan perdamaian dan penyelesaian yang dapat dibuat antara mereka.4
Permasalahan barang temuan (luqathah) adalah suatu permasalahan yang
sering terjadi dalam kehidupan, baik menemukan barang yang bernilai rendah
maupun yang bernilai tinggi (berharga), baik berstatus sebagai penemu (al-
Multaqit), atau yang kehilangan barang. Permasalahan tersebut sering di pandang
rendah, dan dianggap barang yang ditemukan tersebut adalah, rezki/keuntungan
bagi diri penemu barang atau lebih dikenali dengan rezki terpijak yang tidak perlu
dikembalikan kepada pemiliknya, maka anggapan semacam ini sama sekali tidak
dibenarkan baik dari segi etika sosial maupun norma agama Islam khususnya.
3 Harun, Fiqh Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyyah University Press, 2017), hlm 13 4 Ibid., hlm 14
-
3
Sebenarnya persoalan barang temuan (luqathah) sudah terjadi pada masa
kehidupan Rasulullah SAW, ketika ada yang menanyakan hal-hal apa saja harus
dilakukan terhadap barang temuan (luqathah), maka pada saat itu Rasulullah SAW,
menjawab dan menjelaskannya supaya mengenali ciri-ciri barang tersebut seteliti
mungkin, baik dari segi bentuk, jumlah, dan nilainya, Rasulullah SAW
memerintahkan untuk mengumumkan barang temuan (luqathah) tersebut, selama
satu tahun. Maka, karena itulah perlunya mengetahui etika (hukum dan tatacara)
yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, yang seharusnya diterapkan dalam
mengatasi persoalan barang temuan (luqathah).
Secara etimologi, barang temuan (luqathah) berarti barang temuan yang
dipungut dari tanah. Sedangkan secara terminologi ia berarti harta yang hilang dari
pemiliknya untuk kemudian dipungut oleh orang lain.5 Secara definitif, luqathah
yaitu harta yang terjaga yang bernilai dan tidak diketahui siapa pemiliknya.6
Pembahasan barang temuan (luqathah), sudah tentu obyek yang dikaji adalah
masalah barang/harta (al-Mal) yang ditemukan, kemudian hukum penemu/
pemungut (al-Multaqith), pemilik (orang yang kehilangan) dan sumber hukumnya
(nash).
Demikian keberadaan luqathah ini dapat saja ditemukan oleh siapa saja yang
menemukannya, baik di jalan maupun di tempat-tempat lainnya seseorang yang
menemukan luqathah ini berhak memungutnya dan selanjutnya untuk memelihara
5 Arif Muwandar Risnanto, Buku Islam Pintar Jilid 1, (Jakarta Selatan:Mizan Store,2010),
hlm 128 6 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana,2012), hlm 367
-
4
dari kehancuran atau dari kemusnahan sehingga ia menemukan atau datang
kepadanya seseorang yang mengaku sebagai pemilik yang sah atas barang tersebut.
Para Imam Mazhab sepakat bahwa barang temuan (luqathah) harus
diumumkan selama satu tahun jika barang tersebut adalah barang berharga. Apabila
pemiliknya datang maka ia lebih berhak memilikinya daripada orang yang
menemukannya. Apabila barang temuan itu sudah terlanjur dimakan oleh
penemunya sesudah lewat satu tahun sejak penemuan dan pemiliknya menghendaki
agar diganti maka pemilik itu mendapatkan ganti.7 Sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Quran:
َٰٓءُّ َبۡعٖضٖۚ ۡولَِياَۡم أ هُّ ۡؤِمَن تُّ َبۡعضُّ ۡؤِمنُّوَن َوٱلۡمُّ َوٱلۡمُّ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebahagian dari
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.”8
Dalam pengembalian barang luqathah tersebut kepada pemiliknya, maka
pemiliknya disyaratkan supaya menyebutkan tanda-tanda barang yang hilang, atau
dengan mengemukakan bukti yaitu berupa kesaksian dua orang saksi dengan
menyebutkan tanda-tanda barang temuan (luqathah) tersebut seperti bilangannya,
beratnya dan sebagaimana yang menandakan bahwa benar luqathah tersebut adalah
miliknya dan kepada penemu luqathah diwajibkan untuk mengembalikan kepada
pemiliknya.
Adapun jika luqathah itu berupa harta yang sedikit, maka ulama Syafi’iyyah
mengatakan, bahwa yang lebih shahih adalah bahwa luqathah berupa harta yang
7 Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Damsyqi, Fiqih Empat Mazhab,
(Bandung: Hasyimi, 2012), hlm 198 8 At Taubah (9): 71
-
5
sedikit tidak perlu diumumkan selama satu tahun. Hal ini berdasarkan perkataan
Aisyah R.A “Tidak apa-apa untuk memanfaatkan luqathah yang nilainya di bawah
satu dirham.” Kadar atau batasan sedikit di sini adalah kadar harta yang jika dicuri,
maka pelakunya tidak sampai dipotong tangannya, yaitu seperempat dinar menurut
jumhur ulama, dan sepuluh dirham menurut ulama Hanafiyyah. Akan tetapi, cukup
diumumkan selama beberapa waktu yang diduga bahwa pemiliknya sudah
melupakannya lagi dalam jangka waktu itu. Ini adalah pendapat raajih menurut
ulama Malikiyyah.9
Barang temuan (luqathah) pada hakikatnya termasuk hal-hal yang
dihukumkan syubhat, karena barang temuan tersebut masih diragukan
kehalalannya. Ketika menemukan barang temuan, lalu berniat untuk memiliki dan
tidak mengembalikan barang temuan tersebut kepada pemiliknya, maka perbuatan
tersebut sama saja memakan atau memakai sesuatu yang haram, dan itu sama
artinya memakan atau memakai sesuatu dengan cara bathil. Allah SWT berfirman
dalam Al Quran:
فَرِيٗقا ْ لُّوا كُّ
ۡاِم لَِتأ ك َ َٰٓ إِلَى ٱۡلحُّ ْ بَِها ُّوا م بِٱۡلَب ِطِل َوتُّۡدل م بَۡينَكُّ ۡمَو لَكُّ
َْ أ لُّوَٰٓا كُّ
َۡولَا تَأ
وَن نتُّۡم َتۡعلَمَُّۡمَو ِل ٱلن َاِس بِٱۡلإِثِۡم َوأ
َِۡن أ م
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui” 10
9 Wahbah Az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 6, (Jakarta:Gema Insani, 2011), hlm
737 10 Al Baqarah (2) : 188
-
6
Pada tahun 2016, seorang pedagang baju bekas menemui seutas gelang emas
dan 4 butir berlian asli di dalam sehelai celana yang dibelinya baju bekas itu di
dalam satu guni pakaian bekas bernilai RM 40. Barang itu ditemui tanpa ditemukan
identitas pemilik barang. Pedagang tersebut telah menukarkan emas dan berlian itu
di toko emas dan mendapat pulangan sekitar RM 250 000.
Pada tanggal 16 Januari 2019, Malaysia dihebohkan dengan kasus seorang
pedagang yang menjual pakaian bekas menemui sejumlah uang dengan mata uang
Jepun bernilai 550000yen jika ditukarkan kepada Ringgit Malaysia bernilai RM
20,755.84. Uang itu ditemukan di dalam dompet yang berada di kantong sehelai
baju namun tiada sebarang tanda pengenalan diri bagi pemilik dompet tersebut.
Pada asalnya pedagang baju bekas itu telah membeli dua guni pakaian bekas dengan
harga RM 100 di sebuah gudang di Wakaf Bharu, Kelantan dan menemuinya ketika
sedang membongkar pakaian yang dibelinya.11
Sehubungan itu, Mufti Kelantan, Datuk Mohamad Shukri Mohamad berkata
uang yang ditemui tanpa pemilik dan tidak dituntut oleh sesiapa perlu diserahkan
kepada Baitulmal untuk kegunaan umum. Oleh karena kasusnya berlaku di
Kelantan, maka boleh diserahkan kepada Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat
Melayu Kelantan (MAIK) untuk diuruskan. Kata mufti, sama ada uang tersebut dari
negara kita atau negara lain, ianya tetap uang yang ditemui tanpa pemilik dan
menjadi tanggungjawab individu tersebut untuk mencari tuannya terlebih dahulu
dan jika gagal, barulah diserahkan ke Baitulmal.
11 Rohana Ismail, Ada Ustaz Kata Boleh Guna Wang Ini, diakses dari
https://www.sinarharian.com.my/article/7912/EDISI/Kelantan, pada tanggal 2 Agustus 2019
https://www.sinarharian.com.my/article/7912/EDISI/Kelantan
-
7
Timbul pelbagai persoalan dari masyarakat tentang penemuan uang tersebut.
Bagaimana status uang yang dijumpai karena pedagang tersebut telah membeli
pakaian dan secara logikanya sukar untuk menemui pemiliknya karena salah satu
faktornya adalah berbeda negara. Ada juga pendapat yang mengqiaskan kepada
harta rikaz karena faktor dia telah menjadi pemilik barang tersebut dengan
melakukan pembelian dan bisa jadi dia boleh memanfaatkan barang tersebut serta
akan membayar zakat barang temuan (rikaz) dan masyarakat umum juga bisa
mendapat manfaatnya. Ini membuktikan bahwa masih banyak dari masyarakat
masih kurang memahami konsep penemuan barang luqathah.
Pada hakikat yang sebenarnya kasus seperti ini sering terjadi di kalangan
pedagang-pedagang baju bekas di Malaysia yang sering tersebar di dalam akhbar
dan salah satu kasus yang menjadi tumpuan masyarakat adalah kasus yang saya
nyatakan di atas. Sehingga saat ini masih belum ada aturan rasmi dari pihak
pemerintah yang mengatur tentang penemuan barang luqathah dan jika
permasalahan ini berlaku seringnya akan diserahkan kepada pihak Majlis Agama
Islam atau dikenali juga sebagai Baitulmal bagi menangani kasus ini. Hakikat yang
sebenarnya, masih kurangnya ilmu dan kesadaran masyarakat tentang barang
luqathah ini.
Oleh itu, penulis merasa terpanggil dan tertarik untuk mengangkat satu
penelitian yang penulis tuangkan ke dalam kedalam karya ilmiah dalam bentuk
skripsi dengan judul “BARANG TEMUAN LUQATHAH DALAM JUAL BELI
PAKAIAN BEKAS MENURUT HUKUM ISLAM (KAJIAN DI MAJLIS
AGAMA ISLAM & ADAT MELAYU PERAK, MALAYSIA)”.
-
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana status barang yang ditemui pembeli baju bekas menurut Hukum
Islam berdasarkan kaidah hukum yang digunakan Majlis Agama Islam &
Adat Melayu Perak?
2. Bagaimana upaya pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak dalam
usaha menemukan pemilik barang luqathah jika barang yang ditemui
diserahkan kepada Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak untuk
diuruskan?
3. Apa hukum memanfaatkan sebagian barang luqathah dalam upaya untuk
menemukan pemilik barang jika barang tidak diserahkan kepada pihak
Majlis Agama Islam Perak tetapi atas usaha penemu untuk menemukan
semula pemilik barang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Ingin menjelaskan tentang status kepemilikan barang yang ditemui oleh
pembeli baju bekas berdasarkan pandangan Majlis Agama Islam & Adat
Melayu Perak.
2. Ingin menjelaskan upaya yang dilakukan oleh pihak Majlis Agama Islam
Perak dalam usaha untuk menemukan pemilik barang luqathah.
-
9
3. Ingin mendeskripsikan hukum memanfaatkan sebagian barang luqathah
dalam upaya untuk menemukan pemilik barang.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian yang diperoleh diantaranya:
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
terkait dengan barang temuan yang dijumpai melalui proses jual beli secara
borongan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan rujukan yang
penting terkait etika penyerahan barang temuan melalui praktek jual beli
secara .
3. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana strata 1
(S1) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Luqathah
Luqahah ialah menemukan barang yang hilang karena jatuh, terlupa, dan
sebagainya Ibnu Qadamah Al Hanbali, luqathah adalah harta yang hilang dari
pemiliknya yang ditemukan dan dipungut oleh orang lain. Menurut mazhab
Hanafi disebutkan bahwa luqathah adalah suatu harta yang ditemukan
sementara tidak diketahui siapa pemiliknya, dan luqathah bukanlah harta
mubah seperti harta orang kafir harbi.12
12 Wahbah Az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 6, hlm 729
-
10
a. Pengertian
Barang temuan dalam bahasa Arab13 (bahasa fuqaha) disebut al-
Luqathah, sedangkan menurut bahasa (etimologi) artinya ialah :
شيئ الملتقط
Artinya: “Sesuatu yang ditemukan atau didapat”
Sedangkan menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan al-
Luqathah sebagaimana yang di ta’rifkan oleh para ulama adalah sebagai
berikut: 14
1) Muhammad al-Syarbini al-Khatib berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan al-Luqathah ialah :
.ما و جد من حق محترم غير محرور ال يعرف الوا جد مستحقه
Artinya: “Sesuatu yang ditemukan atas dasar hak yang mulia, tidak
terjaga dan yang menemukan tidak mengetahui
mustahiqnya”
2) Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dan Syaikh Umairah
berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan al-Luqathah ialah :
غير حر بي ليس بمحروز ما و جد من ما ل او محتص ضا ئع ل
وال ممتنع بقو ته وال يعرف الوا جد ما لكه
Artinya: “Sesuatu dari harta atau sesuatu yang secara khusus
semerbak ditemukan bukan di daerah harby , tidak
terpelihara , dan tidak dilarang karena kekuatannya , yang
menemukan tidak mengetahui pemilik barang tersebut.”
13 Moh Zaini. Fiqih Muamalah, (Surabaya:Pena Salsabila,2014 ), hlm, 68. 14 Hendi Suhendi. Fiqih Muamalah,( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002 ), hlm 198.
-
11
3) Al-Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Muhammad al-Husaini bahwa
al-Luqathah menurut syara’ ialah :
.اخذ ما ل محترم من مصيعة ليحفظه او ليتملكه يعدالتعريف
Artinya: “Pengambilan harta yang mulia sebab tersia-siakan untuk
dipeliharanya atau dimilikinya setelah diumumkan.”
b. Landasan Hukum Luqathah
1) Al Quran
ۡۚ ۡحَيا ٱلن َاَس َجِميٗعآََٰ أ ن ََما
َۡحَياَها فََكأ
َ َوَمۡن أ
Artinya: “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan
manusia semuanya”15
2) Hadis
ٌل لَهُّ رَجَُُّّ َعلَيْهِ وََسل ََم َسأ َ ن َ الن َبِى َ َصل َى الل
ََهنِى ِ أ َعْن َزيِْد بِْن َخالٍِد الْجُّ
ِْفَها َسَنًة ْو قَاَل وَِعاَءَها وَِعَفاَصَها ثُّم َ َعر ََعْن الل َُّقَطةِ َفَقاَل اْعرِْف وََِكَءَها أ
َِها إِلَيْهِ ثُّم َ اْسَتْمتِْع بَِها د َفَإِْن َجاَء َرب َُّها فَأ
Artinya : “Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny Radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang menemukan emas atau perak yang
tercecer. Maka beliau menjawab, ‘Umumkanlah beserta
wadah dan talinya, kemudian umumkanlah selama
setahun. Jika tidak ada yang mengambilnya, maka
gunakanlah ia dan hendaklah dianggap sebagai barang
titipan. Jika pada saat tertentu orang yang mencarinya
datang, maka serahkanlah ia kepadanya.16
15 Al Maidah (5): 32 16 HR. Al-Bukhori, Shohih Bukhori Jilid V, Kitab Al-Luqathah, hlm 78
-
12
c. Hukum Pengambilan Barang Luqathah
Hukum pengambilan barang temuan dapat berubah-ubah
tergantung pada kondisi tempat dan kemampuan penemunya. Hukum
pengambilan barang temuan (al- Luqathah) antara lain sebagai berikut:17
1) Wajib
Yakni wajib mengambil barang temuan bagi penemunya
apabila orang tersebut percaya kepada dirinya bahwa ia mampu
mengurus benda-benda temuan itu sebagaimana mestinya dan terdapat
sangkaan berat bila benda-benda itu tidak diambil akan hilang sia-sia
atau diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
2) Sunnah
Yakni sunnat mengambil benda-benda temuan bagi penemunya,
apabila penemu percaya pada dirinya bahwa ia akan mampu
memelihara benda-benda temuan itu dengan sebagaimana mestinya,
tetapi bila tidak diambil pun barang-barang tersebut tidak
dikhawatirkan akan hilang sia-sia atau tidak akan diambil oleh orang-
orang yang tidak dapat dipercaya.
3) Makruh
Bagi seseorang yang menemukan harta, kemudian masih ragu-
ragu apakah dia akan mampu memelihara benda-benda tersebut atau
tidak dan bila tidak diambil benda tersebut tidak dikhawatirkan akan
17 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, hlm 199
-
13
terbengkalai, maka bagi orang tersebut makruh untuk mengambil
benda-benda tersebut.
4) Haram
Bagi orang yang menemukan sesuatu benda, kemudian dia
mengetahui bahwa dirinya sering terkena penyakit tamak dan yakin
bahwa dirinya tidak akan mampu memelihara harta tersebut
sebagaimana mestinya, maka dia haram untuk mengambil benda-benda
tersebut.18
d. Rukun dan Syarat Luqathah
1) Ada yang mengambil (Yang Menemukan)
Jika yang mengambil adalah orang yang tidak adil, hakim
berhak mencabut barang itu dari orang tersebut dan memberikannya
kepada orang yang adil dan ahli, begitu juga kalau yang mengambilnya
adalah anak kecil, hendaknya diurus oleh walinya.
2) Bukti barang temuan
Sesuatu yang ditemukan ada empat macam:
(a) Barang yang dapat disimpan lama (seperti emas dan perak).
Hendaklah disimpan ditempat yang sesuai dengan keadaan
barang itu, kemudian diberitahukan kepada umum, ditempat-
tempat yang ramai dalam masa satu tahun. Hendaklah pula
dikenal beberapa sifat barang yang ditemukan itu umpama
18 Syaikh al-Allamah Muhammad, Fiqih Empat Mazhab, hlm 199-200
-
14
tempat, tutup, ikat, timbangan atau bilangannya. Sewaktu
memberitahukannya hendaklah sebagian dari sifat-sifat itu
diterangkan, jangan semuanya, agar jangan terambil oleh orang-
orang yang tidak berhak.
(b) Barang yang tidak tahan disimpan lama, seperti makanan. Orang
yang mengambil barang seperti ini boleh antara
mempergunakan barang itu, asal dia sanggup menggantinya
apabila bertemu dengan yang punya barang atau ia jual, uangnya
hendaklah dia simpan agar kelak dapat diberikannya kepada
pemilik apabila bertemu.
(c) Barang yang dapat tahan lama dengan usaha, seperti susu, dapat
disimpan lama apabila dibuat keju. Yang mengambil hendaklah
memperhatikan yang lebih berfaedah bagi pemiliknya (dijual
atau dibuat keju).
(d) Suatu yang membutuhkan nafkah, yaitu binatang atau manusia,
umpama anak kecil. Sedangkan binatang ada dua macam yaitu
Pertama, binatang yang kuat dan dapat menjaga dirinya
terhadap binatang yang buas seperti unta, kerbau, atau kuda
lebih baik dibiarkan saja, tidak usah diambil. Kedua, binatang
lemah yang tidak sanggup menjaga dirinya lalu melakukan salah
satu dari 3 cara yaitu disembelih lalu dimakan dengan syarat
sanggup mengganti barangnya jika bertemu dengan pemiliknya
atau dijual dan uangnya disimpan agar dapat diberikan kepada
-
15
pemiliknya atau dipelihara dan diberi makanan dengan maksud
menolong semata.
e. Pandangan Ulama Mazhab Mengenai Biaya Yang Dibutuhkan Untuk
Menyampaikan Pengumuman Barang Luqathah
Ulama mazhab berbeda pandangan dalam menentukan siapa yang
dibebankan dengan biaya yang dibutuhkan untuk menyampaikan
pengumuman barang luqathah:
1) Ulama Hanafiyyah dan Hanabilah
Biaya pengumuman ditanggung oleh multaqith (orang yang
memungut luqathah) sendiri, karena itu adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh orang yang membuat pengumuman, maka biaya
pengumuman luqathah itu juga harus ditanggung oleh multaqith.19
2) Ulama Malikiyyah
Ulama Malikiyyah mengatakan, apabila multaqith
mengeluarkan suatu biaya untuk luqathah yang dipungutnya, maka
pemilik luqathah itu bisa memilih antara menebus luqathah itu dari
multaqith dengan mengganti biaya yang telah dikeluarkan atau
menyerahkan luqathah itu kepada multaqith sebagai imbalan biaya
yang telah dikeluarkannya.20
3) Ulama Syafi’iyyah
Ulama Syafi’iyyah mengatakan bahwa karena mengumumkan
luqathah hukumannya adalah wajib bagi multaqith berdasarkan
19 Wahbah Az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 6, hlm 739 20 Ibid.,
-
16
pendapat yang mu’tamad, maka multaqith tidak menanggung biaya
yang dibutuhkan dalam proses menyampaikan pengumuman itu
apabila ia memungut luqathah dengan maksud menjaganya untuk
pemiliknya.
Akan tetapi biaya itu dianggarkan oleh hakim dari baitulmal.
Jika nantinya ia ingin meminta ganti kepada pemilik luqathah, maka
ia harus meminta izin atau memberitahukan kepada hakim. Jika ia
tidak menemukan hakim, maka ia bisa mempersaksikan bahwa
dirinya mengeluarkan biaya yang dibutuhkan untuk merawat dan
menjaga luqathah yang dipungutnya itu untuk nantinya ia meminta
ganti dari pemilik luqathah tersebut.21
2. Jual Beli (Al Ba’i)
a. Pengertian
Secara etimologi, Al Bai atau jual beli memiliki arti menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu.22 Secara terminologi, jual
beli memiliki arti transaksi tukar menukar barang atau uang yang berakibat
pada beralihnya hak milik barang atau uang. Prosesnya dilaksanakan
dengan akad, baik secara perbuatan maupun ucapan lisan.
Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud jual beli adalah:
1) Syaikh al Qayubi dalam Hasyiyah-nya bahwa jual beli adalah akad
saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan
21 Ibid., 22 Harun, Fiqh Muamalah, hlm 66
-
17
terhadap satu benda atau manfaat untuk tempoh waktu selamanya
dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah.
2) Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunnah : Pengertian jual
beli adalah, penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling
atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya melalui jalan
(cara) yang diperbolehkan.
b. Landasan Hukum Jual Beli
1) Al Quran:
ْۡۚ ا ِبَو ُّ ٱۡلبَۡيَع وََحر ََم ٱلر َ َحل َ ٱلل
َ َوأ
Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”23
2) Hadis
رواه) تراض عن البيع إنما: قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن
حبان ابن وصححه ماجه وابن البيهقي )
Artinya: " Bahwa Rasulullah S.A.W bersabda: “Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka”.24
c. Rukun Jual Beli
Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu: 25
1) Bai’ (penjual)
2) Musytari (pembeli)
23 Al Baqarah (2) : 275 24 Terjemahan Muhammad Nasiruddin Albani, Shohih Sunan Ibnu Majah, Maktab Al-
Tarbiyah Al-Arabiyah Li Duwali Al-Khalij, 1407 H, (nomor 1792). 25Rahmat Syafe’i,Fiqih Muamalah untuk UIN,STAIN, PTANIS, dan Umum,
(Bandung:Pustaka Setia,2006), hlm 76
-
18
3) Shighat (ijab dan qabul)
4) Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).
d. Syarat Jual Beli
Transaksi jual-beli dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat
jual-beli, yaitu:
1) Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:
a) Agar tidak terjadi penipuan, maka keduanya harus berakal sehat
dan dapat membedakan (memilih).
b) Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan
karena terpaksa.
c) Dewasa atau baligh.
2) Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan
sebagai berikut:26
a) Suci, dalam Islam tidak sah melakukan transaksi jual beli barang
najis, seperti bangkai, babi, anjing, dan sebagainya.
b) Barang yang diperjualbelikan merupakan milik sendiri atau diberi
kuasa orang lain yang memilikinya.
c) Barang yang diperjualbelikan ada manfaatnya. Contoh barang
yang tidak bermanfaat adalah lalat, nyamuk, dan sebagainya.
Barang-barang seperti ini tidak sah diperjualbelikan. Akan tetapi,
jika dikemudian hari barang ini bermanfaat akibat perkembangan
26 Abd Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,
(Jakarta:Kencana, 2017), hlm 156
-
19
tekhnologi atau yang lainnya, maka barang-barang itu sah
diperjualbelikan.
d) Barang yang diperjualbelikan jelas dan dapat dikuasai.
e) Barang yang diperjualbelikan dapat diketahui kadarnya, jenisnya,
sifat, dan harganya.
f) Boleh diserahkan saat akad berlangsung.
3) Syarat Ucapan Serah Terima (Sighat)
Menurut ulama yang mewajibkan lafaz, lafaz itu diwajibkan
memenuhi beberapa syarat :
a) Keadaan ijab dan kabul berhubungan. Artinya salah satu dari
keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain dan belum
berselang lama.
b) Makna keduanya hendaklah mufakat (sama) walau lafaz
keduanya berlainan.
c) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti
katanya “Kalau saya jadi pergi, saya jual barang ini sekian.”
d) Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu seperti sebulan atau
setahun, tidak sah.
e. Akibat Hukum Dari Jual Beli
Berdasarkan kasus yang diangkat penulis akibat hukum dari jual beli
pakaian bekas yang ditemuinya uang dalam pakaian tersebut maka dapat
disimpulkan ada 2 akibat hukum yaitu:
-
20
1) Harus
Dasar dibolehkan dan harus menggunakan uang yang ditemui
adalah dengan menggunakan kaidah fiqhiyyah:
اَلتَّابُِع تَابِع
Artinya: “Hukum dari suatu cabang itu harus mengikuti pokoknya”27
Contoh dari kaidah ini adalah jika seseorang menjual tanahnya,
maka termasuk juga bangunan dan tumbuhan yang ditanam disitu.
Kaidah ini diqiyas kan dengan kasus di atas yang mana pembeli pakaian
bekas tersebut dibolehkan mengguna uang yang ditemuinya karena uang
tersebut mengikut ketika pembeli tersebut melakukan akad pembelian
baju bekas. Maka secara tidak langsung uang tersebut menjadi milik
pembeli.
2) Haram
Dasar hukum haram menggunakan uang yang ditemui adalah
dengan menggunakan kaidah fiqhiyyah:
تحريم أكل أموال الناس بالباطل
Artinya: “Haram memperoleh dan memanfaatkan harta secara bathil”28
Dasar hukum Al Quran bagi kaidah ini adalah:
وَن ن تَكََُّٰٓ أ م بِٱۡلَب ِطِل إِل َا م بَۡينَكُّ ۡمَو لَكُّ
َلُّوَٰٓاْ أ كُّ
َۡها ٱل َِذيَن َءاَمنُّواْ لَا تَأ ي ُّ
َأ َي َٰٓ
ۡم رَِحيٗما َ َكاَن بِكُّ َ ۡمۚۡ إِن َ ٱلل َسكُّ نفَُّۡمۚۡ َولَا َتۡقتُّلُّوَٰٓاْ أ ِنكُّ تَِج َرةً َعن تََراٖض م
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
27 Nashr Farid, Qawa’id Fiqhiyyah, (Jakarta:Amzah,2015), hlm 23 28 Muhammad Yusuf Bin Ahmad, Fahami Muamalat Seharian Anda,(Selangor: Musthofa
Publication, 2017), hlm 24
-
21
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”29
Mufti Kelantan juga menegaskan bahwa barang tersebut
bukanlah milik si pembeli dan barang tersebut haruslah diserahkan
kepada Baitulmal untuk diuruskan tidak kira jumlahnya banyak atau
sedikit. Selain itu, dari kaidah ini dapat diambil pelajaran yaitu larangan
memperoleh penghasilan/pendapatan/ujrah secara batil. Perkara yang
perlu digaris bawahi dalam kasus yang di angkat adalah pembeli hanya
melakukan akad dengan penjual hanya ke atas baju dan bukan ke atas
uang yang ditemui dalam baju tersebut. Maka dapat disimpulkan secara
hakikatnya pembeli tidak memiliki hak sama sekali terhadap uang
tersebut dan hukum haram ke atas penggunaan uang itu dan pembeli
hanya berhak ke atas kepemilikan pakaian bekas sahaja.
f. Konsep Hukum Islam Tentang Jual Beli Pakaian Dalam Karung
Hukum jual beli pakaian karungan ditinjau dalam hukum Islam
dianggap boleh, dengan alasan bahwa jual beli tersebut tidak mengandung
adanya unsur gharar(penipuan), adanya unsur kerelaan diantara dua belah
pihak dengan direalisasikan dalam bentuk menerima dan memberi, tidak
menimbulkan pertentangan diantara dua belah pihak serta memberikan
kemanfaatan kepada masyarakat.
29 An Nisa (4) ; 29
-
22
Persoalan jual beli karung berbeda dengan jual beli yang
mengandung gharar, karena dapat diqiyaskan dengan jual beli jizaf dimana
jual beli ini adalah jual beli dengan tanpa takaran atau timbangan dan
hitungan tetapi dengan cara dugaan dan batasan setelah menyaksikan atau
melihat barang tersebut. Sistem jual beli seperti ini secara hukum sah
karena telah diketahui melalui melihat secara langsung (mua’yyanah),
namun makruh lantaran masih terdapat potensi kekecewaan (nadm).
Jual beli jizaf hukumnya batal jika komoditi berupa barang ribawi
yang mensyaratkan harus setara (tamatsul), yakni komoditi jenis ribawi
yang suatu illah dan satu jenis ribawi seperti emas dengan emas, beras
dengan beras. Sebab kesetaraan dalam bai’ ribawi disyaratkan diketahui
secara yakin pada saat transaksi berlangsung, dan tidak cukup hanya
dengan prediksi.30 Pada dasarnya jual beli jizaf tidak diperbolehkan syar’i,
namun dengan alasan darurat dan masyaqqat dengan ketentuan syarat
sebagaimana yang tertera di bawah :
1) Barang yang dijual harus dapat diketahui dengan mata
2) Baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui berat barang yang akan
dijual
3) Dalam akad jual beli harus mengetahui maksud dan tujuan
4) Jika barang tersebut berjumlah banyak,maka barang tersebut tidak
boleh menyusahkan
30 Darmansyah, Metodologi Fiqh Muamalah, (Jakarta : Laskar Pelangi, 2012), hlm 18-19
-
23
5) Jika barang tersebut berada pada lautan maka ketika sampai daratan
maka tidak boleh diubah
6) Pada akad jizaf, tidak boleh ada akad timbangan kecuali ada
kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Dari ketentuan syarat-syarat tersebut maka jual beli karung dapat
diqiyaskan dengan jual beli jizaf karena syarat yang ditentukan sudah
terpenuhi. Ada sedikit perbedaan antara jual beli jizaf dan jual beli karung
dalam poin 6 yaitu tentang tidak boleh ada akad timbangan kecuali ada
kesepakatan, sedangkan dalam jual beli pakaian karung ada sistem
timbangan tetapi ketentuan ini sudah disepakati oleh dua belah pihak, maka
tidak ada persoalan yang mendasar.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran bahan-bahan kepustakaan, penulis
menemukan beberapa karya ilmiah yang membahas tentang barang temuan
(luqatah). Beberapa diantaranya dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
Mariani, meneliti tentang “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual
Beli Barang Temuan (Luqathah) di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong
Lombok Barat”. Persamaan penelitian adalah sama-sama mengkaji tentang barang
temuan yang ditemui dan dilakukan jual beli terhadap barang tersebut dan
menggunakan kajian lapangan. Manakala perbedaan penelitian adalah tempat
kajian dijalankan dan penulis lebih memfokuskan tentang jual beli barang terpakai
secara pukal kerana mengandungi unsur gharar dalam praktek jual beli tersebut.31
31 Mariani, Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Barang Temuan (Luqathah) di
Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Lombok Barat, Skripsi Fakultas Syariah, UIN
Mataram, 2017 tidak diterbitkan
-
24
Try Anggun Sari, angkatan 2014, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,
Medan telah mengakaji “Hukum Mengembalikan Luqathah Yang Telah
Dimanfaatkan Setelah Mengumumkannya Menurut Imam Syafi’i (Studi Kasus Di
Desa Kwala Musam Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat)”.
Persamaan penelitian ini adalah kedua-duanya menggunakan jenis penelitian
lapangan. Perbedaannya skripsi ini fokus mengkaji tentang hukum
mengembalikan luqathah yang telah dimanfaatkan menurut Imam Syafi’i
manakala penelitian ini menjabarkan secara terperinci bagaimana penyelesaian
bagi penemuan barang luqathah yang sudah dilakukan jual beli sebelumnya
terhadap barang tersebut.32
Muhammad Arafat Bin Jaabar merupakan mahasiswa Universitas
Teknologi Malaysia telah mengkaji tentang “Harta Yang Tidak Dituntut Dalam
Islam Dan Undang-Undang Di Malaysia”. Perbedaan kajian adalah skripsi ini
banyak memfokuskan tentang harta pusaka yang tidak dituntut dan tidak banyak
menyinggung permasalahan luqathah sedangkan penulis lebih memfokuskan
tentang barang luqathah yang telah dibeli tanpa sepengetahuan pihak yang
membeli. Persamaaan penelitian adalah berkait dengan pengurusan harta yang
tidak dituntut atau yang ditemui dan dikembalikan pengurusannya kepada pihak
Baitulmal.33
32 Try Anggun Sari, Hukum Mengembalikan Luqathah Yang Telah Dimanfaatkan Setelah
Mengumumkannya Menurut Imam Syafi’i (Studi Kasus Di Desa Kwala Musam Kecamatan Batang
Serangan Kabupaten Langkat), Skripsi Fakultas UIN SU Medan, 2017 tidak diterbitkan 33 Muhammad Arafat Bin Jaabar, Harta Yang Tidak Dituntut Dalam Islam Dan Undang-
Undang Di Malaysia, Skripsi Fakultas Tamadun Islam, Univeristas Teknologi Malaysia, 2017 tidak
diterbitkan
-
25
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan
suatu metode, oleh itu dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang diguna pakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode diskriptif.
Secara umumnya, penelitian kualitatif berarti penelitian tentang riset yang
bersifat cenderung menggunakan analisis dan lebih menonjolkan proses dan makna
(perspektif subjek). Manakala, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pula,
kualitatif bermaksud (1) keterangan yang benar dan nyata, (2) keterangan atau
bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).34
Metode deskriptif pula bermaksud suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun,
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
deskriptif bermakna memaparkan apa adanya (sesuatu bentuk atau kenyataan yang
ada).35
Analisis deskriptif kualitatif diguna mendapatkan informasi tentang beberapa
kondisi dan menjelaskan serta menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan
34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/ data,akses 3 April 2019 35 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Cahaya Agency,2013), hlm 138
http://kbbi.web.id/%20data,akses
-
26
dalam lingkungan tempat penelitian. Linkungan penelitian yaitu di Majlis Agama
Islam dan Adat Melayu Perak (MAIPk). Oleh itu, dengan pendekatan ini
diharapkan agar dapat diperoleh pemahaman serta penafsiran yang mendalam
mengenai makna dan fakta yang tepat dan relevan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pejabat yang berwenang menguruskan tentang
Baitulmal yaitu di Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak (MAIPk), Kompleks
Islam Darul Ridzuan, Jalan Panglima Bukit Gantang Wahab, 30000, Ipoh, Perak.
C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif empiris. Normatif empiris
menggunakan bahan-bahan hukum baik hukum yang tertulis maupun hukum yang
tidak tertulis atau baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan
juga hukum sebagai kenyataan sosial, karena dalam penelitian ini digunakan data
primer yang diperoleh dari lapangan. Jadi, pendekatan normatif empiris dalam
penelitian ini maksudnya adalah bahwa dalam menganalisis permasalahan
dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum yang merupakan data
sekunder dengan data primer yang diperoleh di lapangan.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer adalah tidak boleh diperolehi dari apa-apa perantara atau
pihak kedua, ketiga dan seterusnya.36 Data juga hendaklah diperoleh
36 Sayuti Una, M.H, Pedoman Penulisan Skripsi, cet. Ke-2, (Jambi: Syariah Press, 2014),
hlm.34
-
27
secara langsung daripada masyarakat baik melalui wawancara, observasi
dan informasi yang pertama kali daripada pihak-pihak tertentu.37
Wawancara dalam penelitian ini diperoleh dari Pengurus Departemen
Pengurusan Dan Pembangunan Mal & Wakaf.
b. Data Sekunder ialah data yang diperoleh dengan melakukan studi
kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca,
mengutip, dan mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.38
2. Sumber Data
a. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan secara lapangan yang dilakukan di Pejabat
Agama Islam dan Adat Melayu Perak (MAIPk). Kaidah penelitian ini
membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat dan
terbaru serta berperan menguatkan informasi yang diperoleh dari bahan
bacaan. Selain itu, kaidah ini juga digunakan unuk mendapatkan informasi
tambahan dan penyelesai kepada masalah yang dihadapi.
b. Penelitian Pustaka
Kaidah penelitian ini penting dalam mengumpulkan data dan
informasi bagi penelitian ini terhadap semua bab serta menjadi pedoman
kepada penulis untuk mengetahui dengan lebih rinci tentang apa yang
bakal dikaji dalam penelitian ini. Informasi diperoleh dari bahan bacaan
37 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung
:Alfabeta, 2017), hlm. 99. 38 Ibid., hlm 156
-
28
seperti buku, majalah, jurnal, hasil penelitian, kertas kerja, seminar dan
sumber-sumber lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan alat pengumpul data yang
biasanya digunakan untuk tujuan penelitian hukum dengan mencatat perilaku
hukum sebagaimana terjadi dalam kenyataan. Pengamatan yang dilakukan
peneliti tidak boleh menyimpang dari sifat dan tujuan penelitian.39 Penulis
mengamati secara langsung pertanyaan-pertanyaan dengan turun melihat peti
simpanan barang-barang temuan dan melihat secara langsung data label barang
dan kaidah membuat hebahan melalui notis di masjid di mana tempat barang
tersebut ditemukan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menggali data lebih lanjut dari studi
dokumentasi ataupun untuk menggali data atau informasi yang lebih lanjut dari
observasi. Teknis yang paling esensial adalah dengan mewawancara pihak
yang terkait seperti Pegawai Pengurusan Pembangunan Wakaf Dan Mal di
Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Ustaz Munawir Bin Mohamed
Noh.
3. Dokumentasi
Teknis ini adalah sebagai pelengkap dari teknis wawancara dan
observasi. Dokumentasi yang dimaksudkan adalah sebagai mengambil sumber
39 Ibid., hlm 159
-
29
data baik dari Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak. Bahan-bahan ilmiah
sumber hukum Islam, hasil keputusan fatwa dan dari sumber internet.
F. Metode Analisis Data
Analisis data berlangsung sejak awal penelitian hingga setelah kegiatan
pengumpulan data berakhir secara deskriptif kualitatif. Maka penulis telah
merangkumi bahwa penelitian adalah menggunakan metode analisis seperti berikut:
1. Reduksi Data
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan tiga teknik yaitu
mereduksi data yang diperoleh dari hasil wawancara. Data-data wawancara yang
telah direkam kemudian ditranskripkan dengan tujuan memudahkan peneliti
memilih data-data yang sesuai untuk dianalisis.
2. Penyajian Data
Data-data yang telah ditranskripkan ini, kemudian disajikan dengan cara
dipisahkan dan dipetakan data-data yang serupa ke dalam bagian-bagian tertentu
yang telah diberikan tanda.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah membuat kesimpulan sementara dari data-
data yang terkumpul, sehingga dapat diambil langkah-langkah awal untuk
penelitian lanjutan dan mengecek kembali data-data asli yang telah diperoleh.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtun, pembahasan dalam penulisan
spenelitian ini mempunyai sistematika sebagai berikut:
-
30
BAB I :Pendahuluan, bab ini pada hakikatnya menjadi acuan bagi penulisan
penelitian, bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tentang
tinjauan pustaka.
BAB II :Metode Penelitian, Pada bab ini akan membahas tentang metode
penelitian dalam pembuatan penelitian. Dengan sub bab tempat dan
waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,
instrumen pengumpulan data, sistematika penulisan dan jadwal
penelitian.
BAB III :Pada bab ini berisi tentang gambaran umum tentang Majlis Agama
Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia (MAIPk). Dalam bab ini
menjelaskan mengenai biografi tentang Majlis Agama Islam & Adat
Melayu Perak, Malaysia (MAIPk).
BAB IV : Pembahasan yang akan menjawab rumusan masalah yang ada dalam
penelitian ini, yaitu bagaimana Barang Temuan Luqathah Dalam Jual
Beli Pakaian Bekas Menurut Hukum Islam (Kajian Di Majlis Agama
Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia)
BAB V : Bab ini merupakan penutup, berisikan mengenai kesimpulan dari
hasil penelitian skripsi dan berisikan tentang saran-saran serta
dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran, dan curiculum vitae.
-
31
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah sangat penting bagi melengkapi sebuah pembuatan
kajian atau skripsi. Tujuannya adalah supaya pembuatan suatu penelitian itu lebih
terencana dan selesai sesuai dengan waktu yang tepat. Oleh karena itu, penulis telah
membagi-bagikan mengikut waktu berdasarkan tempoh tertentu sebagai pedoman.
Selain itu, jadwal penelitian bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kewajiban
dalam proposal skripsi penulis, bahkan lebih dari itu agar penulis bisa konsisten
dalam melaksanakan tanggungjawab penulisan skripsi ini dengan baik.40 Adapun
jadwal penelitian adalah seperti berikut:
40 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, hlm 57
-
32
NO
KEGIATAN
2019
APRIL &
MEI
JUNI &
JULI
AGUST
& SEPT
OKT &
NOV
DIS JAN &
FEB
MAR &
APR
1 Pengajuan Judul X
2 Pembuatan Proposal
X X
3 Pembaikian Proposal Dan Seminar
X
X
4 Surat Izin Riset X
5 Pengumpulan Data X X X
6 Pengolahan Dan Analisis Data X X
7 Pembuatan Laporan
X
8 Bimbingan Dan Pembaikkan
X
X
9 Agenda Dan Ujian Skripsi X
-
33
BAB III
MAJLIS AGAMA ISLAM & ADAT MELAYU PERAK, MALAYSIA
A. Sejarah Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak
Sejarah pembinaan Majlis Agama Islam Dan Adat Melayu Perak Negeri
Perak merupakan salah satu Negeri-Negeri Melayu Bersekutu ("Federated
Malay States") yang didirikan melalui Perjanjian Bersekutu ("Treaty of
Federation") pada 1 Juli 1896. Ketika itu, Majlis Raja-Raja Melayu bagi Negeri-
Negeri Melayu Bersekutu (Perak, Pahang, Selangor dan Negeri Sembilan) telah
didirikan untuk mendiskusikan hal ehwal dan kepentingan bersama di antara
Raja-Raja Melayu dengan Pemerintahan British. Provinsi Perak menjadi tuan
rumah kepada rapat pertama Majelis Raja-Raja Melayu bagi Negeri-Negeri
Melayu Bersekutu atau lebih dikenali sebagai Rapat Durbar, yang telah
dijalankan pada 13 hingga 17 Juli 1897 bertempat di Istana Bukit Chandan,
Kuala Kangsar, Perak.41
Sebagaimana yang telah disetujui dengan pihak British, bermula
daripada Perjanjian Pangkor pada 20 Januari 1874, hinggalah kepada
penubuhan Negeri-Negeri Melayu Bersekutu, suatu ketetapan telah disepakati
secara bersama, bahwa segala perkara terkait hal ehwal Agama Islam ("Islamic
Affair") dan Adat Melayu ("Malay Custom") hendaklah di bawah bidang kuasa
Raja Melayu. Justeru, Ketua Agama Islam dan Adat Melayu yang berkuasa
41 Hasil dokumentasi diakses https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-
maipk.html pada tanggal 6 Februari 2020
https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.htmlhttps://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.html
-
34
sepenuhnya di Provinsi Perak pada zaman itu, ialah Duli Yang Maha Sultan.
Amalan ini dikekalkan hingga ke hari ini.42
Berdasarkan wawancara penulis bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed
Noh:
“Dari sudut sejarah, undang-undang tertua terkait hal ehwal agama Islam
yang menjadi landasan di Provinsi Perak ialah Undang-Undang
Sembilan Puluh Sembilan ("Ninetynine Laws of Perak") yang telah
diamalkan sehingga ke tahun 1900. Tapi, tidak dapat dipastikan dengan
tepat tanggal permulaan berlakunya undang-undang tersebut. Adalah
dipercayai, undang-undang itu telah mula dilaksanakan sejak
pemerintahan Al-Marhum Sultan Idris Murshidul A'azam Shah ibni Al-
Marhum Raja Bendahara Alang Iskandar (1887 hingga 1916).” 43
Kemudiannya, pada tahun 1900, satu undang-undang yang dinamakan
Undang-Undang Pentadbiran Perkawinan Orang-Orang Islam Bab 197 Negeri-
Negeri Melayu Bersekutu telah dikenalkan dan dijalankan. Setelah itu, sebuah
bangunan telah dibangunkan di kawasan Pejabat Kadi Wilayah Kuala Kangsar
untuk dijadikan sebuah ibu pejabat pentadbiran Islam yang dinamakan sebagai
Balai Syara'. Seorang Kadi Besar telah dilantik bagi mengetuai Kadi-Kadi
Wilayah dan ditempatkan di sini. Pada ketika itu wilayah-wilayah kadi yang
dikuatkuasakan ialah Kuala Kangsar, Taiping, Simpang Lima, Selama,
Lenggong, Ipoh, Batu Gajah, Parit, Sitiawan, Teluk Intan, Tapah dan Tanjong
Malim. Kadi Besar pertama yang dilantik ialah Tuan Habib Abdullah.
Dalam tahun 1917, Komiti Quran Perak pula telah ditubuhkan bertujuan
untuk mengawal dan memantau pengendalian pengajaran agama Islam di
42 Ibid., 43 Wawancara bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed Noh, Pengurus Pembangunan Mal
& Wakaf, Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak pada tanggal 29 Oktober 2019
-
35
Provinsi Perak. Pengerusi pertama yang dilantik ialah Sultan Iskandar Shah
Ibni Al-Marhum Sultan Idris Ramatullah Shah (1918-1938), yang merupakan
Raja Bendahara Perak pada ketika itu. Komiti Quran Perak ini juga, turut
bertindak sebagai Komiti Syariah Negeri Perak, yang bertanggungjawab dalam
semu hal terkait dengan pentadbiran agama Islam secara umum pada masa itu
termasuklah mengeluarkan kebenaran bagi penerbitan buku-buku agama,
pentauliahan mengajar dan sebagainya.44
Menjelang pertengahan tahun 1947, ketika tanah air bergolak hebat
dengan perjuangan menentang Malayan Union (ditubuhkan 1 April 1946),
beberapa pergerakan, pertubuhan dan persatuan telah muncul memperjuangkan
semangat nasionalisme bangsa menentang penjajahan British. Antara
persatuan yang begitu lancang bersuara di Negeri Perak pada ketika itu ialah
Persatuan Melayu Perak. Atas inisiatif persatuan inilah maka, satu pertemuan
para alim ulama telah diadakan pada 10 Agustus 1947 bertempat di Madrasah
Iskandariah Kuala Kangsar. Pada pertemuan itu, Dato Seri Ali Zaini bin Haji
Muhamad Zain, bekas Speaker Dewan Undangan Provinsi Perak, telah
mencetuskan ide yang menarik bagi mendirikan sebuah pusat agama secara
resmi untuk mentadbir hal ehwal agama Islam di Provinsi Perak.45
Tanggal 21 Januari 1948, merupakan suatu detik bersejarah yang amat
bernilai bagi Provinsi Perak apabila Duli Yang Maha Mulia Sultan Abdul Aziz
Al-Mu'tasim Billah Shah Ibni Al-Marhum Raja Muda Musa (1938-1948)
44 Hasil dokumentasi diakses https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-
maipk.html pada tanggal 6 Februari 2020 45 Ibid.,
https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.htmlhttps://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.html
-
36
menandatangani suatu perjanjian dengan Sir Gerard Edward James Gent
(Pesuruhjaya Tinggi British/Gabenor-Jeneral Malayan Union) yang mewakili
Kerajaan British. Perjanjian yang dinamakan sebagai Perjanjian Negeri Perak
1948 tersebut, telah membawa kepada pembentukan Undang-Undang Tubuh
Kerajaan Negeri Perak. Bahagian Pertama Undang-Undang Tubuh Kerajaan
Negeri Perak tersebut telah berkuasa pada 1 Februari 1948 di bawah
pemerintahan baginda sultan.
Menurutnya lagi, dengan berkuasanya Undang-Undang Tubuh Kerajaan
Negeri itu, hasrat untuk mendirikan sebuah pusat pentadbiran agama Islam di
Provinsi Perak akhirnya dapat direalisasikan. Kuasa untuk mendirikan Majlis
Agama Islam dan Adat Melayu Perak dinyatakan secara jelas di bawah Fasal
VI.(1) Bahagian Pertama Undang-Undang Tubuh Kerajaan Negeri Perak iaitu:
"Kepala Agama negeri ini ialah Yang Maha Mulia, dan Yang Maha Mulia
akan memerintah supaya diadakan Undang-undang untuk mengaturkan
perkara-perkara agama dan mendirikan sebuah Majlis Ugama Islam dan
'adat Melayu bagi menolong dan menasihati Yang Maha Mulia terkait
dengan perkara-perkara Agama Negeri ini dan 'adat Melayu."46
Setelah kemangkatan baginda Sultan Abdul Aziz Al-Mu'tasim Billah
Shah pada 29 Mac 1948, takhta kerajaan Provinsi Perak yang diwarisi oleh
Duli Yang Maha Mulia Sultan Yussuf Izzudin Shah Ghafarullahulah Ibni Al-
Marhum Sultan Abdul Jalil Nasiruddin Al-Mukhataram Karamatullah Shah
(1948-1963). Kerajaan Negeri pada ketika itu dipimpin oleh Yang Amat
46 Wawancara bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed Noh, Pengurus Pembangunan Mal
& Wakaf, Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak pada tanggal 29 Oktober 2019
-
37
Berhormat Menteri Besar Perak, Orang Kaya-Kaya Panglima Bukit Gantang,
Dato' Abdul Wahab bin Toh Muda Abdul Aziz (1948-1957).
Pada masa pemerintahan baginda Sultan Yussuf Izzudin Shah inilah,
maka, Kerajaan Negeri secara resmi mendirikan Majlis Agama Islam dan 'Adat
Melayu Perak pada 1 Muharam 1369 Hijrah bersamaan 23 Oktober 1949.
Undang-undang khusus terkait pentadbiran agama Islam dan adat melayu di
negeri ini telah diluluskan secara resmi pada 1 Mei 1952.
Dengan berdirinya Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak,
pentadbiran Balai Syara' dan Komiti Quran Perak yang berada di Kuala
Kangsar, telah disatukan di bawah Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak
dan dipindahkan ke Ipoh. Manakala, pentadbiran Balai Syara' yang sedia ada
telah diserapkan di bawah pentadbiran Pejabat Kadi Kuala Kangsar. Pejabat
rasmi Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak yang pertama telah
ditempatkan di Pejabat Setiausaha Kerajaan Negeri. Entiti Majlis Agama Islam
dan Adat Melayu juga masih dikekalkan sebagai badan berkanun kerajaan. 47
B. Visi, Misi dan Obyektif
1. Visi
Menjadi institusi Islam yang syumul dalam memacu kemajuan dan
kesejahteraan ummah berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.48
2. Misi
47 Ibid., 48 Hasil dokumentasi diakses https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-
maipk.html pada tanggal 10 Februari 2020
https://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.htmlhttps://www.maiamp.gov.my/index.php/korporat/sejarah-maipk.html
-
38
Meningkatkan taraf sosio-ekonomi ummah menerusi pengukuhan
pengurusan baitulmal yang efektif dan dinamik dengan mengamalkan
tadbir urus cemerlang berlandaskan ketulusan, integriti dan
profesionalisme yang tinggi.49
3. Obyektif
a. Memartabatkan institusi zakat melalui sistem pungutan dan agihan
yang berkesan.
b. Mentadbir harta baitulmal dan wakaf dengan tujuan membangun
sosio-ekonomi dan memelihara kemaslahatan ummah.
c. Menjana kualiti perkhidmatan budaya kerja cemerlang dan
dinamik serta pengurusan kewangan yang sistematik dengan
memanfaatkan teknologi maklumat dan komunikasi secara
maksimum.
Berdasarkan hasil dokumentasi dan observasi penulis, Majlis Agama
Islam & Adat Melayu Perak telah menyusun dan merangka visi, misi dan
obyektif yang sangat baik bagi mengukuhkan kedudukannya sebagai
badan Baitulmal dengan berlandaskan Al Quran dan Sunnah demi
memelihara kesejahteraan umat Islam.
C. Piagam Pelanggan (Departemen Pengurusan Pembangunan Mal & Wakaf)
1. Mengemukakan permohonan mewakafkan tanah yang lengkap ke
pejabat daerah dan tanah dalam tempoh lima (5) hari daripada tanggal
permohonan yang lengkap diterima (perletakhakan
49 Ibid.,
-
39
berkanun).Mengemukakan Permohonan Mewakafkan Tanah Yang
Lengkap Ke Pejabat Daerah Dan Tanah Dalam Tempoh Satu Setengah
(1 1/2) Bulan Daripada Tarikh Permohonan Yang Lengkap Diterima
(Borang 14A Tiada Sekatan Kepentingan).
2. Mengemukakan permohonan mewakafkan tanah yang lengkap ke
pejabat daerah dan tanah dalam tempoh dua (2) bulan daripada tanggal
permohonan yang lengkap diterima (borang 14a ada sekatan
kepentingan).
3. Memberi kelulusan memungut derma di negeri perak dalam tempoh
lima (5) hari daripada tanggal permohonan yang lengkap diterima.
4. Memaklumkan keputusan bagi permohonan yang lengkap mengenai
sewaan / pajakan tanah dan bangunan dalam tempoh empat belas (14)
hari.
5. Memaklumkan keputusan bagi permohonan yang lengkap mengenai
sewaan kemudahan-kemudahan lain di kompleks Islam Darul Ridzuan
dalam tempoh tiga (3) hari.
6. Menyelesaikan permohonan bantuan bencana (bantuan sekaligus tunai-
tidak melebihi satu ribu ringgit) dalam tempoh satu (1) bulan.
7. Menguruskan harta luqathah yang dihantar multaqith dan membuat
hebahan selama 1 tahun di setiap mesjid bermula dari hari penerimaan
barang.
-
40
8. Melelang harta temuan yang tidak dituntut atau menukar dengan nilai uang
bagi harta yang tinggi nilainya dan uang tersebut diguna pakai untuk
pembangunan ummah.
D. Carta Organisasi Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, Malaysia
(Departemen Pengurusan Pembangunan Mal & Wakaf)
Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak adalah sebuah institusi
Baitulmal yang terdiri dari beberapa departemen yaitu Departemen Zakat,
Departemen Pengurusan Pembangunan Mal & Wakaf, Departemen Pungutan
Hasil, dan Departemen Khidmat Pengurusan. Bagi pengurusan harta luqathah,
diurus dan dikendalikan sepenuhnya oleh Departemen Pengurusan
PembangunanMal&Waqaf.
-
41
KETUA PEGAWAI EKSEKUTIF
Tuan Shahrul Azam Bin Zakaria
TIMBALAN KETUA PEGAWAI EKSEKUTIF
Ahmad Fadhil Bin Ghani
BAGIAN PENGURUSAN & PEMBANGUNAN MAL
DAN WAKAF
Suhaimi Bin Yusoff
PENTADBIRAN DAERAH & UTC
Muhammad Aiman Safi Bin Ali
UNIT MAL & WAKAF
Fatimah Binti Zuhaimi
PENGURUS UNIT PEMBANGUNAN
Firdaus Bin Kamal
PENGURUS UNIT PENGURUSAN WAQAF
Munawir Bin Mohamed Noh
SEKSYEN HAL EHWAL TANAH & TEBUS TANAH
Zul Hamdi Bin Jamal
SEKSYEN PEMANTAUAN & UKUR TANAH
Luqman Al Hakim Bin Abdul Fatah
SEKSYEN PENGURUSAN SEWAAN
Naila Farisya Binti Hambali
WAKAF PERAK AR
RIDZUAN
Faturrahman Bin Faris
WAKAF SARAAN
Juwairiyah Binti Junaidi
-
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Status Hak Kepemilikan Barang Yang Ditemui Pembeli Baju Bekas
Menurut Pandangan Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak
Melihat dari kajian penulis, seorang pembeli pakaian bekas telah
melakukan akad yang sah ke atas barang beliannya. Bagi seorang pedagang
baju bekas, secara logikanya pasti pedagang itu akan membeli baju-baju bekas
dalam kuantitas yang besar, tanpa melihat barang itu satu per satu. Maka
muncul beberapa kasus di mana seorang pedagang baju bekas menemui
barang-barang bernilai di dalam baju bekas yang dibelinya. Timbul pelbagai
anggapan dari masyarakat pada masa kini bahwa setelah melakukan akad ke
atas sesuatu barang, maka secara langsung barang yang mengikut daripada
barang asal turut menjadi pemilik orang yang telah membelinya.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Al Fadhil Ustaz Munawir Bin
Mohamed Noh, beliau berkata:
“Kasus yang berlaku pada masa kini adalah kasus yang baru masih belum
ada aturannya di dalam Al Quran maupun Hadis. Tapi harus diperhatikan
bahwa tidak semua barang belian yang telah kita lakukan adalah hak
mutlak kepada si pembeli untuk di manfaatkan. Status barang tersebut
adalah barang luqathah yang masih belum ditemui pemiliknya dan
hendaklah diserahkan ke Pihak Majlis Agama Islam berdekatan dimana
barang tersebut ditemui.” 50
Menurutnya lagi :
50 Wawancara bersama Ustaz Munawir Bin Mohamed Noh, Pengurus Pembangunan Mal
& Wakaf, Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak pada tanggal 29 Oktober 2019
-
43
“Harus diperhatikan dan digaris bawahi, aqad jual beli yang telah
dilakukan hanyalah melibatkan barang-barang yang dihitung nilainya
yaitu baju bekas yang dibeli. Barang temuan yang ditemui bersama- sama
barang yang dibeli adalah barang yang berasingan serta mempunyai
pemiliknya tersendiri. Maka barang bernilai yang ditemui adalah barang
luqathah atau barang pungutan dan tidak boleh bagi si pembeli
memanfaatkan barang tersebut dan perlu diserahkan kepada pihak Majlis
Agama Islam berhampiran.” 51
Menurut hasil wawancara penulis bersama Pegawai Pembangunan Mal
& Wakaf, dapat disimpulkan bahwa barang yang ditemukan oleh pedagang
baju bekas itu adalah barang luqathah dan saran dari Mufti serta pihak Majlis
Agama Islam & Adat Melayu Perak jika menemukan barang yang tidak
diketahui pemiliknya hendaklah diserahkan ke pihak Baitulmal untuk
diuruskan. Bagi pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak, jika barang
yang ditemui tanpa pemilik diserahkan kepada mereka, maka itu adalah satu
amanah yang besar bagi mereka untuk melakukan hebahan agar masyarakat
maklum tentang perkara ini sebelum mereka boleh memanfaatkan barang itu
untuk kemaslahatan ummah.
Kajian yang diangkat penulis merupakan perkara baru yang masih belum
ada aturannya dalam Al Quran dan Hadis. Fatwa di Majlis Agama Islam &
Adat Melayu Perak juga belum ada yang mengatur tentang penemuan barang
luqathah dalam jual beli pakaian bekas secara borongan. Fatwa yang menjadi
landasan mereka dalam menguruskan harta luqathah hanyalah tentang
kedudukan uang ta’aliq yang dituntut oleh pihak suami.52
51 Ibid., 52 Hasil dokumentasi yang diambil pada tanggal 29 Oktiber 2019 (Lampiran)
-
44
Melalui wawancara bersama Al Fadhil Ustaz Munawir metode istinbath
hukum yang digunakan oleh pihak Majlis Agama Islam & Adat Melayu Perak
mengenai barang temuan yang ditemui pembeli baju bekas yaitu:
1. Al Quran
ِ َولَا م ب م بَۡيَنكُّ كُّۡمَو لَ
َلُّوَٰٓاْ أ كُّ
َٰۡٓ إِلَى ٱۡلَب ِطلِ تَأ ُّواْ بَِها امِ َوتُّۡدل ك َ واْ فَرِيٗقا ٱۡلحُّ
لُّ كُّۡلَِتأ
ۡمَو ِل َِۡن أ ِ ٱلن َاِس م وَن ٱۡلإِثۡمِ ب مُّ
نتُّۡم َتۡعلََ ٨١١َوأ
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”53
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak boleh memakan harta yang lain dengan
cara yang bathil. Maka haram hukum keatas siapa yang memanfaatkan harta
yang ditemui karena diibaratkan memakan harta yang lain dengan cara yang
bathil.
2. Hadis
ٌل َعْن لَهُّ رَجَُُّّ َعلَيْهِ وََسل ََم َسأ َ ن َ الن َبِى َ َصل َى الل
ََهنِى ِ أ َعْن َزيِْد بِْن َخالٍِد الْجُّ
ْو قَاَل وَِعاَءَها وَِعَفاَصَها ثُّم َ َِْفَها َسنًَة ثُّم َ الل َُّقَطةِ َفَقاَل اْعرِْف وََِكَءَها أ َعر
َِها إِلَيْهِ د َ اْسَتْمتِْع بَِها فَإِْن َجاَء َرب َُّها فَأ
Artinya : “Dari Zaid bin Khalid Al-Juhanny Radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya
tentang menemukan emas atau perak yang tercecer. Maka beliau
53 Al Baqarah (2) : 188
-
45
menjawab, ‘Umumkanlah beserta wadah dan talinya, kemudian
umumkanlah selama setahun. Jika tidak ada yang mengambilnya,
maka gunakanlah ia dan hendaklah dianggap sebagai barang
titipan. Jika pada saat tertentu orang yang mencarinya datang,
maka serahkanlah ia kepadanya.54
Hadis ini membahas bahwa jika menemui sesuatu barang, maka penemu
adalah sebagai penjaga amanah terhadap barang yang ditemui dan
hendaklah diumumkan barang tersebut selama 1 tahun dan perlu untuk
mengenali bilangan dan kuantitas barang.
3. Ijma
Penemuan harta luqathah ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah tapi
prakteknya yang berlaku hanyalah menemukan barang berharga dijalan seperti
emas, dan haiwan serta menemukan anak yang hilang. Bagi kasus yang
berlaku yang diangkat oleh penulis adalah kasus yang baru yang belum ada
aturannya dalam Al Quran maupun Hadis.
Maka, pihak Jabatan Mufti telah berijtihad dan bersepakat untuk
menetapkan bahwa harta yang ditemui oleh pembeli baju bekas tergolong
dalam harta temuan luqathah dengan mempertimbangkan ayat Al Quran yang
berkait tentang haramnya memakan harta secara bathil, hadis tentang luqathah,
diqiyaskan dibolehkan menjalankan transaksi jual beli baju bekas serta
akhirnya menggunakan Qawaidul Fiqhiyyah sebagai landasan penetapan
hukum. Penetapan hukum disampaikan kepada pihak Majlis Agama Islam &
54 HR. Al-Bukhori, Shohih Bukhori Jilid V, Kitab Al-Luqathah, hlm 78
-
46
Adat Melayu Perak yang berperan sebagai institusi Baitulmal agar
menguruskan harta luqathah ini.
4. Qiyas
Diqiyaskan jual beli pakaian bekas dalam karung dibolehkan menurut
hukum Islam dengan jual beli Jizaf yaitu jual beli yang tanpa diketahui kadar
barang dan timbangannya secara terperinci, namun pada asalnya barang-barang
yang dijual memiiliki takaran, timbangan tertentu secara terperinci.
Transaksi jenis ini sudah ada sejak zaman Rasulullah S.A.W hingga saat
ini pun transaksi jenis ini masih banyak tersebar antara manusia. Jual beli jizaf
ini dilarang oleh Rasulullah apabila antara 2 pihak yang melakukan transaksi
jual beli jizaf menyelisihi persyaratan yang telah ditentukan oleh para ulama
mazhab. Adapun dipandang dari sisi obyeknya, obyek yang dilarang dalam jual
beli jizaf adalah barang ribawi dan campuran dari berbagai macam yang
berbeda jenisnya.
5. Rumusan Penetapan Hukum
Rumusan hukum yang digunakan oleh pihak Majlis Agama Islam adalah
dengan menggunakan penetapan kaidah hukum Qawaidul Fiqhiyyah
dikarenakan perkara ini merupakan kasus yang baru yang belum ada aturannya
dalam Al Quran & Hadis. Qawaidul Fiqhiyyah yang menjadi landasan bagi
pembeli baju bekas tidak boleh memanfaatkan barang temuan karena barang
itu adalah barang luqathah yaitu :
-
47
ك ِ يَُّزالُّ لَا الَْيقِنُّ بِالش َ
Artinya: “Keyakinan itu tidak bisa dihilangkan karena adanya keraguan”
Sesuatu perkara yang telah diyakini berlaku, sebarang keraguan yang
datang kemudian untuk meragui keyakinan itu tidak di ambil kira atau dengan
makna kata yang lain kaidah ini membawa maksud apa yang telah tetap dan
teguh itu tidak terangkat dengan adanya keraguan padanya.55 Kaidah ini
disusuli dengan kaidah cabangnya yaitu:
كان ما على كان ما بقاء الأصل Artinya: “Menurut hukum asal, sesuatu itu dilihat (dihukumi) menurut
keberadaan awalnya secara apa adanya”.
Sesuatu yang sud