referat gout
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh hipokrates pada zaman
Yunani kuno. Gout berasal kata gutta, berarti tetesan. Dahulu kala gout dianggap akibat adanya
tetesan jahat yang masuk ke dalam sendi. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit
kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan, minum anggur, dan seks.
Artritis pirai (gout) merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki – laki mulai meningkat setelah
pubertas. Pada perempuan kadar urat serum tidak meningkat sampai setelah menopause karena
estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum
meningkat seperti pada pria. Gout jarang ditemukan pada perempuan. Sekitar 95% kasus adalah
laki – laki. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada prevalensi
familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetic dari penyakit ini. Namun,
ada sejumlah faktor yang agak mempengaruhi timbulnya penyakit ini.
Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah 13.6/1000 pria
dan 6.4/1000 perempuan. Prevalensi gout meningkat dengan meningkatnya taraf hidup. Di
Indonesia belum banyak publikasi epidemologi tentang arthritis pirai (AP). Pada tahun 1935
seorang dokter kebangsaan Belanda bernama Van der Horst telah melaporkan 15 pasien arthritis
pirai dengan kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di Jawa Tengah. Masalah
akan timbul jika terbentuk kristal – kristal monosodium urat monohidrat pada sendi – sendi dan
jaringan sekitarnya. Kristal–kristal berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi
peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai serangan
gout.
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi
asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam yang berlebihan atau
ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat – obat
tertentu.
BAB II
GOUT ARTRITIS
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI
Gambar 1. Struktur anatomi tarsals, metatarsals, phalanges
Persambungan tulang atau sendi (artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa
tulang kerangka. Alat gerak dibagi atas dua yaitu anggota gerak pasif (gerakan yang dilakukan
oleh kerangka tulang badan) dan anggota gerak aktif (gerakan yang dilakukan oleh otot-otot
badan).
Stabilitas sendi tergantung pada :
Permukaan sendi : bentuk permukaan tulang memegang peranan penting pada stabilitas
sendi.
Ligamentum : ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi secara berlebihan jika terjadi
regangan yang berlangsung lama dan terus-menerus maka ligamentum fibrosa akan teregang.
Tonus otot : pada sebagian besar sendi, tonus otot merupakan faktor utama yang mengatur
stabilitas.
Persarafan Sendi
Kapsula dan ligamentum memiliki saraf sensoris, pembuluh darah memiliki serabut saraf otonom
simpatis, dan tulang rawan yang meliputi permukaan sendi memiliki sedikit ujung saraf di daerah
pinggirnya. Peregangan berlebihan pada kapsula dan ligamentum dapat menimbulkan reflex
kontraksi otot sekitar sendi, dan peregangan rasa nyeri akibat berkurangnya suplai darah pada
sendi.
Persendian Struktural
Dilihat dari strukturnya, terdapat tiga tipe sendi yaitu :
1. Sendi Fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi ini tidak memiliki tulang rawan, dan
tulang yang satu dengan tulang yang lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa.
Terdapat dua tipe sendi fibrosa, yaitu sutura (diantara tulang-tulang tengkorak), dan
sindesmosis yang terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu ligament diantara tulang.
Contoh dari sendi ini adalah perlekatan tulang tibia dan fibula di bagian distal.
2. Sendi Kartilaginosa (amfiartrodial)
Sendi kartilaginosa merupakan sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh rawan
hialin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe katilaginosa,
yaitu sinkondrosis dan simfisis. Sinkondrosis adalah sendi yang seluruh persendiannya
diliputi oleh rawan hialin. Contohnya adalah sendi kostokondral. Sedangkan simfisis adalah
sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago antara tulang dan
selapis tipis rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Contohnya adalah simfisis
pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung.
3. Sendi sinovial (diartrodial)
Merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan kapsul dan ligament artikular yang membungkusnya.
Jenis-jenis sendi diartrodial diantaranya :
Sendi peluru, misal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas
penuh.
Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan contohnya adalah
siku dan lutut.
Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Sendi
pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna, memungkinkan rotasi untuk
melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
Sendi peluru memungkinkan gerakan terbatas ke semua arah dan contohnya adalah sendi-
sendi tulang karpalia di pergelangan tangan (Brunner & Suddarth, 2002 : 2269).
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang – tulang
tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak bergerak satu sama lain. Secara anatomik,
sendi dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Sinartrosis
Sinartrosis adalah sendi yang tidak memungkinkan tulang – tulang yang berhubungan
dapat bergerak satu sama lain. Diantara tulang yang bersambungan tersebut terdapat jaringan
yang dapat berupa jaringan ikat (sindesmosis) seperti pada tulang tengkorak dan antara radius
dan ulna, jaringan tulang rawan (sinkondrosis) seperti antara kedua os. pubik pada
orang dewasa, dan jaringan tulang (sinostosis) seperti persambungan antara os.ilium, os
ischium dan pubikum.
1. Diartrosis
Diartrosis adalah sambungan antara 2 tulang atau lebih yang memungkinkan
tulang – tulang tersebut bergerak satu sama lain. Diantara tulang – tulang yang bersendi
tersebut terdapat rongga yang disebut kavum artikulare. Diartrosis disebut juga sendi synovial.
Sendi ini tersusun atas bonggol sendi (kapsul artikulare), bursa sendi dan ikat sendi
(ligamentum). Berdasarkan bentuknya diartrosis dibagi dalam beberapa sendi, yaitu
sendi engsel (interfalang, humeruoulnaris, talokruralis), sendi kisar (radioulnaris), sendi telur
(radiokarpea), sendi pelana (karpometakarpal I), sendi peluru (glenohumeral), sendi
buah pala (coxae). Pada sendi synovial ini tulang – tulang yang saling berhubungan
dilapisi rawan sendi. Rawan sendi merupakan jaringan avaskular dan juga tidak
memiliki jaringan saraf, berfungsi sebagai bantalan terhadap beban yang jatuh ke dalam
sendi. Membran synovial merupakan jaringan avaskular yang melapisi permukaan rawan sendi.
Membran ini licin dan tidak lunak, berlipat – lipat sehingga dapat menyesuaikan diri
pada setiap gerakan sendi atau perubahan tekanan intra-artikuler.
3. Amfiartrosis
Amfiartrosis merupakan sendi yang memungkinkan tulang – tulang yang saling
berhubungan dapat bergerak secara terbatas, misalnya sendi sakroiliaka dan sendi - sendi antara
korpus vertebra.
2. DEFINISI GOUT ARTRITIS
Gout adalah penyakit yang disebabkan penimbunan kristal monosodium urat monohidrat
di jaringan akibat adanya supersaturasi asam urat. Gout ditandai dengan peningkatan kadar urat
dalam serum, serangan artritis gout akut, terbentuknya tofus, nefropati gout dan batu asam urat.
Tofus adalah nodul berbentuk padat yang terdiri dari deposit kristal asam urat yang keras,
tidak nyeri dan terdapat pada sendi atau jaringan. Tofus merupakan komplikasi kronis dari
hiperurisemia akibat kemampuan eliminasi urat tidak secepat produksinya. Tofus dapat muncul
di banyak tempat, diantaranya kartilago, membrana sinovial, tendon, jaringan lunak dan lain-lain.
3. INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI
Arthritis gout lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, puncaknya
pada dekade ke-5. Di Indonesia, arthritis gout terjadi pada usia yang lebih muda, sekitar 32%
pada pria berusia kurang dari 34 tahun. Pada wanita, kadar asam urat umumnya rendah dan
meningkat setelah usia menopause. Prevalensi arthritis gout di Bandungan, Jawa Tengah,
prevalensi pada kelompok usia 15-45 tahun sebesar 0,8%; meliputi pria 1,7% dan wanita 0,05%.
Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik tertentu di
Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah
keadaan menjadi lebih parah.
4. ETIOLOGI
Penyebab hiperurisemia dan gout dapat dibedakan dengan hiperurisemia primer, sekunder.
Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan penyakit atau
penyebab lain. Hiperurisemia primer terdiri dari kelainan molekuler yang masih belum jelas
dan hiperurisemia karena adanya kelainan enzim spesifik. Hiperurisemia kelainan molekular
yang belum jelas terbanyak didapatkan yaitu 99% terdiri dari hiperurisemia karena
underexcretion (80 – 90%) dan overproduction (10-20%). Underexcretion kemungkinan
disebabkan karena faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran AU dan
menyebabkan gangguan pengeluaran AU sehingga menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia
primer karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1%, yaitu karena peningkatan
aktivitas dari enzim phoribosylpyro-hosphatase (PRPP) synthetas.
Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang disebabkan oleh
penyakit lain atau penyebab lain, seperti penyakit glycogen storage disease tipe I, menyebabkan
hiperurisemia yang bersifat automal resesif, glycogen storage disease tipe III, V, VI akan terjadi
hiperurisemia miogenik. Hiperurisemia sekunder tipe overproduction disebabkan penyakit akut
yang berat seperti pada infark miokard, status epileptikus.
5. PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau
penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme
purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage
pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor
nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui serangkaian zat
antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini
dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim
yang mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan
balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah
pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin
bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat
perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin)
berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam
urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase
(HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh
glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi
kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan
ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan
cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzim-enzim atau
mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung
membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal
mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a. Komplemen ini
bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan membran
sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan
leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim
lisosom yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan melakukan
aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator proinflamasi seperti IL-1,
IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di
samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan
protease. Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya endapan
seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat
tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa
urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel raksasa benda asing.
Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan
dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya tendon,
bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan
penyumbatan dan nefropati gout.
6. DIAGNOSIS
1. Gambaran klinik
a. Stadium hiperurisemia asimtomatik
Nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 kurang kebih 1,0 mg/ dl, dan pada
perempuan adalah 4,0 kurang 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai sampai 9-10 mg/dl
pada seseorang dengan gout. Dalam tahap ini pasien tidak menunjukkan gejala-gejala selain
dari peningkatan asam urat serum. Pada umumnya hiperurisemia secara tidak sengaja
ditemukan pada saat melakukan medical cek-up. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia
asimtomatik yang berlajut menjadi serangan gout akut. Keadaan hiperurisemia juga dapat
berlangsung seumur hidup tanpa menimbulkan gejala.
b. Stadium artritis Gout Akut
Stadium artritis gout akut
Pada tahap ini terjadinya awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar
biasa, biasanya pada ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Arthritis bersifat
monoartikular dan menunjukkan tanda – tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat
demam dan peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma,
obat-obatan, alcohol, atau stress emosional. Tahap ini biasanya mendorong pasien
untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi lain dapat terserang, termasuk sendi
jari-jari tangan dan lutut, mata kaki, pergelangan tangan, dan siku. Serangan gout akut biasanya
pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10 sampai 14 hari. Perkembangan
dari serangan gout akut umumnya mengikuti serangkaian peristiwa sebagai berikut.
Mula-mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti
oleh penimbunan didalam sekeliling sendi-sendi.
Mekanisme terjadinya kristalisasi urat setelah keluar dari serum masih belum
jelas dimengerti. Serangan gout seringkali terjadi sebuah trauma local atau rupture toffi
(timbunan natrium urat), yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam urat
local. Tubuh mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi
pengendapan asam urat diluar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan memicu
serangan gout. Kristal – kristal asam urat memicu respon fagositik oleh leukosit,
sehingga leukosit memakan Kristal – kristal urat dan memicu mekanisme respon
peradangan lainnya. Respon peradangan ini dapat dipengaruhi oleh lokasi dan banyaknya
timbunan Kristal asam urat. Reaksi peradangan dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari
penambahan timbunan Kristal serum.
Tofi akan tampak seperti benjolan kecil (nodul) dan berwarna pucat. Tofi baru ditemukan
pada kadar asam urat 10 – 11mg/l. pada kadar >11mg/dl pembentukan tofi menjadi sangat
progresif atau cepat sekali. Tofi juga bisa menjadi koreng atau ulcerasi atau
perlukaan dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung Kristal
MSU.
c. Stadium interkritik
Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat belangsung dari beberapa bulan
sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu
kurang dari satu tahun jika diobati.
d. Stadium gout kronik
Timbunan asam urat yang bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan
tidak dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut atritis
gout dapat terjadi dalam tahap ini tofi terbentuk pada masa kronik akibat
insolubilitas relative asam urat. Awitan dan ukuran tofi secara proporsional mungkin
berkaitan dengan kadar asam urat serum. Bursa olekranon tendo Achilles permukaan
extensor lengan bawah bursa infrapatellar dan heliks telinga adalah tempat-tempat yang
sering dihinggapi tofi.secara klinis ini mungkin sulit dibedakan dengan nodul reumatik.
Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan menghilang dengan terapi yang tepat.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat bertambah buruk.
Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk interstitum medulla papilla dan pyramid, sehingga
ginjal asam urat juga dapat terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu biasanya
berukuran kecil bulat dan tidak terlihat pada pemerikasaan radiografi.
2. Gambaran Radiologi
A. Foto Konvensional (X-Ray)
Foto polos dapat digunakan untuk mengevaluasi gout, namun, temuan umumnya baru
muncul setelah minimal 1 tahun penyakit yang tidak terkontrol. Bone scanning juga dapat
digunakan untuk memeriksa gout, temuan kunci pada scan tulang adalah konsentrasi
radionuklida meningkat di lokasi yang terkena dampak.
Pada fase awal temuan yang khas pada gout
adalah asimetris pembengkakan di sekitar
sendi yang terkena dan edema jaringan
lunak sekitar sendi.
Pada pasien yang memiliki beberapa episode
yang menyebabkan arthritis gout pada sendi
yang sama, daerah berawan dari opacity
meningkat dapat dilihat pada plain foto.
Pada tahap berikutnya, perubahan tulang yang paling awal
muncul. Perubahan tulang awalnya muncul pada daerah sendi
pertama metatarsophalangeal (MTP). Perubahan ini awal
umumnya terlihat di luar sendi atau di daerah juxta-artikularis.
Temuan ini antara-fase sering digambarkan sebagai lesi
menekan-out, yang dapat berkembang menjadi sklerotik karena
peningkatan ukuran.
Perubahan radiologi hanya terjadi setelah bertahun-tahun timbulnya gejala. Terdapat predileksi
pada sendi MTP pertama, walaupun pergelangan kaki, lutut, siku, sendi lainnya juga terlibat.
Film polos dapat memperlihatkan:
Efusi dan pembengkakan sendi
Erosi : hal ini cenderung memberikan penampakan ‘punched out’ , yang berada terpisah
dari permukaan artikular. Densitas tulang tidak mengalami perubahan.
Tofi : mengandung natrium urat dan terdeposit pada tulang, jaringan lunak dan sendi.
Kalsifikasi pada tofi juga dapat ditemukan. Dan tofi intraoseus dapat membesar hingga
menyebabkan destruksi sendi.
Pada gout kronis, temuan tanda yang tophi
interoseus banyak.
Perubahan lain terlihat pada radiografi polos-film
pada penyakit stadium akhir adalah ruang yang
menyempit serta deposit kalsifikasi pada jaringan
lunak.
Artritis gout tampak sclerosis dan penyempitan ruang terlihat di sendi metatarsophalangeal
pertama, serta pada sendi interphalangeal keempat.
Artritis gout nampak erosi gout (panah) terlihat sepanjang margin medial caput
metatarsophalangeal pertama pada pasien dengan gout.
Tophus
B. Pemeriksaan USG
USG metatarsophalangeal pertama nampak avascular kistik (edema) dengan serpihan di dalam.
Top: anechoic (hitam) lapisan tulang rawan hialin (c) atasnya kontur tulang femur distal (b).
Tengah: tanda kontur ganda. Hyperechoic (terang), lapisan yang sedikit tidak teratur deposito
kristal (panah) atasnya anechoic tulang rawan hialin (c) dan kontur tulang femur distal (b).
Pasien ini memiliki kristal-terbukti, arthritis gout yang tidak diobati. tulang rawan hialin tipis.
Bawah: hyperechoic, bahan kristal (tanda bintang) berlapis di tengah anechoic tulang rawan
hialin (c). Lapisan ini sejajar dengan garis dari korteks tulang (b). Kristal kalsium pirofosfat
yang ditemukan pada aspirasi.
C. Pemeriksaan CT-Scan
Tampak deposit asam urat di kedua sendi metatarsophalangea pertama kaki kiri dan kanan,
serta pengendapan urat di beberapa sendi pada kaki dan sendi pergelangan kaki.
CT-Scan 3D volume-rendered dari kaki kanan pasien dengan gout kronis, menunjukkan deposit
tofi yang luas (divisualisasikan dengan warna merah) – terutama pada sendi phalangeal
pertama metatarsal, midfoot dan tendon achilles. (a) tampak dari dorsal (b) tampak dari lateral.
D. Pemeriksaan MRI
A. Potongan axial – formasi dengan hyposignal – tophus (panah) - pada metatarsalphalangeal
pertama dengan erosi tulang (bintang). B. potongan axial T2 – Nampak lesi dengan hypersignal
(panah) dan erosi tulang (bintang) C. potongan sagital – Nampak lesi (panah).
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Asam Urat darah
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita gout didapatakan kadar asam
urat yang tinggi dalam darah. Hiperurisemia jika kadar asam urat darah diatas 7 mg/dl.
Kadar asam urat normal dalam serum pria diatas 7mg% dan 6 mg% pada perempuan. Kadar
asam urat dalam urin juga tinggi 500 mg%/l per 24 jam. Sampai saat ini, pemeriksaan
kadar asam urat terbaik dilakukan dengan cara enzimatik
b. Pemeriksaan kadar ureum darah dan kreatinin
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita gout didapatakan kadar urea
darah normal 5 – 20 mg/dl. Kadar kreatinin darah normal pria 0,6 - 1,3 mg/dl dan 0,5 -
1 mg/dl pada perempuan
c. Aspirasi cairan sendi
Merupakan gold standar untuk diagnosis gout. Jarum diinsersikan ke dalam sendi untuk
mengambil sampel/jaringan. Pemeriksaan untuk menemukan adanya Kristal MSU.
7. DIAGNOSIS BANDING
1. Rhematoid Artritis
2. Pseudogout
3. Osteoartritis