laporan pendahuluan gout

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN ARTRITIS PIRAI (GOUT) OLEH : OLEH NI KADEK RINA SUMAWATI PO71 20012054 III.2 REGULER KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Upload: limbunglinglung

Post on 16-Nov-2015

150 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lp gout atritis

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN ARTRITIS PIRAI (GOUT)

OLEH :

OLEHNI KADEK RINA SUMAWATI

PO71 20012054

III.2 REGULER

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2014

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN ARTRITIS PIRAI (GOUT)

I. Konsep Dasar PenyakitA. PengertianArtritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout mungkin primer atau sekunder.

Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).

Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat. Gout sekunder, disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau eskresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.B. EtiologiGout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau eskresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini disebabakan oleh :

1. Pembentukan asam urat yang berlebih.

a. Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.

b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukemia.

2. Kurang asam urat melalui ginjal.

a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui

b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

C. Patofisiologi

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.

1. Presipitasi kristal monosodium urat.

Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.

2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

3. Fagositosis

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.

4. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.

5. Kerusakan sel

Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

D. Manifestasi Klinis

Secara klinis ditandai dengan adnya artritis, tofi dan batu ginjal. Yang penting diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendon Achilles pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya.

Pada telinga misalnya karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin, kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum pedis, kalkaneus karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa.

Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali.

Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri, nyeri sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi kedua untuk serangan ini.

Tofi merupakan penimbunan asm urat yang dikelilingi reaksi radang pada synovia tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:

1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis

2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat

3. Pielonefritis kronis

4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi

Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.E. Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah (> 6 mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%. Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepat lagi bila dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dengan led meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).

Disamping ini pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambaran kristal asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.Kriteria diagnostik Artritis Gout (ARA 1977) 1. Kristal urat dalam cairan sendi

2. Tofus yang mengandung kristal urat

3. Enam dari kriteria dibawah ini:

a. Lebih dari satu kali serangan ertritis akut

b. Inflamasi maksimal pada hari pertama

c. Artritis monoartikular

d. Kemerahan sekitar sendi

e. Nyeri atau bengkak sendi metatarsofalangeal 1

f. Serangan unilateral pada sendi metatarsofalangeal 1

g. Serangan unilateral pada sendi tarsal

h. Dugaan adanya tofus

i. Hiperurikemia

j. Pembengkakan asimetri sebuah sendi pada foto rontgen

k. Kista subkortikal tanpa erosi pada foto rontgen

l. Kultur mikroorganisme cairan sendi selama serangan inflamasi sendi negative

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan serangan akut

Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:

a. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang sering ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang. Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat inflamammatory bowel disease.

b. OAINS

Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam. Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS.

c. Kortikosteroid

Untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg intraartikular.

d. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia.

e. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang.2. Penatalaksanaan periode antara

a. Diet dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, serta diet rendah purin.

b. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid, deuretik, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.

c. Kolkisin secara teratur

d. Penurunan kadar asam urat serum

1) Obat urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus terhadap asam urat yang telah difiltrasi dan mengurangi peyimpanannya.2) Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja menurunkan produksi asam urat dan meningkatkan pembentukan xantin serta hipoxantin dengan cara menghambat enzim xantin oksidase.G. KomplikasiKomplikasi yang muncul akibat arthritis pirai (gout) antara lain:

1. Gout kronik bertophus

Merupakan serangan gout yang disertai benjolan benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan krstal monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, synovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.

2. Nefropati gout kronik

Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. Terjadi akibat dari pengendapan Kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.

3. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat).4. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang5. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon

6. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjalII. Konsep Dasar Asuhan KeperawatanA. Pengkajian

1. Identitas pasien.

2. Keluhan utama.

Nyeri pada daerah persendian.

3. Riwayat kesehatan.

4. Riwayat adanya faktor resiko :

a. Peningkatan kadar asam urat serum.

b. Riwayat keluarga positif.

5. Pemeriksaan laina. Aktivitas/Istirahat

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari.

Tanda: Malaise

Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.b. KardiovaskulerGejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

c. Makanan Atau CairanGejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual,anoreksia,kesulitan untuk mengunyah.

Tanda: Penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa

d. HigieneGejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain.

e. NeurosensoriGejala: Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan

Tanda: Pembengkakan sendi

f. Nyeri / KenyamananGejala: Fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan

g. KeamananGejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa

h. Interaksi SosialGejala: Kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi6. Pemeriksaan fisik Berdasarkan pengkajian fungsi muskuluskeletal dapat menunjukan :

a. Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.

b. Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.

c. Laporan episode serangan gout.B. DIAGNOSA1. Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan otot3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah.4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulangC. INTERVENSI

No.Diagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

1Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulangSetelah diberikan asuhan keperawatan selama x . jam diharapakan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria hasil:

Skala nyeri berkurang

Pasien tampak tidak meringis1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

2. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

3. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi

6. Berikan masase yang lembut

7. Kolaborasi dalam pemberi obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin)1. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program

2. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri

3. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.

4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi

5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot,relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

2Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan otot

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama. X . jam diharapkan klien mampu menunjukkan tingkat mobilitas optimal dengan kriteria hasil:

Menunjukkan penampilan yang seimbang Mampu melakukan pergerakan dan perpindahan.

Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi, dengan karakteristik:0 = mandiri penuh

1 = memerlukan alat bantu

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan pengawasan dan pengajaran3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas1. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu2. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif3. Kaji kembali keamanan penggunaan alat bantu4. Konsultasi dengan ahli terapi fisik (fisioterapi)

1. Mempertahankan/ atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot2. Melatih kekuatan otot

3. Memastikan keamanan klien tetap terjaga

4. Membantu klien dalam meningkatkan kekuatan otot dengan pelatihan atau yang lainnya.

3Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah berhubungan dengan kurang terpajan informasiSetelah diberikan asuhan keperawatan selama. X . jam diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan dirumah.dengan kriteria hasil: Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang kondisi prognosis dan perawatan. Mampu mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktifitas.

1. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit dan perawatan.2. Berikan jadwal rencana perawatan dan HE mengenai hal-hal yang perlu dikontrol dan harus dilakukan.1. Memberikan pengetahuan pasien sehingga pasien dapat menghindari terjadinya serangan berulang. 2. Membantu dalam meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penatalaksanaan.

4Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulangSetelah diberikan asuhan keperawatan selama. X . jam klien dapat mempertahankan keselamatan fisik dengan kriteria hasil :

Tidak terjadi cedera

Klien tampak berhati-hati dalam melakukan aktivitas

1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil

2. Pantau regimen medikasi

3. Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya1. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstanHal ini akan

2. memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,mengagetkan pasien akan meningkatkan ansietas

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2011, Askep Gout Pada Lansia, (online), available: http://dedekposting.blogspot.com/2011/06/askep-gout-pada-lansia.html, (24 Maret 2015)

Arianto, Fitri, 2010, Askep Lansia dengan Gout, (online), available: http://fitriarianto.blogspot.com/2010/12/askep-lansia-dengan-gout.html, (24 Maret 2015)

Carpenito, L.J., 2012, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Oktavia, 2010, Askep Lansia dengan Gout, (online), available: http://oktaviakepgerontik.blogspot.com/2010/12/askep-lansia-dengan-gout-oktavia_17.html, (24 Maret 2015)

Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi: Clinical Concepts of Disease Processes (6th Edition), oleh H. Hartanto, Jakarta: EGC

Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing (8th Edition), oleh Agung Waluyo, dkk., Jakarta: EGC.