referat adhd

19
Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri BAB I PENDAHULUAN ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder) adalah salah satu jenis gangguan defisit atensi/hiperaktifitas dimana keadan ini terdiri atas pola tidak menunjukkan atensi yang persisten dan/atau perilaku yang impulsive serta hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada yang diharapkan pada anak dengan usia sebayanya. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak- anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak. ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gejala yang satu bisa jadi menonjol dibandingkan gejala lainnya, atau bisa juga terjadi kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Dulu seringkali diagnosis ADHD diabaikan, hal ini terjadi karena informasi mengenai ADHD sangatlah terbatas. Bahkan peranan neurologis pada terjadinya ADHD masih diragukan. Dikatakan juga kriteria diagnosis ADHD terlalu luas, dan tidak ada tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ADHD. Namun saat ini, informasi mengenai ADHD semakin berkembang, dan adanya peranan neurologis pada ADHD sudah dapat dibuktikan. Dampak ADHD tidak hanya dirasakan oleh anak tersebut, namun juga dirasakan oleh keluarga. Dampak pada anak bisa berupa 1 | Page

Upload: tanrw

Post on 20-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

attention deficit-hyperaktive disorder

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

BAB I

PENDAHULUAN

ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder) adalah salah satu jenis gangguan

defisit atensi/hiperaktifitas dimana keadan ini terdiri atas pola tidak menunjukkan atensi yang

persisten dan/atau perilaku yang impulsive serta hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada

yang diharapkan pada anak dengan usia sebayanya. Attention-deficit/hyperactivity

disorder (ADHD) merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-

anak, yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-

anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak.

ADHD ditandai oleh 3 gejala utama yaitu inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas.

Gejala yang satu bisa jadi menonjol dibandingkan gejala lainnya, atau bisa juga terjadi

kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Dulu seringkali diagnosis ADHD diabaikan, hal ini terjadi

karena informasi mengenai ADHD sangatlah terbatas. Bahkan peranan neurologis pada

terjadinya ADHD masih diragukan. Dikatakan juga kriteria diagnosis ADHD terlalu luas, dan

tidak ada tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ADHD. Namun saat ini, informasi

mengenai ADHD semakin berkembang, dan adanya peranan neurologis pada ADHD sudah dapat

dibuktikan.

Dampak ADHD tidak hanya dirasakan oleh anak tersebut, namun juga dirasakan oleh

keluarga. Dampak pada anak bisa berupa prestasi sekolah yang buruk, gangguan sosialisasi,

status pekerjaan yang rendah, dan risiko kecelakaan meningkat. Sedangkan dampak pada

keluarga adalah menimbulkan stres dan depresi pada keluarga, keharmonisan keluarga terganggu

dan perubahan status pekerjaan.

Anak dengan ADHD mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Anak-

anak ini memerlukan bantuan, bimbingan, dan pengertian baik dari orang tuanya, pembimbing,

dan sistem pendidikan umum. Prognosis dari ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien

cepat didiagnosis sehingga segera mendapatkan terapi.

1 | P a g e

Page 2: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)

Definisi

Gangguan defisit atensi/hiperaktifitas (attention-deficit/hyperactivity disorder-ADHD)

adalah suatu keadan yang terdiri atas pola tidak menunjukkan atensi yang persisten dan/atau

perilaku yang impulsive serta hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada yang diharapkan pada

anak dengan usia dan dalam tingkat perkembangan yang sama. Untuk memenuhi kriteria

diagnosis ADHD, beberapa gejala harus terdapat saat usia anak kurang dari 7 tahun, meskipun

banyak yang baru terdiagnosis setelah berusia 7 tahun, saat perilaku mereka menimbulkan

masalah di sekolah maupun tempat lain yang terkat dengan aktifitas anak sehari-hari. Kondisi

dimana tidak adanya atensi dan/atau hiperaktifias-impulsivitas harus sedikitnya mengganggu

fungsi secara sosial, dan akademik yang sesuai dengan perkembangan anak. Gangguan ADHD

ini tidak boleh tumpang tindih dengan diagnosis gangguan kejiwaan lain seperti skizofrenia,

maupun disebabkan oleh gangguan jiwa lain (Shaddock B., Kaplan, H.I, 2010).

Klasifikasi

Klasifikasi ADHD berikut dibagi berdasarkan presentasinya pada individu, berikut ini

dibagi menjadi tiga jenis (Roberts W, Milich R., 2013)

- Combined presentation: terdapat adanya enam atau lebih manifestasi klinis dalam

satu cluster

- Predominantly Innattentive: terdapat enam atau lebih gejala inattentive, dengan 3-5

gejala hiperaktivitas-impulsivitas

- Innattentive presentation (Restrictive): terdapat gejala inattentive sejumlah enam atau

lebih, dengan kurang dari 2 gejala hiperaktivitas-impulsivitas

- Predominently hiperaktif: terdapat gejala inattentive sejumlah kurang dari atau sama

dengan 5 dengan lebih dari 6 gejala hiperaktivitas-impulsivitas

2 | P a g e

Page 3: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

Epidemiologi

Prevalensi ADHD secara global adalah sekitar 5,3 % terjadi pada anak dan 2,5 % terjadi

pada dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena anak-anak yang mengalami ADHD pada usia anak-

anak akan memiliki kecemderungan sebesar 40-60 % untuk tetap berkembang menjadi ADHD

pada saat usia dewasa (Rohde et al, 2012). Di Amerika Serikat sendiri angka kejadian ADHD

bervariasi mulai dari 2 sampai dengan 20 persen terjadi pada anak anak yang duduk di sekolah

dasar. Angka konservatif adalah 3 hingga 7 persen pada anak anak sekolah dasar prapubertas.

Gejala ADHD sering mucul pada usia 3 tahun, tetapi diagnosis umumnya belum ditegakkan

sampai anak tersebut masuk ke dalam lingkungan yang terstruktur seperti taman kanak-kanak

dan sekolah dasar, dimana pada kondisi itu mulai tampak gejala anak yang hiperaktif-impulsif

dan kurang perhatian terhadap pelajaran dibandingkan teman sebayanya yang normal (Shaddock

B., Kaplan, H.I., 2010).

Etiologi

ADHD memiliki etiologi yang cukup kompleks. Berbagai macam faktor genetik dan

lingkungan secara bersama-sama mengakibatkan gangguan neurobiologis. Gen yang mengatur

sistem neurotransmitter terlibat dalam ADHD. Studi gen pada penderita ADHD telah

menghasilkan bukti substansial yang melibatkan beberapa gen penyebab gangguan, dengan studi

meta-analisis mendukung peran gen coding untuk DRD4, DRD5, SLC6A3, SNAP-25, dan

HTR1B. Studi deteksi genom pada alel potensial ADHD telah menunjukkan hubungan pada

kromosom 5p13, 6q12, 16p13, 17p11 dan 11q22-25 (Curatolo et al, 2010).

Faktor lingkungan pre-, peri-dan postnatal memainkan peran penting dalam penyebab

ADHD. Faktor Prenatal berhubungan dengan gaya hidup ibu selama kehamilan. Misalnya,

paparan alcohol dan merokok saat kehamilan. Faktor perinatal seperti pada bayi BBLR dan

komplikasi persalinan. Faktor postnatal, gizi buruk dan kekurangan gizi dalam ADHD

kemungkinan juga berpengaruh (Curatolo et al, 2010).

Kelainan Organik, sebagai contoh adalah Sindroma Tourette. Sejumlah kecil anak dengan

ADHD juga mengalami gangguan neurologis yang disebut sindroma Tourette. Orang dengan

Tourette, juga mengalami tics dan gerakan-gerakan aneh yang berulang, misalnya

3 | P a g e

Page 4: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

mengedip-ngedipkan mata atau menggerak-gerakkan otot muka seperti menyeringai. Yang

lainnya mungkin mendehem berulang kali seperti membersihkan tenggorokan dari lendir,

mendengus, mendengkur, atau mengeluarkan suara seperti menggonggong. Keadaan ini

dapat diatasi dengan memberikan obat atau medikasi. Walaupun hanya sedikit anak

dengan GPPH yang mengalami sindroma ini, namun banyak kasus sindroma Tourette

berkaitan erat dengan GPPH. Pada kasus demikian, kedua gangguan tersebut seringkali

membutuhkan pengobatan.

Patofisiologi

Salah satu factor penyebab ADHD adalah adanya pengaruh genetik. Pada ADHD terjadi

disregulasi neurotransmitter tertentu di dalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk

memiliki atau mengatur stimulus-stimulus internal dan eksternal. Beberapa neurotransmiter,

termasuk dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan

neurotransmiter lain juga beberapa struktur otak. Adanya peningkatan ambilan kembali

dopamine ke dalam sel neuron daerah limbic dan lobus prefrontal dikatakan mengendalikan

fungsi eksekutif perilaku. Fungsi eksekutif bertanggung jawab pada ingatan, pengorganisasian,

menghambat perilaku, mempertahankan perhatian, pengendalian diri dan membuat perencanaan

masa depan. Hal ini menyebabkan kemudahan mengalami gangguan dan ketiadaan perhatian dari

sudut pandang fungsi otak adalah kegagalan untuk “menghentikan” atau menghilangkan pikiran-

pikiran internal yang tidak diinginkan atau stimulus-stimulus kuat. (Elvira SD, Hadisukanto G,

2010)

Selain faktor genetic yang berperan, ada juga pengaruh dari factor lingkungan. Misalnya,

paparan alkohol prenatal diketahui menginduksi anomaly structural otak, terutama di cerebellum.

Anak-anak yang terpapar alcohol sebelum lahir dapat menjadi hiperaktif, impulsif, dan berada

pada peningkatan risiko berbagai gangguan kejiwaan. Kemudian ada juga pengaruh dari ibu

yang merokok. Ibu merokok menghasilkan 2,7 kali lipat peningkatan risiko ADHD, dan

hubungan dosis-respons antara ibu yang merokok selama kehamilan dan kejadian anak hiperaktif

telah ditemukan. Hal ini mungkin karena efek pada reseptor nicotinic, yang memodulasi aktivitas

dopaminergik. Gangguan dopaminergik seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya

berpengaruh pada kejadian ADHD (Curatolo et al, 2010).

4 | P a g e

Page 5: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

Manifestasi Klinis

Meskipun ADHD biasanya di diagnosis selama tahun-tahun sekolah, ada kecenderungan

untuk di identifikasi pada usia prasekolah. Manifestasi perilaku ADHD, seperti tingginya tingkat

aktivitas, kontrol penghambatan yang buruk, dan perhatian pendek, yang normative pada anak-

anak pra sekolah yang sehat. Namun, dalam kasus klinis, mereka lebih jelas dan mengakibatkan

tingginya tingkat perilaku genting dan cedera fisik, diatur dilakukan di banyak pengaturan,

termasuk rumah dan ruang kelas, dan kinerja yang buruk di prasekolah. Anak-anak prasekolah

dengan ADHD sering menderita kondisi lain komorbiditas, paling sering, gangguan pemberontak

oposisi (ODD), gangguan komunikasi, dan gangguan kecemasan, dan mereka yang memiliki

penyakit penyerta lebih terganggu dibandingkan dengan ADHD saja. Kebanyakan anak-anak

prasekolah ADHD hadir dengan ADHD gabungan subtype. Sub tipe impulsive dominan

hiperaktif lebih sering terjadi pada anak-anak prasekolah dibandingkan anak yang lebih tua,

dimana hiperaktif cenderung menurun dengan bertambahnya usia. Meskipun kecenderungan

gejala hiperaktif menurun dan gejala kekurangan perhatian menjadi lebih jelas dengan

pertambahan usia, lintasan hiperaktif dan kurangnya perhatian pada anak usia dini secara

signifikan berhubungan dengan satu sama lain. Kebanyakan diagnosis ADHD terdeteksi pada

anak-anak usia sekolah, sebagai kasus biasanya di identifikasi dan dirujuk karena kesulitan

akademik. Secara singkat, anak usia sekolah dengan ADHD cenderung terganggu dalam hal

prestasi akademik, interaksi keluarga dan hubungan teman sebaya, dan mengalami peningkatan

tingkat komorbiditas psikiatrik. Sekitar 70% dari anak-anak dengan ADHD memiliki setidaknya

satu gangguan penyerta lain, komorbiditas yang paling umum adalah ODD, gangguan

kecemasan, dan gangguan belajar. Prevalensi gejala kekurangan perhatian terus meningkat,

sebagai prevalensi gejala hiperaktif terus menurun selama tahun-tahun sekolah. Sekitar 1/3 dari

anak-anak dengan ADHD memiliki fungsi yang relative utuh di usia dewasa. Namun, sebagai

suatu kelompok, orang dewasa yang tumbuh dengan ADHD memiliki hal yang lebih buruk

dalam hal prestasi akademik dan pencapaian, peringkat kerja dan prestasi kerja, praktek-praktek

seksual beresiko dan kehamilan yang tidak diinginkan, hubungan dan masalah perkawinan,

pelanggaran lalu lintas dan mobil kecelakaan, dan penyakit penyerta kejiwaan (Cherkasova,

2013).

5 | P a g e

Page 6: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

Diagnosis

Berikut adalah kriteria diagnosis ADHD menurut PPDGJ-III. Berdasarkan PPDGJ III, gangguan

hiperkinetik dimasukkan dalam satu kelompok besar yang disebut sebagai gangguan perilaku

dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja. Gangguan ini terdiri

atas beberapa jenis, yaitu:

- Gangguan aktivitas dan perhatian

- Gangguan tingkah laku hiperkinetik

- Gangguan hiperkinetik lainnya

- Gangguan hiperkinetik YTT

b. Pedoman diagnosis gangguan hiperkinetik berdasarkan PPDGJ III

Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini

menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi

(misalnya di rumah, di kelas, di klinik).

Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan

ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-anak ini seringkali beralih

dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap tugas yang

satu, karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya (sekalipun kajian

laboratorium pada umumnya tidak menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik

atau perseptual yang tidak biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini

seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ

yang sama.

Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam

situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini, tergantung dari situasinya,

mencakup anak itu berlari-lari atau melompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun

bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak tetap duduk, terlalu

banyak bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar (berbelit-

belit). Tolok ukur untuk penilaiannya adalah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan

dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan dengan anak-

anak lain yang sama umur dan IQ nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam situasi

6 | P a g e

Page 7: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

yang terstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap pengendalian diri yang

tinggi.

Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu

diagnosis,namun demikian dapat mendukung penegakkan diagnosis. Kecerobohan

dalam hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan

sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan

mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar

menunggu gilirannya), kesemuanya ini merupakan ciri khas dari anak-anak dengan

gangguan ini.

Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah dicatat

secara terpisah bila ada; namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari

diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.

Tatalaksana ADHD

Tatalaksana ADHD dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu terapi fakrmakologi dan terapin

non farmakologi baik untuk anak-anak maupun dewasa. Pengobatan secara farmakologi paling

sering dilakukan dan biasanya terdiri dari obat stimulant seperti methylphenidate,

dexmethylphenidate, garam amphetamine dan lisdexamfetamine dimesylate (LDX). Namun,

obat golongan non-stimulan seperti atomoxetine, clonidine dan guanfacine juga efektif dalam

mengobati ADHD. Selain obat-obatan, ada juga pengobatan secara non-farmakologis (Kevin M

Antshel et al, 2011).

Stimulan

Bagi sebagian besar pasien dengan ADHD, stimulan tetap pilihan pertama untuk terapi

obat. Methylphenidate dapat mengurangi gejala ADHD sepanjang hari dan memiliki kepatuhan

yang lebih besar. Dexmethylphenidate dan transdermal methylphenidate juga juga memiliki

manfaat ini. Beberapa studi menunjukkan bahwa pengobatan dengan stimulan dapat membantu

7 | P a g e

Page 8: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

untuk mengurangi kemungkinan komorbiditas psikiatrik lainnya selama masa remaja, termasuk

penggunaan rokok dan penyalahgunaan zat (Kevin M Antshel et al, 2011).

Namun, Yang paling umum efek samping stimulan (penurunan nafsu makan, masalah

dengan tidur). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sulit untuk memprediksi mana anak-

anak dengan ADHD akan memiliki efek samping, efek samping kardiovaskular yang serius telah

diidentifikasi dengan menggunakan stimulan (Kevin M Antshel et al, 2011)

Kesimpulannya, obat stimulan yang sering menjadi pilihan pertama untuk manajemen

pengobatan ADHD. Penelitian telah menunjukkan bahwa obat stimulan adalah pengobatan yang

efektif untuk banyak gejala yang berhubungan dengan ADHD (Kevin M Antshel et al, 2011).

Non stimulant

Beberapa anak mungkin tidak merespon obat stimulan, atau mungkin tidak dapat

mentolerir obat stimulan karena efek samping (misalnya kehilangan nafsu makan). Dengan

demikian, beberapa obat non-stimulan juga dapat digunakan untuk terapi farmakoterapi ADHD.

Obat yang disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan ADHD

yaitu selektif norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI), atomoxetine, bentuk long-acting dari

guanfacine, dan bentuk long-acting dari clonidine. Clonidine dan guanfacine juga telah disetujui

oleh FDA untuk pemberian bersama obat stimulant. A-2-adrenergik agonis clonidine dan

guanfacine telah lama diketahui mengobati ADHD (Kevin M Antshel et al, 2011).

Pada orang dewasa, pendekatan pengobatan gabungan biasanya terdiri dari farmakoterapi

dan intervensi psikososial. Namun, tidak seperti ADHD anak, ada beberapa bukti bahwa

intervensi CBT yang berkhasiat. CBT gabungan antara terapi kognitif dan perilaku. Terapi

kognitif-perilaku mencakup prosedur kognitif dan perilaku, dan memiliki inti tiga dasar: 1)

aktivitas kognitif mempengaruhi perilaku; 2) aktivitas kognitif dapat dipantau dan dimodifikasi

dan 3) perubahan perilaku dapat diproduksi oleh perubahan kognitif (Kevin M Antshel et al,

2011).

8 | P a g e

Page 9: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

TERAPI NON FARMAKOLOGI

Pelatihan orang tua dalam manajemen perilaku

Hal ini berguna untuk merekam bagaimana orang tua dan orang dewasa lainnya bereaksi

terhadap perilaku, dan apa interaksi berikutnya terjadi sebagai akibat dari reaksi tersebut.

Orang tua harus mendekati anak agar selalu terjadi kontak dengan anak.

intervensi sekolah

akuntabilitas yang lebih besar dari anak untuk guru dan lain-lain, termasuk lebih

cepat, sering dan menonjol umpan balik untuk kinerja, dan peningkatan penataan

lingkungan kelas dan mengajar materi semuanya telah terbukti bermanfaat bagi anak

dengan ADHD di sekolah.

Terapi nutrisi ADHD

Vitamin dan supplement (Millichap JG & Yee MM, 2012) :

Besi

Beberapa anak dengan ADHD telah ditemukan memiliki zat besi yang rendah dalam

darah mereka. Tidak jelas mengapa, tetapi penyedia layanan kesehatan anak Anda mungkin

ingin melakukan tes darah sederhana untuk memeriksa besi rendah. Jangan pernah

memberikan suplemen zat besi pada anak Anda kecuali Anda diminta untuk melakukannya

oleh penyedia layanan kesehatan anak Anda.

Seng

Beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat seng yang rendah pada anak-anak dengan

ADHD. Namun terlalu dini untuk merekomendasikan suplemen zinc. Juga seng dapat

berinteraksi dengan beberapa obat stimulan anak.

Megavitamins

Satu studi menemukan megavitamins terapi dapat terjadi kerusakan pada hati. Jangan

gunakan megavitamins sampai penelitian lebih lanjut dapat dilakukan.

9 | P a g e

Page 10: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

Omega-3 dan -6 Asam Lemak Suplemen

Satu studi yang disebut studi Oxford-Durham melihat menggunakan suplemen diet

pada 117 anak, sekitar 38 di antaranya memiliki gejala ADHD.

Makanan sehat yaitu (Millichap JG & Yee MM., 2012) :

Ikan

Sayuran

Tomat

Buah Segar

Biji-bijian

susu rendah lemak

Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul pada penderita ADHD antara lain kecemasa, gangguan emosi

dan kerpibadia, gangguan belajar dan pada kondisi yang lebih lanjut dapat menyebabkan

gangguan bipolar pada pasien (Canu, 2010).

Prognosis

Gejala hiperaktif akan berkurang pada masa adolescence, sedangka gejala impulsive dan emosi

yang labil akan menetap. Anak dengan ADHD pada waktu dewasa sering masih mempunyai

gejala agresif dan menjadi pecandu minuman keras/alkoholisme). Prognosis lebih baik bila

didapatkan fungsi intelektual yang tinggi, dukungan yang kuat dari keluarga, teman-teman yang

baik, diterima di kelompoknya dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai satu atau lebih

komorbid gangguan psikiatri (Mullichap, 2010)

10 | P a g e

Page 11: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gangguan defisit atensi/hiperaktifitas (attention-deficit/hyperactivity disorder-ADHD)

adalah suatu keadan yang terdiri atas pola tidak menunjukkan atensi yang persisten dan/atau

perilaku yang impulsive serta hiperaktif, yang bersifat lebih berat daripada yang diharapkan pada

anak dengan usia dan dalam tingkat perkembangan yang sama. Kondisi dimana tidak adanya

atensi dan/atau hiperaktifias-impulsivitas harus sedikitnya mengganggu fungsi secara sosial, dan

akademik yang sesuai dengan perkembangan anak.

ADHD dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga faktor lingkungan yang saling berkaitan.

Penanganan ADHD dibedakan menjadi farmakologis dan non-farmakologis. Terapi

farmakologis dibagi menjadi obat-obatan stimulan dan non-stimulan, sedangkan terapi non

farmakologis terdiri dari terapi intervensi perilaku dan juga terapi nutrisi.

11 | P a g e

Page 12: Referat Adhd

Analisis Jurnal - ADHD Blok 17- Neuropsikiatri

DAFTAR PUSTAKA

Antshel, Kevin M. 2011. Advances in understanding and treating ADHD. BMC Medicine.

Available from http://www.biomedcentral.com/1741-7015/9/72 [Accessed on April 13th

2015]

CDC, 2015. Autism Spectrum Disorder (ASD). Available from

http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/treatment.html [Accessed on April 12nd 2015]

Cherkasova M, et al. 2013. Developmental Course of Attention Deficit HyperactivityDisorder

and its Predictors. J Can Acad Child Adolesc Psychiatry. 22(1): 47-55. Available from

[Accessed on April 13th 2015]

Curatolo P, D’Agati E, Moavero R, 2010. The neurobiological basis of ADHD. Italian Journal

of Pediatrics. 36:79. Available from http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1824-

7288-36-79.pdf[Accessed on April 14th 2015]

Elvira SD, Hadisukanto G,2010. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Millichap JG & Yee MM., 2012. Managing ADHD with Nutrition. Available from

http://www.uvm.edu/medicine/ahec/documents/ADHDdietHandout20130322.pdf.

[Accessed on April 13th 2015]

Roberts W., Milich R. 2013. Examining the Changes to ADHD in the DSM-5: One Step

Forward and Two Steps Back. The ADHD Report Vol. 21:4., Available from

http://guilfordjournals.com/doi/abs/10.1521/adhd.2013.21.4.1 [Accessed on April 13th

2015]

Rohde A., Verin R., Polanczyk G. The Management of ADHD in Children, Young People and

Adults: Epidemiology of ADHD. Journal of Cutting Edge Psychiatry in Practice.,

Available from http://www.cepip.org/sites/default/files/CEPiP.2012.1.pdf [Accessed on

April 13th 2015]

Sadock, B.J., Kaplan, H.I. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara

12 | P a g e