presus massa laring

33
IDENTITAS Nama : Tn. Supardi Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 67 tahun Agama : Islam Pekerjaan : mekanik Alamat : - ANAMNESA Keluhan Utama Suara serak sejak 2 bulan SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dirujuk k poli THT RSUP.PERSAHABATAN dengan keluhan suara serak sejak 2 bulan SMRS dan dirasakan semakin memberat. Suara serak dirasakan semakin memberat setiap harinya. Pasien belum pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya. Suara serak disertai dengan nafas sesak sejak 3 bulan SMRS. Sesak berlangsung setiap saat dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Keluhan sesak telah membaik melalui pengobatan di RS. Pasien mengaku mengalami batuk berdahak 3 bulan SMRS. Batuk disertai dengan dahak berwarna kekuningan. Dalam 3 bulan terakhir pasien mengaku sering kelelahan dalam bekerja dan dalam menaiki tangga. Pasien juga mengaku bahwa pasien mengalami penurunan berat badan > 10 kg dalam 3 bulan terakhir yang disertai dengan penurunan nafsu makan semenjak 3 bulan SMRS. Pasien menyangkal terdapat demam, nyeri telan, nyeri tenggorok, dan

Upload: erlan-anugrah-pratama

Post on 14-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

IDENTITAS

Nama

: Tn. SupardiJenis Kelamin

: Laki-lakiUsia

: 67 tahun

Agama

: IslamPekerjaan

: mekanik

Alamat

: -ANAMNESAKeluhan UtamaSuara serak sejak 2 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dirujuk k poli THT RSUP.PERSAHABATAN dengan keluhan suara serak sejak 2 bulan SMRS dan dirasakan semakin memberat. Suara serak dirasakan semakin memberat setiap harinya. Pasien belum pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya. Suara serak disertai dengan nafas sesak sejak 3 bulan SMRS. Sesak berlangsung setiap saat dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Keluhan sesak telah membaik melalui pengobatan di RS. Pasien mengaku mengalami batuk berdahak 3 bulan SMRS. Batuk disertai dengan dahak berwarna kekuningan. Dalam 3 bulan terakhir pasien mengaku sering kelelahan dalam bekerja dan dalam menaiki tangga. Pasien juga mengaku bahwa pasien mengalami penurunan berat badan > 10 kg dalam 3 bulan terakhir yang disertai dengan penurunan nafsu makan semenjak 3 bulan SMRS. Pasien menyangkal terdapat demam, nyeri telan, nyeri tenggorok, dan kesulitan menelan pada dirinya. Pasien juga menyangkal terdapat benjolan pada lehernya dan mengaku penglihatan pasien masih normal. Pasien memiliki kebiasan merokok yang telah berlangsung selama 57 tahun dengan menghabiskan 3 bungkus rokok setiap harinya. Riwayat penyakit dahulu

Tidak terdapat riwayat penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keganasan, penyakit jantung, dan hipertensi juga disangkalPEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: Compos Mentis

Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi: 90x/menit Pernapasan: 24x/menit

Suhu : 36,50STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephal

Mata

Konjungtiva: Anemis +/+Sklera

: Ikterik -/-Pupil

: Bulat, Isokor, Reflek cahaya +/+

THT

: terdapat massa pada bagian posterior meluas hingga

menutupi bagian anterior pita suara hingga 70%Leher

: Pembesaran kelenjar limfe (-)

Thorax

: retraksi suprasternal (+), pergerakan dada simetris kanan = kiriAbdomen : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

: clubbing finger (-)Neurologis

Nervus Cranialis: Tidak terdapat kelainanGenitalia : Tidak dilakukan pemeriksaanPEMERIKSAAN PENUNJANG

telelaringoskopi : terdapat massa pada bagian posterior epiglotis meluas hingga menutupi bagian anterior pita suara hingga 70%

X-Ray Thorax : didapatkan gambaran tear drop eye dan lapang pulmo meluas

hingga kosta ke 11 kesan PPOKLaboratorium darah ( 18/08/2014) :Leukosit

Neutrofil

Limfosit

Monosit

Eusinofil

Basofil

Eritrosit

Hb

Ht

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

BT

CT

APTT

APTT OS

CONTROL

SOGT

SGPT10.09*

94.3*

3.9*

1.8

0.0*

0.0

3.41*

9.7*

31*

89.7

28.4

31.7

14.7*

478*

400

800

33.2

31.6

23

29

.(Laboratorium : 21/08/2014)Leukosit

Neutrofil

Limfosit

Monosit

Eusinofil

Basofil

Eritrosit

Hb

Ht

MCV

MCH

MCHC

RDW-CV

Trombosit

LED

GDS

Natrium

Kalium

Clorida

Protein total

Albumin

Bilirubin total

Bilirubin direk

Bilirubin indirek

SGOT

SGPT

Ureuum

Kreatinin12.02*

79.5*

13.1*

7.2

0.1*

0.1

3.41*

9.8*

30*

87.1

28.7

33.0

15.6*

536*

113*

140

133

3.80

89.0

6.5

2.7*0.2

0.07*

0.09*

43*

40

21

0.5*

RESUME

Pasien Laki-laki usia 67 tahun dengan keluhan suara serak sejak 2 bulan SMRS yang dirasakan semakin memberat setiap harinya yang disertai dengan sesak 3 bulan SMRS, penurunan berat badan hingga 10kg dalam 3 bulan, penurunan nafsu makan, dan penurunan kapasitas fisik dalam pekerjaan sehari -hari.Pada pemeriksaan fisik didapatkan retraksi suprasternal dan pada pemeriksaan telaringoskop didapatkan terdapat massa pada bagian posterior epiglotis meluas menutupi bagian anterior pita suara hingga 70%.DIAGNOSIS KERJA

Obstruksi jalan napas atas grade 1 et causa massa laring susp ca. Laring Penyakit Paru Obstruktif Kronis

DIAGNOSIS BANDING

Nodul pita suara Papiloma laringPENATALAKSANAANFarmakologi

Injeksi Deksametason 3 x 5 mg iv

Bisolvon combine 1:1/6 jamNonfarmakologi Soft tissue cervical AP dan Lateral Cek lab BT, CT, PT, APTT, SGOT, SGPT CT Scan laring dengan dan tanpa kontras Konsul IPD dan Kardiologi untuk persiapan TrakeostomiRENCANA LANJUTAN Trakeostomi primerPROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam: ad malam

Quo ad sanationam: dubia ad bonamANATOMI

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV - VI. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adams apple atau jakun.Batas kranial laring yang berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :

1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari : Kartilago Tiroidea, 1 buah Kartilago Krikoidea, 1 buah Kartilago Aritenoidea, 2 buah2. Kartilago minor, terdiri dari : Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah Kartilago Epiglotis, 1 buah

Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu

1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari :

Membran tirohioid

Ligamentum tirohioid

Ligamentum tiroepiglotis

Ligamentum hioepiglotis

Ligamentum krikotrakeal 2. Ligamentum intrinsik, terdiri dari :

Membran quadrangularis

Ligamentum vestibular

Konus elastikus

Ligamentum krikotiroid media

Ligamentum vokalis

Otot-otot ekstrinsik.Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan.Terbagi atas :

1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :

- M. Stilohioideus - M. Milohioideus

- M. Geniohioideus - M. Digastrikus

- M. Genioglosus- M. Hioglosus

2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :

- M. Omohioideus

- M. Sternokleidomastoideus

- M. Tirohioideus

Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :

1. Otot-otot adduktor : Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik M. Krikotiroideus M. Krikotiroideus lateral Berfungsi untuk menutup pita suara.

2. Otot-otot abduktor : M. Krikoaritenoideus posterior

Berfungsi untuk membuka pita suara.

3. Otot-otot tensor : Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus

Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.

FISIOLOGILaring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut :

1. Fungsi Fonasi. Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang mengemukakan bagaimana suara terbentuk : Teori Myoelastik Aerodinamik.Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara ruang subglotis meningkat, dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka. Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior. Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali.Teori Neuromuskular. Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis. Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).

2. Fungsi Proteksi.

Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.

3. Fungsi Respirasi.

Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.4. Fungsi Sirkulasi. Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung.

5. Fungsi Fiksasi.

Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan.

6. Fungsi Menelan.

Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses menelan, yaitu :

Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.

Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus.7. Fungsi BatukBentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring.8. Fungsi Ekspektorasi

Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan benda asing tersebut.9. Fungsi Emosi

Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi.

1. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk.

2. Fungsi respirasi laring dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

3. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.

Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nadaPENANGGULANGAN SUMBATAN LARING

Prinsip penanggulangan sumbatan laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi. Sumbatan laring dapat disebabkan oleh:

1. radang akut dan radang kronis

2. benda asing

3. trauma akibat kecelakaan, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan senjata tajam

4. trauma akibat tindakan medic

5. tumor laring ( baik jinak maupun ganas)

6. kelumpuhan nervus rekuren bilateral

gejala dan tanda sumbatan laring adalah:

1. suara serak (disfoni sampai afoni)

2. sesak napas (dyspnea)

3. stridor (napas berbunyi) yang terdengar waktu inspirasi

4. cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula dan intercostal.

5. Gelisah karena pasien haus akan udara (air hunger)

6. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tanda dan gejala:

Stadium 1: cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu inspirasi dan pasien masih terlihat tenang.

Stadium 2: cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah.Stridor terdengar waktu inspirasi.

Stadium 3: cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di infraklavikula dan sela-sela iga pasien sangat gelisah dan dyspnea. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.

Stadium 4: cekungan-cekungan di atas bertambah jelas, pasien sangat gelisa. Pasien sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur, akhirnya meninggal karena asfiksia.

Penanggulangan sumbatan laring

Dalam penanggulana sumbatan laring pada prinsipnya diusahakan supaya jalan napas lancer kembali.Tindakan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, serta pemberian oksigen intermitten dilakukan pada sumbatan laring stadium 1 yang disebabkan oleh peradangan.Tindakan operatif atau resusitatif untuk membebaskan saluran napas ini dapat diatasi dengan cara memasukkan pipa endotrakea melalui mulut (intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma atau melakukan krikotiromi.

Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium 2 dan 3, sedangkan krikotiromi dilakukan pada sumbatan laring stadium 4.

Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasar analisis gas darah (pemeriksaan astrup). Bila fasilitas tersedia, maka intubasi endotrakea merupakan pilihan pertama, sedangkan jika ruangan perawatan intensif tidak tersedia, sebaiknya dilakukan trakeostomi.

TRAKEOSTOMI

Adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakea untuk bernapas. Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dengan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Sedangkan menurut waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam 1) trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan 2) trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.

Indikasi trakeostomi1. Mengatasi obstruksi laring

2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian atas seperti daerah rongga mulu, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh oksigen yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi.

3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.

4. Untuk memasang respirator (alat bantu napas)

5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas bronkoskopi.

Perawatan pasca trakeostomi1. Pengisapan sekret di trakea dan kanul dalam dicuci sekurang kurangnya 2 kali sehari

2. Bila kanul harus dipasang untuk jangka waktu yang lama, maka kanul harus dibersihkan 2 minggu sekali

3. Kain kasa di bawah kanul harus diganti setiap basah, untuk menghindari terjadinya dermatitis.TUMOR LARING

Tumor Jinak LaringTumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua jenis tumor laring.

Tumor jinak laring dapat berupa :

1. Papiloma laring (terbanyak frekuensinya)

2. Adenoma

3. Kondroma

4. Mioblastoma sel granuler

5. Hemangioma

6. Lipoma

7. Neurofibroma (FK UI, 2007)

DiagnosisDiagnosis berdasarkan anamnesis, gejala klinik, pemeriksaan laring langsung, biopsi serta pemeriksaan patologi-anatomik (FK UI, 2007).

Terapi

Ekstirpasi dengan bedah mikro atau juga dengan sinar laser- Tidak dianjurkan memberikan radioterapi, oleh karena dapatberubah menjadi ganas (FK UI, 2007).Tumor Ganas LaringTumor ganas laring atau yang disebut juga dengan karsinoma laring merupakan karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada lapisan epitel di laring.

A. EtiologiEtiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang dengan risiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma

laring yang kuat ialah rokok, alkohol, dan terpajan oleh sinar radioaktif (FK UI, 2007).

Dari pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap (FK UI, 2007).

HistopatologiKarsinoma sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi :

- Baik (grade 1)

- Sedang (grade 2)

- Buruk (grade 3).

Klasifikasi letak tumor

1. Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotissampai batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

2. Tumor glotik mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2 pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus vokalis kartilago aritenoid.

3. Tumor subglotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas inferior krikoid.

4. Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyeberangi ventrikelmengenai pita suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.

Gejala

1. Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh celah besar glotik, besar pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas laring pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali.

2. Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.

3. Nyeri tenggorok dapat terjadi bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

4. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluahan ini merupakan yang paling sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.

5. Batuk dan hemoptisis. Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan terletaknya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.

6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.

7. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut dan nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium (FK UI, 2007).

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca laring atau atau langsung dengan menggunakan laringoskop.Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi anatomik.Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre- epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher.Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa (FK UI, 2007).

Klasifikasi

Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC 2006, sebagai berikut : Tumor Primer

1. SupraglotisT1 : Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan pita suara asli masih normal.T2 : Tumor menginvasi > 1mukosa yang berdekatan dengan supraglotis atau glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya : mukosa dasar lidah, vallecula, dinding medial sinus pyriformis) tanpa fiksasi laring.

T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik dan/atau invasi minor kartilago tiroid.T4a : Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dari laring (misalnya ; trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid atau esofagus)

T4b : Tumor menginvasi ruang prevertebra, sarung arteri karotis atau stuktur mediastinum.

2. GlottisT1 : Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan komisura anterior atau posterior) dengan pergerakan yang normal.T1a : Tumor terbatas pada satu pita suara asli.T1b : Tumor melibatkan kedua pita suara asli.

T2 : Tumor meluas ke supraglotis dan/atau subglotis, dan/atau dengan gangguan pergerakan pita suara asli.

T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau menginvasi ruang paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid.

T4a : Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dari laring (misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid atau esofagus)T4b : Tumor menginvasi ruang prevertebra, sarung arteri karotis atau struktur mediastinum.

3. SubglottisT1 : Tumor terbatas pada subglotis.T2 : Tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal atau terjadi gangguan.T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli.T4a : Tumor menginvasi kartilago tiroid dan/atau jaringan yang jauh dari laring (misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid atau esofagus)T4b : Tumor menginvasi ruang prevertebra sarung arteri karotis atau struktur mediastinum.

Penjalaran ke kelenjar limfa (N)N0 : Secara klinis kelenjar tidak terabaN1 : Metastase satu kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter 3 cm.N2a : Metastase satu ke kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter 3x