portofolio jiwa
DESCRIPTION
nnnTRANSCRIPT
Kasus 4
Topik : Depresi berat tanpa gejala psikotik
Tanggal (Kasus) : 16/6/2014 Presenter : dr. Auliaur Rahmah
Tanggal Diskusi : September 2014 Pendamping : dr. H.M. Sadik Sahil, M.kes
Tempat Presentasi : RS Islam Samarinda
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Deskripsi : laki-laki,20 tahun, keluhan lemas dan mual muntah karena dengan sengaja meminum pembersih lantai
dikarenakan pasien depresi akibat putus hubungan dengan pacarnya.
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penanganan depresi berat tanpa gejala psikotik
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
1. Diagnosis/Gambaran :
Depresi Berat. Keadaan Umum Sakit sedang, dibawa keluarganya ke instalasi gawat darurat dengan keluhan lemas dan mual muntah
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien ditemukan dibawah jembatan dengan kondisi lemas dan tercium bau karbol dari
mulut pasien. Ditemukan juga minuman botol yang berbau karbol disamping pasien. Pasien mengaku meminum karbol sebanyak 1
tutup botol dikarenakan pasien depresi akibat putus cinta.
2. Riwayat Pengobatan:
Belum pernah berobat untuk penyakit ini sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Pasien tidak pernah melakukan tindakan serupa sebelumnya.
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada keluarga yang pernah menderita atau melakukan tindakan serupa dengan pasien
Keterangan : : Pria sudah meninggal, : Wanita, : Pasien
5. Riwayat pekerjaan:
Mahasiswa
6. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:
1. Kaplan, Saddock. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 ; 685 – 817
2. Maslim. R : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta, 2001 ; 64 – 5.
3. Maslim. R Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, Edisi II, Jakarta, 2001 ; 23 – 30.
Hasil Pembelajaran:
1. Identifikasi gejala klinis depresi berat
2. Penegakan diagnosis depresi berat
3. Penatalaksanaan depresi berat
SUBJECTIVE Tn.DF, 20 tahun, dibawa keluarganya ke instalasi gawat darurat RST. Islam
Samarinda dengan keluhan lemas dan muntah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien ditemukan oleh teman pasien dibawah jembatan dalam kondisi lemas dan tercium bau karbol dari mulut pasien. Ditemukan juga minuman botol yang tercium bau karbol disamping pasien. Selama perjalanan ke RS pasien muntah ± 3 kali. Pasien mengaku meminum karbol sebanyak 1 tutup botol. Tindakan ini adalah percobaan bunuh diri karena putus hubungan dengan pacarnya sekitar beberapa bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul, manja dan terbuka dengan keluarga dan teman pasien. Namun, sejak ayah pasien meninggal pasien menjadi lebih tertutup dan terbuka hanya pada orang-orang tertentu. Setelah putus dengan pacarnya, pasien lebih banyak merenung, kurang bersemangat, tidak ada minat, kurang nafsu makan, sulit tidur, dan jarang bersosialisasi. Pasien mengaku tidak pernah mendengar bisikan ataupun halusinasi apapun saat ingin melakukan tindakan bunuh diri tersebut.
OBJECTIVEStatus Fisik : Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tanda Vital:
- Nadi: 100 kali/menit, reguler, kuat angkat
- Tekanan Darah: 100/70 mmHg
- Frekuensi Nafas: 20 kali/menit
- Suhu: 37,4 º C Kepala/leher: konjungtiva anemis (-), sklera ikteik (-), pupil isokhor, diameter 2 mm,
refleks cahaya +/+, mata cekung ( - )
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen: Inspeksi : flat, darm steifung ( - ), darm contour ( - )
Palpasi : supel, nyeri tekan ( - ), turgor baik Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus ( + ) normal Ekstremitas: edema (-/-) , akral dingin (-), CRT < 2 detik
Status Psikiatri Deskripsi Umum :
Kesadaran : ComposmentisRoman Muka : in appropriateMood : congruentKontak/rapport : KurangOrientasi
Tempat : baik Waktu : Baik Orang : Baik
Perhatian : KurangPersepsi : -Ingatan
Masa kini : Baik Masa dulu : Baik Daya ingat : Baik
Pikiran Bentuk pikiran : Realistik , Isi pikiran : Waham (-) Jalan pikiran : koheren
PenilaianNorma sosial : BaikInsight of illness : BaikEmosi : labilSopan santun : BaikCara berpakaian : BaikKebersihan : BaikTingkah laku : -
ASSESMENTDefinisi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.
Epidemiologi
Gangguan depresi berat merupakan gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup sekitar 15 %, kemungkinan sekitar 25 % terjadi pada wanita. Terlepas dari
kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada
wanita dibandingkan laki – laki. Usia onset untuk gangguan depresi berat kira –kira usia 40
tahun. 50 % dari semua pasien, mempunyai onset antara usia 20 – 50 tahun.
Beberapa data epidemilogi baru – baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan
depresi berat mungkin meningkat pada orang – orang yang berusia kurang dari 20 tahun, jika
pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan
alkohol dan zat – zat lain pada kelompok usia tersebut.
Angka gangguan depresif berat pada anak – anak pre sekolah diperkirakan adalah
sekitar 0,3 % dalam masyarakat, dibandingkan dengan 0,9 % dalam lingkungan klinis.
Diantara anak – anak usia sekolah dalam masyarakat, kira –kira 2 % memiliki gangguan
depresif berat. Depresi adalah lebih sering pada anak laki – laki dibandingkan anak
perempuan pada anak usia sekolah.
Etiologi
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor – faktor dibawah ini berperan.
a. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik (norepinefrin dan
serotonin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada beberapa pasien
yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal
yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit. Faktor
neurokimia lain seperti adenilate cyclase, phosphotidyl inositol, dan regulasi kalisium
mungkin juga memiliki relevansi penyebab.
Penelitaian anak pra pubertas dengan gangguan depresif berat dan remaja dengan
gangguan mood telah menemukan kelainan biologis.
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat mensekresikan
hormon pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur dibandingkan
dengan anak normal dan anak dengan gangguan mental nondeprsif.
b. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari pasien
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 – 2,5 kali lebih besar dari pada sanak saudara
derajat pertama subjek kontrol. Memiliki satu orang tua yang terdepresi kemungkinan
meningkatnya resiko dua kali untuk keturunannya. Memiliki kedua orang tua terdepresi
kemungkinan meningkatkan resiko empat kali bagi keturunannya untuk terkena
gangguan depresi sebelum usia 18 tahun.
c. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengalaman klinis yang telah
lama direplikasikan adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih
sering didahului episode pertama gangguan mood dari pada episode selanjutnya,
hubungan tersebut telah dilaporkan untuk gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua
sebelum usia 13 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset
episode depresi adalah kehilangan pasangan.
Beberapa artikel teoritik mempermasalahkan hubungan antara fungsi keluarga
dan onset serta perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi di
dalam keluarga mungkin mempengaruhi kecepatan pemulihan, berkurangnya gejala, dan
penyesuaian pasien pasca pemulihan.
Gejala Klinis
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):
Efek depresif,
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya :
a. konsentrasi dan perhatian berkurang;
b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimisti;
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
f. gangguan tidur;
g. nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang –
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung lama.
PlanDiagnosis :
Pedoman Diagnostik
Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik:
semua 3 gejala utama depresi harus ada
ditambah sekurang – kurangnya 4 gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat
bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang
– kurangnya 2 minggu, tetapi jika gejala utama amat berat dan beronset cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
Pedoman diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik
Episode depresif berat yang memiliki kriteria
tanpa gejala psikotik tersebut diatas;
Diseratai waham, halusinasi, atau stupor
depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka
yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik
atau alfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran
atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.
Diagnosa Banding
Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu dipikirkan, seperti adanya
gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan zat dan abstinensia, distimia, siklotimia,
gangguan kepribadian, berkabung dan gangguan penyesuaian.
Perubahan intrinsik yang berhubungan dengan epilepsi lobus temporalis dapat menyerupai
gangguan depresi, khususnya jika fokus epileptik adalah sisi kanan.
Berkabung merupakan suatu respon normal yang hebat, dan menyakitkan karena kehilangan,
tetapi responsif terhadap dukungan dan empati dapat membuat berangsur mereda / sembuh
seiring berjalanya waktu.
Terapi : Mekanisme terjadinya obat anti depresi adalah :
Menghambat ‘reuptake aminergic neurotransmitter’
Menghambat penghancuran oleh enzim ‘monoamine
oxidase’
Sehingga terjadi peningkatan jumlah ‘aminergic transmitter’ pada sinaps neuron di SSP.
Golongan obat anti depresan antara lain :
Trisiklik: Amitriptylin, Tianeptine, Imipramine,
Clomipramine, Opipramol
Tetrasiklik: Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
MAOI Reversibel: Moclobemide
Atypical: Trazodone, Mirtazepin
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor):
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis) sekitar 2 –
4 minggu, efek skunder (efek samping) sekitar 12 – 24 jam, serta waktu paruh sekitar 12 – 48
jam (pemberian 1 – 2 kali per hari). Ada 5 proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
Initiating dosage (tes dosage), untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu, misalnya
amitriptylin 25 mg / hari pada hari 1 – 2, 50 mg / hari pada hari ke 3 dan ke 4, 100 mg / hari
pada hari ke 5 dan ke 6.
Titrating dosage (optimal dose), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif, kemudian
menjadi dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg / hari selama hari ke 7 – 15 ( minggu
II), kemudian minggu ke III 200 mg / hari dan minggu ke IV 300 mg / hari.
Stabilizing dosage (Stabilzation dose), dosis optimal dipertahankan selama 2 – 3 bulan.
Misalnya amitriptylin 300 mg / hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
Maintaning dosage (maintanance dose), selama 3 – 6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan ½
dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg / hari.
Tapering dosage (tapering dose), selama 1 bulan, kebalikan dari proses initialing dose.
Misalnya amitriptylin 150 mg / hari 100 mg / hari selama 1 minggu. 100 mg 75 mg /
hari selama 1 minggu, 75 mg 50 mg / hari selama 1 minggu, 50 mg / hari 25 mg / hari
selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat dihentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi
kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep) untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan.
Pendidikan Memberi informasi tentang kondisi pasien serta kesadaran akan kewajiban menjalankan
pengobatan dan pemeriksaan teratur demi kesembuhan pasien
Memberi motivasi agar keluarga dan lingkungan sekitar tetap memberi support kepada
pasien
Meningkatkan keimanan kepada Tuhan
KonsultasiKonsultasi dilakukan dengan bagian Psikiatri untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Samarinda, September 2014
PESERTA, PENDAMPING,
dr.Isti Sundari dr. Agus Setiawan