pendahuluan laporan farmakognosi

Upload: ekwan-prasetyo-azlin

Post on 06-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Farmakognosi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangMinuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang minum alkohol relatif rendah, namun sejumlah provinsi diluar pulau Jawa ternyata merupakan kluster spasial. Beberapa provinsi diluar Jawa justru memiliki prevalensi yang sama dengan negara-negara yang memiliki masalah minuman beralkohol (Suhardi, 2011). Angka kematian akibat keracunan alkohol di Indonesia memang belum ada, namun kematian akibat alkohol cukup banyak dilaporkan secara sporadis di media masa. Jenis alkohol yang biasa digunakan oleh masyarakat adalah etanol. Etanol/etil alkohol merupakan cairan tidak berwarna, jernih, berbau khas dan merupakan komponen minuman keras dengan berbagai konsentrasi. Zat ini banyak dipakai di bidang kesehatan sebagai desinfektans (Wibisono, 2012).Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik terhadap tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki kandungan radikal bebas di dalamnya. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas merupakan suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas, sehingga radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron berpasangannya. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron. Zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai yang akhirnya akan terjadi kerusakan pada sel tersebut (Droge, 2002).Salah satu gangguan akibat dari konsumsi alkohol adalah tukak lambung. Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Di Indonesia, ditemukan prevalensi ulkus duodenum sebanyak 14% dan ulkus duodenum disertai dengan ulkus gaster sebanyak 5%. Umur terbanyak yaitu antara umur 45-65 tahun dengan kecenderungan semakin tua umur, prevalensi semakin meningkat dengan didominasi pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita (Akil, 2009).Alkohol dapat merusak sawar mukosa lambung karena alkohol cepat berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dengan cara melepaskan radikal bebas, meningkatkan permeabilitas mukosa dan sawar epitel sehingga memungkinkan difusi balik HCl yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada mukosa lambung, khususnya pembuluh darah dan sel parietal yang berada pada dinding lambung sehingga dapat menimbulkan tukak (Suleyman, H. 2001; Narayan, S. 2004; Khazaei, M. 2006 ).Untuk mencegah terjadinya kerusakan tersebut, perlu adanya peran antioksidan dalam proses tersebut. Kandungan antioksidan dapat didapatkan dari berbagai macam tanaman obat. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat begitu populer di Indonesia. Hal ini dikarenakan melimpahnya tanaman obat di Indonesia dan semakin banyaknya penelitian dan penemuan mengenai aktivitas-aktivitas pada tanaman tersebut yang dapat mengobati suatu penyakit.Salah satu tanaman obat yang dikenal di Indonesia adalah pepaya (Carica papaya Linn). Secara tradisional, tumbuhan pepaya telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat batu ginjal, hipertensi, malaria, keputihan, meningkatkan produksi ASI, gangguan saluran kencing, haid berlebihan, disentri, diare, jerawat, dan gangguan pencernaan (Heyne, K1987; Anonymous 2007; Departemen Pertanian 2007;). Dari informasi ini belum ada penelitian yang menyatakan bahwa biji pepaya berkhasiat terhadap tukak lambung, tetapi berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat, diketahui bahwa biji pepaya dapat digunakan untuk pengobatan gangguan lambung dan masalah pada saluran pencernaan. Hal ini diduga karena kandungan flavonoid dan fenol yang terdapat dalam biji pepaya yang dapat meningkatkan sekresi prostaglandin di lambung, serta mencegah pembentukan radikal bebas dan meminimalisir luka akibat reaksi oksidasi.Menurut penelitian yang telah dilakukan Adeneye (2010), biji pepaya memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, antrakuinon, dan antosianida. Pada penelitian yang dilakukan oleh Olii (2013), isolasi terhadap senyawa fenol yang terdapat pada ekstrak metanol bij pepaya berhasil dilakukan meskipun perlu dilanjutkan karakterisasi dari senyawa fenol tersebut. Kemudian oleh Suhatri (2009) yang melakukan uji terhadap ekstrak etanol daun pepaya berhasil mendapatkan efek terhadap tukak lambung pada tikus putih betina. Daun pepaya mengandung senyawa flavonoid dan fenol yang diduga menyebabkan efek tersebut. Karena biji pepaya juga mengandung senyawa baik flavonoid maupun fenol, maka biji pepaya juga diduga memiliki aktivitas terhadap tukak lambung. Maka dari itu, perlu dilakukan pengujian agar diketahui aktivitas dari biji pepaya khususnya pada pengobatan tukak lambung.Selama ini biji pepaya hanya menjadi limbah dan tidak dimanfaatkan sebagai apapun oleh masyarakat. Sehingga dengan dilakukannya pengujian ini, diharapkan biji pepaya dapat memiliki nilai lebih dan dapat terus dikembangkan potensi efek terpetiknya.

1.2. Rumusan Masalah1. Apakah ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya Linn) memiliki efek terhadap tukak lambung pada tikus putih betina?2. Berapakah dosis efektif ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya Linn) yang dapat berefek terhadap tukak lambung pada tikus putih betina?3. Bagaimana efek ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya Linn) terhadap tukak lambung bila dibandingkan dengan cimetidin?

1.3. Kerangka PemikiranPepaya (Carica papaya Linn) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Masyarakat sering mengonsumsi daun, buah dan terkadang bunganya. Namun, tidak banyak yang mengolah bijinya dan mengonsumsinya untuk pengobatan melainkan hanya dibuang dan menjadi limbah. Padahal telah diketahui secara empiris bahwa biji pepaya dapat mengobati batu ginjal, hipertensi, diare, gangguan pencernaan dan penyakit lainnya. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Adeneye (2009) biji pepaya mengandung senyawa flavonoid dan menurut Olii (), biji pepaya mengandung senyawa fenol. Senyawa flavonoid dan fenol diduga memiliki aktivitas sebagai antioksidan sehingga dapat menangkal radikal bebas dan selain itu juga diduga kedua senyawa tersebut dapat merangsang produksi prostaglandin sehingga dapat meningkatkan faktor defensive dari mukosa lambung. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai efek ekstrak etanol daun pepaya terhadap tukak lambung yang diinduksi dengan etanol absolute pada tikus putih betina.

Efek terhadap tukak lambungMenurut Adeneye (2009) dan Olii (2013) mengandung flavonoid dan fenol sebagai antioksidan dan perangsang sekresi prostaglandinEkstrak etanol biji pepaya(Carica papaya Linn)

Digunakan untuk pengobatan batu ginjal, hipertensi, diare, ganguan pencernaan dan lain-lain

Antioksidan dan perangsang sekresi prostaglandin

Menangkal stress oksidatif dan meningkatkan lapisan mukosa lambung

4