pemeriksaan diagnostik untuk sistem integumen

13
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM INTEGUMEN (KULIT) Oleh : Kelompok 3 Kelas A1 1. Yessy Dian Anggraini 131311133014 2. Sri Kurniawati 131311133017 3. Nourma Aulia Ulfa 131311133045 4. Marita Selvia 131311133060 5. Dewi Permata Lestari 131311133075 6. Lady Claudinie 131311133081 7. Medho Patria H. 131311133126 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Upload: nourma-aulia-ulfa

Post on 14-Jul-2016

947 views

Category:

Documents


111 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM INTEGUMEN (KULIT)

Oleh :

Kelompok 3 Kelas A1

1. Yessy Dian Anggraini 131311133014

2. Sri Kurniawati 131311133017

3. Nourma Aulia Ulfa 131311133045

4. Marita Selvia 131311133060

5. Dewi Permata Lestari 131311133075

6. Lady Claudinie 131311133081

7. Medho Patria H. 131311133126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016

Page 2: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

Jenis Pemeriksaan Diagnostik pada Kulit (Integumen)

1. Pemeriksaan tes alergi kulit

2. Biopsi Kulit

3. Imunofluoresensi (IF)

4. Pemeriksaan Apus Tzanck

5. Pemeriksaan Cahaya Wood

1) Pemeriksaan Tes Alergi Kulit

Fungsi : Pengujian dilakukan untuk mengetahui penyebab alergi kulit.

Hasil uji kulit bukanlah penentu diagnosis, namun alat diagnosis dan banyak disukai

penderita.

Terdapat beberapa tes alergi kulit :

Uji Tempel

Uji Tusuk

Uji Gores

a. Patch Test (Uji Tempel)

Merupakan jenis uji yang konvensional dan paling banyak digunakan.

Disebut juga uji oklusif. Digunakan untuk mendeteksi adanya

hipersensitivitas terhadap suatu bahan yang kontak dengan kulit.

Indikasi : pasien dermatitis dengan gejala :

Reaksi + lemah : kemerahan (eritema), tonjolan halus atau gatal-

gatal

Reaksi + sedang : Ada bullae halus (pelepuhan) papula, dan gatal

yang hebat

Reaksi + kuat : adanya bullae, nyeri serta ulserasi (luka)

Page 3: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

Biasanya digunakan pada dermatitis kontak dengan menempelkan

bahan pada kertas saring yang diletakkan di atas kertas impermeabel.

Selanjutnya, ditempel pada kulit punggung dengan plester. Bahan

yang digunakan adalah benzokain, merkapto benzotiazol, kolofoni,

lanolin alkohol, dan lain-lain. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam

dan diulangi 96 jam sesudah pemasangan agar hasil lebih jelas

terlihat.

Interpretasi hasil tes :

0= tidak ada reaksi

+/- = eritema ringan, meragukan

1+ = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan)

2+ = reaksi kuat (papular eritema dengan edema)

3+ = reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)

b. Prick Test (Uji Tusuk)

Uji tusuk dapat dilakukan pada alergen hirup, alergen di tempat kerja,

dan alergen makanan. Sebelum melakukan tes ini, pasien harus

menghentikan penggunaan obat seperti antihistamin dan kortikosteroid.

Lokasi terbaik adalah daerah volar lengan bawah dengan jarak minimal

2 cm dari lipat siku dan pergelangan tangan. Tes boleh dilakukan pada

pasien berusia > 2 tahun. Kontraindikasi absolut dari tes ini adalah lesi

luas pada kulit, kooperasi pasien buruk, dan pasien tidak bisa

menghentikan pengobatan yang dapat mengganggu hasil. Sedangkan

kontraindikasi relatif berupa asma yang persisten dan instabil,

anafilaksis, kehamilan, dan penggunaan obat-obatan seperti

antihistamin, antidepresan trisiklik, dan beta blocker.

Cara pemeriksaan :

Page 4: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

1. Bagian volar lengan bawah, lengan atas, atau punggung dibersihkan

dengan alkohol.

2. Setelah kering, dibuat garis dengan jarak 2-3 cm.

3. Lalu, dengan jarum disposibel ukuran 26, dilakukan tusukan

dangkal dengan ujung jarum pada daerah yang sudah diteteskan

kontrol negatif (larutan phosphate buffered saline dengan fenol

0,4%) atau kontrol positif (larutan histamin fosfat 0,1%).

4. Setiap penusukan, dilakukan dengan jarum yang baru.

5. Pembacaan dilakukan 15-20 menit dengan mengukur diameter

bentol dan eritema.

Interpretasi hasil tes :

Positif apabila rata-rata diameter satu bentol 3 mm lebih besar

daripada kontrol negatif.

Hasil +1 : 25% dari kontrol positif.

Hasil +2 : 50% dari kontrol positif.

Hasil +3 : 100% dari kontrol positif.

Hasil +4 : 200% dari kontrol positif.

Hasil negatif yaitu sama dengan kontrol negatif.

c. Uji Gores Kulit

Uji gores kulit disarankan sebagai metode utama untuk diagnosis alergi

yang dimediasi IgE dalam sebagian besar penyakit alergi. Memiliki

keuntungan relatif sensitivitas dan spesifisitas, hasil cepat, fleksibilitas,

biaya rendah, baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang jelas kepada

pasien alergi mereka. Namun akurasinya tergantung pelaksana,

pengamatan dan interpretasi variabilitas.

2) Pemeriksaan Biopsi Kulit

Biopsi adalah pemeriksaan jaringan atau pengangkatan jaringan kulit.

Tujuan :

Menegakkan diagnosis

Mengevaluasi perjalanan penyakit

Konfirmasi data klinis dengan keadaan histopatologi kulit

Tindakan :

Page 5: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

1. Persiapan

a. Persiapan lokasi biopsi

Pemilihan daerah biopsi sangatlah penting karena kita mengharapkan dari

sepotong jaringan kulit kecil dari daerah yang dipilih dapat memberikan

informasi. Prinsip pemilihan lesi antara lain :

a. Hindari daerah trauma, jaringan parut, infeksi sekunder dan daerah

yang telah berubah akibat pengobatan.

b. Lesi yang dipilih merupakan lesi yang telah berkembang sempurna.

c. Pengambilan beberapa bahan pemeriksaan dengan bermacam stadium

perkembangan akan lebih membantu menafsirkan diagnosis.

d. Jaringan patologis diambil bersama jaringan normal yang berbatasan.

e. Bila lesi berupa vesikel atau bula maka lesi tersebut diangkat

seluruhnya.

b. Persiapan pasien

Anamnesis keadaan pasien secara rinci, demikian pula dengan

pemeriksaan penyaring. Pasien hendaknya berbaring, betapapun kecilnya

prosedur tersebut dan sebaiknya dalam keadaan tenang. Daerah biopsi

sampai 5 cm sekitarnya dibersihkan dengan povidoneiodine lalu dihapus

dengan larutan alcohol 70%. Batas eksisi ditandai dengan metilen biru atau

dengan gentian violet.

c. Persiapan alat

Alat-alat harus disterilkan, dipilih jarum suntik berukuran kecil (nomor

30), untuk mengurangi rasa sakit. Standar alat untuk biopsi yang dipakai

rutin adalah punch. Dianjurkan untuk memakai punch yang tajam, untuk

supaya mempermudah pengambilan bahan pemeriksaan dan mengurangi

trauma jaringan. Digunakan punch dan jarum sekali pakai sehingga tidak

akan menularkan penyakit kepada pasien lain. Alat-alat lainnya adalah

pisau skalpel, gagang skalpel, kait kulit, gunting, klem arteri.

d. Anastesi

Lidokain 1% dapat dipakai dengan cara infiltrasi langsung atau pada

daerah sekitarnya. Jika daerah infiltrasinya sangat luas lebih baik

digunakan larutan yang diencerkan ( yaitu 0,25 – 0,50%). Lidokain dan

adrenalin (1 : 100.000) dipakai jika diperkirakan banyak perdarahan

Page 6: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

contoh daerah kepala. Lebih baik memilih suntikan di sekitar dan di bawah

lesi. Diusahakan jangan sampai menyulitkan lokasi lesi yang akan diambil.

2. Teknik Biopsi

a. Biopsi punch

Biopsi kulit dilakukan dengan cara punch. Punch adalah sebuah alat

pemotong berbentuk silinder dengan ukuran diameter antara 1,5 – 10 mm.

Sebagian besar biopsi dilakukan dengan memakai punch ukuran diameter

3 mm. Biopsi pada wajah ukuran tidak lebih besar dari 5 – 6 mm. Pada

badan tidak melebihi 8 – 10 mm dan folikel rambut pada kepala ukuran 6

mm.

Indikasi :

Mengangkat lesi kecil

Mendapatkan sampel jaringan sebuah tumor sebelum operasi definitif.

Bahan untuk pemeriksaan mikroskop imunofluoresen

Mengobati skar akne dengan ukuran diameter kecil.

b. Biopsi elips (Insisional atau eksisional)

Untuk memperoleh potongan kulit dilakukan dengan sayatan dua busur

yang bertemu pada kedua ujungnya sehingga berupa bentuk elips, terutama

untuk ruam yang lebar dan besar.

Indikasi Biopsi secara elips, antara lain :

Memeriksa perubahan kulit normal dan abnormal.

Memeriksa keseluruhan arsitektur lesi.

Mendapat sampel dari jaringan subkutan.

Mendapat jaringan tambahan untuk pembiakan dan mikroskop

“imunofluresense”.

Memeriksa semua kelompok suspek neoplasma.

Page 7: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

Teknik Insisional

Garis insisi ditandai dengan Gentian violet dan setelah tindakan

antiseptik kulit dianestesi, biopsi mulai dari kulit normal sejajar

dengan garis kulit, kulit diinsisi secara vertikal sampai jaringan

subkutan, ukuran panjang tiga kali ukuran lebar dengan sudut

kurang dari 300, bahan pemeriksaan ditarik dan dasarnya dipotong,

luka ditutup dengan dijahit.

Teknik Eksisional

Tidak berbeda dengan insisi hanya disamping untuk konfirmasi

diagnosis teknik ini sekaligus juga untuk pengobatan. Biopsi ini

cocok untuk lesi tumor jinak. Dapat pula dilakukan pada tumor

ganas (Melanoma Maligna) yang berukuran kecil, karena angka

kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah.

3) Imunofluoresensi (IF)

Imunofluoresensi untuk mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun kulit.

Imunofluoresensi merupakan metode pemeriksaan menggunakan antibodi yang telah

terkonjugasi dengan molekul fluoresens dan dilihat di bawah mikroskop ultraviolet.

Pemeriksaan IF mengkombinasikan antigen dan antibodi dengan zat warna

fluorokrom. Tes IF pada kulit (direct IF test) merupakan teknik pemeriksaan untuk

mendeteksi autoantibodi terhadap bagian-bagian kulit. Indirect IF test mendeteksi

antibodi yang spesifik dalam serum pasien.

Page 8: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

4) Pemeriksaan Apus Tzanck

Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin test.

Tzanck smear ini adalah suatu test dengan cara menscraping dasar dari ulcer untuk

melihat tzanck cell (multinucleated cell) atau pemeriksaaan sitologi pada bula yang

intact untuk melihat acantholytic cells. Tzanck cell ini biasanya pada :

Herpes Zoster

Herpes simplex

Varicella

Pemhigus vulgaris

Cytomegalovirus

Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan didapatkan

sel datia berinti banyak. Tzanck smear ini mahal, membutuhkan waktu yang lama,

dan merupakan suatu prosedur yang invasive. Indikasi diakukannya tzanck smear ini

adalah untuk mendeteksi proses inflamasi/proses infeksi kulit, khususnya infeksi

herpes.

5) Pemeriksaan Cahaya Wood

Pemeriksaan Cahaya Wood menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang

disebut black light yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap

yang khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk

membedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan

hiperpigmentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Pemeriksaan Diagnostik Untuk Sistem Integumen

Douglass JA, O’Hehir RE. Diagnosis, treatment and prevention of allergic disease: the basics.

Med J Aust. 2006; 185 (4): 228-233

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta :

EGC

Tanjung A, Yunihastuti E. Prosedur diagnostik penyakit alergi. Dalam Buku Ajar Penyakit

Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2010, hal. 377-81