pembahasan pengaruh suhu.docx
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 PEMBAHASAN PENGARUH SUHU.docx
1/2
Hasil Pengaruh Suhu Terhadap Reaksi Enzimatis
Suhu (C) AB AU A/ menit
(V)
0 0,000 0,000 0
28 0,000 0,008 -0,00837 0,000 0,001 -0,001
60 0,000 -0,036 0,036
100 0,010 -0,003 0,013
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas enzim amylase yang terdapat pada air liur dalam memecah larutan
pati. Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya adalah suhu, konsentrasi pH,
dan konsentrasi enzim.
Pengaruh Suhu
Suhu mempengaruhi aktivitas katalisis enzim. Suhu ini harus dalam keadaan optimum
agar terjadi benturan antara molekul enzim (E) dan substrat (S). Akibatnya kompleks E-S
yang sangat penting dalam reaksi enzimatik akan terbentuk, sehingga produk (P) juga akan
terbentuk.
y = 0.0002x - 0.0032R = 0.2874
-0.02
-0.01
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0 50 100 150A/menit(V)
Suhu
kurva pengaruh suhu terhadap kerja
enzim
Series1
Linear (Series1)
-
8/14/2019 PEMBAHASAN PENGARUH SUHU.docx
2/2
Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka akan menyebabkan enzim
tersebut terdenaturasi. Meskipun benturan E dan S semakin sering, namun kompleks E-S
tidak terbentuk karena enzim terdenaturasi. Akibatnya, pembentukan P berkurang. Denaturasi
enzim dapat terjadi ireversibel teritama bila suhu lingkungan jauh melampaui suhu optimum.
Pada percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, yang pertama
dilakukan adalah pengenceran air liur hingga 100 kali. Disini digunakan larutan pati sebagai
larutan uji untuk melihat aktivitas enzim amylase. Larutan pati dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 1 ml, yang kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu 28 C, 60
-masng suhu dibuat blanko dan uji. Setelah diinkubasi larutan pati
dicampurkan ke dalam 1 ml air liur kemudian diinkubasi kembali selama 1 menit dan
ditambahkan larutan iodium 1 ml dalam 8 ml aquadest pada masing-masing tabung, untuk
suhu 60 lebih baik dilakukan di luar penangas, perlakuan tersebut bertujuan
untuk menghindari terjadinya bumping selama proses pemanasan. Setelah itu dilakukan
pengukuran serapan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 680 nm, dan dihitung
kecepatan reaksi enzimatik serta dibuat kurva yang menghubungkan kecepatan reaksi dengan
suhu.
Berdasarkan data hasil pengamatan, perubahan absorbansi per menit yang diperoleh
dari absorbansi larutan blanko dan absorbansi larutan uji dapat dilihat dari kurva tersebut.
Adapun kurva hasil pecobaan memperlihatkan laju reaksi dari enzim semakin cepat seiring
bertambahnya suhu ini terlihat pad
benturan antara enzim dan substrat yang disebabkan karena enzim mengalami denaturasi.
Jika suhu jauh lebih dari suhu optimum, maka kompleks E-S tidak terbentuk walapun sering
terjadi benturan E dan S sehingga produk juga makin sedikit dan ini terlihat dari kurva laju
reaksi yang semakin menurun.
Dari hasil percobaan yang didapatkan, kami tidak dapat membuktikan bahwa
keasaman mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Hal ini dapat disebabkan karena
kurang ketelitian kami dalam melakukan prosedur pengerjaan praktikum ini. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh spektrofotometri yang tidak sesuai atau error. Sehingga, didapatkan A/ yang menjadi minus.