pbl 234

19
1. Hubungan Sistem imun dengan Sistem Limfatik ( a. Sistem Limfatik Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah. Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa

Upload: qurotulaqyun

Post on 08-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PBL KE 1 blok 234

TRANSCRIPT

1. Hubungan Sistem imun dengan Sistem Limfatik 

(

a. Sistem Limfatik

Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening

membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah. Cairan

memasuki sistem ini dengan cara  berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil

yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila

suda berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau

getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan

interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi

di dekat  persambungan vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa,

seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik cairan

menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut

membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik.Seperti vena,

pembuluh limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka

untuk memeras cairan ke arah jantung.Di sepanjang pembuluh limfa

terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa (lymph node) atau

nodus getah bening yang menyaring limfa.Di dalam nodus limfa terdapat

jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-ruang

yang penuh dengan sel darah putih.Sel-sel darah putih tersebut berfungsi

untuk menyerang virus dan bakteri. Organ-organ limfa diantanya kelenjar

getah bening (limfonodus), tonsil, tymus, limpa ( spleen atau lien) ,

limfonodulus. System limfeterdiri dari pembuluh limfe, nodus limfatik,

organ limfatik, nodul limfatik, sel limfatik.

Organ limfoid sekunder

a. Lien (Limpa)

(Paulsen;2013)

Lien merupakan jaringan limfatik yang terbesar, memiliki berbagai

fungsi: pembentukan sel darah, metabolisme hemoglobin dan besi,

destruksi sel darah merah, filtrasi darah, gudang darah, fagositosis dan

respon imun.

Struktur.Jaringan ikat membrana serosa berikatan dengan jaringan

kolagen padat. Trabekula jaringan kolagen padat masuk ke parenkim dan

bercabang-cabang membagi limfe dalam kompartemen-kompartemen

kecil.Serabut otot polos dan serabut elastis terdapat pada trabekula dan

kapsula.Serabut retikuler yang dihasilkan oleh sel-sel retikuler

merupakan elemen stroma yang utama.Pengaturan otot polos pada

trabekula dan kapsula bervariasi pada berbagai spesies.Perubahan volume

yang cukup besar dapat diatur, dan otot polos membantu pengeluaran

darah dari organ.

Lien punya sinusoid dengan sel-sel fagositik, stroma serabut retikuler,

sitoretikulum, dan parenkim sel-sel bebas.Tidak ada pembagian korteks

dan medula.Nodulus tersebar dalam parenkim seluler, pulpa putih dan

pulpa merah.Nodulus limfatikus (korpuskulum lienis) dan selongsong

limfatik periarterial (periarterial lymphatic sheath/ PALS) membentuk

pulpa putih.Arteriola noduler ditemukan di sentral atau parasentral setiap

nodulus.Arteriola ini tidak selalu dapat terlihat dalam setiap potongan,

karena arah potongannya mungkin sejajar dengan arteriola

tersebut.Ada/tidaknya sentrum germinale tergantung faktor seperti pada

nodus limfatikus.

Pulpa putih dan pulpa merah.Pulpa putih adalah jaringan limfatik padat

yang hubungannya dengan cabang-cabang arteri trabekuler. Perluasan

korpuskulum (limfonodulus splenikus) secara acak tersebar di sepanjang

arteri serta disisipi dengan PALS. Komposisi, keadaan dan distribusi

komponen limfonodulus di sini sama dengan nodulus limfatikus

umumnya; namun setiap sentrum germinale di lien dikelilingi oleh

korona (mantle zone) yang berlanjut ke PALS. Bagian pulpa putih yang

berbatasan dengan pulpa merah disebut zona marginal.Di zona tersebut

ditemukan sinusoid, sel-sel dendritik, dan sel-sel limfatik.Sel T mengisi

PALS dan zona marginal, sel B mengisi nodulus dan zona marginal.

Daerah antara korpuskulum lienis dan trabekula disebut pulpa

merah.Disebut demikian karena kaya vaskularisasi.Dalam pulpa merah

ditemukan sinusoid dan tali-tali limpa (korda splenika).Sinusoid lien

bersifat diskontinyu dan dibatasi oleh sel-sel fagositik.Sinusoid bermuara

di korda splenika.Korda tersusun dari granulosit, progenitor granulosit,

dan sel fagositik.Pada beberapa spesies ditemukan juga otot-otot

polos.Sinusoid dan korda berfungsi bersama-sama dalam filtrasi dan

fungsi fagositik dengan adanya makrofag pengembara dan makrofag

fiksans (berhenti).Sel-sel fagositik ini memusnahkan dendritus sel,

eritrosit cacat/tua, dan benda-benda asing dalam darah.Pigmen warna

kuning coklat, hemosiderin, suatu hasil pemecahan hemoglobin sering

ditemukan dalam sel fagositik sinusoid dan korda.Sirkulasi.Arteria

lienalis masuk melalui hilus dan bercabang membentuk arteria

trabekularis.Pada saat memasuki parenkim, arteria trabekularis

mengakumulasi limfosit dalam adventisianya (PALS) dan arteri ini

melanjut ke korpuskulum lienis dan disebut arteria limfonoduli (arteriola

noduler).Cabang-cabang arteri ini membentuk kapiler di pulpa putih dan

zona marginalnya.Kapiler-kapiler bermuara di pulpa merah atau vena

pulpa.Arteriola noduler keluar dari pulpa putih dan membentuk cabang-

cabang kecil (arteriosus penisilaris), yang kemudian melanjut

membentuk arteriola penisilaris, arteriola elipsoidea(vaginata)/ arteriola

berkelopak dan kapiler arteri terminal (vas kapilarium

terminale).Arteriola vaginata punya dinding yang menebal karena sel-sel

tersusun konsentris dan lamina serabut.Dalam kelopak dapat dijumpai

makrofag, granulosit, eritrosit serta keping-keping darah.Arteriola

berkelopak punya kemampuan memfagositosis dan merupakan lokasi

untuk menyingkirkan bahan-bahan/butiran-butiran halus asal darah.Pada

hewan tertentu misalnya kuda, kelopak tersebut mengandung APCs, oleh

karenanya bangunan tersebut sering disebut kelopak makrofag

periarterioler (periarteriolar macrophag sheath, PAMS).

Limpa adalah organ hematopoetik selama kehidupan fetal dan

neonatal.Meskipun tidak merupakan fungsi utama pada makhluk dewasa,

namun dia tetap bertahan pada umur dewasa.Limpa juga merupakan

tempat pendewasaan eritrosit.Limpa punya fungsi imunitas melalui sel B

dan sel T.

b. Kelenjar Getah Bening

(Paulsken;2013)

Kelenjar getah bening adalah agregat nodular jaringan limfoid yang

terletak sepanjang jalur limpa diseluruh tubuh.Sel kelenjar getah bening

dan yang akhirnya dikonsentrasikan di kelenjar getah bening. Struktur

kelenjar getah bening dibagi menjadi tiga :

1) Korteks getah bening luar, tempat sel-sel B berproliferasi dan

mengalami pematangan

2) Porakorteks disebelah dalam, yang terutama di tempati oleh makrofag

dan sel T

3) Medulla dibagian dalam yang mengandung sel B dan sel T

Organ limfoid primer :

a. Sumsum Tulang

(Paulsken;2013)

Kelenjar timus sebagai tempat perkembangan dan diferensiasi sel-sel

limfosit yang semula berasal dari sumsum tulang. Sel-sel limfosit T yang

telah dewasa yang kemudian dilepaskan dalam peredaran darah

berjumlah sekitar 5% dari seluruh jumlah sel-sel yang berasal dari

sumsum tulang. Dengan bertambahnya umur, jumlah sel yang masuk dari

sumsum tulangpun akan berkurang. Hal ini telah dimulai semenjak umur

seseorang mencapai 20 tahun, namun sebaliknya presentase jumlah

limfosit muda ddalam kelenjar timus makin meningkat..

b. Thymus

(Paulsken;2013)

Thymus bersama-sama dengan kelenjar paratiroid berasal dari

kantung farinks ke 3 dan ke 4.Anlagennya berpisah dari paratiroid,

mengisi bagian kranial mediastinum dari paratiroid, mengisi bagian

kranial mediastinum, daerah toraks dan daerah sevikal ventral.

Sebagian besar organ yang berasal dari endoderm (hati, pankreas, dan

kelenjar lain) adalah organ yang padat, dengan epitelium sebagai

parenkim utama. Pada saat vaskularisasi berkembang, massa sel

epitelium thymus menjadi retikulum sel yang tersusun longgar. Invasi

oleh progenitor limfosit dari sumsum tulang mengubah kelenjar itu

menjadi organ limfoepitelial, dengan parenkim terdiri dari thymosit.

Saat kelenjar tumbuh, sel-sel epitelial (epitelial-retikuler) menjadi sel

stelat yang bersentuhan satu dengan yang lain melalui desmosoma.

Beberapa membentuk bangunan menerus yang membentuk batas perifer

sistem labirin yang diisi dengan thymosit dan sel retikuler epitelial

berbentuk stelat.Medula memiliki lebih sedikit thymosit dibanding

bagian korteks.

Struktur.Kedua lobi thymus diselubungi oleh kapsula jaringan ikat

longgar.dari dipercabangkan septa yang tersusun dari jaringan yang

sama dan membagi organ ke dalam lobuli. Septa ini meluas sampai

junktura kortikomedularis. Septa yang tak sempuma mengakibatkan

lobulus berlanjut satu dengan yang lain. Jaringan ikat retikuler

membentuk bagian utama stroma perivaskuler.

Sel retikuler-epitelial bersifat pendukung struktural dan

fungsional.Bagian perifer organ dilapisi oleh sel-sel ini.Dia juga

membatasi vasa darah thymus.Lapisan sel membentuk labirin di

perifer.Sel retikuler-epitelial berbentuk bintang, membentuk reticulum

dan mengisi labirin. Prosesus sel yang berdekatan, baik labirin maupun

di permukaan bersentuhan satu dengan yang lain melalui desmosoma.

Jadi sel retikuler epitelial membatasi labirin maupun membatasi

sitoretikulum penyokong.

Thymus punya korteks dan medula yang jelas. Timbunan limfosit

kecil (thymosit) menutup sitoretikulum yang dibentuk oleh sel retikuler-

epitelial .Thymosit di medula tidak sepadat di korteks, dengan demikian

medula tampak lebih terang.Di medula ditemukan korpuskulum

thymikum, tercat asidofil, diameter 20-100 mikron.Bangunan ini

tersusun konsentris dari sel-sel retikuler-epitelial tercat bening (seperti

kaca) dengan berbagai tingkat degenerasi, dan dapat mengalami

kornifikasi bahkan mineralisasi.Pada korpuskulum thymikum sapi

ditemukan Ig A dengan konsentrasi tinggi, piknosis dan kariolisis

banyak terjadi.Korpuskulum banyak ditemukan pada thymus yang sudah

mengalami involusi tingkat lanjut.Sel-sel bagian perifer korpuskulum

melanjutkan diri ke stroma sel. Fungsi korpuskulum tidak jelas.

Vasa darah dan barier thymus-darah.meskipun vasa darah menyatu

dengan venula thymus di kapsu!a, sebagian arahnya membalik,

membentuk gang-gang dalam korteks dan berakhir di venula di

perbatasan korteks-medula dan medula.

Arteri thymus bercabang-cabang di jaringan ikat interlobuler dan

masuk ke substansi organ pada perbatasan korteks-medula

lobulus.Kapiler arteri menembus korteks ke bagian perifer

korteks.Kapiler korteks impermiabel terhadap makromolekul.

Cabang-cabang arteriola vasa perbatasan kortiko-medula memasuki

medula, bercabang-cabang membentuk kapiler dan kembali sebagai

vena medula ke perbatasan korteks-medula.Venula pascakapiler

permiabel terhadap makromolekul dan limfosit.

Barier darah/thymus terdiri dari se! retikuler-epitelial pada pembuluh-

pembuluh darah di parenkim. Sifat permeabilitas korteks membatasi arti

“barier” pada korteks.Vasa-vasa medula dan perbatasan korteks-medula

permiabel terhadap makromolekul dan limfosit. Venula pascakapiler

punya fungsi seperti vasa yang sama pada nodus limfatikus. Venula

pascakapiler tidak terlibat pada barier darah/thymus dan hubungan

antara sel retikuler-epitelial dengan vasa di seluruh kelenjar tidak cocok

dengan fungsi barier yang berbeda.

Vasa limfe dan inervasi.Thymus tidak punya vasa limfe aferen.Vasa

limfe eferen terdapat pada jaringan ikat di perifer lobulus. Meskipun

syaraf-syaraf terdapat bebas di parenkim, kebanyakan serabut syaraf

kelenjar yang berasal dari n. vagus dan n. simpatikus menginervasi

elemen-elemen dinding pembuluh darah.

Sifat-sifat fisiologis.Thymus merupakan organ limfatik primer. Limfosit

(thymosit) yang berdiferensiasi di thymus, meninggalkan thymus dan

berdomisili di organ limfatik sekunder (nodus limfatikus, limpa,, tonsil,

sumsum tulang) dan nodulus-nodulus limfatikus sebagai limfosit T.

Gerakan thymosit melalui venula pascakapiler ke organ limfatik

sekunder (periferilisasi) merupakan aspek penting dalam imunitas

diantarai sel (cell mediated immunity).

Involusi yang berjalan lambat dan involusi yang berjalan lambat dan

kontinyu, menguat setelah pubertas dan ditandai dengan penurunan

berat, limfosit korteks menghilang, infiltrasi jaringan lemak dan

bertambahnya korpuskulum thymikum.Akhirnya jaringan lemak

menggantikan organ.

Peran thymus dalam imunitas diterangkan secara jelas dengan

thymektomi neonatal pada beberapa spesies.Hal ini berakibat gangguan

hipersensitifitas.Kemampuan memproduksi respon diantarai antibodi

(antibody mediated response) hilang karena produksi antibodi

membutuhkan bantuan sel T.

Thymosin, suatu faktor humoral berasal dari dan dihasilkan oleh sel

epitelium thymus dan dapat menggantikan thymus mencit yang

mengalami thymektomi.Thymofdietin, suatu faktor humoral thymus, dan

faktor thymus serum adalah factor-faktor humoral yang memperkuat

respon oleh sel T.

Sistem limfatik dan hubungannya dengan sisitem imunisasi

Beberapa sistem tubuh membantu mempertahankan tubuh terhadap

berbagai bahaya seperti sinar ultraviolet matahari, panas berlebihan, zat

kimia beracun, kerusakan fisik, dan ancaman mikroorganisme, seperti

bakteri dan virus. Namun demikian, sistem imunitas, bersama sistem

limfatik, adalah cara perlindungan tubuh yang utama dari serangan. Sistem

limfatik merupakan bagian pelengkap dari sistem imunitas dan berperan

penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.Bagian aktif sistem ini

adalah cairan limfa, yang awalnya berupa cairan intertisial yang terkumpul

dari sel-sel di seluruh tubuh. Cairan itu mengalir ke jejaring kapiler kecil di

sela-sela jaringan yang kemudian menyatu dan membentuk pembuluh  yang

lebih besar yang disebut limfatik (pembuluh limpa). Nodus limfa (kelenjar

limfa) adalah daerah penyaring dan penyimpan dalam sistem ini, dan

tersebar di sepanjang jalur limfa.Tidak seperti darah, limfa tidak dipompa;

limfa mengalir secara pasif saat pembuluh limfa ditekan oleh kontraksi otot

sekitar sewaktu bergerak.Cairan limfa masuk ke peredaran darah melalui

vena subklavia kiri dan kanan.Organ limfoid, meliputi timus dan limfa, dan

jaringan limfoid, seperti tonsil dan palak peyer, melengkapi seluruh

sistem.Organ limfoid mengandung sejumlah besar sel darah putih khusus,

terutama limfosit, yang melindungi tubuh dari benda asing seperti serang

mikroorganisme.

Selain itu beberapa komponen system imun seperti Limfosit T dan

limfosit B diproduksi dan di matangkan di organ limfatik. Jadi hubungan

antara system limfatik dan system imun amat sangat berkaitan.

Subowo.2010. imunologi klinik edisi 2. Yogyakarta : sagung seto

Playfair, J.H.L dan Chain, B.M.2009. At a glance imunologi edisi kesembilan. Jakarta:erlangga

Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan

Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.

Baratawidjaya K G. Imunologi Dasar. Edisi ke 11. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2013.