laporan pbl fix.docx

83
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman semakin banyak penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Kurangnya pengetahuan dan tingkat kesadaran perilaku masing-masing individu tentang sebuah penyakit turut mempengaruhi perkembangan sebuah penyakit itu sendiri. Indonesia saat ini menghadapi dua masalah kesehatan utama yaitu penyakit menular dan penyakit-penyakit tidak menular. Menurut data Riskesda, 59% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular. Salah satunya adalah gastritis. Penyakit gastritis adalah suatu penyakit luka atau lecet pada mukosa lambung. Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik, keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga terjadi perdarahan saluran cerna. Gastritis terjadi

Upload: windy-claudia-aresta

Post on 16-Sep-2015

145 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

21

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring perkembangan zaman semakin banyak penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Kurangnya pengetahuan dan tingkat kesadaran perilaku masing-masing individu tentang sebuah penyakit turut mempengaruhi perkembangan sebuah penyakit itu sendiri. Indonesia saat ini menghadapi dua masalah kesehatan utama yaitu penyakit menular dan penyakit-penyakit tidak menular. Menurut data Riskesda, 59% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular. Salah satunya adalah gastritis. Penyakit gastritis adalah suatu penyakit luka atau lecet pada mukosa lambung. Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung dan terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik, keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga terjadi perdarahan saluran cerna. Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam HCl) dan pepsin, erosi yang terkait berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap HCl. 1Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan. 2Pembagian klinis gastritis secara garis besar dibagi dua jenis yaitu akut dan kronis. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut. Gastritis kronis merupakan gastritis dengan penyebab yang tidak jelas, bersifat multifaktor dan perjalanan bervariasi. Biasanya gastritis kronis disebabkan oleh Helicobacter pylori. 3Prevalensi Helicobacter pylori pada orang dewasa adalah sekitar 30% di Amerika Serikat dan negara maju lain sedangkan di sebagian besar negara yang sedang berkembang sekitar >80%. Di AS, prevalensi kolonisasi Helicobacter pylori bervariasi sesuai usia: sekitar 50% pada orang yang berusia 60-an dan sekitar 20% pada usia 30-an. Pada masa dewasa Helicobacter pylori jarang diakuisisi atau lenyap secara spontan. Faktor resiko penting lain untuk kolonisasi Helicobacter pylori adalah tinggal di tempat yang padat dan hygiene yang kurang sewaktu anak-anak. Insiden yang sangat rendah pada anak-anak di negara maju saat ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya standar kehidupan dan pemakaian antibiotik. 4 Di Indonesia menurut WHO pada tahun 2012, penyakit gastritis mencapai angka 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Di Provinsi Jambi, pada tahun 2010 penyakit gastritis berada di peringkat 5 dengan persentase 8,33% kemudian pada tahun 2011 naik ke peringkat 4 dengan persentase 9,1% dan pada tahun terakhir yaitu 2012 persentase menunjukkan bahwa gastritis berada di peringkat 6.

Tabel 1.1 Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi Tahun 2010 s/d 2012 5NO.JENIS PENYAKITPERSENTASE

201020112012

1.Infeksi akut lain saluran pernafasan atas1.44,71.36,61.24,43

2.Penyakit sistem otit dan jaringan pengikat2. 11,492.11,83.11,22

3.Penyakit tekanan darah tinggi3.9,333.9,84. 10,05

4.Gastritis5.8,334. 9,16.8,74

5.Diare (termasuk tersangka kolera)6. 5,005.9,05.8,78

6.Penyakit kulit alergi4. 8,666.8,47.7,82

7.Penyakit lain pada saluran pernafasan atas8.4,017.5,82.21,40

8.Penyakit infeksi kulit7.4,828.4,98.4,23

9.Kecelakaan dan rudapaksa10.1,739.2,89.2,10

10.Penyakit pulpa dan jaringan rongga9.1,9210.1,910.1,9

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

Di Kota Jambi, gastritis masuk dalam 10 penyakit terbesar. Gastritis menempati urutan ke-4 setelah Nasofaringitis akut (ISPA), Hipertensi esensial dan Faringitis akut.

Tabel 1.2 Data 10 penyakit terbesar kota jambitahun 2013 6

NOKODENAMA PENYAKITJUMLAH%

1.J00Nasofaringitis akut102.44536,02

2.I10Hipertensi essensial33.18711,67

3.J02Faringitis akut32.02311,26

4.K29Gastritis24.2138,51

5.L23Dermatitis kontak alergi19.9387,01

6.M79P. otot dan jaringan ikat19.6886,92

7.R50Demam tak tahu sebab19.0326,69

8.E12DM tak tergantung insulin11.6794,11

9.A09Diare dan Gastroenteritis11.5024,04

10.K06Gangguan jaringan gigi10.6913,76

Jumlah284.398100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Jambi

Tabel 1.3 Data 10 penyakit terbesar di Puskesmas Koni tahun 2013 7NONAMA PENYAKITJUMLAH

1.Faringitis Akut2008

2.Nasofaringitis Akut1277

3.Hipertensi Esensial 1072

4.Demam tak diketahui sebab966

5.Pulpitis938

6.Nekrosis Pulpa832

7.Gastritis520

8.Peritonitis Kronis460

9.Sakit Kepala319

10.Dermatitis Kontak Alergi348

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Koni 2013

Sedangkan di Kelurahan Sungai Asam, tempat kami mengambil sampel, gastritis menempati urutan ke-2 pada bulan Mei 2014 di Puskesmas Pembantu Sungai Asam. Padahal, gastritis atau yang sering disebut masyarakat awam maag akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa.Pengetahuan masyarakat tentang penyakit gastritis sangat diperlukan mengingat hampir setiap orang sepanjang hidupnya pernah mengalami gastritis maka timbul kesadaran diri dari orang tersebut untuk selalu menjaga hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan yang diakibatkan gastritis tersebut. Hal ini didukung pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa, dimulai dari domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluar materinya. 8 Berdasarkan uraian diatas maka kami bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap Penyakit Gastritis.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :Bagaimana gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui profil masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi yang meliputi jenis kelamin, keaneka ragaman suku, riwayat menderita gastritis, dan riwayat pernah mendapatkan penyuluhan tentang gastritis.2. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis. 3. Mengetahui gambaran perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis.

1.4 Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak antara lain :1. Bagi institusi kesehatanSebagai informasi bagi petugas kesehatan mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penyakit gastritis sehingga dapat menjadi masukan dalam menurunkan angka penyakit gastritis. 2. Bagi masyarakatSebagai masukan dasar pengetahuan dan perubahan perilaku serta menjadi informasi dalam upaya pencegahan penyakit gastritis.3. Bagi peneliti selanjutnyaMenjadi data dasar sebagai informasi dan acuan bagi penelitian selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan2.1.1 Pengertian PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. 8Pengetahuan yang dimaksudkan disini dihubungkan dengan pengetahuan seseorang tentang gastritis serta hubungan dengan prevalensi dan tingkat keparahan kekambuhan. Pengetahuan seseorang tentang gastritis, bahaya gastritis, dan hal apa saja yang memicu tingkat kekambuhannya. Pengetahuan merupakan salah satu pendorong seseorang untuk mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru. Pada penelitian kebiasaan makan yang kurang baik. Peningkatan pengetahuan saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya gastritis tanpa diiringi dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Apabila individu hanya mengetahui tetapi tidak mengaplikasikannya, maka pengetahuan tersebut sia-sia.

2.1.2 Tingkat PengetahuanPengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : 81. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 82. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 83. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 84. Analisis (Analysis) Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 85. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. 86. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austisfikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 8Selain itu menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 tingkat pengetahuan juga digolongkan, antara lain: 81. Pengetahuan baik2. Pengetahuan burukPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang bersifat kualitatif. a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76% 100% dari yang diharapkan. 8b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% 75% dari yang diharapkan. 8c. Kategori kurang yaitu menjawab benar dibawah 56% dari yang diharapkan. 8Faktor-faktor yang terkait dengan kurang pengetahuan (deficient knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber informasi. 9 Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan/knowledge seseorang di tentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:a. Keterpaparan terhadap informasib. Daya ingatc. Interpretasi informasid. Kognitife. Minat belajarf. Kefamiliaran akan sumber informasi

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanAdapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: 8a. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. 8b. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. 8c. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. 8d. Fasilitas Fasilitasfasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. 8e. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. 8f. Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 8g. Umur Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun. 8 h. Sumber Informasi Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. 8Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendegar atau melihat sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang. 8

2.1.4 Tujuan PengetahuanPengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan pengetahuan ditujukan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka. 8

2.1.5 Tipe-tipe PengetahuanPengetahuan dapat diklasifikasikan dalam suatu pengetahuan teori yang diperoleh tanpa observasi didunia. Pengetahuan empiris yang hanya diperoleh setelah observasi didunia atau interaksi dengan beberapa cara pengetahuan sering diperoleh dari kombinasi atau memperluas pengetahuan lain dalam cara-cara yang bervariasi.

2.1.7. Cara Memperoleh Pengetahuana. Cara tradisional Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : Cara coba-coba dan salah (trial dan error). Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan bisa berhasil atau tidak berhasil dicoba. Cara kekuasaan (otoritas). Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas (kekuasaan). Berdasarkan pengalaman. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Melalui jalan pikiran, yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi penelitian. 8

2.2 PerilakuBeberapa teori untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green 8 mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non-behaviour causes).Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor, yaitu: a. Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilainilai.b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.c. Faktorfaktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Perilaku juga mempengaruhi prevalensi terjadinya gastritis, antara lain:a. Pola makan dan kebiasaan makanKebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan, seperti frekuensi makan seseorang dan pola makanan yang dimakan. 9Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang pedas dan asam. Pola makan yang tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium. 9b. Kebiasaan merokokRokok dapat merusak sistem pencernaan seseorang. Dari seluruh organ pencernaan, lambung adalah organ yang paling sensitif. Gangguan yang terjadi secara terus menerus terhadap sistem pencernaan dapat mengarah pada penyakit tukak lambung atau gastritis. Ketika seseorang merokok, nikotin yang terkandung didalam rokok akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. 10Nikotin juga memperlambat mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan (sekresi) getah yang berguna untuk melindungi dinding dari serangan asam lambung. Sel pelindung tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dengan baik. Kelebihan asam didalam lambung dan lambatnya sekresi getah pelindung mengakibatkan timbulnya luka pada dinding lambung. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penyakit gastritis. 10c. StressStress yang berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu karena mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung. Hal ini menyebabkan kejadian gastritis dihubungkan dengan keadaan psikologis seseorang. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, seperti beban kerja yang berlebihan, cemas, takut atau diburu-buru. Kadar asam lambung yang meningkat ini akan menimbulkan ketidaknyamanan pada lambung. 11,12Pada penelitian dalam jurnal ini didapatkan hubungan yang bermakna antara stress pada responden dengan kejadian gastritis. Stress yang disebabkan oleh berbagai peristiwa kehidupan yang terjadi serta kuantitas peristiwa tersebut terjadi dalam jangka waktu tertentu sangat menentukan tingkat stress seseorang. Stres dapat meningkatkan kadar asam lambung dan menyebabkan iritasi pada mukosa lambung. Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal ini dengan metode wawancara dapat diketahui bahwa responden yang mengalami stress lebih banyak ditemukan pada responden yang menderita gastritis. Seseorang yang sudah menderita gastritis apabila dalam keadaan stress dapat menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis. 11, 12d. UsiaDalam suatu penelitian jurnal, dinyatakan bahwa selain beberapa hal diatas perilaku yang mempengaruhi kejadian gastritis berhubungan dengan usia seseorang. 11, 12Hal ini dihubungan dengan pola hidup yang tidak sehat yang meliputi kebiasaan makan, merokok, stress, dll. Dimana pada usia muda dan dewasa termasuk dalam kategori produktif. Pada usia tersebut merupakan usia dengan berbagai kesibukan karena pekerjaan dan kegiatan lainnya sehingga lebih cenderung untuk terpapar faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena gastritis seperti pola makan yang tidak teratur karena kesibukan dan kegiatannya, stress ditempat kerja, kebiasaan merokok dan pola hidup yang tidak sehat lainnya yang dipengaruhi oleh kesibukannya dalam beraktivitas di usia produktif. 11, 12

2.3 Anatomi dan Fisiologi Lambung2.3.1 Anatomi LambungLambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf J dengan volume 1200 - 1500 ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal junction disebut kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor, dengan ukuran dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat didalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum. 13

Gambar 2.1. Pembagian daerah anatomi lambung

Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah (gambar 2.1.) yaitu: (1). Kardia, daerah yang kecil terdapat pada bagian superior didekat gastroesofageal junction; (2). Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). Korpus, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf J; (4). Antrum, adalah 1/3 bagian distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus hingga ke sphincterpilory; dan (5). Sphincterpilory, merupakan bagian tubulus yang paling distal dari lambung. Bagian ini secara keseluruhan dikelilingi oleh lapisan otot yang tebal dan berfungsi untuk mengontrol lewatnya makanan ke duodenum. Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan ruggae lambung. Pembuluh darah yang mensuplai lambung merupakan percabangan dari Arteri Celiac Hepatik dan Splenik. Aliran pembuluh vena lambung dapat secara langsung masuk ke sistem portal atau secara tidak langsung melalui Vena Splenik dan Vena Mesenterika Superior. Nervus Vagus mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung dan Pleksus Celiac merupakan inervasi simpatik.

Banyak ditemukan pleksus saluran limfatik dan kelenjar getah bening lainnya. Drainase pembuluh limfe di lambung terbagi atas empat daerah yaitu: 1). Kardia dan sebagian kurvatura minor ke kelenjar getah bening gastrik kiri; (2). Pilorik dan kurvatura minor distal ke kelenjar getah bening gastrik dan hepatik kanan; (3).Bagian proksimal kurvatura mayor ke kelenjar limfe pankreatikosplenik di hilum splenik; serta (4).Bagian distal kurvatura mayor ke kelenjar getah bening gastroepiploik di omentum mayor dan kelenjar getah bening pilorik di kaput pancreas

2.3.2 Fisiologi LambungSecara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi, berikut fungsi lambung: 13 Fungsi motorik Fungsi reservoir Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak ke saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos yang diperantarai oleh Nervus Vagus dan dirangsang oleh gastrin. Fungsi mencampur Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Fungsi pengosongan lambung Diatur oleh pembukaan sphincterpilory yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotis, keadaan fisik, emosi, obat-obatan dan kerja. Pengosongan lambung di atur oleh syaraf dan hormonal Fungsi pencernaan dan sekresi Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang di makan, peregangan antrum dan rangsangan vagus Sekresi faktor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal Sekresi mukus. Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut 13

2.3.2.1 Proses Pencernaan Makanan Di Lambung a) Mekanik Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut dan beriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing-wave) terjadi di perut setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut chyme. Beberapa mixing-wave terjadi di fundus, yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan air liur tetap berlanjut. Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing-wave yang hebat dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Sphincterpilory hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing-wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui sphincterpilory. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang terjadi di perut. 13b) Kimiawi Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan peptida antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptida. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogenik yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung. Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas) kedalam usus halus untuk mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu sering lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum (bagian pertama dari usus halus). Renin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa. 13

2. 4 Gastritis 2.4.1 Definisi Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, atau peradangan pada lapisan lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, cara diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. 3 Gastritis merupakan radang jaringan dinding lambung yang timbul akibat infeksi virus atau bakteri patogen yang masuk kedalam saluran pencernaan. 14Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. 15

2.4.2Klasifikasi Gastritis2.4.2.1 Gastritis Akut Gastritis akut merupakan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung, pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. 15Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosiva atau gastritis haemorrhagic, disebut gastritis haemorrhagic karena penyakit ini dijumpai perdarahan mukosa lambung dan terjadi erosi yang berarti hilangya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai infeksi pada mukosa lambung. 1,3

2.4.2.2 Gastritis Kronik Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propia dan daerah intraepitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronik dapat dibagi dalam berbagai bentuk tergantung pada kelainan histologi, topografi, dan etiologi yang menjadi dasar pikiran pembagian tersebut.

2.4.3Etiologi Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kausa gastritis yang amat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada saat balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori yang dinilai dengan Urea Breath Test pada pasien dispepsi dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori sangat rendah. Di antara orang dewasa prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori lebih tinggi daripada anak-anak tetapi lebih rendah di negara berkembang yakni 30%. 3Penggunaan antibotik, terutama infeksi paru dicurigai mempengaruhi penularan kuman dikomunitas karena antibiotik tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori, walaupun persentase keberhasilannya rendah. Pada awal infeksi kuman Helicobacter pylori mukosa lambung akan menunjukkan respons inflamasi akut. Secara endoskopi sering tampak sebagai erosi dan tukak multipel sentrum atau lesi hemoragik. Gastritis akut akibat Helicobacter pylori sering diabaikan oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronik. 3Gangguan sistem imun dihubungkan dengan gastritis kronik setelah ditemukan antibodi terhadap faktor intrinsik dan terhadap secretory canalicular structure sel parietal. Ini mempunyai kerjasama yang lebih baik dengan gastritis kronik korpus dalam berbagai gradasi, dibandingkan dengan antibodi terhadap faktor intrinsik. Pasien gastritis kronik yang mengandung antibodi sel parietal dalam serumnya dan menderita anemia pernisiosa, mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut: menderita gastritis kronik yang secara histologi menunjukkan gambaran gastritis kronik topik, predominas korpus dan pada pemeriksaan darah menunjukkan hipergastrinemia. Pasien-pasien tersebut sering juga menderita penyakit lain yang diakibatkan oleh gangguan fungsi sistem imun. Masih harus dibuktikan bahwa infeksi kuman Helicobacter pylori dapat menjadi pemacu reaksi imunologis tersebut. Kecurigaan terhadap peran infeksi Helicobacter pylori diawali dengan kenyataan bahwa pasien yang terinfeksi kuman Helicobacter pylori mempunyai antibodi terhadap secretory canalicular structure sel parietal jauh lebih tinggi dari pada mereka yang tidak terinfeksi. 3Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi mukosa lambung misalnya entericrotatovirus dan calicivirus. Kedua jenis virus tersebut dapat menimbulakan gastroentritis, tetapi secara histopatologi tidak spesifik. Hanya cytomegalovirus yang dapat menimbulkan gambaran histopatologi yang khas. Infeksi cytomegalovirus pada gaster biasanya merupakan bagian dari infeksi pada banyak organ lain, terutama pada organ muda dan imunocompromized. 3Jamur Candida spesies, Histoplasmacapsulatum dan Mukonasea dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromized. Pasien yang sistem imunnya baik biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit. 3Obat anti-inflamasi non steroid merupakan penyebab gasropati yang amat penting. Gastropati akibat NSAID bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri ulu hati sampai pada tukak petik dengan komplikasi perdarahan saluran cerna bagian atas. 3

2.4.4 Patogenesis Obat-obatan seperti aspirin dan OAINS menghambat sintesis prostaglandin E pada mukosa, menyebabkan mukosa lebih peka terhadap asam, sehingga lebih mudah erosi. Alkohol menyebabkan gastritis akut, gastritis sering terjadi setelah minum banyak alkohol. Stress seperti luka bakar, infark miokard, lesi intrakranial dan pasca operasi sering dihubungkan dengan erosi lambung. Organisme Helicobacter pylori melekat pada epitel lambung dan menghancurkan bagian mukosa pelindung meninggalkan daerah epitel yang gundul. 15Gastritis terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif itu terdiri dari asam lambung, pepsin, OAINS, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri dan bahan korosif: asam dan basa kuat. Sedangkan faktor defensif tersebut terdiri dari mukus, bikarbonat mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi. 3

2.4.5 Manifestasi KlinisGambaran klinis bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, mual, sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium (nyeri ulu hati), muntah, perdarahan dan hematemesis. 16Gastritis kronis mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma. Gejala bervariasi yaitu rasa penuh, anoreksia, nyeri ulu hati, nausea dan keluhan anemia. 16Sindrom dyspepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu. 1

2.4.6 Penegakan diagnosis Gastritis akut ditegakkan dengan endoskopi, dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung dan radiologis dengan kontras ganda.Gastritis kronis dapat dilakukan pemeriksaan: laboratorium untuk mengetahui anemia, analisis cairan, uji schiling, kadar gastrin dan tes antibodi. Diagnosis ditegakkan dengan histopatologi biopsi mukosa lambung, gastroskopi. 152.4.7 Tatalaksana Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2, penghambat pompa proton, antikolinergik dan antasida juga ditujukan sebagai sitoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin. 1 Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi kuasa dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis reseptor H2 sehingga mencapai pH lambung. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau OAINS, pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Derivat Prostaglandin mukosa. Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat menunjukkan manfaat tindakan tersebut untuk menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas, pemberian antasida, antagonis reseptor H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek terapeutiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian pasien bisa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar absolut. 1 Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak mengiritasi. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis dihubungkan dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.

2.5 Profil Puskesmas KoniPuskesmas KONI Kota Jambi berdiri tahun 1978, dengan nama Puskesmas Wilayah IV KONI berada dalam kecamatan Pasar Jambi. Keberadaannya srategis dengan wilayah kerja yang luas dan jumlah penduduk yang banyak. Puskesmas Wilayah IV KONI diklasifikasikan Puskesmas rawat jalan, dengan membawahi satu puskesmas pembantu di Kelurahan Sungai Asam. Puskesmas Koni Kota Jambi sebagai salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Jambi dituntut menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan khususnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang bersifat promotif dan kuratif tanpa mengabaikan pelayanan yang bersifat preventif dan rehabilitatif untuk mempertinggi derajat kesehatan dengan memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat pada umumnya dan pada keluarga serta penyebaran dan pemeliharaan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas KONI. Pelayanan kesehatan ini tertuang dalam 6 program pokok dan program pengembangan puskesmas. 7Bagian wilayah kerja Puskesmas KONI meliputi 4 Kelurahan, yaitu:71. Kelurahan Sungai Asam2. Kelurahan Beringin3. Kelurahan Orang Kayo Hitam4. Kelurahan Pasar

Tabel 2.1 Rincian Demografi Pembagian Wilayah Kerja Puskesmas Koni No.KelurahanLuas WilayahJumlah RTJumlah PendudukJumlah KKKepadatan penduduk/kmSex Ratio

1.Beringin1,08 km2183.5719483.391/km108

2.Sungai Asam1,38 km2236.58512605.238/km99

3.Orang Kayo Itam1,08 km2112.0294051.875/km104

4.Pasar Jambi0,48 km265761361.152/km86

Jumlah4,02 km25812.76127493.350/km101

Sumber : Kantor Camat Pasar Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas IV KONI terdapat satu Puskesmas rawat jalan atau Puskesmas induk, satu Puskesmas pembantu Sungai Asam, satu Puskesmas keliling, enam belas Posyandu dan empat sub pos KB serta tiga Posyandu usila.Puskesmas Wilayah IV KONI dengan fasilitas Puskesmas rawat jalan yang cukup lengkap seperti alat dan ruang UGD, poli umum, poli gigi, poli KIA, KB, poli usila, poli anak sakit dan sehat (MTBS), imunisasi, laboratorium sederhana, konsultasi gizi, konsultasi kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, P2M (TB paru), apotik dan gudang obat yang cukup. Selain itu Puskesmas juga punya satu buah mobil ambulans dan tujuh buah sepeda motor.

2.6 Kerangka TeoriKerangka teori penelitian menurut Lawrence Green (1980) ada tiga yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong.

Faktor Predisposisi :PengetahuanSegala informasi tentang gastritisSikapRespon terhadap gastritisKepercayaan KeyakinanNilai-nilaiPandangan masyarakat terhadap gastritisFaktor Pendukung :Fasilitas/sarana kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Apotik, dll)SosiobudayaKebudayaan yang dianutLingkungan fisikLingkungan sekitarFaktor Pendorong :Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lainnyaPenyuluhan Perilaku

Gambar 2.2 Kerangka Teori2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Dari hasil tinjauan pustaka dan kerangka teori tersebut diperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, salah satunya adalah pengetahuan. Dalam penelitian ini, perilaku yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat terkait dengan penyakit gastritis dan pengetahuan merupakan hal-hal yang diketahui masyarakat mengenai penyakit gastritis.Karena keterbatasan menyangkut waktu dan tenaga maka dalam penelitian ini hanya akan diteliti mengenai gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. 17, 18 Dimana tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis.

3.2 Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di rumahrumah warga Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 14 Juni 2014 sampai 26 Juni 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian3.3.1 PopulasiPopulasi adalah keseluruhan unit penelitian atau unit yang diteliti. Populasi pada penelitian ini diambil dari seluruh KK yang ada di Kelurahan Sungai Asam yang terdiri dari 23 RT. Seluruh Jumlah KK yaitu 1260.

3.3.2 SampelSampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 69 responden. Sampel penelitian merupakan warga yang bertempat tinggal di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi khususnya di RT 9 ada 50 KK, RT 19 ada 100 KK, RT 10 ada 122 KK, RT 23 ada 81 KK, RT 20 ada 82 KK dan RT 21 ada 60 KK. Tabel 3.1 Jumlah sampel didapat dari rumus menurut Yount: 19, 20Besar Populasi Besar Sampel

0-100100%

101-100010%

1001-50005%

5001-100002%

>100001%

M Maka besar sampel = 5% x 1260 = 63 Kemudian, untuk menghindari bias maka peneliti menambah sampel sebesar 10% sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah 69 responden.Untuk menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan metode Cluster Sampling dengan rumus: 17, 18

Tabel 3.2 Jumlah total sampel yang diambil per RTRTJumlah KKJumlah sampel

9507

1012217

1910014

208212

21608

238111

Total49569

3.3.3 Kriteria InklusiSemua anggota masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi yang bersedia ikut serta dalam penelitian, lokasi rumah yang terjangkau oleh peneliti, ada di rumah saat penelitian, mengerti Bahasa Indonesia, lokasi rumah yang terjangkau, ada dirumah saat penelitian, dan kooperatif dalam penelitian.

3.3.4 Kriteria EkslusiSemua anggota masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi yang tidak bersedia ikut serta dalam penelitian, lokasi rumah tidak terjangkau oleh peneliti, tidak ada di rumah saat penelitian, dan tidak kooperatif dalam penelitian.

3.3.5 Cara Pengambilan SampelSampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Metode pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling17, 18 untuk menentukan RT dan cluster sampling17, 18 untuk pengambilan jumlah sampel per KK. Dari 23 RT, peneliti mengambil 6 RT sebagai perwakilan populasi, yaitu RT 9, 19, 10, 23, 20, 21. Dari 6 RT tersebut diambil dengan menggunakan simple random sampling sedangkan untuk pengambilan jumlah sampel menggunakan metode cluster sampling. Jumlah KK yang dijadikan sampel dari setiap RT tersebut terdiri dari RT 9 ada 7 KK, RT 19 ada 14 KK, RT 10 ada 17 KK, RT 23 ada 12 KK, RT 20 ada 8 KK dan RT 21 ada 11 KK. 3. Definisi OperasionalVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurSkala UkurHasil Ukur

Pengetahuan mengenai gastritis

Pemahaman masyarakat mengenai definisi, klasifikasi, penyebab, faktor resiko, gejala, komplikasi, pencegahan, penatalaksanaan dan prognosis gastritisMelalui wawancara melalui kuesioner yang terstruktur dengan menggunakan skala GuttmanKuesionerOrdinalBaik 12Buruk < 12

Perilaku

Kebiasaan yang dilakukan sehari-hari dalam hal pola makan seperti: frekuensi makan, kebersihan makanan, tindakan saat timbul gejala gastritis, jenis makanan seperti: makanan pedas dan asam, dan jenis minuman seperti: minuman yang mengandung soda dan alkohol. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat seperti OAINS dan obat-obatan tradisional. Melalui wawancara melalui kuesioner yang terstruktur dengan menggunakan skala LikertKuesionerOrdinalBaik 38Buruk < 38

3. Instrumen PenelitianInstrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner untuk mendapatkan data tentang pengetahuan dan perilaku terhadap penyakit gastritis. Pengetahuan mengenai gastritis yang meliputi: definisi, klasifikasi, etiologi, faktor resiko, gejala, komplikasi, pencegahan, penatalaksanaan dan prognosis gastritis. Perilaku masyarakat meliputi pola makan, frekuensi makan, jenis makanan dan minuman, kebersihan makanan, dan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat. Kuesioner ini diambil dari penelitian yang sejenis dengan penelitian ini dan kuesioner tersebut telah valid dan reliabel untuk digunakan. 21Sebelumnya peneliti mengajukan lembar persetujuan terlebih dulu kepada responden untuk mengetahui responden bersedia ikut serta atau tidak dalam penelitian, setelah responden setuju baru peneliti membagikan kuesioner tersebut yang berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis.

3.6Metode Pengumpulan Data3.6.1 Sumber Data3.6.1.1 Data PrimerDiambil dari kuesioner yang diberikan pada responden di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja IV Puskesmas Koni Kota Jambi.

3.6.1.2 Data SekunderUntuk mengetahui populasi KK di Kelurahan Sungai Asam data di ambil dari kantor Kelurahan Sungai Asam.

3.6.2 Cara Pengambilan DataProses pengambilan data dimulai dengan membagikan kuesioner kepada responden yang dipilih menurut penilaian peneliti. Responden yang bersedia sebagai sampel diminta mengisi kuesioner dengan menjawab beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan dan perilaku tentang penyakit gastritis.

3.7 Pengolahan dan Analisis DataData yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya di teliti ulang dan diperiksa ketepatannya atau kesesuaian jawaban serta kelengkapannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. EditingLangkah ini dimaksudkan untuk melakukan kegiatan pengecekan terhadap kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data. Jika seandainya data dalam kuesioner ada yang tidak terisi maka peneliti akan meninjau kembali ke lapangan untuk mengedit data tersebut. Selain itu, peneliti menguji kuesioner agar pertanyaan yang belum dimengerti oleh responden akan diedit.1. CodingCoding adalah kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode pada berkas atau file data.

Tabel 3.3 Pengkodean variabel pada kuisionerVariabelPengkodean

1. Jenis Kelamin1. Laki-Laki2. Perempuan12

2. Agama1. Islam2. Protestan3. Katolik4. Hindu5. Buddha12345

3. Suku1. Batak2. Jawa3. Melayu4. Minang5. Banten6. Lainya123456

4. Pekerjaan1. PNS2. Swasta3. Buruh/Petani4. IRT5. Pensiunan12345

5. Riwayat maag1. TidakPernah2. Pernah12

6. Penyuluhan tentang maag1. TidakPernah2. Pernah12

7. Kuesioner Pengetahuan1. Salah2. Benar*untuk pertanyaan nomor 2,5,6,7,14,17,18,19 pengkodean dibalik karena pernyataan negatif01

8. Kuesioner Perilaku1. Tidak Pernah2. Kadang-kadang3. Sering4. Selalu*untuk pernyataan nomor 2,3,4,5,6,7,8,10,11,14,15,16 pengkodean dibalik karena pernyataan negatif Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Selalu1234

4321

1. Data EntryEntry data adalah memasukkan data ke dalam excel agar dapat diolah di SPSS.

1. Data cleaningDilakukan pengecekan data yang sudah dimasukkan sehingga bila ada kesalahan pada saat memasukkan data dapat segera diperbaiki atau digunakan, sebelum dilakukan analisis data. Jika seandainya data dalam kuesioner ada yang tidak terisi maka peneliti akan meninjau kembali ke lapangan untuk mengedit data tersebut atau data tidak di pakai jika responden tidak di lokasi dalam peninjauan kembali.

3.8 Etika PenelitianDalam melakukan penelitian terlebih dahulu meminta izin kepada kepala Puskesmas KONI untuk mendapatkan persetujuan, dilanjutkan meminta izin kepada masing-masing ketua RT tempat pengambilan sampel penelitian. Selanjutnya pengambilan data dengan kuesioner yang akan dilakukan wawancara terpimpin dan observasi kepada responden dengan meminta persetujuan penelitian (informed consent) kepada masing-masing responden serta menjaga kerahasiaan data informasi yang diperoleh (confidentality).

3.9 Keterbatasan PenelitianDalam proses pengumpulan data dari responden sangat mungkin terdapat keterbatasan. Pada teknik pengumpulan data primer sangat bergantung pada kerja sama responden baik berupa kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, ketidaksediaan untuk diwawancara, serta ketidakpahaman terhadap pertanyaan yang di berikan.

3.10Jalannya Penelitian

Subjek penelitian di wilayah kerja Puskesmas KONI/Pustu Sungai Asam

Variabel dependen penelitian pengetahuan dan perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kejadian penyakit gastritis

Pengumpulan data dengan wawancaraAnalisis data

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianBerdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi pada tanggal 26 Juni 2014 didapatkan 69 responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner tentang gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap Penyakit Gastritis. Berdasarkan pengumpulan data terhadap 69 responden diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 4.1 Distribusi Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi

Berdasarkan gambar 4.1 didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 38 responden (55,1%) dibandingkan masyarakat yang memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 responden (44,9%).

Gambar 4.2 Distribusi Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Suku di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi

Berdasarkan gambar 4.2 didapatkan bahwa masyarakat dengan Suku Melayu lebih banyak yaitu sebanyak 37 responden (53,6%) dibandingkan Suku lainnya yaitu sebanyak 15 responden (21,7%), Suku Jawa sebanyak 10 responden (14,5%), Suku Minang sebanyak 6 responden (8,7%) dan Suku Batak sebanyak 1 responden (1,4%).

Gambar 4.3 Distribusi Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Riwayat Gastritis di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap Penyakit Gastritis

Berdasarkan gambar 4.3 didapatkan bahwa masyarakat yang tidak memiliki riwayat gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 40 responden (58%) dibandingkan masyarakat yang memiliki riwayat gastritis sebanyak 29 responden (42%).

Gambar 4.4 Distribusi Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Penyuluhan tentang Gastritis di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi

Berdasarkan gambar 4.4 didapatkan bahwa masyarakat yang tidak pernah mendapat penyuluhan tentang gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 56 responden (81,2%) dibandingkan masyarakat yang pernah mendapat penyuluhan tentang gastritis sebanyak 13 responden (18,8%).

Gambar 4.5 Distribusi Pengetahuan Masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap Penyakit Gastritis

Berdasarkan gambar 4.5 didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 40 responden (58%) dibandingkan masyarakat yang memiliki pengetahuan buruk yaitu sebanyak 29 responden (42%).

Gambar 4.6 Distribusi Perilaku Masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap Penyakit Gastritis

Berdasarkan gambar 4.6 didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki perilaku baik tentang gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 37 responden (53,6%) dibandingkan masyarakat yang memiliki perilaku buruk yaitu sebanyak 32 responden (46,4%).

4.2 PembahasanTinggi rendahnya angka kejadian gastritis pada masyarakat di pengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap gastritis. Menurut teori Lawrence Green yang membahas perilaku manusia dari segi kesehatan disebutkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat. Bagian dalam faktor predisposisi salah satunya adalah tingkat pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari proses tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga seperti pada media cetak, elektronik, billboard dan melalui komunikasi. 22 Dengan pengetahuan dan perilaku yang baik tentang gastritis diharapkan masyarakat dapat mengenali gejala awal dari penyakit gastritis dan mencegah penyakit gastritis dengan perilaku yang baik. Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.Pada mereka yang pengetahuan dan perilakunya masih buruk dapat mengalami penyulit di kemudian hari berupa tukak duodenum, karsinoma gaster, polip gaster dan tumor endokrin. 3Hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang penyakit gastritis sudah cukup baik dengan hasil 40 responden (58%) berpengetahuan baik dari 69 responden yang diteliti. Hal ini tidak sejalan dengan penyuluhan yang pernah didapatkan masyarakat karena masih banyak masyarakat yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan yaitu sebanyak 56 responden (81,2%) dan yang pernah mendapatkan penyuluhan sebanyak 13 responden (18,8%), maka dari itu masih sangat perlu diintervensi baik melalui penyuluhan maupun konseling agar masyarakat mendapatkan pengetahuan yang lebih baik lagi tentang penyakit gastritis serta resiko yang ditimbulkan jika tidak diobati dengan baik. Perilaku masyarakat terhadap penyakit gastritis juga menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu 37 responden (53,6%) dari 69 responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri Apriyani Van Gobel, 2012 terdahulu dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Gastritis (Maag) Di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto tahun 2012 dimana pada masyarakat tersebut dari 54 responden, sebanyak 61,11% responden berpengetahuan baik, 25,93% berpengetahuan cukup dan 12,96% responden berpengetahuan kurang. 20 Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian Eridha Nonita Sedayang Gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan tahun 2011 dimana mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik dengan perilaku buruk sekitar 69,3 % (61 orang) dan mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik dengan perilaku baik sekitar 30,7% (27 orang). 21

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dari 69 responden masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi didapatkan kesimpulan sebagai berikut:1. Didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak 38 responden (55,1%) dibandingkan masyarakat yang memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 responden (44,9%).1. Didapatkan bahwa masyarakat dengan Suku Melayu lebih banyak yaitu sebanyak 37 responden (53,6%) dibandingkan Suku lainnya yaitu sebanyak 15 responden (21,7%), Suku Jawa sebanyak 10 responden (14,5%), Suku Minang sebanyak 6 responden (8,7%) dan Suku Batak sebanyak 1 responden (1,4%).1. Didapatkan bahwa masyarakat yang tidak memiliki riwayat gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 40 responden (58%) dibandingkan masyarakat yang memiliki riwayat gastritis sebanyak 29 responden (42%).1. Didapatkan bahwa masyarakat yang tidak pernah mendapat penyuluhan tentang gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 56 responden (81,2%) dibandingkan masyarakat yang pernah mendapat penyuluhan tentang maag sebanyak 13 responden (18,8%).1. Didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan baik tentang gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 40 responden (58%) dibandingkan masyarakat yang memiliki pengetahuan buruk yaitu sebanyak 29 responden (42%).1. Didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki perilaku baik tentang gastritis lebih banyak yaitu sebanyak 37 responden (53,6%) dibandingkan masyarakat yang memiliki perilaku buruk yaitu sebanyak 32 responden (46,4%).

5.2 SaranBerdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut:1. Perlu ditingkatkan promosi kesehatan (penyuluhan) diwilayah penelitian oleh tenaga kesehatan mengenai pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang gastritis misalnya bagaimana pola makan yang benar dan bagaimana menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan gastritis.1. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya mampu menggali/meneliti lebih dalam lagi mengenai angka terjadinya gastritis terhadap faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian gastritis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansyur. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC; 2005.2. Saydam. Memahami berbagai penyakit (penyakit pernapasan dan gangguan pencernaan). Bandung: Alfabeta; 2011.3. Sudoyo Aru, Setyohadi Bambang, dkk. Ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia; 2009.4. Longo, Dan. Fauci S, Anthony. Harrison gastroenterology & hepatologi. Jakarta: EGC; 2013. hal 118.5. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Buku profil kesehatan Provinsi Jambi tahun 2012. Jambi: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi; 2012.6. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Buku profil kesehatan Kota Jambi tahun 2013. Jambi: Dinas Kesehatan Kota Jambi; 2013.7. Puskesmas Koni Kota Jambi. Buku profil Puskesmas Koni Kota Jambi tahun 2013. Jambi: Puskesmas Koni Kota Jambi; 2013.8. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.9. Maulidiyah U. Hubungan antara stress dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Diunduh 18 Juni 2014 dari URL: http://adln.lib.unair.ac.id/10. Cadwell E. Berhenti merokok. Yogyakarta: Pustaka popular; 2009.11. Hariwijaya M, Sutanto. Buku panduan pencegahan dan pengobatan penyakit kronis. Jakarta: EDSA Mahkota; 2007.12. Gejala dan bahaya sakit maag. Diunduh 19 Juni 2014 dari URL: http://www.ahlinyalambung.com13. Tao L. Kendall K. Sinospsis organ sistem gastrointestinal. Jakarta: Karisma Publishing Group; 2013.14. Endang. Gangguan saluran pencernaan. Jakarta: Rineka Cipta; 2001.15. Price Sylvia, Anderson. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke- 6 Volume 2. Jakarta: EGC; 2005.16. Doherty, M Gerard. Current surgical diagnosis and treatment. 12th Ed. USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2006.17. Budiarto, Eko, dr. Metodologi penelitian kedokteran. Jakarta: EGC; 2003.18. Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-dasar metodologi penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011.19. Kustiono, Okke. Analisis faktor metodologi. Jakarta: 2010. Diunduh 18 Juni 2014 dari URL: http://lontar.ui.ac.id/ 20. Van Gobel, Sri. Gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit gastritis (maag) di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo; 2012. Diunduh 20 Juni 2014 dari URL: http://ejurnal.fikk.ung.ac.id/21. Sebayang, Eridha Nonita. Gambaran pengetahuan dan perilaku pencegahan gastritis pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011. Diunduh 17 Juni 2014 dari URL: http://repository.usu.ac.id/22. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

Lampiran 1. Lembar Informed consent dan KuisionerLEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:kelompok: PBL 6fak/jurusan: Kedokteran Ilmu Kesehatan/Pendidikan Dokteradalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi yang akan melaksanakan penelitian yang berjudul: Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi Terhadap Penyakit Gastritis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Asam Wilayah Kerja Puskesmas IV Koni Kota Jambi terhadap penyakit gastritis. Kegiatan ini dilakukan sebagai syarat dalam praktek belajar lapangan (PBL) mahasiswa/mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi.Kami mengharapkan partisipasi saudara/i dalam menjawab kuesioner yang diberi peneliti. Kami menjamin identitas dan data individu tidak akan dipublikasikan.1. Nama responden: Jk : (LK/PR)2. Umur :dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan dalam penelitian.Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.

Jambi, Juni 2014Ketua Kelompok Peneliti, Yang membuat pernyataan,

(Yuniasih Restu Putri)(.)NIM. G1A111052

Lampiran 2. Kuisioner PenelitianI.KUESIONERDEMOGRAFINo. Responden:Nama Responden:Umur:JenisKelamin:()Laki-laki ()Perempuan1. Agama()Islam()Protestan()Katolik()Hindu( ) Buddha

2. Suku() Batak( )Jawa()Melayu()Minang( ) Banten()Lainnya,sebutkan

3. Pekerjaan( ) PNS( ) Swasta( ) Buruh/Petani( ) IRT( ) Pensiunan( ) Lainnya

4. Apakahandapernahmenderitasakitmaag?()TidakPernah()Pernah

5. Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang maag dari petugas kesehatan?()TidakPernah()Pernah

II. Kuesioner Pengetahuan MaagNOPERTANYAANBENARSALAH

1.Maagmerupakanradangjaringandindinglambung (BENAR)1

2.Maagmerupakanpenyakityangtidakbisadicegah (SALAH)1

3.Maagterbagiatasdua yaitu AkutdanKronik (BENAR)1

4.Maag terjadibilaseringmengkonsumsiobat-obatan seperti:aspirin,obatantiinflamasinonsteroid (BENAR)1

5.Apabilaterlaluseringmemakanmakananpedas,asamdan bahankimiatidakakanterkenamaag (SALAH)1

6.Waktumakanyangtidakteratur,tidakakanmenyebabkan maag (SALAH)1

7.Kurangbersihnyamakanantidakakanmenyebabkan maag (SALAH)1

8.Pemakaian alat-alat makanan yang telah terkontaminasi kotoran mengandung bakteri (Helicobacter pylori) bisa mengakibatkan maag (BENAR)1

9.Kecemasandanstresberlebihanjugabisamembuat penyakitmaagbertambahparah (BENAR)1

10.Tingginyakonsumsialkoholdapatmelukaiatau merangsang peningkatanasam lambungsehinggadapatmengakibatkan maag (BENAR)1

11.Maagdapatterjadikarenaasamlambungyangberlebihan (BENAR)1

12.Merokokdapatmerusaklapisanpelindunglambung,orang yang merokoklebihsensitifterhadap maag (BENAR)1

13.Gejalayangdialamipenderitamaagyaitunyeri ulu hati,pusing, mual,kembungdanmuntah (BENAR)1

14.Maagyangtidakdiobatitidakakanmenimbulkantukak lambung,pendarahanlambung,bahkankanker (BENAR)1

15.Memperbanyakolahragamisalnyaaerobicdapatmencegah terjadinyamaag (BENAR)1

16.Penyakit maagtidakterlaluberbahayasehinggatidak perluadanyapenangananyangseriusterhadappenyakitini (SALAH)1

17.Penderita maagtidakperlumengkonsumsiantasida (SALAH)1

18.Penderitamaagmenumakanannyatidakperludiatur (SALAH)1

19.Maag dapat menyebabkan kematian (SALAH)1

20.Maag bisa disembuhkan (BENAR)1

III. Kuesioner Perilaku Pencegahan GastritisKeterangan : 1. Tidak Pernah 2. Kadang-kadang 3. Sering 4. SelaluNOPERTANYAAN1234

1.Sayamakantepatwaktu

2.Sayamengkonsumsiminumanberalkohol

3.Sayamengunakanobat-obatpenghilangrasasakit dalamjangkawaktulama

4.Sayamerokok

5.Setiapmakansayamemakanmakananyangpedas

6.Setiapmakansayamemakanmakananasam

7.Sayameminumkopi setiaphari

8.Sayamakandi warung pinggirjalan

9.Sayalangsungmemeriksakandirikedokter/puskesmas bila terjadikeluhanlambung

10.Sayamengalamimualdansakitperutsaat menghadapi masalah yang berat

11.SayaJadimalasmakansetiapmenghadapimasalah yangberat.

12.Sayasarapanpagisebelummelakukan aktivitas

13.Sayaminumairputihlebihkurang8 litersehari

14.Sayaminumminumanbersoda(misal:coca-cola, sprite, dll)setiaphari.

15. Sayamakantidakteratur

16. Saya mengkonsumsi obat tradisonal saat nyeri ulu hati

17. Sayamengkonsumsiantasida/obat maag saat nyeri ulu hati

18. Sayamakandenganporsikeciltapisering