naskah akademik dalam rangka penyusunan master plan...

9
Page 1 of 9 Proceding Seminar Nasional Riset Kebencanaan, Mataram 8-10 Oktober 2013 Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan Penanggulangan Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit (Campak, DBD, malaria, dan HIV/AIDS) ketua project 1 , anggota 1 2 , anggota 2 3 , dst 1) Instansi ketua project 2) Instansi anggota 1 3) Instansi anggota 2, dst Abstrak Epidemi dan wabah penyakit merupakan bencana akibat faktor biologi dan salah satu dari 13 (tiga belas) ancaman bencana yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 02 Tahun 2012. Epidemi dan wabah penyakit yang telah ditetapkan oleh BNPB dan Kementerian Kesehatan sebagai prioritas utama rawan bencana adalah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS. Tujuan kegiatan adalah merumuskan dengan menggunakan metode dan kaidah metodologi penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, guna menghasilkan dokumen naskah akademik yang mampu menjawab permasalahan pengurangan resiko kejadian bencana di Indonesia, khususnya bencana yang berhubungan dengan epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah, malaria, dan HIV/AIDS. Metode yang digunakan dalam untuk menyusun naskah akademik dalam rangka penyusunan master plan penanggulangan epidemi wabah penyakit antara lain: 1) desk-review, 2) ground-check, dan 3) Focus Group Discussion (FGD). Hail kajian menunjukkan terdapat tiga langkah utama yang dapat dilakukan, yakni: 1) tahap pra-bencana, 2) tahap saat bencana, dan 3) tahap post-bencana dimana ketiga langkah tersebut terbagi kedalam sub-sub langkah yang lebih detail dan bersifat teknis. Kesimpulan menunjukkan terdapat beebrapa sinergi-sinergi yang diperlukan guna memperkuat aspek-aspek tahapan pra-bencana, tahapan saat bencana, dan tahapan pasca-bencana yang dapat dikembangkan kedepannya. Kata kunci : malaria, demam berdarah, campak, HIV/AIDS Pendahuluan Indonesia adalah sebuah negeri yang rawan bencana. Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya dua letusan gunungapi terbesar di dunia. Tahun 1815 Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, meletus dan mengeluarkan sekitar 1,7 juta ton abu dan material vulkanik. Dalam abad yang sama, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Erupsi Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira 13.000 kali kekuatan ledakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima dalam Perang Dunia II. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angina topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik. Epidemi dan wabah penyakit merupakan bencana akibat faktor biologi dan salah satu dari 13 (tiga belas) ancaman bencana yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 02 Tahun 2012. Epidemi dan wabah penyakit yang telah ditetapkan oleh BNPB dan Kementerian Kesehatan sebagai prioritas utama rawan bencana adalah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS. Campak, demam berdarah, malaria, dan HIV/AIDS

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 1 of 9

Proceding Seminar Nasional Riset Kebencanaan, Mataram 8-10 Oktober 2013

Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan Penanggulangan Bencana Epidemi Dan Wabah Penyakit

(Campak, DBD, malaria, dan HIV/AIDS)

ketua project1, anggota 12, anggota 23, dst

1) Instansi ketua project 2) Instansi anggota 1

3) Instansi anggota 2, dst

Abstrak Epidemi dan wabah penyakit merupakan bencana akibat faktor biologi dan salah satu dari 13 (tiga belas) ancaman bencana yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 02 Tahun 2012. Epidemi dan wabah penyakit yang telah ditetapkan oleh BNPB dan Kementerian Kesehatan sebagai prioritas utama rawan bencana adalah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS. Tujuan kegiatan adalah merumuskan dengan menggunakan metode dan kaidah metodologi penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, guna menghasilkan dokumen naskah akademik yang mampu menjawab permasalahan pengurangan resiko kejadian bencana di Indonesia, khususnya bencana yang berhubungan dengan epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah, malaria, dan HIV/AIDS. Metode yang digunakan dalam untuk menyusun naskah akademik dalam rangka penyusunan master plan penanggulangan epidemi wabah penyakit antara lain: 1) desk-review, 2) ground-check, dan 3) Focus Group Discussion (FGD). Hail kajian menunjukkan terdapat tiga langkah utama yang dapat dilakukan, yakni: 1) tahap pra-bencana, 2) tahap saat bencana, dan 3) tahap post-bencana dimana ketiga langkah tersebut terbagi kedalam sub-sub langkah yang lebih detail dan bersifat teknis. Kesimpulan menunjukkan terdapat beebrapa sinergi-sinergi yang diperlukan guna memperkuat aspek-aspek tahapan pra-bencana, tahapan saat bencana, dan tahapan pasca-bencana yang dapat dikembangkan kedepannya. Kata kunci : malaria, demam berdarah, campak, HIV/AIDS

Pendahuluan Indonesia adalah sebuah negeri yang rawan bencana. Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya dua letusan gunungapi terbesar di dunia. Tahun 1815 Gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, meletus dan mengeluarkan sekitar 1,7 juta ton abu dan material vulkanik. Dalam abad yang sama, Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Erupsi Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira 13.000 kali kekuatan ledakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima dalam Perang Dunia II. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angina topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ ternak, hama tanaman) serta kegagalan

teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik. Epidemi dan wabah penyakit merupakan bencana akibat faktor biologi dan salah satu dari 13 (tiga belas) ancaman bencana yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 02 Tahun 2012. Epidemi dan wabah penyakit yang telah ditetapkan oleh BNPB dan Kementerian Kesehatan sebagai prioritas utama rawan bencana adalah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS. Campak, demam berdarah, malaria, dan HIV/AIDS

Page 2: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 2 of 9

merupakan epidemi penyakit menular yang selalu ada setiap tahun.

Gambar 1 Jumlah Kasus Campak di Indonesia Tahun 2007

Penyakit campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut virus measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae. Penyakit ini sangat menular dan akut, menyerang hampir semua anak kecil. Bila mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis media; ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian (Richman et. al., 2002). Penyebab penyakit demam berdarah adalah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus. Indonesia merupakan daerah endemik demam berdarah. Sampai pertengahan tahun 2013 ini, kasus demam berdarah terjadi di 31 provinsi dengan penderita 48.905 orang 376 di antaranya meninggal dunia. DBD termasuk kategori emerging diseases atau penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Penyakit ini tergolong arbovirosis (penyakit virus) yang telah menyebar luas di Indonesia dan berpotensi menimbulkan KLB atau kejadian luar biasa, terutama di musim hujan.

Gambar 2 Kasus BDB di Indonesia Tahun 2011

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker

Gambar 3 Jumlah Kasus HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2013

Salah satu aspek yang menentukan kerentanan adalah letak suatu komunitas dari pusat ancaman. Dengan demikian, daerah rawan letusan gunungapi adalah daerah yang terdapat di sekitar tubuh gunungapi. Daerah seperti ini pada umumnya mempunyai daya tarik dalam rupa tanah yang subur untuk bercocok tanam, mata air dan pemandangan yang indah, sehingga masyarakat senang tinggal dan beraktivitas di wilayah tersebut. Masyarakat yang rentan terhadap tsunami adalah mereka yang tinggal di pesisir pantai yang berada di dekat daerah penunjaman lempeng bumi; mereka yang rentan terhadap gempabumi adalah yang tinggal di dekat patahan-patahan/sesar aktif; penduduk yang rentan terhadap gerakan tanah adalah mereka yang tinggal di lerang-lereng yang labil; masyarakat yang rawan banjir adalah mereka yang tinggal di bantaran-bantaran sungai atau di daerah-daerah yang dahulunya memang merupakan dataran banjir.

Page 3: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 3 of 9

Unsur kerentanan lainnya adalah tingkat kepadatan penduduk, dimana Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data terakhir Podes tahun 2008 adalah sebanyak 231.640.960 dengan laju pertumbuhan penduduk antara tahun 2000-2005 tercatat sebesar 1,3%. Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia adalah tidak meratanya penyebaran penduduk di pulau-pulau di negeri ini. Tabel 1 Persentase Jumlah Penduduk Indonesia dari tahun ke

tahun

Diinformasikan bahwa hampir dua per tiga penduduk Indonesia (58,3%) tinggal di Pulau Jawa dan Madura, yang hanya merupakan 6,9% dari seluruh daratan yang dimiliki Indonesia. Selain itu, terdapat konsentrasi penduduk sangat tinggi di DKI Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk 10.852 orang per km2 pada tahun 2008. Bandingkan bahwa pada saat yang sama rata-rata kepadatan penduduk Indonesia per km2 hanya 124 jiwa, dengan 7 jiwa untuk Provinsi Papua dan 8 jiwa untuk Provinsi Papua Barat yang paling jarang penduduknya.

Menumpuknya populasi penduduk di Pulau Jawa dan Madura, diikuti oleh Pulau Sumatra, menimbulkan kerentanan karena Pulau Jawa selain memiliki banyak ancaman alam termasuk gempabumi dan letusan gunung api, juga menghadapi ancaman kerawanan sosial. Dengan terbatasnya daya dukung sumberdaya dan lingkungan, lapangan kerja, dan bercampurnya masyarakat multi etnis dan budaya di pulau-pulau utama tersebut, maka tingkat kerawanan sosial akan menjadi lebih tinggi. Begitu pula dengan tingkat pertambahan penduduk yang relatif tinggi, jika tidak dikendalikan dengan baik maka akan berpotensi meningkatkan kerawanan sosial di Indonesia.

Gambar 4 Sebaran Penduduk Miskin di Daerah Kota dan Desa

Tahun 1990-2007

Salah satu isu yang dihadapi dalam bidang penanggulangan bencana adalah kinerja yang masih belum optimal. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintah, masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait di Indonesia belum siap dalam menghadapi bencana sehingga mengakibatkan tingginya jumlah korban jiwa maupun kerugian material yang ditimbulkan oleh bencana. Kinerja yang belum optimal seperti belum terpadu dan menyeluruhnya koordinasi dan kerjasama dalam menghadapi situasi tanggap darurat masih terlihat. Tanggap darurat bencana seringkali berlangsung dengan agak tidak teratur, terutama dalam hal pengerahan tenaga pencarian dan penyelamatan serta dalam koordinasi pengumpulan dan penyaluran bantuan bagi para korban. Isu lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah orientasi kelembagaan penanggulangan bencana di Indonesia yang pada umumnya masih lebih terarah pada penanganan kedaruratan dan belum pada aspek pencegahan serta pengurangan risiko bencana. Tampaknya pemahaman dan kesadaran bahwa risiko bencana dapat dikurangi melalui intervensi-intervensi pembangunan masih minim. Undang- undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memang telah merubah paradigma penanggulangan bencana dari responsive (terpusat pada tanggap darurat dan pemulihan) ke preventif (pengurangan risiko dan kesiapsiagaan), tetapi dalam pelaksanaannya masih sedikit program-program pengurangan risiko bencana yang terencana dan terprogram. Tantangan berikutnya adalah besarnya kebutuhan pengembangan kapasitas dalam penanggulangan bencana. Dengan jumlah penduduk yang besar dan banyaknya penduduk yang tinggal di daerah rawan bahaya, banyak komunitas yang perlu menerima gladi, simulasi dan pelatihan kebencanaan. Banyak tim siaga bencana komunitas yang perlu dibentuk dan diberi sumber daya yang memadai. Selain itu,

Page 4: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 4 of 9

di pihak pemerintah sendiri masih banyak daerah yang perlu ditingkatkan dalam hal kelembagaan penanggulangan bencana dan kelengkapannya, masih banyak aparat pemerintah yang perlu diberi pendidikan dan pelatihan kebencanaan agar dapat melaksanakan pembangunan yang berperspektif pengurangan risiko dan menyelenggarakan tanggap

serta pemulihan bencana dengan baik. Maksud kegiatan adalah melakukan kajian ilmiah dengan pendekatan-pendekatan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan dianalisis sesuai dengan kaidah metodologi penelitian serta dapat ditarik kesimpulan secara general, difokuskan sebagai salah satu khazanah kajian dalam penyusunan dokumen naskah akademik guna menjawab permasalahan pengurangan resiko kejadian bencana di Indonesia khususnya bencana yang berhubungan dengan epidemi dan wabah penyakit (1) campak, (2) demam berdarah (DBD), (3) malaria, dan (4) HIV/AIDS. Tujuan kegiatan adalah merumuskan dengan menggunakan metode dan kaidah metodologi penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, guna menghasilkan dokumen naskah akademik yang mampu menjawab permasalahan pengurangan resiko kejadian bencana di Indonesia, khususnya bencana yang berhubungan dengan epidemi dan wabah penyakit (1) campak, (2) demam berdarah (DBD), (3) malaria, dan (4) HIV/AIDS. Tujuan kegiatan secara khusus antara lain adalah sebagao berikut : 1. Ground-check dalam rangka validasi data serta

updating data terkait epidemic dan wabah penyakit di Provinsi bermasalah campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS.

2. Melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema langkah pengurangan, kendala penanggulagan, peran serta, dan faktor lainnya terhadap epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS.

3. Menyusun dokumen naskah akademik yang berisi perencanaan penanggulangan bencana khususnya epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS yang ditriangulsikan dari sudut pandang akademisi, ahli/ pakar, dan para praktisi.

Epidemi dan Wabah Penyakit Epidemi dan wabah penyakit merupakan hal yang potensial timbul di Indonesia, mengingat banyaknya penduduk Indonesia yang masih hidup

di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat hidup sehat dan higienis secara memadai. Berjangkitnya penyakit dapat mengancam manusia maupun hewan ternak dan berdampak serius dalam bentuk kematian dan terganggunya roda perekonomian. Beberapa kejadian Flu Burung sudah teridentifikasi di Sumatra Utara dan Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tabel 2 Luas aAncaman (Ha) dan Jumlah Jiwa Terpapar Jenis Bencana

Gambar 5 Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun

Jumlah Kabupaten/ Kota terjangkit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada periode 1968-2006 cenderung mengalami peningkatan. Puncak DBD terjadi pada tahun 1973, 1988, 1998 dan 2005. Jumlah Kabupaten/ Kota terjangkit DBD dari tahun 2002 terus meningkat sampai tahun 2004 dengan adanya KLB, dan sedikit menurun di tahun 2005 dari 334 Kabupaten/Kota menjadi 326 Kabupaten/ Kota, kemudian meningkat kembali di tahun 2006 menjadi 330 Kabupaten/ Kota.

Gambar 6 Grafik IR (Insidens Rate) DBD Indonesia Tahun 2011

Page 5: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 5 of 9

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemi dan wabah penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria, demam berdarah, HIV/AIDS, dan campak), dikombinasikan dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya, rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaannya ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 3 Parameter Konversi Indeks dan Persamaannya

Rencana Kontinjensi Epidemi dan Wabah Penyakit Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana oleh Bappenas pada Bulan April 2007 dan Undang-undang Nomor 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana yang telah disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 29 Maret 2007 telah memberikan dasar hukum yang kuat dalam menjalankan kegiatan pengurangan resiko bencana. Oleh sebab itu, organisasi kebencanaan terutama pihak pemerintahan harus menerima, memproses, dan bertindak secara efektif terhadap semua informasi kebencanaan. Penanganan bencana yang ditimbulkan oleh alam atau karena ulah manusia dan masalah pengungsi harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat hingga pemulihan termasuk penanganan pengungsi dengan lebih menekankan aspek penanganan bencana keupaya penanggulangan kedaruratan, yang memerlukan kecepatan dan ketepatan bertindak. Rencana Kontinjensi wabah dan penyakit dimaksudkan untuk memberikan gambaran teknis pada pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam melaksanakan peran, tugas dan fungsinya, khususnya pada saat terjadinya kondisi darurat. Rencana kontinjensi disusun disesuaikan dengan

kebutuhan, situasi dan kondisi serta pengetahuan lokal masyarakat ditempat rencan kontinjensi diperuntukkan. Diharapkan rencana kontinjensi dapat dipergunakan sebagai panduan dalam upaya penanganan bencana wabah dan epidemi penyakit yang terjadi dan untuk memperoleh kinerja penanggulangan bencana dan penanganan masyarakat terkena bencana secara optimal.

Gambar 7 Contoh Skema Rencana Kontinjensi (dapat berubah

sesuai dengan kondisi dareah peruntukkan rencana kontinjensi)

Metode Metode yang digunakan dalam untuk menyusun naskah akademik dalam rangka penyusunan master plan penanggulangan epidemi wabah penyakit (1) malaria, (2) campak, (3) demam berdarah (DBD), dan (4) HIV/AIDS, antara lain: 1. Desk Review

Desk-review merupakan salah satu metode kajian yang digunakan untuk menitikberatkan pada kegiatan telaah sumber data baik sumber data primer dan sumber data sekunder. Desk-review dilakukan oleh tenaga analis dan akademik, serta divalidasi oleh tenaga ahli/ pakar yang ahli dibidangnya. Hasil akhir yang dihasilkan dengan dilakukannya desk review adalah antara lain : 1) Diperolehnya kecukupan data dan keragaman

data terkait penyakit malaria, campak, demam berdarah (DBD), dan HIV/AIDS seluruh Indonesia

2) Diperolehnya pemetaan wilayah di Indonesia rawan terhadap penyakit malaria, campak, demam berdarah (DBD), dan HIV/AIDS

3) Diperolehnya informasi persebaran dan pertumbuhan penyakit malaria, campak, demam berdarah (DBD), dan HIV/AIDS di tiap wilayah di Indonesia

4) Diperolehnya masukan-masukan dari berbagai pihak/ instansi yang dapat menyempurnakan

Page 6: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 6 of 9

data-data terkait penyakit malaria, campak, demam berdarah (DBD), dan HIV/AIDS

5) Menghasilkan sajian data terkaiat penyakit malaria, campak, demam berdarah (DBD), dan HIV/AIDS yang digunakan sebagai bahan acuan FGD (Focus Group Discussion)

6) Menelaah dan menyimpulkan hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan fokus untuk menjawab bagaimana, apa, kapan, dan siapa yang berkompeten untuk merumuskan perencanaan penanggulangan bencana khususnya epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS

2. Ground-Check

Ground-check merupakan istilah lain dari observasi lapangan. Tujuan utama ground-check adalah untuk mendapatkan data baru atau memvalidasi data yang sudah ada (diterima sebelumnya) langsung kepada jajaran dinas pemerintah dan instansi pemerintah yang bersangkutan di provinsi tempat dinas pemerintah dan instansi pemerintah tersebut berada. Ground-check difokuskan untuk mendapatkan data tambahan serta validasi data di provinsi-provinsi yang memiliki angka 4 penyakit yakni: 1) malaria, 2) campak, 3) demam berdarah (DBD), dan 4) HIV/AIDS. 3. Focus Group Discussion (FGD) Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode kajian yang memfokuskan pada terjawabnya satu pertanyaan tertentu yang didiskusikan dari berbagai sudut pandang peserta diskusi, sehingga didapatkan hasil jawaban dan kesimpulan yang lebih matang mendalam. Sudut pandang yang dikehendaki untuk dapat diambil jawabannya selama pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) adalah antara lain : 1) Bagaimana prosesnya, mulai dari langkah

pertama hingga langkah terakhir serta memperhitungan proses evaluasi dan perbaikan kedepan untuk menanggulangi bencana khususnya epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS

2) Apa atau langkah apa yang dapat ditempuh dalam waktu dekat untuk menanggulangi bencana khususnya epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS

3) Kapan waktu pelaksanaan yang tepat dan sesuai untuk diterapkannya metode penanggulangan bencana khususnya epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS

4) Siapa yang berkompeten untuk merumuskan perencanaan penanggulangan bencana

khususnya epidemi dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS

Diskusi dan Pembahasan Hasil kajian meliputi hasil dari pengumpulan data, pemetaan data, serta validasi data yang telah dikumpukan di beberapa provinsi melalui metode ground-check. Hasil kajian pada tahapan pelaporan ini masih terdapat beberapa kekurangan data pendukung, dan masih memerlukan beberapa proses penyempurnaan data didalamnya.

Tabel 4 Daftar 10 Propinsi dengan Kasus Epidemi dan Wabah Penyakit Terbanyak Berdasarkan Kab/Kota

No. Propinsi Daerah

Hijau

Daerah

Kuning

Daerah

Merah

1 Papua 7 0 14

2 Kalimantan Barat 0 0 12

3 Kalimantan

Timur 1 0 12

4 Papua Barat 0 0 9

5 Sumatra Utara 18 0 7

6 Kalimantan

Selatan 5 0 6

7 Nusa Tenggara

Timur 0 11 5

8 Lampung 6 0 4

9 Maluku 0 4 4

10 Aceh 18 0 3

1. Pra Bencana Wabah dan Epidemi Penyakit Pra bencana wabah dan epidemi penyakit difokuskan pada kegiatan-kegiatan surveilens dimana kegiatan surveilans diperuntukkan untuk mengumpulkan informasi-informasi dan data-data pendukung akan terjadinya bencana wabah dan epidemi penyakit camapk, malaria, demam berdarah, dan HIV/AIDS. 1) Surveilans penyakit Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Terdapat 5 komponen utama dari kegiatan Surveilans Epidemiologi a. Pengumpulan data

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data

Page 7: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 7 of 9

dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan.

b. Pengelolaan data Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis.

c. Analisis dan interpretasi data Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.

d. Distribusi data Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

e. Evaluasi Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up).

2) Telaah kebijakan/ peraturan Selain menilik dari segi surveilans, telaah peraturan dan undang-undang perlu untuk dilakukan dalam rangka memperkaya batasan, cakupan, macam, dan jangkauan yang dapat dilakukan sebelum kejadian bencana terjadi di satu lokasi tertentu. Beberapa telaah kebijakan yang dapat dijadikan rujukan antara lain: a. Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia c. PP Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) 2. Pada Saat Bencana Wabah dan Epidemi

Penyakit Pada saat bencana wabah dan epidemi penyakit merupakan saat dimana kejadian sesungguhnya terjadi di masyarakat. Hasil telaah data dan surveilans epidemiologi, khususnya surveilans penyakit yang telah dilakukan mampu untuk memberikan gambaran besaran dan cakupan bencan saat benar-benar terjadi di masyarakat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi apabila kejadian wabah bencana dan epidemi terjadi di masyarakat antara lain : 1) Integrasi multisektor Perlunya dukungan dan kebersamaan dari setiap sektor dalam mengatasi masalah terkait epidemi

dan wabah penyakit campak, demam berdarah (DBD), malaria, dan HIV/AIDS adalah amanat yang diberikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat. Dari berbagai elemen (multisektor) seperti keterkaitan dinas milik pemerintah pusat, dinas milik pemerintah daerah/ kota, Non-Government Organization (NGO), maupun peran masyarakat.

Gambar 8 kebersamaan multisektor dalam penanggulangan

dan pengurangan wabah dan epidemiik 4 penyakit

2) Eksekusi Rencana Kontinjensi Penerapan rencana kontinjensi pada intinya memiliki tujuan untuk menyediakan/ memberikan pedoman yang merupakan arahan untuk penanganan kedaruratan bagi satu wilayah/ daerah tertentu dalam menangani bencana wabah dan epidemi yang terjadi. Ruang lingkup secara garis besar yang terdapat didalam rencana kontinjensi adalah sebagai berikut: a. Melakukan persiapan dengan melakukan

komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat kabupaten, kecamatan, dan Kampung.

b. Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder baik melalui fasilitasi Participatory Rural Appraisal, Participatory Action Research, survei lapangan, Focus Group Discussion, maupun melalui wawancara langsung dengan instansi/ dinas terkait.

c. Melakukan kajian partisipatif resiko bencana berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat.

d. Melakukan pendataan kapasitas dan kerentanan yang terdapat didaerah rawan bencana dan epidemi, meliputi: a) Sektor Sumber Daya Manusia b) Sektor Sumber Daya Alam c) Sektor Sumber Daya Sosial d) Sektor Infrastruktur e) Sektor Ekonomi

e. Memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya terutama pada saat darurat melalui pertemuan rutin.

Page 8: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 8 of 9

f. Melakukan evaluasi dan merealisasikan kesiapan Pemerintah daerah rawan epidemic dan wabah saat menghadapi bencana melalui aplikasi skenario dan pembuatan prosedur tetap kejadian bencana.

3. Pasca Bencana Wabah dan Epidemi Penyakit Pasca terjadinya wabah dan epidemi penyakit merupakan kumpulan tindakan dan langkah yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menindaklanjuti hasil wabah dan epidemi yang telah terjadi di satu kelompok masyarakat atau daerah tertentu. Beberapa langkah yang dapat diambil dan dilakukan pasca bencana antara lain: 1) Pemetaan (mapping) Pemetaan (mapping) merupakan sebuah gambaran ilustrasi yang menunjukkan sebaran dari apa yang hendak dilihat dan dikaji. Pemetaan yang terkait dengan bencana wabah dan epidemi penyakit berarti pemetaan yang menunjukkan gambaran serta status kondisi wabah dan epidemi yang terjadi di satu wilayah atau area tertentu. Pemetaan umumnya berbentuk peta yang dilengkapi dengan legenda dan skala tertentu yang difunsgsikan untuk memberikan informasi detail maksud dan tujuan peta tersebut didesain

Gambar 9 Peta Resiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit di Indonesia

2) Pengembangan pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan agar masyarakat berperan dalam masalah kesehatan. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperilakku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah wabah

dan epidemi penyakit campak, malaria, demam berdarah, dan HIV/AIDS antara lain : a. Pemberdayan perorangan

Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan pemerintah. Pemberdayaan perorangan terutama diajukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik, tokoh swasta, dan tokoh populer. Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan.

b. Pemberdayaan kelompok Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta. Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan yang ada di masyarakat, misalkan RT/RW, kelurahan, kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi. Pemberdayaan kelompok kesehatan dibentuk dengan pertama membentuk kelompok yang peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian kelompok/ lembaga masyarakat terhadap kesehatan.

c. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah.

Kesimpulan dan Penutup Penanganan bencana yang beruba wabah dan epidemi kasus penyakit antara lain campak, malaria, demam berdarah, dan HIV/AIDS memerlukan metode, dukungan, eksekusi, dan teknis yang terarah dan jelas, dampak yang ditimbulkan apabila bencana wabah dan epidemi penyakit ini muncul pada satu wilayah tertentu di Indonesia, maka dapat dipastikan besar kerugian, korban jiwa, dan dampak sosial yang ditimbulkan akan membuat pemerintah baik pusat maupun daerah kerepotan untuk menanggulanginya. Adanya sistem dan metode yang saling terpadu dan terintegrasi merupakan upaya mendasar yang perlu dilakukan sedari dini untuk mencegah besarnya dampak yang ditimbulkan. Penguatan perencanaan, penelitian lapangan, dan telaah kasus dan kejadian sebelumnya pada tahap pra-bencana, memegang peran utama untuk memnimalkan dampak dan besaran dari wabah dan epidemi penyakit yang ditimbulkan. Dengan penguatan aspek-aspek pada tahapan pra-bencana

Page 9: Naskah Akademik Dalam Rangka Penyusunan Master Plan ...kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Penelitian Research/naskah_akademik_dalam_rangka...siap dalam menghadapi bencana sehingga

Page 9 of 9

pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dapat pula dibantu oleh lembaga sosial kemasyarakatan maupun masyarakat akan mengurangi dampak dari wabah dan bencana yang terjadi. Beberapa sinergi-sinergi yang diperlukan guna memperkuat aspek-aspek tahapan pra-bencana, tahapan saat bencana, dan tahapan pasca-bencana yang dapat dikembangkan kedepannya antara lain: 1. Penguatan sharing informasi dan data antara

pemerintah pusat (diwakili oleh Kepala BNPB pusat) dengan pemerintah daerah (diwakili oleh kepala BNPB daerah).

2. Penguatan kerjasama antara kepala BNPB daerah dengan kepala instansi kesehatan di tingkat daerah (Dinas Kesehatan Kab/kota, RS pemerintah, maupun beberapa puskesmas).

3. Sharing program maupun kegiatan antara kepala BNPB daerah dengan kepala instansi kesehatan di tingkat daerah (Dinas Kesehatan Kab/kota, RS pemerintah, maupun beberapa puskesmas) yang berhubungan dengan kejadian wabah dan epidemi penyakit campak, malaria, demam berdarah, dan HIV/AIDS.

4. Melibatkan institusi pendidikan dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kewaspadaan masyarakat akan bahaya dan dampak dari epidemi dan wabah penyakit campak, malaria, demam berdarah, dan HIV/AIDS.

5. Melibatkan peran aktif lembaga-lembaga yang telah ada dimasyarakat, baik yang berbentuk perorangan, kelompok, maupun komunitas masyarakat.

Daftar Pustaka Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG. Clinical

Virology 2nd ed. Washington: ASM Press; 2002. Dit.Jen. PPM-PL Departemen Kesehatan. Panduan

praktis surveilans epidemiologi penyakit (PEP). Jakarta; 2003.

Bustan, M.N. (1996). Pengantar Epidemiologi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sujudi, Ahmad. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Tahun 2004

Peraturan Perundangan Dokumen Rencana Nasional Penanggulangan

Bencana 2010-2014. Tahun 2010 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,

dkk. Kejadian Luar Biasa Campak Tahun 2007. CDK-91 vol 39; 2012

Dokuman PP Nomor 2 Tahun 2012. Pdedoman Umum Pengkajian Resiko Bencana. Tahun 2012

Dokumen Rencan Kontinjensi Kampung Pante Raya Tahun 2011-2016. Tahun 2011

Materi Seminar dan Diseminasi Materi Seminar Badan Nasional Penanggulangan

Bencana. Kajian Resiko Bencana BNPB 2011. Tahun 2011

Materi Seminar Komisi Penanggulangan AIDS. Situasi dan Tantangan Epidemi HIV dan AIDS di Indonesia. Tahun 2012