master oseano.docx

Upload: fardilaikan

Post on 02-Mar-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum Oseanografi : TopografiPantaiNov12bymukhroziLaporan Praktikum Oseanografi : Topografi PantaiLAPORAN PRAKTIKUM TOPOGRAFI PANTAI KENJERAN SURABAYABasilius Ferdinandus Maydo(1509100028), Hanum Kusuma Astuti (1509100010),Ida Wilujeng A.U. (1509100055), Putri Nimas (1509100038), Nuniek Yuliana (1509100024),Roksun Nasikhin (1509100701), M. Ainl Mahbubillah (1509100703)Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya2010ABSTRAKPada awal mula dipercaya bahwa pada pesisir pantai adalah satu macam dan tidak mempunyai bentuk, tetapi ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi pantai adalah kompleks seperti daratan. Daerah peralihan antara daratan dan lautan sering ditandai dengan adanya suatu perubahan kedalaman yang berangsur-angsur. Perubahan kedalaman tersebut terbagi menjadi tiga buah macam daerah, yaitu continental shelf dengan lereng yang landai, continental slope dengan lereng yang lebih terjal, dan continental rise yang merupakan daerah dengan lereng yang curam kemudian perlahan-lahan menjadi datar pada dasar lautan. Faktor-faktor yang mempengaruhi topografi pantai adalah gelombang dan pasang surut air laut, pada pantai landai biasanya tak banyak terdapat gelombang, sedangkan pada pantai yang lebih curam biasanya banyak terdapat gelombang karena berrada pada laut bebas. Sedangkan kenjeran merupakan pantai yang landai karena kemiringannya kurang dari 1,440, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan tidak ada gelombang karena kenjeran bukan merupakan laut bebas karena merupakan selat.Kata Kunci : Continental, pantai, topografi, gelombang, pasang surutPENDAHULUANPantai adalah perbatasan antara daratan dan laut, daerah peralihan antara daratan dan lautan sering ditandai dengan adanya suatu perubahan kedalaman yang berangsur-angsur. Disini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu continental shelf, continental slope dan continental rise. Continental Shelf adalah lereng landai yang mempunyai kemiringan 0,4%, Continental slope adalah pantai yang mempunyai lereng yang lebih terjal, yaitu antara 3% 6%. Sedangkan Continental rise adalah daerah yang mempunyai lereng yang kemudian menjadi datar pada dasar lautan, biasanya berada pada daerah kepulauan dan lepas pantai Venezuela bagian utara(Hutabarat,1985).Wilayah pesisir merupakan daerah yang mencakup wilayah darat sejauh masih mendapat pengaruh laut dan sejauh mana wilayah laut masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air tawar dan sedimen) (Sutikno, 1999).Garis pantai (shore line) dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu fore shore adalah bagian pantai pulai dari muka air laut terendah sampai muka air laut pasang tertinggi (pasang naik), back shore adalah merupakan bagian dari pantai mulai dari muka air laut tertinggi sampai pada batas wilayah pesisir (coast), offshore adalah merupakan daerah yang meluas dari titik pasang surut terendah ke arah laut. (Sunarto, 1992).PERMASALAHANPermasalahan dari peraktikum ini adalah bagaimana mengetahui dan memahami terminology topografi pantai, mampu melaksanakan metode standart analisis topografi pantai, dan bagaimana factor-faktor fisika, geologi-oseanografi yang berpengaruh terhadap pembentukan topografi pantai?.TUJUANPercobaan ini bertujuan untuk memahami tentang profil pantai suatu wilayah pesisir di kawasan Surabaya serta memahami terminologi topografi pantai, mengetahui dan mampu melaksanakan metode standar analisis topografi pantai, mengetahui dan mampu menjelaskan faktor-faktor fisika, geologi-oseanografi yang berpengaruh terhadap pembentukan topografi pantai. Tepatnya di pantai kenjeran.METODOLOGIPengambilan data pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB di pantai Kenjeran Surabaya pada tanggal 27 Maret 2010. Peralatan yang digunakan untuk praktikum pengamatan Topografi pantai antara lain tonggak kayu atau bambu sepanjang 2 meter, Global Positioning System (GPS), Meteran jahit atau meteran kayu, Meteran lapangan (50 atau 100 m), Waterpass, Kompas. Cara kerjanya tonggak bambu sepanjang 2 meter, dipasang sesuai garis lurus dari pantai hingga 40 meter kearah laut. Jarak pemasangnan tonggak bambu yaitu sepanjang 2 meter, sehingga penghitungan kedalam pada pantai mengikuti penempatan tonggak yang dipasang. Meteran jahit berfungsi sebagai pengukur permmukaan laut hingga dasar laut di posisi tonggak bambu berada. Waterpass berfungsi untuk menjaga tali agar selalu dalam keadaan sejajar dan tidak mengikuti kontur pantai. Meteran lapangan berfungsi untuk mengatur jarak antara tonggak bambu tersebut. Dan GPS berfungsi sebagai penentuan titik koordinat wilayah yang akan di amati.Pengambilan data kontur pantai dimulai pada tonggak ke-0 yang diletakkan pada titik pasang tertinggi sejajar dengan daratan dan ditandai dengan tali rafia yang ditarik lurus ke laut hingga tonggak terakhir dan tidak mengikuti kontur pantai. Pengukuran kontur pantai dimulai pada tali yang yang diikat pada tonggak-0 yang diikuti pada tepat permukaan tanah hingga menyentuh dasar laut, kemudian catat tinggi tiap tali pada tonggak hingga dasar pantai. dan menententukan tipe pantai tersebut. Berikut model gambar pengamatan kontur pantaiTujuan dari pengamatan ini adalah untuk menentukan kontur pantai pada pantai kenjeran termasuk dalam jenis pantai apakah pantai kenjeran itu?HASIL DAN PEMBAHASANPraktikum Topografi Pantai bertujuan untuk mengetahui dan memahami terminologi topografi pantai, mengetahui dan mampu melaksanakan metode standar analisis topografi pantai, dan mengetahui dan mampu menjelaskan faktor-faktor fisika, geologi-oseanografi yang berpengaruh terhadap pembentukan topografi pantai.Pengambilan sample dilakukan di pesisir pantai kenjeran pada koordinat 07 21 LS 112 54 BT pada saat air laut pasang. Analisis topografi pantai dilakukan pertama kali dengan menentukan titik awal pengukuran. Topografi pantai yang di analisis tegak lurus dengan bibir pantai sejauh kurang lebih 40 meter. Tongkat bambu ditancapkan di titik pasang tertinggi sebagai titik ke-0. Tonggak bambu yang lain di susun lurus dengan tongkat pertama dengan jarak masing-masing kayu 2 meter. Jarak antar bambu diukur dengan meteran. Diantara dua bambu dibentangkan tali raffia. Tali raffia di bambu ke-0 berada di pangkal bambu yang berbatasan dengan tanah. Tali raffia yang dibentangkan harus sejajar dengan permukaan laut. Caranya dengan meletakkan waterpass di atas tali raffia. Tali raffia digunakan untuk mengukur kedalaman dasar pantai dibandingkan dengan tongkat ke-0 sebagai titik awal pengukuran.TIPE TIPE PANTAISecara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu menjadi:Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras.Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan menjadi:Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya, maka pantai dapat dibedakan menjadi:Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy beach maupun gravely beach.Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai mangrove.Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal. Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir. (Sutikno,1999)KLASIFIKASI PANTAIAntara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir( Sunarto,1992).Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:a. Lembah sungai yang tenggelamPada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya( Sunarto,1992).b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelamFjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya( Sunarto,1992).c. Bentuk pengendapan sungaiBentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang. (Sunarto.1992).1). Bentuk pengendapan glasialBentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.2). Bentuk permukaan hasil diastrofismeBentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.3). Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar( Sunarto,1992).2.Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:1. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkatDi daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).2. Terdapatnya teras-teras gelombangTeras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.3. Terdapatnya gisik (beaches)Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.4. Terdapatnya laut terbukaLaut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.5. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).Pantai Majemuk (Compound shorelines)Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya( Sunarto,1992).JENIS PANTAIPantai BerpasirPantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat lembah-lembah diantara beting pasir. jenis tanah dipantai adalah typic tropopsamment dan typic tropofluvent. Pantai berpasir tidak menyediakan subatrat tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakan partikel substrat. Dua kelompok ukuran organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi substrat pasir : organisme infauna makro (berukuran 1-10 cm) yang mampu menggali liang di dalam pasir dan organisme meiofauna mikro (berukuran 0,1-1 mm) yang hidup di antara butiran pasir.Pantai berpasir umumnya dijadikan kawasan pariwisata pantai karena keindahan alamnya. Kawasan pantai berpasir yang sudah berkembang misalnya : kawasan pantai Sanur dan Kuta (Bali), Pantai Pangandaran, Carita & Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Parang Tritis (Yogyakarta), Pantai Natsepa & Liang (Maluku). Tumbuhan yang dominan tumbuh adalah kelapa (Cocos nucifera), cemara laut (Casuarina equisetifolia), waru laut (Hibiscus tiliaceus) dan ketapang (Terminalia catappa).Pantai BerlumpurPantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai yang dihasilkan dari proses sedimentasi atau pengendapan, biasanya terletak di dekat muara sungai. Lumpur tersebut terdiri atas partikel-partikel halus yang mengandung humus atau gambut. Tanah pantai ini mempunyai kandungan oksigen yang rendah dan hanya terdapat pada lapisan permukaan. Sedangkan kandungan asam sulfidanya cukup tinggi sehingga dapat mereduksi senyawa besi (ferri) di dalam tanah menjadi senyawa ferrosulfida (FeS2) atau firit.Tanah pantai berasal dari endapan lumpur yang dibawah oleh aliran sungai. Lumpur yang berasal dari laut mengandung cangkang-cangkang foraminifera, fragmen-fragmen karang, cangkang molusca dan bahan lain yang menjadi sumber kapur yang penting bagi pantai berlumpur.Struktur dan komposisi tumbuhan di kawasan pantai berlumpur Indonesia merupakan formasi hutan mangrove yang didominasi oleh Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., Ceriops tagal., Sonneratia sp., dan Xylocarpus sp (Anonim, 2008).Pantai BerawaPantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara permanen ataupun temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Hutan berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti nipah (Nypa fruticans), nibung (Oncosperma tigillaria), sagu (Metroxylon sago), medang (Decassia cassia), jelutung (Dyera sp.), dll (Anonim, 2008).Pantai BerbatuPantai berbatu umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan granit. Pantai ini merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang cukup subur. Kombinasi substrat keras unutk penempelan, seringnya aksi gelombang dan perairan yang jernih menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota laut. Pantai berbatu mnejadi habitat bagi berbagai jenis moluska (kerang), bintang laut, kepiting, anemon dan ganggang laut.Hutan pada pantai ini umumnya tergolong formasi butun (Baringtonnia). Pantai ini langsung ke laut dan tidak berpasir (Anonim, 2008).Profil pantai dapat dipengaruhi oleh arus laut, konfigurasi dasar perairan dan butiran-butiran sedimen di pantai. Pada perairan dangkal, arus laut dapat dibangkitkan oleh gelombang angin dan pasang surut. Pantai yang curam didomonasi oleh gelombang besar karena tergerus oleh abrasi dari gelombang besar. Sedangkan pantai yang landai didominasi oleh gelombang akibat pasang surut karena memungkinkan adanya pembentukan sediman yang halus, tanpa adanya gelombang besar yang tadi(Anonim,2008).GELOMBANGGelombang merupakan pergerakan air yang naik turun dan tidak mengalami pergerakan baik maju maupun mundur. Angin merupakan faktor yang penting dalam munculnya gelombang, yaitu terutama oleh gesekan dan tekanan. Makin kencang angin bertiup gelombang yang ditimbulkan semakin besar, sehingga gerakan air laut berupa gelombang tersebut dapat mempengaruhi perkembangan pantai(Wardani,2008).Arus laut berbeda dengan gelombang, karena arus merupakan massa air laut yang secara terus menerus bergerak maju, turun, dan bergerak ke atas. Arus ini terjadi sebagai akibat oleh adanya beberapa faktor, yaitu:AnginArus yang disebabkan oleh tiupan angin, merupakan arus permukaan yang disebut drift. Arus ini umumnya menyimpang ke arah kanan untuk di belahan bumi Utara dan menyimpang ke kiri untuk belahan bumi Selatan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya pengaruh rotasi bumi.Perbedaan neveau air lautPerbedaan neveau air laut ini bisa terjadi apabila angin berhembus secara terus menerus, sehingga menyebabkan timbulnya arus. Arus tersebut terus bergerak, sehingga terjadi pemindahan volume air laut ke suatu tempat dan pada tempat lain terjadi pengurangan volume. Dengan demikian suatu daerah volume bertambah berarti kelebihan air, oleh karena itu niveau air laut lebih tinggi, tekanan lebih tinggi, di samping itu terjadi pula aur pengisi atau arus konpensasi.Perbedaan temperatur, salinitas, dan kepadatan air laut.Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan kepadatan air, yang mengakibatkan pula perbedaan salinitas. Seningga menyebabkan terjadinya aliran arus. Air yang lebih padat dan besar slinitasnya akan turun dan mengalir ke bawah yang disebut dengan arus bawah. Sebaliknya air yang mengalir ke permukaan sebagai arus permukaan. Kemampuan arus untuk mengerosi tidak seberapa besar dibandingkan dengan gelombang yang menghantam ke daratan di bagian shore line, beach, cliff, dan lain sebagainya. Tetapi mampu mengangkut bahan-bahan pada dasar laut dangkal. Oleh karena itu arus bekerja sebagai faktor yang penting dalam proses sedimentasi di pantai(Wardani,2008).Gejala pasang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Massa matahari sebetulnya jauh lebih besar dari pada bulan, tatapi juga matahari terletak jauh dari bumi(Wardani,2008).Oleh karena itu gaya tarik bulan menyebabkan pasang terasa lebih besar dibandingkan dengan gravitasi matahari. Gejala pasang ini meliputi seluruh permukaan bumi. Karena rotasi bumi, maka setiap hari di suatu tempat akan mengalami dua kali pasang dan dua kali pasang surut, yang periodenya antara 12 jam 25 menit. Arus yang ditimbulkan oleh adanya pasang-surut ini cukup besar, lebih-lebih bila daerah tersebut merupakan daerah yang sempit (teluk) (Wardani,2008).Hubungan Antara Keadaan Topografi Pantai Dengan Ombak Dan SedimenKemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan. Topografi pantai dan letak geografis pantai juga berpengaruh terhadap besarnya ombak yang dapat berdampak terhadap banyak atau tidaknya erosi dan pengikisan pantai, dan pada akhirnya hasil dari pengikisan pada pantai juga akan berdampak balik terhadap kondisi topografi pantai, sehingga pada dasarnya antara keadaan topografi, ombak (gelombang), letak geografis saling berkaitan membentuk sebuah siklus yang selalu berkelanjutan.Kenjeran merupakan sebuah pantai yang berada di daerah timur Surabaya, pantai kenjeran berada diantara pulau Jawa dan Madura (Selat Madura). Sehingga pantai kenjeran memiliki ombak yang relative kecil bahkan hampir tidak dijumpai ombak dikarenakan letak geografisnya yang berada dintara 2 pulau yang berdekatan sehingga keadaan topografi pantai relative landai dan tidak terjadi pasang surut gelombang yang signifikan akan tetapi hanya pasang surut berupa kenaikan dan penurunan tinggi permukaan air laut. Hal ini berakibat pada keadaan sedimen yang terbawa saat pasang surut terjadi,sedimennya termasuk pasir berlumpur.Sedimen pada pantai Kenjeran ini, termasuk sedimen biogenous. Jenis sedimen tidak hanya sedimen biogenous tetapi terdapat tipe sedimen lainnya yaitu:Sedimen BiogenousSedimen yang berasal dari biota laut yang telah mati dan terdiri dari cangkang, fragmen karang, serpihan skeleton, dan lain-lain. Dalam kompisis kimia dari sedimen biogenous adalah kalsium karbonat/CaCO3 atau silika/SiO2.Sedimen LithogenousSedimen yang berasal dari pelapukan batuan didaratan dan juga debu gunung api dan debu dari daerah kering. Sedimen lithogenous mendominasi sedimen neritik. Jika sedimen lithogenous terdeposisi sebagai sedimen pelagik dengan kandungan clay>70%: abbysal clay sedangkan jika clay banyak mengandung oksida besi dan ini menjadikan sedimen berwarna kemerahan dikenal sebagi red claySedimen CosmognousSedimen yang berasal dari partikel luar angkasa yang masuk ke bumi. Sebagian partikel terbakar saat memasuki atmosfer tetapi sekitar 10% material dapat mencapai permukaan bumi. Jumlah sedimen ini sangat sedikit dibandingkan dengan jenis sedimen lainnya(Wibisono, 2004).Tipe pantai pada pantai kenjeran adalah pantai landai karena pada patok ke 4 hingga terakhir ketinggian sedimen pada pantai kenjeran tidak ada perubahan yang signifikan dan kemiringan pada pantai kenjeran tidak lebih dari 100Jenis pantai ada 3 yaitu landai, sedang dan curam, pantai landai adalah pantai yang mempunyai kemiringan kurang dari 1,440 (0,4%), pantai sedang mempunyai kemiringan 10,80 21,60, sedangkan pantai curam adalah pantai yang kemiringannya lebih dari 220(Sutikno,1999). Pantai landai diakibatkan oleh adanya pasang surut yang dapat mempengaruhi profil pantai, yaitu karena pasir yang halus lebih mudah terbawa arus. Pada saat pasang air berada pada ketinggian maksimum dan membawa pasir ikut naik ke atas, sedangkan pada saat surut, ketinggian air turun perlahan-lahan membuat pasir yang terbawa mengendap hingga membuat pantai landaiSedangkan pantai yang didominasi dengan gelombang-gelombang akan mengakibatkan profil pantai yang lebih curam.Selain itu, pantai Kenjeran merupakan pantai pasang surut sehingga pada pinggir pantai lebih didominasi dengan permukaan sedimen dan pasir yang memiliki butiran butiran halus dan banyak pula kerang-kerang dari hewan lain yang sudah pecah-pecah atau retak. Selain itu, pantai Kenjeran adalah pantai yang berlumpur. Hal tersebut dikarenakan pada pinggir pantai tampak pasir yang lebih mendominasi, sedangkan pada bagian tengah mendominasi adalah lumpur. Sehingga, pantai Kenjeran dapat disebut dengan pantai berlumpur karena dari pengambilan sampel yang dilakukan bagian tengah pantai Kenjeran yang merupakan pantai berlumpur. Namun perbedaan antara pantai berlumpur dan berpasir sangat tipis bedanya, tetapi ada juga bedanya yaitu garis batas yang jelas antara pantai yang berbatu dengan pantai yang berpasir, dapat diketahui dengan jelas.KESIMPULANKesimpulan praktikum ini adalah, bahwa pantai kenjeran termasuk pantai pasir yang berlumpur dan landai karena terdapat pola pasang surut yang teratur, butiran butiran sedimennya halus dan daerah kemiringannya tidak lebih dari 1,440.DAFTAR PUSTAKAAnonim.2008.PANTAI.www.inani.tripod.com.di-akses27 April 2010 pukul 20.47 WIBSutikno.1999. Karakteristik Bentuk Pantai. PUSPICS UGM:YogyakartaSunarto.1992. Geomorfologi Pantai. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik UGM:YogyakartaHutabarat,sahala.1985. Pengantar Oseanografi. UI-Press:JakartaWardani,Wahyu.2008.Oseanography.ProgramGeografi UNM.MalangWibisono, M.S. 2004. Pengantar Ilmu Kelautan. Djambatan:Jakarta

OSEANOGRAFI PERIKANAN

Kalau bab ini biasanya dipakai semester IV. tentang Oseanografi kelautan. Semoga bermanfaat dan jangan pernah lupa akan materi apa yang dikutip dengan disertakan pengarang/penemu/penulisnya ya. Semangat Mahasiswa Perikanan Nusantara!Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan yangmeliputi berbagai ilmu dasar dan terapan antara lain fisika, kimia, biologi, ilmu tanah, ilmu bumi, dan juga ilmu iklim. Menurut Hutabarat dan Evans (1984) ilmu oseanografi dapat dibagi menjadi 4 cabang ilmu yaitu: Fisika Oseanografi, Geologi Oseanografi, Kimia Oseanografi, dan Biologi Oseanografi.

1. Parameter Fisika. Pasang SurutPasang surut dikenal ada dua macam yaituspring tide, di mana air pasang memiliki tinggi maksimum danneap tide, di mana air pasang memiliki tinggi minimum.Biasanya terjadi dua siklus lengkap tiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan.Spring tideterjadi pada saat bula purnama dan bulan baru dan neap tide terjadi pada saat perempatan bulan pertama dan perempatan bulan ketiga (Hutabarat, 1984).b. GelombangGelombang merupakan gerakan naik turunnya permukaan air laut yang disebabkan oleh angin maupun faktor lain. Setiap gelombang memiliki tiga unsur yang penting, yaitu: panjang, tinggi, dan periode gelombang. Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara 2 puncak berurutan. Tinggi gelombang adalah jarak menegak antara puncak dan lembah. Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak yang berurutan untuk memulai suatu titik (Nontji, 1993).c. AnginAngin disebabkan adanya perbedaan tekanan udara yang merupakan hasil dari pengaruh ketidak seimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-tempat yang berbeda di permukaan bumi. Keadaan ini mengakibatkan naiknya sejumlah besar massa udara yang ditandai dengan timbulnya sifat khusus yaitu terdapatnya tekanan udara yang tinggi dan rendah (Hutabarat dan Evans,1996).d. Kemiringan PantaiKemiringan pantai ditentukan dengan cara mengukur perbedaan ketinggian pada dua titik horizontal yang jarak antara kedua titik telah diketahui. Kemiringan pantai sangat berperan dalam drainase air terutama dalam usaha budidaya pantai. Kemiringan yang sangat besar sangat tidak baik buat budidaya.Sebaliknya,pantai yang datar cukup menyulitkan dalam proses pengeringan kolam tambak. Pantai yang landai menyebabkan jangkauan pasang surut mencapai ratusan meter, sedangkan pantai yang terjal menyebabkan jangkauan pasang surut hanya mampu mencapai beberapa puluh meter saja. Tipe kemiringan pantai ada 3, yaitu: datar ( 5%), landai ( 10%) dan curam ( 20%) (Anonim, 2009).e. SuhuSuhu adalah ukuran energi gerakan molekul, suhu dalam lautan bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah tropik panas sepanjang tahun yaitu 20o-30oC sedangkan massa air permukaan pada zone beriklim sedang hangat di musim panas (Nybakken, 1992).

2. Parameter Kimiaa. Kadar Oksigen Terlarut (DO)Kelarutan oksigen di laut sangat penting artinya dalam mempengaruhi kesetimbangan kimia di air laut. Oksigen diperlukanuntuk respirasi, sedangkan proses fotosintesis oleh tumbuhan air akan menghasilkan oksigen. Oksigen terlarut mungkin merupakan parameter pengubah kualitas air yang paling kritis pada organisme perairan. Atmosfer merupakan cadangan udara terbesar namun oksigen tersebut hanya sedikit yang larut dalam air (Cholik, 1979).b. Karbon Dioksida (CO2)Karbondioksida merupakan bahan dasar dalam fotosintesis, tetapi jika dalam konsentrasi yang tinggi dapat bersifat menghambat penyerapan O2oleh darah dalam tubuh ikan. Kandungan CO2bebas sebaiknya tidak melampaui 25 ppm dan kandungan O2selalu tersedia dalam jumlah cukup. Perairan dengan kandungan O2terlarut 2 ppm. Konsentrasi CO2sebesar 12 ppm masih cukup aman bagi kehidupan ikan (Triyatmo, 2001).c. AlkalinitasAlkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman oleh adanya ion-ion Ca2+dan HCO3-dalam air (Odum,1993).d. Derajat Keasaman(PH)Air murni memiliki pH netral karena disosiasi molekul air menghasilkan jumlah ion-ion H+dan OH-yang sama, namu kehadiran CO2, dan ion-ion Na, Ca, K yang bersifat basa kuat mengubah keadaan ini sehingga air laut bersifat sedikit basa, pH berkisar 7,5-8,5. Aspek kimiawi berupa asam-basa suatu perairan akan mempengaruhi beberapa kondisi perairan yang lainnya misalnya kehidupan biologis dan mikrobiologis (Welch 1952).e. SalinitasParameter yang penting dalam sirkulasi untuk mempelajari asal usul massa air adalah salinitas. Salinitas adalah jumlah kandungan garam dari suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil. Kisaran salinitas air laurt berada antara 0 40o/oo, yang berarti kandungan garam berkisar antara 0 40 g/kg air laut. Secara umum, salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32 340/00 (Dahuridkk,1996).f. TotalSuspended Solid (TSS)Total Suspended Solidmerupakan padatan tersuspensi total yang tertahan pada kertas saringan dan terdiri dari lumpur maupun pasir halus yang berasal dari erosi atau kikisan tanah yang masuk ke badan air. TSS menunjukan nilai banyaknya zat-zat yang terlarut dalam suatu perairan. Besar kecilnya nilai TSS (Total Solid Suspension) dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam perairan. Semakin sedikit bahan organik maka semakin kecil nilai TSS.Namun sebaliknya, semakin banyak bahan organiknya maka TSS semakin besar (Nybakken, 1992).

3. Parameter BiologiAspek biologi suatu perairan dapat dipengaruhi oleh parameter plankton dan bentos yang ada di dalamnya. Plankton terdiri dari fitoplankton, yaitu tumbuhan-tumbuhan air yang sangat kecil yang terdiri dari sejumlah kelas yang berbeda dan zooplankton adalah suatu grup yang terdiri hewan-hewan yang sangat banyak ragamnya termasuk Protozoa, Coelenterata, Mollusca, Anellida, Crustacea (Hutabarat dan Evans, 1985).

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2009. Petunjuk Praktikum Oseanografi. Laboratorium Ekologi Perairan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.Jurusan Perikanan. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.Cholik, 1979. Kualitas Air. Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian RI. Jakarta.Dahuri, R., J. Rais., Ginting, S. P., Sitepu, M. J. 1996.Pengelolaan Sumber Daya WilayahPesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita.Jakarta.Hutabarat,S. dan Evans, S.M, 1984. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.Nontji, A.1993.Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.Nybakken, J. 1992. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia. Jakarta.Odum,E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Triyatmo, B. 2001. Studi Kondisi Limnologis Waduk Sermo pada Tahap Pra-Inundasi. Jurnal Perikanan. UGM. Yogyakarta.

JURNALPRAKTIKUM OSEANOGRAFI

Oleh :

NAMA : ROBINNIM : 09/283398/PN/11661PRODI : BUDIDAYA PERIKANAN

ASISTEN LAPORAN:

Nurlita Fadhila

LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRANJURUSAN PERIKANANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2011

JURNAL PRAKTIKUM OSEANOGRAFIRobin09/283398/PN/11661Budidaya Perairan

INTISARI

Laut merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik dari sektor, penangkapan, budidaya, konservasi, mineral, eksploitasi energi, pariwisata, hingga transportasi. Lingkungan laut bersifat dinamis atau selalu berubah. Lingkungan laut yang bersifat dinamis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisika, kimia, dan biologi. Tujuan pengamatan oseanografi di pantai Sundak (stasiun 1) dan pantai Ngandong (stasiun 2) untuk mengetahui keadaan lingkungan pantai tersebut dilihat dari keadaan fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik yang diamati dalam praktikum meliputi kemiringan pantai, pasang surut, kecepatan angin, arah angin, gelombang, suhu air dan suhu udara. Parameter kimia yang diamati meiliputi DO,CO2, alkalinitas, salinitas, pH dan TSS. Parameter DO,CO2 dan alkalinitas dapat diketahui menggunakan metode Winkler.Parameter biologi yang diamatai adalah densitas dan diversitas plankton. Pengukuran nilai parameter-parameter tersebut ada yang langsung dilakukan di lokasi praktikum dan ada yang dilakukan di laboratorium. Praktikum oseanografi ini dilaksanakan selama 24 jam pada tanggal 6 hingga 7 Mei di Pantai Sundak dan Pantai Ngandong Gunung Kidul Yogyakarta. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data yang menunjukkan bahwa kondisi parameter perairan laut berfluktusi baik pada stasiun 1 maupun stasiun 2. Jangkauan pasang surut tertinggi di pantai ini mencapai 110 hingga 230 cm. salinitas air sangat fluktuatif yaitu berkisar 16 hingga 33 . Kadar DO dari pengamatan masih normal yaitu berkisar 1,3 hingga 7 ppm. Kesimpulan dari berbagai data parameter yang diambil menunjukkan kondisi kualitas air maupun kondisi perairan Pantai Sundak dan Ngandong masih tergolong baik.

Kata kunci : gelombang, pantai, pasang, salinitas, surut

PENDAHULUAN

Laut merupakan suatu tempat yang mengandung berbagai sumber alam yang sangat penting untuk kehidupa manusia. Laut memberikan banyak manfaat bagi manusia sebagai sarana perhubungan dari satu tempat ke tempat lain maupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika pengelolaan sumberdaya alam yang ada dilaut dilakukan dengan baik maka bukan tidak mungkin masyarakat pesisir kehidupannya akan layak. Efisiensi dan efektifitas dalam mengelola sumberdaya alam yang ada dilaut akan sangat tergantung kepada pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri. Pengetahuan tentang lautan sangat diperlukan untuk meningkatkan dan dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada dilaut dengan baik.Oseanografi diartikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang lautan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oseanografi ini merupakan ilmu perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar seperti ilmu tanah (geologi), ilmu bumi (geografi), dan ilmu iklim (Hutabarat dan Evans ,2000). Banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan di laut seperti fisik, kimia dan biologi (Romimohtarto 2001). Perairan Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia berada dalam suatu sistem pola angin yang disebut sistem angin muson. Angin muson ini terjadi karena perbedaan tekanan udara antara daratan Asia dan Australia. Pola angin muson ini akan mempengaruhi arus di perairan Indonesia. Ketika terjadi musim barat, pola arus permukaan perairan Indonesia akan menunjukkan arus bergerak dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa. Diperairan Laut Jawa, arus akan bergerak ke Laut Flores sampai Laut Banda. Sedangkan ketika terjadi Muson Tenggara, arah arus sepenuhnya berbalik arah menuju ke barat yang akhirnya akan menuju ke Laut Cina Selatan. Arus yang terjadi diperairan Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson Barat Laut. (Wyrtki, 1961). Pergantian musim mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap kondisi hidrologi perairan (Schalk,1987). Suhu perairan Indonesia pada dasarnya berkisar antara 25 30 oC dan akan menurun satu atau dua derajat dengan kedalamannya meningkat hingga 80 db, sedangkan salinitas permukaan laut berkisar antara 31,2 34,5 (Tomascik et al. 1997 a).Tujuan dari praktikum oseanografi adalah untuk mengetahui beberapa faktor fisik, kimia dan biologi laut khususnya di daerah pantai selatan. Pengetahuan yang didapat ini nantinya akan diharapkan memberikan informasi yang lebih dalam pemanfaatan laut khususnya pantai selatan. Selain itu pengetahuan ini nantinya dapat dijadikan rujukan ataupun penelitian lebih lanjut mengenai berbagia aspek dan fenomena yang terjadi di pantai selatan.

METODOLOGILokasi yang digunakan dalam praktikum oseanografi adalah di laut selatan tepatnya di pantai Sundak dan pantai Ngandong. Praktikum dilakukan dipantai Sundak dan pantai Ngandong mengingat letaknya yang dekat dan strategis. Pelaksanaan praktikum oseanografi ini pada hari jumat sampai sabtu tanggal 7-8 Mei 2011. Pelaksanaan ini mengingat pada tanggal itu laut sedang mengalami pasang surut yang sangat signifikan sehingga dapat diketahui dengan baik dan arusnya pun cukup baik.Ada tiga parameter yang diambil dalam praktikum ini yaitu parameter fisik, kimia, dan biologi. Hasil pengamatan mengenai ketiga parameter ini nantinya dapat diharapkan mengetahui keadaan perairan tersebut. Parameter fisik yang diukur dalam praktikum oseanografi ini meliputi pengukuran suhu air, suhu udara, pasang surut, arah angin, dan kecepatan angin. Parameter kimia yang diukur meliputi pH, oksigen terlarut (DO), karbondioksida bebas CO2), salinitas, TSS, dan alkalinitas. Parameter biologi yang diukur adalah plankton dan larva ikan.Pengukuran parameter fisik seperti suhu air suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer. Kecepatan angin dapat diketahui dengan menggunakan alat anemometer. Dengan megaktifkan anemometer dan menghadapkannya kearah angin datang nantinya dapat diketahui skala kecepatan angin yang ditunjukkan di alat. Arah angin dapat diketahui dengan memegang slyer dan membiarkannya sehingga arah angin dapat dengan mudah diketahui. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan dua tiang pipa yang telah diikat dengan tambang yang berukuran 30 meter. Tiang yang satu ditancapkan di bibir pantai, sedangkan tiang yang lain di taruh kelaut sampai kencang. Setelah itu menancapkannya di perairan kemudian mengukur tinggi permukaan.Pengukuran parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO), karbondioksida bebas (CO2), dan alkalinitas dilakukan langsung di tempat dengan menggunakan metode Winkler. Pengukuran kandungan oksigen dilakukan dengan titrasi . Sampel air di titrasi dengan menggunakan Na2S2O3. Hasil titran dihitung dengan menggunakan rumus :Oksigen terlarut = 1000 x a x f x 0,1 mg O2/liter50a : banyaknya titran (Na2S2O3) yang digunakanf : faktor koreksi titran ( 1)1 ml 1/80 N Na2S2O3 = 0,1 mg O2/literKarbondioksida dapat diketahui dengan melakukan titrasi. Sampel yang telah diambil di beri indikator PP, Jika warnanya rosse berarti CO2 nol sehingga tidak memerlukan titrasi. Jika berwarna (berarti terdapat CO2) maka di titrasi dengan NaOH sampai berwarna rosse, mencatat banyaknya titran ( a ml). Rumus yang digunakan untuk menghiung kadar CO2 adalahKadar CO2 bebas = 1000 x a x f x 1 mg CO2/liter501 ml 1/44 N NaOH = 1 mg CO2/literSeperti halnya karbondioksida, alaklinitas dapat diktahui dengan melakukan titrasi. Jika sampel di beri indikator PP warnanya rosse di titrasi dengan 0,02 N H2SO4 sampai warnanya hilang dan mencatat banyaknya titran (a ml), kemudian menambahkan indikator MO sebanyak tiga tetes kemudian mentitrasi sampai berubah warna merah bata, mencatat banyaknya titran ( b ml). Rumus perhitungan alkalinitas adalah sebagai berikut:Alkalinitas PP (mg/liter CaCO) = a x N x 50 x 1000Sampel air

Alkalinitas total (mg/liter CaCo3) = (a + b) x N x 50 x 1000Sampel airSalinitas dan pH dapat diukur di laboratorium. Salinitas dapat diketahui dengan menggunakana alat Refraktometer. Sampel air laut diteteskan di alat kemudian ditutup dan diamati menghadap cahaya. Hasilnya akan ditunjukkan pada skala yang ada. pH dapat diketahui dengan menggunakan alat yaitu pH meter. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan ujung pH meter kedalam sampel air. Hasilnya akan ditunjukkan oleh alat tersebut.Nilai TSS (Total Suspended Solid) diketahui dengan menyaring air sampel dengan menggunakan kertas saring. Nilai TSS ditunjukkan dengan perbedaan antara berat awal kertas saring dengan berat akhir kertas saring setelah digunakan untuk menyaring air sampel dan dikeringkan. Rumus yang digunakan adalah:TSS = (berat awal kertas saring berat akhir kertas saring) x 10 x 100 mg/L.Parameter biologi yang diamati adalah plankton dan larva. Pengamatan plankton dan larva dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan mikroskop. Sampel air yang telah diberi alkohol 70% diteteskan ke dalam SR sampai penuh. Kemudian mengamatinya dengan mengunakan mikroskop. Hasil plankton atau larva yang diamati dicocokkan dengan buku petunjuk. Kepadatan plankton dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:Kepadatan plankton (organisme/liter) = X x 50 x 566,5 x 1,33 x 1000Vol SR x 10.000Luas bidang pandang = 3,14 x r2 = 1,766 mm2R2 = jari-jari pandang mikroskop = 0,75 mm1 SR = 1 ml air konsentrasi= 1000 views = 566,5 viewsX = Rata-rata jumlah planktonVolume air yang dipadatkan dalam botol = 5Faktor koreksi = 1,33

HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1. Data parameter fisik stasiun 1 (Pantai Sundak)

No Jam FisikSuhu Udara Suhu Air Pasut Gelombang Kecepatan Arah angin(0C ) (0C ) cm f T Angin (m/s) 1 16.00 25 27 3,6 0,13 7,69 3,23 Utara2 17.00 26 28 0 0,28 3,57 3,67 Timur Laut3 18.00 25 28 1 0,2 5,00 4,05 Timur Laut4 19.00 27 27 3,5 0,13 7,69 1,58 Timur Laut5 20.00 24 26 5 0,2 5,00 0 -6 21.00 24 27 45 0,18 5,56 1 Utara7 22.00 24,5 28,5 60 0,2 5,00 0,42 Selatan8 23.00 24 29 43,5 0,42 2,38 0 -9 24.00 23 28 78 0,12 8,33 0 -10 01.00 23 27 25 0,11 9,09 0,08 Utara11 02.00 24 29 0 0,05 20,00 0,27 Utara12 03.00 24 29 0 0,15 6,67 0,42 Utara13 04.00 24 28 0 0,16 6,25 0 -14 05.00 24 28 0 0,12 8,33 5 Utara15 06.00 24 27 20 0,08 12,05 0 -16 07.00 25 29 23 0,15 6,67 0,167 Barat Daya17 08.00 26 29 80 0,12 8,33 0 -18 09.00 30 28 110,3 0,37 2,70 0 -19 10.00 32 29 149 0,13 7,69 0 -20 11.00 29,5 30 104 0,1 10,00 1,56 Selatan21 12.00 31 30 64 0,13 7,69 0,72 Selatan22 13.00 29 30 40 0,17 5,88 0,38 Selatan23 14.00 28 30 20 0,08 12,05 0 Barat Laut24 15.00 28 30 15 0,13 7,69 0,48 Barat Daya

Tabel 2. Data parameter kimia dan biologi stasiun 1 (Pantai Sundak)

No Jam Kimia BiologiDO CO2 Alkalinitas pH Salinitas TSS Densitas Diversitas(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) Plankton (ind/L) Plankton1 16.00 2.32 0 100.8 6.8 30 1.367 182.5 1.562 17.00 3 18.00 4 19.00 2.2 0 111.4 6.9 32 1.323 340 1.965 20.00 6 21.00 7 22.00 7 18 126.4 6.9 33 1.266 92.5 1.6988 23.00 9 24.00 10 01.00 3.2 13.6 70.6 6.8 31 1.302 12.5 2.32211 02.00 12 03.00 13 04.00 2.18 27 86 6.9 32 1.274 67.5 0.91814 05.00 15 06.00 16 07.00 5.66 0 116 6.8 33 0.888 110 1,08217 08.00 18 09.00 19 10.00 2.3 0 120.4 6.9 33 1.008 182.5 2.15920 11.00 21 12.00 22 13.00 3.7 0 98 6.9 31 1.468 855 1.70823 14.00 24 15.00

Tabel 3. Data parameter fisik stasiun 2 (Pantai Ngandong)

No Jam FisikSuhu Udara Suhu Air Pasut Gelombang Kecepatan Arah angin(0C ) (0C ) cm f T Angin (m/s) 1 16.00 28 27 0 0,18 5,46 2,016 Barat Daya2 17.00 28 28,5 0 0,17 5,88 4,6 Barat3 18.00 27 28,5 80 0,17 5,88 1,73 Barat Daya4 19.00 28 27 57 0,48 2,08 2,85 Timur5 20.00 26 28 88 0,18 5,56 0,05 Timur6 21.00 26 29 120 0,16 6,25 0,683 Tenggara7 22.00 24 26 132 0,13 7,69 0,43 Tenggara8 23.00 25 26 122 0,17 5,88 0,67 Utara9 24.00 24 26 30 0,12 8,33 0,15 Timur Laut10 01.00 23 27 100 0,18 5,56 1 Barat11 02.00 24 28,5 110 0,13 7,69 0,68 Timur12 03.00 22 26,5 63 0,65 1,54 0,11 Timur Laut13 04.00 22,5 28 47 0,1 10,00 0,83 Tenggara14 05.00 23 26 90 0,08 12,05 0,15 Utara15 06.00 23 28 93 0,13 7,69 0,12 Timur Laut16 07.00 24 29 113 0,2 5,00 0,083 Barat17 08.00 27 29 40 0,12 8,33 0,042 Barat Daya18 09.00 27 28 150 0,22 4,55 12 Barat19 10.00 29 29 190 0,1 10,00 1,67 Tenggara20 11.00 29 29 230 0,13 7,52 2,22 Barat Laut21 12.00 26 29 230 0,1 10,00 0,53 Utara22 13.00 23 26 90 0,83 1,20 0,15 Utara23 14.00 28 30 130 0,1 10,00 0,55 Utara24 15.00 29 27,5 46 0,07 14,93 0,95 Timur Laut

Tabel 4. Data parameter kimia dan biologi stasiun 2 (Pantai Ngandong)

No Jam Kimia BiologiDO CO2 Alkalinitas pH Salinitas TSS Densitas Diversitas(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) Plankton (ind/L) Plankton1 16.00 6.2 0 106.8 7 20 0.771 2 17.00 582.5 1.6863 18.00 4 19.00 5.1 16 220 6.9 16 0.49 5 20.00 867.5 2.2276 21.00 7 22.00 3.28 7.2 129.6 6.9 31 0.856 8 23.00 987.5 1.3819 24.00 10 01.00 5.2 12 124 6.9 30 1.33 11 02.00 122.5 1.58612 03.00 13 04.00 2.28 8 148 6.8 28 0.749 14 05.00 22.5 1.8815 06.00 16 07.00 1.3 0 93.6 6.7 29 1.215 17 08.00 117.5 2.09118 09.00 19 10.00 6.68 30 128 6.8 32 1.286 20 11.00 222.5 1.3821 12.00 22 13.00 1.64 0 129.2 7.2 32 1.372 23 14.00 80 1.624 15.00 PEMBAHASAN

A. Parameter Fisika. Suhu udaraGrafik 1. Grafik hasil pengamatan suhu udara vs waktu Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan suhu udara tertinggi adalah 32oC dan suhu udara terendah adalah 22,5oC. Suhu tertinggi terjadi pada pukul 10.00 dan 12.00 pada stasiun 1 dan pada pukul 10.00 dan 11.00 pada stasiun 2. Hal ini dikarenakan pada siang hari posisi matahari berada tepat vertikal sehingga suhunya akan naik drastis. Selain itu, penyinaran matahari yang cukup lama akan mempengaruhi suhu udara karena semakin lama penyinaran maka akan semakin banyak kalor (panas) yang akan terakumulasi di udara. Suhu tertinggi ini juga didukung dengan sedikitnya pohon-pohon rindang atau mempunyai kanopi yang lebar. Kanopi pohon-pohon ini akan banyak mempengaruhi suhu udara karena udara dapat dengan mudah naik ataupun turun. Faktor alam turut mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara, seperti jika terjadi mendung maka suhu udara akan menurun, begitu juga sebaliknya. Angin juga berpengaruh pada pengukuran suhu udara, dimana jika angin yang berhembus cukup kencang maka suhu akan menurun. Adapun suhu terendah terjadi pada pukul 24.00 dan 01.00 pada stasiun 1 dan pukul 03.00 04.00 pada stasiun 2. Pada dini hari, udara sudah lama tidak mengalami penyinaran oleh matahari sehingga suhu udara menjadi menurun. Selain itu pada dini hari angin yang dihembuskan cukup kencang sehingga mempengaruhi penurunan suhu udara.Fluktuasi suhu udara selama 24 jam terlihat dengan jelas pada grafik diatas Suhu udara naik secaraperlahan sejak pukul 06.00 dengan adanya sinar matahari sebagai sumber panas utama di bumi setelah udara mengalami suatu tingkat terendah. Suhu tertinggi terjadi pada siang hari ketika posisi matahari berada tepat vertikal dengan bumi dan matahari telah bersinar dengan waktu yang lama dengan intensitas cahaya yang semakin meningkat. Suhu udara berangsur-angsur turun ketika sore disertai matahari semakin menurun dan sudut penyinaran yang semakin kecil. Suhu udara terendah terjadi pada subuh hari ketika udara telah lama tidak menerima pancaran sinar matahari.

b. Suhu AirGrafik 2. Grafik hasil pengamatan suhu air vs waktuHasil pengukuran suhu air didapat suhu tertinggi adalah 30oC pada stasiun 1 maupun pada stasiun 2. Sedangkan suhu air terendah adalah 26oC pada stasiun 1 maupun stasiun 2. Suhu air tertinggi yang dicapai distasiun 1 terjadi pada pukul 11.00 15.00 dan pada stasiun 2 pada pukul 14.00 ketika air telah mendapatkan penyinaran matahari dalam waktu yang cukup lama, yaitu sejak pagi hari. Akumulasi panas selama penyinaran matahari yang terjadi dari pagi hingga siang mengakibatkan suhu air naik. Tinggi rendahnya suhu perairan ini juga dipengaruhi oleh pepohonan yang berada di sekitar perairan. Ketika pepohonan disekitar perairan banyak, maka akan menghalangi sinar matahari masuk keperairan sehingga suhu air akan menurun. Suhu terendah terjadi pada pukul 20.00 pada stasiun 1 dan pada pukul 22.00, 23.00, dan 05.00 pada stasiun 2. Hal ini terjadi karena pada malam hari sinar matahari tak lagi menyinari, sehingga perairan menjadi lebih dingin. Tidak hanya itu saja, suhu air juga dipengaruh oleh musim, lintang, ketinggian, waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003).Fluktuasi suhu air yang terjadi lebih stabil dari pada suhu udara, hal ini dikarenakan air memiliki kapasitas kalor yang lebih tinggi dari pada udara. Dengan begitu, air akan memerlukan kalor (panas) yang lebih tinggi untuk menaikkan suhu. Seperti yang terjadi pada suhu udara,terlihat perubahan suhu yang cepat antar waktu. Berbeda halnya dengan perubahan suhu air. Suhu air berubah berangsur-angsur dengan berjalannya waktu dan perubahannya tidak signifikan. Suhu air naik secara berangsur-angsur dimulai pada pagi hingga siang menjelang sore dengan munculnya matahari yang memancarkan panas ke perairan. Setelah itu, suhu air akan secara bertahap turun hingga pada puncak penurunan terendah pada dini hari.c. Pasang SurutGrafik 3. Grafik hasil pengamatan pasang surut vs waktuHasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pasang tertinggi stasiun 1 terjadi pada pukul 10.00, yaitu dengan ketinggian 149 cm dan pada stasiun 2 pasang tertinggi terjadi pada pukul 11.00-12.00 dengan ketinggian 230 cm. Sedangkan surut terendah stasiun 1 terjadi pada pukul 02.00-05.00 dengan ketinggian 0 cm dan pada stasiun 2 surut terendah terjadi pada pukul 16.00-17.00 dengan ketinggian 0 cm. Pasang tertinggi terjadi ketika resultan gaya gravitasi benda-benda luar angkasa seperti bulan mengarah ke atas atau menjauhi bumi akibatnya massa air akan naik karena adanya gaya tarik bulan. Sedangkan surut terendah terjadi ketika resultan gaya gravitasi benda-benda luar angkasa mengarah ke bawah atau masuk ke bumi akibatnya massa air akan turun karena banyak tertarik oleh resultan gaya gravitasi tersebut (Supangat dan Susanna, 1999)Pasang dan surut pada stasiun 1 dan 2 mengalami fluktuasi yang hampir sama waktunya. Permukaan air laut pada pukul 16.00 17.00 adalah permukaan laut yang reratanya paling rendah. Kemudian akan mulai naik pada pukul 21.00 24.00 dan akan turun kembali hingga mencapai titik terendah pada pukul 02.00 05.00. Permukaan air laut akan naik kembali dan mencapai titik tertinggi pada pukul 09.00 12.00. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada perairan laut terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam 1 hari dan kejadian ini biasa disebut pasang-surut diurnal.

d. Frekuensi GelombangGrafik 4. Grafik hasil pengamatan frekuensi gelombang vs waktuFrekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang per satuan waktu (dalam pengamatan 60 detik). Frekuensi gelombang yang terjadi pada kedua stasiun sangat beragam dan fluktuatif. Frekuensi tertinggi di stasiun 1 terjadi pada pukul 23.00 dengan nilai teramati sebesar 0,42 gel/s dan di stasiun 2 pada pukul 13.00 dengan nilai teramati sebesar 0,83 gel/s . Frekuensi gelombang sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin dan arah angin. Angin yang berhembus sangat kencang akan meyebabkan terjadinya gelombang yang cepat dan besar. Selain dipengaruhi oleh angin,gelombang juga dipengaruhi oleh kontur atau topografi dasar perairan. Ketika terjadi surut, gelombang akan melalui tinggi air yang kecil dan daerah yang lebih panjang dibandingkan pada waktu terjadi pasang. Gelombang akan mengalami gesekan dengan dasar pantai yang dipenuhi batuan karang, hal ini tentunya menghambat kecepatan gelombang sehingga diperlukan waktu yang lebih lama untuk sampai ke pantai. Lintasan yang panjang akan mengakibatkan ombak mempunyai kesempatan lebih lama dalam bentuknya sebagai gelombang. Gelombang dan angin akan mempengaruhi perubahan bentuk pantai dan struktur pantai. Semakin banyak gelombang yang terjadi di perairan maka proses perubahan bentuk pantai juga semakin cepat. Gelombang pada dasarnya mulai bergesekan dengan dasar laut ketika mendekati pantai disertai dengan terjadinya turbulensi yang membawa material dari dasar laut atau menyebabkan terkikisnya bukut-bukit pasir di pantai. Angin yang terjadi bersamaan dengan terjadinya gelombang nantinya akan akan membawa atau menyapu pasir dibibir pantai sehingga akan membentuk gurun pasir.

e. Periode GelombangGrafik 5. Grafik hasil pengamatan periode gelombang vs waktuPeriode gelombang dapat didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan satu gelombang mulai dari terbentuknya puncak gelombang hingga pecah. Hasil pengamatan menunjukkan periode gelombang tertinggi pada stasiun 1 sebesar 20,00 detik/gelombang yang terjadi pada pukul 02.00 dan pada stasiun 2 didapat sebesar 14,93 detik/gelombang pada pukul 15.00. Tingginya periode gelombang disebabkan oleh kecepatan angin pada jam tersebut rendah sehingga gelombang pecah lebih lama, selain itu juga dipengaruhi oleh frekuensi gelombang yang kecil karena hubungan antara frekuensi gelombang dan periode gelombang adalah berbanding terbalik. Periode gelombang terendah terjadi pada stasiun 1 sebesar 2,38 detik/gelombang yang terjadi pada pukul 23.00 dan pada stasiun 2 tercatat sebesar 1,20 detik/gelombang terjadi pada pukul 13.00, hal ini disebabkan angin yang bertiup sangat kencang sehingga gerakan gelombang mulai dari terbentuknya puncak hingga pecah bergerak lebih cepat. Periode gelombang dapat juga dipengaruhi oleh kekuatan hembusan angin pada permukaan perairan. Menurut Raharjo (2000) jika hembusan angin kencang maka waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang akan sedikit

f. Kecepatan AnginGrafik 6. Grafik hasil pengamatan kecepatan angin vs waktuGrafik diatas menunjukkan kecepatan angin tertinggi pada stasiun 1 adalah 5 m/s terjadi pada pukul 05.00 sedangkan pada stasiun 2 teramati 12 m/s terjadi pada pukul 09.00. Kecepatan angin terendah di stasiun 1 adalah 0m/s yang terjadi pada pukul 20.00, 23.00, 24.00, 04.00, 06.00, 08.00, 09.00, 10.00 dan 14.00 dan di stasiun 2 adalah 0,042 m/s yang terjadi pada pukul 08.00. terjadinya angin disebabkan oleh adanya perbedaan shu. Angin akan terjadi dan bertiup dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Angin banyak bertiup kencang pada siang, hal ini mengingat pada siang hari terdapat perbedaan suhu yang tinggi. Ketika pada pagi hari perbedaan suhu yang terjadi tidak terlalu tinggi dan mengakibatkan angin bertiup pelan atau bahkan tidak sama sekali.Kecepatan angin ini sangat dipengaruhi oleh suhu udara yang berada di atas daratan maupun di lautan. Pengaruh yang terjadi pada daratan akan menaikkan suhu pada siang hari dan laut akan menaikkan suhu pada malam hari. Pengaruh ini dikarenakan sifat daratan yang lebih cepat menerima, menyimpan ataupun melepaskan panas dibandingkan lautan. Pada siang hari didaratan akan terjadi kenaikan suhu yang lebih cepat dibandingkan dilautan. Terjadinya kenaikan suhu yang cepat ini akan mengakibatkan udara di atas daratan lebih memuai sehingga ringan dan terangkat ke atas. Tekanan udara rendah di atas daratan digantikan oleh udara di atas lautan yang lebih dingin. Ketika malam hari ternyata daratan lebih cepat dingin dibanding lautan, hal ini dikarenakan kecepatan angin yang lebih kuat pada malam hari yang berhembus dari laut ke darat (Anonim, 2011).

B. Parameter Kimiaa. Oksigen Terlarut

Grafik 7. Grafik hasil pengamatan DO (dissolved oxygen) vs waktu

Kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah jumlah gas yang terlarut dalam suatu perairan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa oksigen terlarut yang terdapat pada stasiun 1 berkisar antara 2,187 ppm, oksigen terlarut tertinggi sebesar 6.9 ppm terjadi pada pukul 22.00 WIB dan terendah sebesar 2 ppm pada pukul 00.00 WIB. Hasil pengamatan pada staiun 2 kadar oksigen terlarut tertinggi adalah 6.68 ppm terjadi pada pukul 10.00 WIB dan kadar oksigen terendah adalah sebesar 1.3 ppm pada pukul 07.00 WIB. Oksigen terlarut yang tinggi terjadi pada siang hari dan dipengaruhi oleh adanya sinar matahari yang masuk keperairan sehingga digunakan oleh organisme air khususnya fitoplankton untuk proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen. Frekuensi gelombang dapat mempengaruhi kadar DO. Semakin banyak gelombang yang terjadi diperairan dan terhempas ke pantai maka semakin banyak pula oksigen yang terikat oleh air. Karena gelombang ini akan membantu mengaduk material yang ada di perairan. Ketika pukul 00.00 WIB oksigen terlarut sangat rendah karena pada siang harinya terjadi banyak fotosintesis diperairan sementara organisme yang ada tetap melakukan respirasi akibatnya kadar oksigennya berkurang pada malam hari. Ketika malam hari tidak ada sinar matahari, sehingga organisme perairan tidak dapat melakukan proses fotosintesis dan mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Selain itu dapat juga disebabkan oleh adanya proses-proses penguraian bahan anorganik menjadi bahan organik yang menggunakan oksigen. Sehingga oksigen perairan menjadi berkurang ketika malam hari. Selain itu kadar oksigen di perairan dipengaruhi oleh tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi, dan tekanan atmosfer (Effendi, 2003)

b. Karbondioksida Bebas

Grafik 8. Grafik hasil pengamatan CO2 bebas vs waktu

Hasil pengamatan kadar karbondioksida bebas pada stasiun 1 didapatkan hasil tertinggi sebesar 27 ppm pada pukul 04.00 WIB dan terendah sebesar 0 ppm pada pukul 16.00 , 19.00 , 07.00 , 10.00 , 12.00. Hasil pengamtan pada stasiun 2 kadar karbonoksida tertinggi sebesar 30 ppm pada pukul 10.00 WIB sedangkan terendah sebesar 0 ppm terjadi pada pukul 16.00 , 07.00 , 13.00. Kadar karbondioksida bebas di suatu perairan berhubungan erat dengan kadar oksigen terlarut. Hubungan keduanya biasanya bersifat berbanding terbalik. Sehingga kadar karbondioksida ini sangat dipengaruhi oleh adanya suhu, alkanitas, maupun pH (Effendi, 2003). karbondioksida bebas tertinggi terjadi pada pagi hari, dimana cahaya matahari belum masuk keperairan sehingga organisme perairan tidak dapat melakukan fotosistesis dan hanya melakukan respirasi. Hasil respirasi inilah yang menyumbang banyak kandungan karbondioksida perairan. Ketika cahaya matahari mulai muncul dan mengenai permukaan maka suhu akan meningkat dan terjadilah proses fotosisntesis. Proses sintesis ini akan menghasilkan oksigen dan akan menurunkan kadar karbondioksida bebas diperairan. Fluktuasi karbondioksida diperairan sangat tinggi ketika pagi hari dan akan mengalami penurunan seiring dengan adanya sinar matahari yang mengenai permukaan. Penurunan terendah terjadi pada siang hari ketika organisme perairan melakukan proses fotosintesis. Ketika sore hari karbondioksida mulai turun dan terus turun sampai malam hari. Penurunan terendah terjadi pada dini hari sampai pagi.c. AlkalinitasGrafik 9. Grafik hasil pengamatan alkalinitas vs waktuPengamatan kadar alkalinitas perairan didapatkan hasil yang sangat fluktuatif. Kadar alkalinitas tertinggi pada stasiun 1 sebesar 126.4 ppm terjadi pada pukul 22.00 WIB sedangkan terndah sebesar 86 ppm terjadi pada pukul 04.00 WIB. Hasil yang berbeda terjadi pada stasiun 2 dengan kadar alkalinitas tertinggi 220 ppm terjadi pada puku 19.00 WIB dan terndah sebesar 93.6 ppm pada pukul 07.00 WIB. Alkalinitas sangat dipengaruhi oleh adanya pH maupun kadar karbondioksida bebas. Selain itu suhu juga sangat berpengaruh. Ketika suatu perairan memiliki suhu yang rendah maka akan meningkatkan alkalinitas perairan. Kadar alkalinitas yang tinggi mengandung makna bahwa perairan tersebut memilki kemampuan menyangga asam yang cukup tinggi dengan memberikan sedikit sifat basa. Kandungan alkalinitas tertinggi dicapai pada sore sampai malam hari. Hal ini dikarenakan CO2 meningkat dan akan bereakasi dengan H2O membentuk H2CO3, sehingga perairan cenderung bersifat basa. Fluktuasi kadar alkalinitas di kedua stasiun tinggi ketika malam hari dan terus menurun menjealang pagi. Ketika siang haripun fluktuasinya enderung menurun.

d. Nilai pHGrafik 10. Grafik hasil pengamatan pH vs waktuHasil pengamatan mengenai pH perairan didapatkan bahwa tidak terjadi fluktuasi perubahan pH yang signifikan. Stasiun 1 nilai pH tertinggi sebesar 6, 9 yang terjadi pada pukul 19.00 , 22.00 , 04.00 , 10.00 , 13.00 . sedangkan nilai pH terendah sebesar 6,8 terjadi pada pukul 16.00 , 01.00 , 07.00. hasil yang hampir sama juga terjadi di stasiun 1, pH tertingi dicapai sebesar 7,2 pada pukul 13.00 dan pH terendah sebesar 6,7 pada pukul 07.00. pH air laut dipengaruhi oleh adanya CO2 dan ion-ion karbonat dan bikarbonat. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah nilai CO2 bebas (Mackereth et al, 1989). Nilai pH yang didapat dari pengamatan ini tidak begitu variatif. Nilai yang didapat hanya berkisar 6,7-7,2, yang menunjukkan bahwasanya perairan tersebut pH nya masih terbilang normal.

e. SalinitasGrafik 11. Grafik hasil pengamatan salinitas vs waktuSalinitas merupakan konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988). Pengamatan nilai salinitas yang dilakukan pada stsiaun 1 didapatkan nilai salinitas tertinggi sebesar 33 pada pukul 22.00 , 07.00 , 10.00 dan salinitas terendah sebesar 30 pada pukul 16.00. Hasil yang cukup berbeda tinjukkan pada staiun 2 dengan nilai salinitas tertinggi sebesar 32 pada pukul 10.00 dan 13.00 sednagkan nilai salinitas terendah sebesar 16 terjadi pada pukul 19.00. Salinitas perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pola sirkulasi air, penguapan, pasang surut, dan pergerakan air laut. Selain itu juga dipangaruhi oleh suhu udara dan suhu air yang dapat mengakibatkan penguapan. Jika tingkat penguapan besar maka salinitas akan semakin tinggi. Salinitas tertinggi terjadi pada siang hari. Hal ini dikarenakan suhu perairan disiang hari mengalami peningkatan karena adanya sinar matahari yang masuk keperairan. Peningkatan suhu perairan akan berdampak pada penguapan air yang mengakibatkan kadar garam perairan menjadi lebih tinggi. Salinitas rendah terjadi pada malam hari dimana perairan tidak mengalami penguapan. Selain itu pada malam hari pada waktu pengambilan sampel terjadi hujan. Akibatnya perairan mengalami pencampuran air hujan sehingga salinitas perairan menjadi menurun.f. TSS (Total Suspended Solid)Grafik 12. Grafik hasil pengamatan TSS vs waktuHasil pengamatan TSS (Total Suspended Solid) dari stasiun satu tertinggi sebesar 1.468 (mg/L) terjadi pada pengamatan pukul 13.00 WIB dan terndah sebesar 0.888 (mg/L) terjadi pada pengamata pukul 07.00 WIB. Hasil pada pengamtan TSS tertinggi pada stasiun 2 adalah sebesar 1.372 (mg/L) pengamatan pada pukul 13.00 WIB dan terndah sebesar 0.49 (mg/L) pada pengamatan pukul 19.00 WIB. Tinggi rendahnya nilai TSS disuatu perairan laut disebabkan oleh kondisi perairan tersebut seperti berlumpur atau tidak. Gelombang juga berpengaruh pada nilai TSS. Endapan berlumpur dapat berasal dari kikisan tanah pada dasar perairan (Effendi, 2003). Terjadinya kikisan tanah ini tak terlepas dari adanya gelombang. Ketika gelombang diperairan banyak dan besar maka akan mengakibatkan besarnya kikisan tanah.

C. Parameter Biologia. Densitas PlanktonGrafik 13. Grafik hasil pengamatan densitas plankton vs waktuHasil pengamatan densitas plankton pada stasiun 1 tertinggi sebesar 855(ind/L) dan terendah seebesar 12.5 (ind/L). Densitas plankton pada stasiun 2 tertinggi sebesar 987.5 (ind/L) teramati pada pukul 23.00 WIB dan terendah sebesar 80 (ind/L) teramati pada pukul 14.00WIB. Densitas plankton sangat dipengaruhi oleh kesuburan suatu perairan. Jika perairan tersebut subur maka densitas plankton akan tinggi, begitu juga sebaliknya jika kesuburan rendah densitas plankton akan menurun. Kedua stasiun pengamatan memiliki densitas yang cukup tinggi hal ini dikarenakan sampel yang diambil adalah di dekat pantai dimana cahaya matahari dapat dengan mudah masuk sehingga perairan tersebut subur oleh adanya proses fotosintesis. Pengamatan disiang hari menunjukkan densitas plankton sangat tinggi hal ini dikarenakan adanya proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Oksigen inilah yang akan di gunakan oleh organisme termasuk plankton untuk respirasi sehingga kepadatan plankton meningkat.

b. Diversitas PlanktonGrafik 14. Grafik hasil pengamatan diversitas plankton vs waktuDiversitas adalah keragaman suatu organisme yang menghuni suatu tempat (habitat). Diversitas plankton yang didapat dari pengamatan di stasiun 1 didapat tertinggi sebesar 2.322 pada pengamatan pukul 01.00 WIB dan ternedah sebesar 0.918 pada pengamatan pukul 04.00 WIB. hasil yang didapat pada pengamatan di stasiun 2, diversitas plankton tertinggi sebesar 2.227 pada pengamatan pukul 20.00 WIB dan terendah sebesar 1.381 pada pengamatan pukul 23.00 WIB. Diversitas plankton ini dipengaruhi oelh kesuburan perairan. Ketika suatu perairan memiliki kesuburan tinggi maka diversitas plankton akan tinggi begitu juga sebaliknya, ketika kesuburan perairan rendah diversitas plankton juga akan rendah. Hal ini dikarenakan kesuburan perairan akan membantu dalam proses survive suatu organisme di suatu tempat. Hasil pengamatan menunjukkan diversitas plankton relatif sama berkisar antara 0.918-2.277. Hasil ini menunjukkan bahwasanya kedua perairan memiliki kesuburan yang hampir sama.

PEMBAHASAN UMUMPengamatan yang didapat dari stasiun 1 dan stasiun 2 tidak begitu menunjukkan fluktuasi perbedaan yang mencolok. Mulai dari pengamatan parameter fisik hasilnya hampir sama seperti suhu air yang berkisar antara 26 30 0C. Hasil pengamatan pasang surut juga tidak beda jauh. Pasang surut perairan berkisar antara 110 hingga 230 cm Parameter kimia yang diamati juga menunjukkan hasil yang hampir sama seperti kadar oksigen yang berkisar 1,3 hingga 7 ppm. Hasil ini masih cukup baik untuk menyokong kehidupan organisme perairan. Salinitas di kedua stasiun cukup fluktuatif dimana pada stasiun 1 cukup baik berkisar antara 31 33 . Hasil yang berbeda ditunjukkan pada stasiun 2 yang memiliki kadar salinitas berkisar antara 16 - 32 . Densitas dan diversitas plankton hampir sama di kedua stasiun. Hal ini dikarenakan kesuburan kedua stasiun masih baik sehingga mampu mendukung organisme yang tinggal untuk dapat tumbuh dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil praktikum oseanograafi yang telah dilakukan menunjukkan bahwasanya pantai Sundak dan pantai Ngandong memilikikualitas air yang cukup baik dan dapat menyokong kehidupan oraganisme perairan. Selian itu keadaan gelombang maupun lingkungan masih cukup baik.Saran yang dapat diberikan yaitu Alat praktikum kurang,seperti anemometer dan jaring larva sehingga mengganggu waktu praktikum dikarenakan harus mengmbil alat di stasiun lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Arah dan Kecepatan Angin Indonesia. (http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/fisik_lingkungan/angin_detail.php?id=1&judul=Indonesia). Diakses tanggal 15 Mei 2011

Boyd, C.E.1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing, Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. 359 p.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Hutabarat, S. dan Evans, S.M. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta.

Mackereth, F.J.H., Heron, J. And Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association, Cambria, UK. 120 p.

Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmi Pengetahuna Tentang Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.

Schalk, P. H., 1987. Monsoon Related Changes in Zooplankton Biomass in the Eastern Banda Sea and Aru Basin. Biol. Oceanogr., 5: 1 12.

Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa, 1997 a. The Ecology of the Indonesian Seas. Part One. The Ecology of Indonesian Series. Vol. VII. Periplus Editions (HK) Ltd.

Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asean Waters, NAGA Rep. 2. Scripps Inst. of Oceanography La jolla, Calif.