modul ajar matematika komputasi 6
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
1/42
MODUL AJAR
MATEMATIKA KOMPUTASI
Oleh: Hurriyatul Fitriyah, ST, MSc
I. PENDAHULUAN
Matematika Komputasi merupakan bagian dari Matematika Diskrit yang mempelajari bagaimana
membuat fakta ke dalam bahasa matematika. Kemampuan matematis ini akan membantu proses
komputasi dalam hal ini pemrograman komputer.
Mata kuliah ini terdiri dari 4 pokok bahasan utama, yakni:
1. Mathematical reasoning;
Pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami dan membangun mathematical
arguments. Pembahasan ini berisi proposisi, logika matematika, kuantor dan inferensi.
2. Combinatorial Analysis
Pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu menghitung bilangan tanpa harus
melakukan enumerasi (menghitung satu per satu). Pembahasan ini berisi teknik pencacahan
seperti divie & conquer, pigeon hole principle, permutasi dan kombinasi.
3. Discrete structure
Pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami konsep struktur diskrit yang
digunakan untuk merepresentasikan objek diskrit dan hubungan diantara objek-objek diskrit
tersebut. Pembahasan ini berisi teori himpunan, graf , dan tree.
4.
Algorithmic thinking
Pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami bagaimana membuat algoritma
yang berisi metode penyelesaian problem dan mampu melakukan pembuktiannya. Pembahasan
ini berisi number theory, induksi matematika dan algoritma recursive.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
2/42
II. PROPOSISI & LOGIKA
Pembahasan proposisi dan logika matematika merupakan materi dasar untuk memahami logika
berpikir secara matematik. Materi ini sangat dibutuhkan sebagai dasar pemrograman dan sistem
digital.
Proposisi adalah sebuah kalimat pernyatan, yang berisi fakta, yang memiliki nilai kebenaran benar
atau salah, dan bukan keduanya.
Contoh proposisi adalah sebagai berikut:
“1 + 1 = 2”
“Universitas Brawijaya berlokasi di Surabaya”
“Hari ini hujan”
Ketiga kalimat diatas memiliki nilai kebenaran benar, salah, benar dan bukan keduanya.
Contoh kalimat yang bukan proposisi adalah sebagai berikut:
“ x + 1 = 2”
“Cari lokasi Universitas Brawijaya!”
“Cuaca apa hari ini?”
Kalimat pertama bukan proposisi karena x dapat berupa angka berapapun yang perlu didefinisikan
lebih lanjut, sehingga nilai kebenarannya bisa benar hanya jika x adalah 1 namun salah jika x adalah
selain 1 (seperti 2,3 atau angka negatif). Kalimat kedua juga bukan proposisi karena merupakan
kalimat perintah dan bukan pernyataan. Kalimat ketiga bukan proposisi karena merupakan kalimat
pertanyaan dan bukan pernyataan.
Notasi proposisi
Kalimat proposisi merupakan sebuah variabel yang di-notasi-kan dengan abjad kecil seperti p, q, r,
s,.. dan lainnya. Dan nilai kebenaran dinyatakan dengan notasi T untuk true atau benar, dan F untk
false atau salah.
Logika proposisi
Adalah cara untuk melakukan reasoning atau penarikan kesimpulan dari satu atau beberapa
proposisi. Logika ini menggunakan operator logika yang terdiri dari 5 operator, yakni negation,
conjunction, disjunction, implication dan bi-implication.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
3/42
Reasoning ini dapat dilakukan pada satu atau lebih dari satu proposisi. Beberapa proposisi yang
dikumpulkan dengan menggunakan operator logika disebut dengan compound proposition.
1. Negation (¬)
Adalah operator logika yang menjadikan sebuah proposisi menjadi pernyataan kebalikannya.
Operator ini juga akan merubah nilai kebenaran sebuah proposisi menjadi kebalikannya.Perhatikan contoh berikut:
Jika p adalah sebuah proposisi:
“Hari ini adalah hari Kamis”
maka negation dari proposisi p atau yang dinotasikan sebagai ¬ p ini adalah:
“Bukan perkara Hari ini adalah hari Kamis” , atau
“Hari ini adalah bukan hari Kamis”
Tabel 1 menunjukkan nilai kebenaran dari sebuah proposisi yang berubah dengan operator
negation.
Tabel 1. Tabel kebenaran proposisi dengan operator negation
p ¬ p
T F
F T
2. Conjunction
Adalah operator logika yang menghubungkan 2 buah proposisi dengan logika “and” atau “dan”.
Conjunction dinotasikan dengan “” sehingga jika p dan q adalah proposisi maka compound proposition dari ” p and q” atau ” p dan q” ditulis sebagai “ p q”. Perhatikan contoh berikut:Jika p adalah sebuah proposisi:
“Mahasiswa yang memiliki IPK diatas 3.5 adalah lulus dengan predikat cumlaude”
Dan q adalah sebuah proposisi:
“Mahasiswa yang lulus dengan masa studi kurang dari 4 tahun adalah lulus dengan
predikat cumlaude”
Maka conjunction dari proposisi p dan q adalah:“Mahasiswa yang memiliki IPK diatas 3.5 dan Mahasiswa yang lulus dengan masa studi
kurang dari 4 tahun adalah lulus dengan predikat cumlaude”
Tabel 2 menunjukkan nilai kebenaran dari operator conjunction. Sebuah compound proposition
yang memiliki operator conjunction akan bernilai “True” atau “Benar” hanya jika kedua proposisi
tersebut, p dan q, sama-sama bernilai “True”
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
4/42
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
5/42
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
6/42
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
7/42
Tabel 5. Tabel kebenaran dua proposisi dengan operator implication
p q p q q p ¬p ¬q ¬q ¬pT T T T T T
T F F T T F
F T T F F TF F T T T T
Dalam konsep implication p q, terdapat beberapa istilah yang disebut sebagai converse q p,inverse ¬p ¬q, dan contrapositive ¬q ¬p. Nilai kebenaran dari implication adalah sama atauequivalent dengan contrapositive, sedangkan converse adalah equivalent dengan inverse.
5.
Bi-implication
Adalah operator logika untuk bi-conditional statement atau kalimat sebab akibat “if and only if”atau “jika dan hanya jika”. Bi-implication dinotasikan dengan “” sehingga jika p dan q adalahproposisi maka compound proposition “ p if and only if q” atau “ p jika dan hanya jika q”. ditulis
sebagai “ p q”. Perhatikan contoh berikut: Jika p adalah sebuah proposisi:
“Mahasiswa dapat mengajukan beasiswa”
Dan q adalah sebuah proposisi:
“Mahasiswa memiliki IP 3.5”
Maka bi-mplication dari proposisi p dan q adalah:
“Mahasiswa dapat mengajukan beasiswa jika dan hanya jika memiliki IP 3.5”, atau
“Mahasiswa memiliki IP 3.5 adalah syarat cukup dan syarat perlu untuk dapat
mengajukan beasiswa”
Tabel 6 menunjukkan nilai kebenaran dari operator bi-implication. Sebuah compound
proposition yang memiliki operator bi-implication akan bernilai “True” hanya jika kedua
proposisi tersebut memiliki nilai kebenaran sama. Pada contoh proposisi p dan q diatas, adalah
benar jika mahasiswa memiliki IP di atas 3.5 saja lah maka ia dapat mengajukan beasiswa. Dan
adalah tetap benar jika mahasiswa tidak memiliki IP di atas 3.5 maka ia tidak dapat mengajukan
beasiswa.
Dan sebaliknya compound proposition tersebut akan bernilai “False” jika kedua proposisi
tersebut memiliki nilai kebenaran yang berbeda. Yakni pada kondisi jika mahasiswa memiliki IP
di atas 3.5 maka ia tidak dapat mengajukan beasiswa; dan jika mahasiswa tidak memiliki IP di
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
8/42
atas 3.5 maka ia dapat mengajukan beasiswa dimana kedua nilai kebenaran compound
porposition-nya adalah salah.
Tabel 6. Tabel kebenaran dua proposisi dengan operator bi-implication
P q p qT T T
T F F
F T F
F F T
Compound Proposition yang Komplek
Umumnya, operator logika digunakan secara bersamaan dalan sebuah compound proposition
yang lebih komplek. Misalkan pada:
(¬pq) (q )Maka nilai kebenaran dari compound proposition diatas dihitung dengan cara seperti pada tabel
7.
Tabel 7. Tabel kebenaran dari compound proposition (¬pq) (q ) P Q ¬p (¬p
q) (q
) (¬p
q)
(q
)
T T F T T T
T F F F F T
F T T T F F
F F T T F F
Dapat juga operator logika diterapkan pada compound proposition yang terdiri dari lebih dari 2
proposisi. Misalkan pada:
(pq) ¬rMaka nilai kebenaran dari compound proposition diatas dihitung dengan cara seperti pada tabel
8.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
9/42
Tabel 8. Tabel kebenaran dari compound proposition (pq) ¬r p q R (pq) ¬r (pq) ¬rT T T T F F
T T F T T T
T F T F F TT F F F T F
F T T F F T
F T F F T F
F F T F F T
F F F F T F
Urutan dalam Pengerjaan Operator Logika
Jika terdapat compound proposition yang cukup komplek dan umumnya tanda kurung tidak diletakkan
pada pemrograman untuk menghemat komputasi, maka urutan pengerjaan operator logika adalahsebagai berikut:
1. Negation, ¬
2. Conjunction, 3. Disjunction, 4.
Implication, 5. Bi-implication,
Sehingga jika terdapat ¬ pq dalam program maka akan dikomputasi sebagai ( ¬ p)q dan bukannya¬( p
q). Jika terdapat p
q
r maka akan dikomputasi sebagai (p
q)
r dan bukannya p
(q
r). Jika
terdapat pq r dan pq r maka akan dikomputasi sebagai (pq) r dan (pq) r.
Proposisi dan logika dalam sistem digital
Komputer bekerja dalam sistem operasi digital dimana informasi disimpan dalam bentuk bit yang berisi
nilai 0 atau 1. Sebuah bit dapat pula digunakan untuk menunjukkan nilai kebenaran “True” atau “False”
dimana “True” direpresentasikan sebagai 1 dan “False” sebagai 0. Variabel dengan dua nilai benar atau
salah seperti ini disebut dengan variabel Boolean. Tabel 9 menunjukkan hubungan nilai kebenaran
dengan data digital bit.
Tabel 9. Hubungan Nilai Kebenaran dengan Bit.
Nilai Kebenaran Bit
T 1
F 0
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
10/42
Aturan dari operator logika yang diterapkan pada nilai kebenaran “True” atau “False” juga berlaku pada
nilai bit 0 atau 1 ini.
Tautology dan Contradiction
Tautology adalah sebuah compound proposition yang memiliki nilai kebenaran selalu “True” pada semua
kombinasi nilai kebenaran dari proposisi penyusunnya. Dan sebaliknya, jika nilai kebenarannya selalu
“False” pada semua kombinasi nilai kebenaran dari proposisi penyusunnya maka dinamakan
contradiction.
Contoh tautology adalah p¬p sedangkan contoh contradiction adalah adalah p¬p. Perhatikan Tabel 10yang menunjukkan nilai kebenaran dari kedua compound proposition tersebut.
Tabel 9. Tabel Kebenaran p¬p yang merupakan tautology dan p¬p yang merupakan contradiction p ¬ p p¬p p¬p T F T F
F T T F
Logical Equivalences
Dua buah compound proposition dikatakan ekivalen secara logika (logical equivalence) adalah ketika
keduanya memiliki nilai kebenaran yang sama pada semua kombinasi nilai kebenaran proposisi-
proposisi penyusunnya. Jika p adalah sebuah compound proposition yang ekivalen secara logika
terhadap compound proposition q, maka hubungan kesamaan ini di-notasi-kan dengan p q atau p q.
Contoh logical equivalense adalah yang terdapat pada hukunDe’Morgan yang menyatakan bahwa :
¬(pq) ¬p¬q , dan¬(pq) ¬p¬q
Perhatikan Tabel 10 yang menunjukkan Tabel Kebenaran dari hukunDe’Morgan ini.
Tabel 10. Tabel kebenaran dari logical equivalence pada ¬(pq) ¬p¬q P Q (pq) ¬(pq) ¬p ¬q ¬p¬qT T T F F F F
T F F T F T T
F T F T T F T
F F F T T T T
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
11/42
Menggunakan logical equivalence pada hukum De’Morgan, maka negation dari compound proposition
“Mahasiswa mengambil mata kuliah Matematika Komputasi dan Pemrograman Dasar” adalah
“Mahasiswa tidak mengambil mata kuliah Matematika Komputasi atau tidak mengambil mata kuliah
Pemrograman Dasar”.
Contoh lain dari compund proposition yang memiliki logical equivalence adalah pq ¬pq. Tabel 11menunjukkan logical equivalence yang penting untuk dipahami. Pada Tabel ini, T menunjukkan sebuahcompound proposition yang selalu bernilai kebenaran “True” (tautology) , dan F menjunjukkan sebuah
compound proposition yang selalu bernilai kebenaran “False” (contradiction).
Tabel 11. Logical Equivalence
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
12/42
Contoh: buktikan bahwa ¬(p(¬pq)) ¬p¬q ! Jawaban:
¬(p(¬pq)) ¬ p¬(¬pq) Menggunakan hukum De’Morgan
¬ p
(¬(¬p)
¬q) Menggunakan hukum De’Morgan
¬ p(p¬q) Menggunakan aturan double negation ( ¬ p p) ( ¬ p¬q) Menggunakan aturan distribution F ( ¬ p¬q) Karena( ¬ p p) F ( ¬ p¬q) F Menggunakan aturan comutative ¬ p¬q Menggunakan identity lawPredicates and Quantifier
Jika proposition adalah kalimat yang hanya bernilai “True” atau “False” tapi bukan keduanya, maka
dalam pemrograman terdapat kalimat yang bisa bernilai keduanya karena memiliki variabel seperti
contoh berikut:
“ x > 4”
“Y adalah sebuah server di jaringan Filkom UB”
Dimana Y adalah variabel sedangkan “>4” dan “adalah sebuah server di jaringan FILKOM UB” adalah
predicate. Kalimat “ x > 4” di-notasi-kan sebagai P(x) yang merupakan propositional function P pada saat
x. Nilai kebenaran dari P(x) akan bernilai “True” jika x bernilai 5, 6, 7, dst namun akan bernilai “False”
saat x bernilai 4,3,2, dst.
Propositional function yang terdiri dari variable dan predicates juga bisa memiliki 2 variabel atau lebihseperti:
“ x dan y adalah mata kuliah di Filkom UB”
Dan dinotasikan sebagai P(x,y).
Nilai kebenaran propositional function dapat ditentukan saat variable-nya ditentukan. Misalkan x adalah
Matematika Komputasi dan y adalah Pemrograman Dasar maka P(x,y) diatas bernilai “True”. Namun
sebuah propositional function dapat dibuat menjadi proposition dengan memberikan quantifier yang
akan memberikan nilai kebenaran pada sebuah range atau domain x . Quantifier ini seperti partikel
nominal “semua”, “beberapa”, “tidak ada” dan “sedikit”. Sebuah propositional function yang memilikiquantifier disebut dengan quantified statement.
Terdapat 2 quantifier utama yakni universal quantifier dan existensial quantifier. Universal quantifier
menyatakan nilai kebenaran “True” pada propositional function jika semua item di domain x adalah
“True”. Universal quantifier pada sebuah propositional function P(x):
“ x 2 0”
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
13/42
di-notasi-kan sebagai xPx (dibaca: untuk semua xPx ) yang berarti:“Semua x bernilai “True” untuk x
2 0” Pada domain dimana x adalah semua bilangan integer.
Disini xP(x) bernilai “True” karena setiap bilangan real akan memenuhi propositional function diatas.Jika salah satu item saja pada domain x yang memberikan nilai “False”, maka nilai kebenaran dari xP(x)menjadi “False”. Seperti pada P(x):
“ x > 10”
Pada domain dimana x adalah semua bilangan integer. Saat x = 11 maka P(x) akan bernilai “False”.
Sehingga xP(x) menjadi “False” dan 11 disebut sebagai counter-example dari P(x). Sehingga nilaikebenaran dari quantified statement xP(x) dapat diartikan sebagai operasi conjunction (AND) padasetiap nilai x di domain yang ditentukan, yakni
xP(x) = P(x 1 ) P(x 2 ) P(x 3 ) ... P(x n )
Existensial quantifier pada sebuah propositional function P(x) menyatakan nilai kebenaran “True” jika
setidaknya satu item di domain x bernilai “True”. Existensial quantifier pada sebuah propositional
function P(x):
“ x + 3 = 4”
di-notasi-kan sebagai xPx (dibaca: untuk setidaknya satu xP(x)) yang berarti:“Setidaknya ada satu x yang bernilai “True” untuk x + 3 = 4”
pada domain dimana x adalah semua bilangan integer.
Disini xP(x) bernilai “True” jika setidaknya satu x pada domain bilangan integer bernilai “True”, yaknihanya pada saat x = 1. Sehingga nilai kebenaran dari quantified statement xP(x) dapat diartikansebagai operasi disjunction (OR) pada setiap nilai x di domain yang ditentukan, yakni
xP(x) = P(x 1 ) P(x 2 ) P(x 3 ) ... P(x n )Jika tidak ada satu pun item pada domain x yang memberikan nilai “True” atau dengan kata lain
semuanya bernilai “False”, maka nilai kebenaran dari xP(x) menjadi “False”. Seperti pada P(x):“ x = x + 1”
Pada domain dimana x adalah semua bilangan integer.
Tabel 12 merangkum pengertian quantifier ini pada nilai kebenaran “True” dan “False”.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
14/42
Tabel 12. Pengertian quantifier
Tipe Notasi Bernilai “True” saat? Bernilai “False” saat?
Universal xP(x) P(x) bernilai “True” padasemua x
Setidaknya ada satu x yang
bernilai “False” P(x)
Existensial xP(x) Setidaknya ada satu x yangbernilai “True” pada P(x)
P(x) bernilai “False” pada
semua x
Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa ¬ xP(x) x¬P(x) dan ¬ xP(x) x ¬P(x). Hubungan negationdari quantfied statement ini menganut hukum De’Morgan. Perhatikan contoh kalimat xP(x) berikut:
“ Semua mahasiswa mendapat nilai A dalam mata kuliah Matematika Komputasi”
negation dari kalimat tersebut sesuai hukum De’Morgan’s law for quantifiers adalah:
“Setidaknya ada satu mahasiswa yang tidak mendapat nilai A dalam mata kuliah Matematika
komputasi”
sebab universal quantifier bersifat seperti conjunction (AND). Sehingga 1 saja item dalam domain x yang
bernilai “False” maka universal quantifer pada proportional function akan bernilai “False”. Perhatikan
contoh kalimat x¬P(x) berikut:“Setidaknya ada satu politisi yang jujur”
negation dari kalimat tersebut sesuai hukum De’Morgan’s law for quantifiers adalah:
“Semua politisi tidak jujur”
sebab existensial quantifier bersifat seperti disjunction (OR). Sehingga untuk menjadikan existensial
quantifer pada proportional function bernilai “False”, maka semua item dalam domain x harus bernilai
“False”.
Inferensi Logika
Melakukan inferensi pada logika bertujuan untuk menyatakan sebuah argument adalah valid atau tidak.
Argument merupakan kumpulan dari premise atau sebab dan conclusion atau akibatBaik premisemaupun conclusion dapat berupa proposition, compound proposition, atau quantified statement.
Argument dibangun dengan menghubungan semua premise dengan operator conjunction (AND).
Sedangkan operator logika yang menghubungkan premise dan conclusion adalah implication. Sehingga
jika terdapat p1 sebagai premise 1, p2 sebagai premise 2, dan c sebagai conclusion nya, maka hubungan
ketiganya dapat ditulis sebagai (p1 p2) c atau dalam bentuk:
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
15/42
p1
p2
cSebuah argument dinyatakan valid jika saat (p1 p2) c menghasilkan tautology. Contoh sederhana dari inferensi adalah terdapat premise:
“Jika hari ini cerah, maka saya akan pergi berenang”
Dan premise:
“Jika pergi berenang, maka saya akan tidur cepat”
Maka conclusion-nya adalah:
“Jika hari ini cerah, maka saya akan tidur cepat”
Contoh argument diatas yang dalam istilah psikologi disebut syllogism ditulis sebagai berikut:
p qq r
p rDimana p adalah proposition “Hari ini cerah”, q adalah “saya pergi berenang”, dan r adalah “saya tidur
cepat”.
Untuk membuktikan apakah argument diatas valid atau tidak valid , maka dapat dibuktikan
menggunakan tabel kebenaran ((p q)(q r)) (p r) seperti pada tabel 14. Jika tabelkebenarannya adalah tautology, maka argument diatas adalah valid.
Tabel 14. Tabel kebenaran argument ((p q)(q r)) (p r) p q R (p q) (q r) (p q)(q r) (p r) ((p q)(q r)) (p r)T T T T T T T T
T T F T F F F T
T F T F T F T TT F F F T F F T
F T T T T T T T
F T F T F F T T
F F T T T T T T
F F F T T T T T
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
16/42
Dari Tabel 14 diatas menunjukkan bahwa argument syllogism diatas adalah valid karena berupa
tautology.
Membuktikan kevalidan argument tidak hanya dengan menggunakan tabel kebenaran. Terutama jika
proposition yang digunakan adalah banyak karena berarti kita harus menghitung 2n
ragam kombinasi
nilai kebenarannya, dimana n adalah banyaknya proposition. Pembuktian argument atau melakukaninference dari logika dapat pula menggunakan aturan-aturan inference seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. Aturan-aturan logical inference
Contoh: buktikan bahwa premise “hari ini sabtu”, “jika hari ini sabtu, maka saya akan jalan- jalan”, “saya
tidak jalan-jalan atau saya pergi ke rumah nenek”, akan menghasilkan conclusion “saya pergi ke toko
buku atau pergi ke rumah nenek”.
Jawaban: langkah pertama adalah mendata semua proposition yang terdapat dalam argument diatas.
Terdapat 4 proposition, yakni:
p : “hari ini sabtu”
q: “saya jalan- jalan”
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
17/42
r: “saya pergi ke rumah nenek”
s: “ saya pergi ke toko buku”
sehingga dapat disusun argument sebagai berikut:
p p q
¬q r s r
Untuk menunjukkan ke-valid-an argument diatas maka digunakan aturan-aturan inference:
1.
p
p q
q aturan modus ponen2.
q
q s aturan addition3.
q s ¬q r
s
r aturan resolution
Sehingga dengan pembuktian diatas, dapat dikatakan bahwa premise-conclusion tersebut adalah valid .
Cara ini lebih sederhana daripada menggunakan tabel kebenaran (p p q ) ¬q r )) yangterdiri dari 2
4 baris kombinasi nilai kebenaran.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
18/42
III. STRUKTUR DISKRIT: HIMPUNAN
Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang bisa saja memiliki kesamaan atau tidak memiliki
kesamaan. Objek-objek tersebut berkumpul tanpa memiliki urutan dan dinamakan elements, members
atau anggota. Himpunan dinotasikan dengan Huruf kapital seperti A, B, C,.., Z dimana anggotanya
dinotasikan dengan huruf kecil a, b, c,.., z. Misalkan terdapat sebuah himpunan:
V = {a, b, c, d}
Maka dikatakan bahwa a adalah anggota V atau a V, dan g bukanlah anggota V atau g V.Terdapat banyak cara untuk menyatakan himpunan, yakni:
1. Mendeskripiskan dan menyebutkan anggota-anggota nya, misal A adalah himpunan kumpulan
huruf vokal di abjad. Sehingga A = {a,i,u,e,o}
2.
Notasi set builder,dengan menyebutkan deskripsi misal A = {x | x: kumpulan huruf vokal di
abjad}
3.
Diagram Venn seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram venn dari himpunan
Diagram ini terdiri dari “Universe” (U) atau “semesta” (S) yang dilambangkan dengan kotak atau
persegi panjang, kemudian himpunan di dalamnya dilambangkan dengan lingkaran atau oval.
Anggota dari himpunan akan berada di dalam lingkaran, sedangkan yang bukan anggota akan
berada di luar lingkaran.
Ukuran Himpunan (Cardinality of Set)
Ukuran suatu himpunan A atau cardinality of set dan yang dilambangkan dengan |A| adalah banyaknya
anggota dari himpunan tersebut. Misal:
A = {x | x adalah bilangan prima < 15}
dan anggota dari A adalah A = {1, 3, 5, 7, 11, 13}, sehingga |A| = 6.
A
· o
· e· u · i
· a
· g
U
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
19/42
Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut dengan himpunan kosong (null set, empty set) dan
cardinality-nya adalah 0. Misal:
B = {x | x adalah nama buah yang dimulai dengan huruf X}
Maka anggota dari B adalah tidak ada atau kosong, sehingga |B| = SubSet (Himpunan Bagian)
Diketahui himpunan A merupakan himpunan huruf vokal dalam abjad dan mmemiliki anggota {a, i, u, e
o}. Terdapat himpunan-himpunan bagian (subset) dari himpunan A, yakni:
a.
Himpunan kosong (empty set ), Ab.
Proper subset atau strict subset , adalah himpunan yang memiliki anggota sebagian dari A.
Contoh himpunan bagian proper subset C = {u, o, e} seperti pada gambar 2 dan dinotasikan
sebagai C A. Karena C merupakan proper subset dari A, maka A dinamakan super set dariC yang dilambangkan sebagai A B.
Gambar 2. Diagram Venn dari C A atau A Cc. Himpunan itu sendiri, A A
Contoh dimana B adalah himpunan yang memiliki anggota sama dengan A, yakni B = {a, i, u,
e, o} seperti pada Gambar 3 dan dinotasikan sebagai B A.Karena B merupakan subset dari A, maka A dinamakan super set dari B atau A B. Disinisebab A memiliki anggota yang sama persis dengan B, maka dapat dinotasikan A = B.
A
· i
· a· u
· o · e
C
U
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
20/42
Gambar 3. Diagram Venn dari B A atau A B
Power Set (Himpunan Kuasa)
Power set adalah kumpulan himpunan-himpunan bagian (subset) dari sebuah himpunan. Power Set dari
sebuah himpunan A dinotasikan sebagai . Jika himpunan A memiliki anggota A = {1, 2, 3}, maka power set dari A adalah:
{} { {} {} {} { } { } { } {}}
Jumlah subset dari sebuah himpunan adalah 2n dimana n adalah banyaknya anggota dari himpunan
tersebut. Seperti himpunan A diatas yang memiliki 3 anggota maka jumlah subset dalam power set nya
adalah 8.
Operasi pada Himpunan
Satu atau lebih himpunan dapat dioperasikan dengan cara:
1.
Complement (komplemen)
Jika A adalah himpunan, maka complement dari A atau yang dinotasikan sebagai ̅ adalah selainanggota dari himpunan A. Perhatikan Gambar 3 dimana komplemen A adalah bagian yang diarsir.
Gambar 3. Komplemen dari A, ̅
A
· u
· o · e
B
· a
· i
U
A
̅ U
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
21/42
2.
Intersection (irisan)
Jika A dan B adalah himpunan, maka irisan atau intersection dari A dan B atau yang dinotasikan
dengan A B adalah anggota himpunan A yang juga merupakan anggota himpunan B. Misal A ={1,2,3} dan B adalah {3,4,5} maka A
B = {3}. Perhatikan Gambar 4 dimana A
B ditunjukkan
dengan bagian yang diarsir.
Gambar 4. A irisan B, A B3.
Union (gabungan)
Jika A dan B adalah himpunan, maka gabungan atau union dari A dan B atau yang dinotasikan
dengan A B adalah gabungan dari semua anggota himpunan A dan B. Misal A = {1,2,3} dan Badalah {4,5, 6} maka A B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Perhatikan Gambar 4 dimana A U B ditunjukkan denganbagian yang diarsir.
Gambar 4. A gabungan B, A
B
Hubungan himpunan A dan B seperti pada Gambar 4 disebut sebagai disjoint, dimana kedua
himpunan tidak memiliki irisan. Sedangkan jika terdapat irisan misalkan antara himpunan A dan C
dimana C = {3,4,5} maka A C = {1, 2, 3, 4, 5}. Dimana dalam hal ini member 3 tidak perlu diulangpenulisannya karena:
| A C | = |A| + |C| - |A C|
A
· 2
· 1
B U
· 5
· 4· 3
A
· 2
· 1
B U
· 5
· 4
· 3
· 6
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
22/42
Sehingga | A U C | = 5. Ketentuan diatas dinamakan dengan principle of inclusion-exclusion.
Perhatikan Gambar 5 untuk A U C yang ditunjukkan dengan bagian yang diarsir.
Gambar 6. Difference dari A dan C, A – C
4.
Difference (pengurangan)
Jika A adalah himpunan A = {1, 2, 3} dan C adalah himpunan C = {3, 4, 5}, maka difference dari
himpunan A dan C atau A – C adalah sebuah himpunan yang memiliki anggota A saja namun tidak di
B. Perhatikan Gambar 6 untuk diagram venn dari A – C dimana difference dari A dan C adalah bagian
yang diarsir.
Gambar 6. Difference dari A dan C, A – C
5.
Cartesian product (perkalian cartesian)
Jika A dan B adalah himpunan dimana A = {1,2} dan B = {a,b,c} , maka perkalian cartesian dari A dan
B atau yang dinotasikan sebagai A x B adalah himpunan n-pasangan berurutan dari masing-masing
anggota A dan B, yakni:
A x B = { (1,a), (1,b), (1,c), (2,a), (2,b) , (2,c) }
Dimana n adalah banyaknya himpunan yang akan dikalikan. Sedangkan perkalian cartesian dari B x A
akan menjadi:
A
· 2
· 1
B U
· 5
· 4· 3
A
· 2
· 1
B U
· 5
· 4· 3
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
23/42
B x A = { (a,1), (a,2), (b,1), (b,2), (c,1), (c,2) }
Perkalian cartesian dapat melibatkan n buah himpunan sehingga akan menghasilkan himpunan n-
pasangan yang berurutan. Seperti jika terdapat C = {x,y}, maka A x B x C adalah:
A x B x C = { (1,a,x), (1,a,y), (1,b,x), (1,b,y), (1,c,x), (1,c,y),
(2,a,x), (2,a,y), (2,b,x), (2,b,y), (2,c,x), (2,c,y) }
Operasi Himpunan pada Binary
Dalam penggunaannya pada komputasi, operasi intersection berlaku sama seperti conjunction AND . Sedangkan operasi union U berlaku sama seperti disjunction OR (Lihat Tabel 15).
Tabel 15. Operasi Himpunan pada binary
A B A B A U B1 1 1 1
1 0 0 1
0 1 0 1
0 0 0 0
Set Identities
Identities dari sebuah himpunan menunjukkan aturan-aturan yang berlaku seperti pada tabel 16.
Pembuktian aturan ini dapat menggunakan Tabel Kebenaran maupun Diagram Venn. Seperti aturan
complementation law yang ditunjukkan pada Tabel 17 untuk pembuktian menggunakan Tabel
kebenaran dan Gambar 7 yang menggunakan diagram Venn.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
24/42
Tabel 16. Set Identities
Tabel 17. Tabel Kebenaran
̅ ̅= A
A ̅ ̅ ̅1 0 1
0 1 0
a b c
Gambar 7. Complementation law, a. A, b. ,̅ c. ̿
A
̅ UA
U
= A ̿ U
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
25/42
Generalized Union and Intersection
Gabungan dari beberapa himpunan yang terhubung menggunakan operator union seperti A1 U A2 U
A3 U A4, maka dapat dinotasikan menggunakangeneralized union:
⋃ sehingga A1 U A2 U A3 U A4 = ⋃ dimana n adalah banyaknya himpunan yang di-union-kan.Irisan dari beberapa himpunan yang terhubung menggunakan operator intersection seperti A1 A2 A3 A4, maka dapat dinotasikan menggunakan generalized intersection:
⋂ sehingga A1
A2
A3
A4 =
⋂
dimana n adalah banyaknya himpunan yang di-intersection-
kan.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
26/42
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
27/42
Gambar 8. Diagram Panah Relasi
4.
Tabel
Relasi dapat dinotasikan dengan tabel 2 kolom dimana anggota himpunan A, x A, pada kolom1 dan himpunan anggota , y B, pada kolom 2. Masing-masing anggota yang memiliki relasidituliskan dalam satu baris yang sama. Lihat Tabel 16.
Tabel 16. Tabel Relasi
Nama Makanan
Adam Bakso
Adam Mie ayam
Budi Sate
Citra Soto
Citra Mie ayam
5.
Diagram Cartesian
Relasi dapat dinotasikan menggunakan diagram cartesian dimana sumbu-x adalah anggota dari
himpunan A, x A sedangkan sumbu-y adalah anggota dari himpunan B, y B,. Masing-masinganggota yang berpasangan ditunjukkan dengan sebuah titik (dot ) pada pertemuan masing-
masing grid yang bersesuaian. Lihat Gambar 9.
Mie ayam
Soto
Sate
Bakso
Adam Budi Citra
Gambar 9. Diagram cartesian Relasi
Adam .
Budi .
Citra .
. Bakso
. Sate
. Soto
. Mie ayam
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
28/42
6.
Matrik
Relasi dapat dinotasikan dengan matrix dimana anggota himpunan A, x A, ditulis sebagaibaris dan himpunan anggota B, y B, sebagai kolom. Nilai 1 akan diberikan jika terdapat relasiantara baris dan kolom yang berpasangan, dan 0 jika tidak berpasangan. Lihat Gambar 10.
[ ]
Gambar 10. Matrik Relasi
Property of Relation on a Set
Relasi antar anggota dalam suatu himpunan memiliki property, atribut, atau sifat-sifat sebagai berikut:
1. Reflexive, adalah sebuah relasi yang memiliki anggota (a,a) R untuk setiap anggota darihimpunan A, a A. Contoh jika A = {1,2,3,4} maka:
R1 = {(1,1), (2,2), (3,3), (4,4)}
R2 = {(1,1), (1,2), (2,2), (3,4), (3,3), (4,4)}
adalah relasi yang bersifat reflexive, sedangkan
R3 = {(1,1), (2,2), (2,3), (3,4) }
adalah tidak karena tidak semua anggota himpunan A dipasangkan dengan anggota tersebut
atau tidak ada (3,3) dan (4,4).
2. Symmetric, adalah sebuah relasi yang memiliki anggota (a,b) R dan juga (b,a) R untuk setiap(a,b) A dimana a b dan (a,b) A. Contoh jika A = {1, 2, 3, 4} maka:
R1 = {(1,1), (1,2), (2,1), (3,4),(4,4)}
Dikatakan sebagai symmetric karena terdapat (1,2) dan (2,1). Perhatikan bahwa jika terdapat
satu pasang (a,b)
R dan juga (b,a)
R saja pada sebuah relasi, maka dikatakan bahwa relasi
tersebut bersifat symmetric.
3. Anti-symmetric, adalah sebuah relasi yang merupakan kebalikan dari symmetric dimana untuk
setiap (a,b) R tidak terdapat (b,a) R dalam relasi tersebut untuk a b dan (a,b) A. Contoh jika A = {1, 2, 3, 4} maka:
Adam
Budi
Citra
Bak Sat Sot Mie
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
29/42
R1 = {(1,2)}
R2 = {(2,1), (2,4), (3,3)}
Adalah bersifat antisymmetric.
4.
Transitive, adalah sebuah relasi yang memiliki anggota dimana untuk setiap (a,b)
R dan (b,c)
R dalam sebuah relasi, terdapat juga maka terdapat juga (a,c) R dalam relasi tersebut, dimana(a, b, c) A. Contoh jika A = {1, 2, 3, 4} maka:
R1 = {(1,1), (1,4), (2,1), (2,2), (2,4), (3,4)}
Adalah bersifat transitive sebab terdapat (2,4) untuk (2,1) dan (1,4).
Combining Relation
Dua buah relasi dapat dioperasikan dengan beragam cara, yakni union, intersection, Exclusive-OR,
Difference, Composite, dan Power. Untuk dua buah relasi:
R1 = {(1,2), (2,3), (3,4)}, dan
R2 = {(1,1), (1,2), (2,1), (2,2), (3,1), (3,2), (3,4)}
Maka untuk operasi:
1.
Union
Operasi gabungan, yakni menggabungkan semua anggota dari masing-masing relasi.
R1 U R2 = {(1,1), (1,2), (2,1), (2,2), (2,3), (3,1), (3,2), (3,4)}
2.
Intersection
Operasi irisan, yakni mencari irisan atau anggota yang sama dari kedua relasi.
R1 R2 = {(1,2), (2,3), (3,4)}3.
Exclusive-OR
Operasi XOR, dimana:
R1 R2 = R1 U R2 – (R1 R2)R1 R2 = {(1,1), (1,2), (2,1), (2,2), (2,3), (3,1), (3,2), (3,4)} - {(1,2), (2,3), (3,4)}R1 R2 = {(1,1), (2,1), (2,2), (3,1), (3,2)}
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
30/42
4.
Difference
Operasi pengurangan, dimana:
R1 - R2 = R1 - (R1 R2)R1 - R2 = {(1,2), (2,3), (3,4)} - {(1,2), (2,3), (3,4)}
R1 - R2 = {}
5.
Composite
Operasi komposisi. Operasi ini berarti jika R2 memasangkan a ke b (a,b) , dan R1 memasangkan b
ke c (b,c), maka:
R1 R2 = (a,c) , untuk (a,b) R2 dan (b,c) R1R1 R2 = {(1,2), (2,3), (3,4)} {(1,1), (1,2), (2,1), (2,2), (3,1), (3,2), (3,4)}R1 R2 = {(1,2), (1,3), (2,2), (2,3), (3,1), (3,3)}
Karena (1,1) (1,2) = (1,2), dan seterusnya.6.
Power
Operasi pangkat. Dimana:
R12 = R1 R1
R12 = {(1,2), (2,3), (3,4)} {(1,2), (2,3), (3,4)}
R12 = {(1,3)(2,4)}
Dan R13 = R1 R1 R1
Atau R13 = R1
2
R1
Dan seterusnya
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
31/42
V. STRUKTUR DISKRIT: FUNGSI
Fungsi merupakan sebuah pemetaan dari suatu himpunan ke himpunan lainnya dengan aturan atau
cara tertentu. Himpunan yang akan dipetakan disebut domain sedangkan himpunan hasil pemetaan
disebut codomain. Fungsi menghasilkan pasangan-pasangan anggota yang dinotasikan sebagai
untuk sebuah pemetaan dari anggota X ke anggota Y (lihat Gambar 11).
Gambar 11. Pengertian Fungsi yang memetakan X ke Y
Seperti contoh fungsi yang memetakan mahasiswa di kelas Matematika Komputasi dengan nilai
yang didapatkannya pada akhir semester. Jika nama-nama mahasiswa merupakan anggota
himpunan A, sedangkan nilai akhir merupakan anggota B, maka fungsi pemetaan nilai ini dinotasikan
sebagai , dimana a A dan b B. Llihat Gambar 12 untuk diagram panah dari fungsi ini.
Gambar 12 : Fungsi pemetaan nama mahasiswa kepada nilainya
Notasi fungsi merupakan huruf kecil yang umumnya dimulai dari ,... dan seterusnya. Selainmenggunakan diagram panah seperti Gambar 12 diatas, fungsi juga dapat dijelaskan menggunakan
deskripsi, misal untuk yang akan memetakan anggota X bilangan integer positifkepada anggota Y bilangan integer positif dengan cara . Fungsi memetakan 1 Xkepada 5 Y, atau dapat ditulis dan memetakan 2 X kepada 6 Y atau danseterusnya. Nilai 5 pada didapatkan dengan cara men-subtitusi nilai pada denganangka 1.
X Y
Rudi .
Shinta .
Toni .
Utami .
. A
. B
. C
. D
. E
A B
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
32/42
Fungsi juga dapat digambarkan dengan Grafik pada diagram cartesian, dimana sumbu x merupakan
domain, sedangkan sumbu y merupakan codomain. Grafik untuk fungsi diatas dapat dilihatpada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik fungsi
Fungsi berbeda dengan relasi meskipun keduanya sama-sama memasangkan suatu anggota ke
anggota lain dengan aturan tertentu. Relasi dapat memetakan suatu anggota ke satu atau beberapa
anggota himpunan lain, sedangkan fungsi memetakan suatu anggota tepat ke hanya satu anggota
himpunan lain. Perbedaan ini dapat dipahami dengan mengamati diagram panah antara relasi dan
fungsi pada Gambar 8 dan Gambar 12.
Tipe-tipe pemetaan Fungsi
Fungsi dapat dikategorikan berdasarkan hasil pemetaannya, yakni:
1. Injection atau one-to-one
Adalah sebuah fungsi yang memetakan semua anggota dalam domain kepada tepat satu
anggota himpunan codomain secara unique, dimana tidak ada anggota codomain yang menjadi
tujuan pemetaan dari beberapa anggota domain. Dalam fungsi yang bersifat injective, boleh
terdapat anggota codomain yang tidak menjadi tujuan pemetaan.
Contoh: untuk domain dan codomain adalah bilangan integer positif, 2.
Surjection atau onto
Adalah sebuah fungsi dimana semua anggota dalam codomain menjadi tujuan pemetaan dari
anggota domain. Dalam fungsi surjective boleh terdapat anggota domain yang tidak dipetakan
dan anggota codomain boleh menjadi tujuan pemetaan dari beberapa anggota domain.
0 1 2 3 40
1
2
3
4
5
6
7
8
X
Y
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
33/42
Contoh: : √ untuk domain dan codomain adalah bilangan integer positif, 3. Bijection atau one-to-one correspondence
Adalah sebuah fungsi yang memetakan secara injection dan surjection.
Contoh: untuk domain dan codomain adalah bilangan integer positif, Gambar 14 menunjukkan contoh tipe-tipe pemetaan suatu fungsi yang memasangkan anggota
domain kepada codomain.
Gambar 14. Contoh tipe-tipe pemetaan
Operasi Fungsi
Fungsi dapat dioperasikan dengan beberapa operator, yakni:
1.
Penjumlahan dan pengurangan Contoh: sebuah fungsi dan fungsi , maka untuk
2.
Perkalian Contoh: sebuah fungsi dan fungsi , maka untuk
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
34/42
3.
Komposisi
Seperti pada Gambar 15.
Gambar 15. Komposisi fungsi
Dimana akan disubtitusikan kepada fungsi kemudian hasil pemetaannya akandisubstitusikan sebagai pada fungsi .Contoh: sebuah fungsi dan fungsi , maka untuk
() () 4.
Inverse
Jika sebuah fungsi
akan memetakan
kepada
, atau ditulis sebagai
, maka inverse dari . Perhatikan Gambar 16.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
35/42
Gambar 16. Inverse suatu fungsi
Sebuah fungsi yang memiliki tipe pemetaan one-to-one correspondence dapat di-invers-kan karena
memiliki tujuan pemetaan yang unique. Jika suatu fungsi memiliki hasil pemetaan yang tidak unique,
maka fungsi tersebut tidak dapat di-invers-kan. Misal terdapat yang akan memetakan ke . Jika dan , maka inverse-nya tidak akan memiliki hasil pemetaanyang unique seperti halnya yang dimaksud dengan fungsi.Beberapa fungsi khusus yang sering digunakan
a.
Fungsi ceil
Fungsi ini akan membulatkan sebuah angka kepada angka yang berada di atasnya, ceil = atap,
dengan notasi ⌈ ⌉. Misal b.
Fungsi floor
Fungsi ini akan membulatkan sebuah angka kepada angka yang berada di bawahnya, floor =
lantai, dengan notasi ⌊ ⌋. Misal
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
36/42
VI. STRUKTUR DISKRIT: BARIS DAN DERET
Baris (Sequence)
Baris merupakan sebuah himpunan angka yang memiliki urutan dan cara progression tertentu.
Notasi baris adalah atau suku ke-n dimana n adalah bilangan integer positif yang dapat dimulaidari 0 atau 1. Jika sebuah deret memiliki cara pengurutan
Maka baris untuk , , adalah 1, 2, 4, 8Terdapat dua cara pengurutan baris yang sering dijumpai, yakni secara aritmatik dan geometrik.
1.
Baris Aritmatik
Baris ini di enumerasi dengan operasi penjumlahan dengan bilangan tertentu, yakni: , atau
Dengan mengetahui atau sebagai suku pertama serta beda antar suku, maka dapatdiketahui suku ke-n tanpa harus mengenumerasi setiap suku nya satu per satu.
Contoh: diketahui sebuah baris aritmatik dimulai dari suku ke-1 adalah 2, 5, 8, 11... maka
tentukan suku ke-20!
Jawab: = 2 = + ((1-1).b) = 5 = 2 + (1.3) = + ((2-1).) = 8 = 2 + (2.3) = + ((3-1). ) = 11 = 2 + (3.3) = + ((4-1). )Sehingga = + ((20-1). ) = 2 + (19.3) = 59
2.
Baris Geometrik
Baris ini di enumerasi dengan operasi perkalian dengan bilangan tertentu, yakni: , atau
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
37/42
Dengan mengetahui atau sebagai suku pertama serta sebagai rasio antar suku, makadapat diketahui suku ke-n tanpa harus mengenumerasi setiap suku nya satu per satu.
Contoh: diketahui sebuah baris geometrik dimulai dari suku ke-0 adalah 3, 6, 12, 24... maka
tentukan suku ke-20!
Jawab:= 3 = = 6 = 3. = = 12 = 3. = = 24 = 3. = Sehingga = = = 3145728
Baris yang Rekursif
Baris memiliki relasi rekursif jika dalam progression-nya melibatkan suku-suku sebelumnya. Baris ini juga
banyak ditemui di komputasi. Contoh baris yang bersifat rekursif adalah:
Sehingga untuk = 2, maka didapatkan:
, dan
Baris Fibonacci
Baris Fibonacci adalah sebuah baris rekursif yang memiliki , dan:
Untuk n = 2, 3, 4,...
Deret (Summation)
Deret adalah jumlah dari suatu baris hingga suku ke- n yang dinotasikan sebagai:
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
38/42
Dimana disebut sebagai index, adalah batas bawah dan adalah batas atas.Contoh: sebuah baris , tentukan deret ke-3!Jawab:
Terdapat dua deret yang sering dijumpai, yakni:
1. Deret Aritmatik
Yakni sebuah deret dari barisan aritmatik.
Untuk baris yang dimulai dari .
2. Deret Geometrik
Yakni sebuah deret dari barisa geometrik.
Untuk baris yang dimulai dari dan .
Selain dua deret diatas, terdapat beberapa deret khusus yang akan sering dijumpai yakni pada Tabel *.
Pada Tabel tersebut, beberapa deret memiliki persamaan yang ekivalen sehingga dapat digunakan untuk
perhitungan lebih lanjut.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
39/42
Tabel 17. Beberapa Persamaan untuk Deret Khusus
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
40/42
VII. INDUKSI MATEMATIKA
Perhatikan persamaan ekivalensi untuk beberapa deret khusus pada Tabel 17 diatas. Membuktikan
apakah persamaan tersebut adalah benar untuk deret hingga suku ke- yang relatif kecil, sebut sajasampai suku ke-5, maka dapat dilakukan secara manual. Contoh pada persamaan deret baris kedua di
Tabel 17 dimana baris dari deret tersebut adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dst, sehingga deret ke-5 dihitung
sebagai berikut:
Sehingga telah dibuktikan bahwa deret suku ke-5 dan persamaan ekivalensi-nya menghasilkan nilai yang
sama, 15. Namun untuk membuktikan bahwa persamaan tersebut adalah benar untuk semua integerpositif, tidaklah efektif jika dilakukan secara manual.
Dalam matematika, terdapat langkah pembuktian terhadap suatu persamaan apakah akan berlaku
untuk semua anggota dalam domain-nya. Langkah pembuktian ini disebut dengan induksi matematika.
Induksi merupakan salah satu cara penarikan kesimpulan oleh manusia selain deduksi dan abduksi. Cara
ini dilakukan manusia dengan mengumpulkan beberapa fakta saja, kemudian memberlakukannya pada
semua domain.
Terdapat dua langkah pengujian dalam melakukan induksi matematika, yakni:
1.
Basis step (langkah basis)
Persamaan tersebut diuji pada suku pertama, yang dapat dimulai dari = 1 atau = 0. Daricontoh diatas, untuk = 1 maka didapati:
, dan
Baik melalui perhitungan deret (sisi kiri) maupun persamaan ekivalensi nya (sisi kanan), didapat
hasil yang sama yakni 1. Sehinggabasis step terpenuhi
2.
Inductive step (langkah induktif)
Setelah menguji basis step, maka langkah selanjutany adalah inductive step. Langkah ini menguji
apakah persamaan tersebut yang berlaku pada deret ke- juga berlaku untuk deret ke- .Sisi kiri menunjukkan pembuktian dengan men-subtitusi dengan . Sedangkan sisi kananmenunjukkan pembuktian dengan menambah satu suku berikutnya dari deret ke—.
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
41/42
Cara 1. Subtitusi dengan -
( )
Cara 2. Tambahkan dengan untukmenghasilkan
Karena Maka satu suku berikutnya adalah:
Sehingga:
Baik melalui subtitusi (sisi kiri) maupun penambahan suku selanjutnya (sisi kanan), didapat hasil
yang sama yakni . Sehingga inductive step terpenuhi.
Jika kedua pengujian pada basis step dan inductive step terpenuhi, maka dapat disimpulkan bawah
persamaan ∑ adalah benar untuk semua integer positif dari 1 sampai tak hingga.Contoh. Buktikan bahwa hasil penjumlahan baris bilangan ganjil integer positif hingga suku ke-n adalah
sama dengan !Jawab:
Diketahui bahwa baris bilangan ganjil integer positif adalah 1, 3, 5, 7, 9, ... dst
1.
Basis step
, dan Terpenuhi √
-
8/18/2019 MODUL AJAR Matematika Komputasi 6
42/42
2.
Inductive step
Cara 1. Subtitusi dengan -
Cara 2. Tambahkan dengan untukmenghasilkan
Karena Maka satu suku berikutnya dengan nilai = 2adalah:
Sehingga:
Terpenuhi √
Karena kedua pengujian terpenuhi , maka dapat disimpilkan bahwa adalah benar bahwa hasil
penjumlahan baris bilangan ganjil integer positif hingga suku ke-n untuk semua integer adalah sama
dengan .