mivi fix
DESCRIPTION
mivi fixTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awalnya antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, tetapi
sekarang beberapa antibiotika telah didapatkan dari tanaman tinggi atau
binatang. Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang idealnya hendaknya
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: harus mempunyai kemampuan untuk
merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar
jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi makin baik. Tidak
mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten parasit. Sehingga
memungkinkan mikroba yang biasanya nonpatogenik atau bentuk-bentuk
patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan
infeksi baru (Pelczar, 1988).
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada
tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang
sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali dipakai dalam ilmu
kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. Antibiotika ialah suatu bahan
kimia yang dikeluarkan oleh jasad renik atau hasil sintesis semi-sintesis yang
mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi atau
memusnahkan jasad renik lainnya (Dwidjoseputro, 2003).
Beberapa tanaman juga memiliki aktivitas yang sama seperti antibiotik
dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme, salah satunya adalah
rimpang jahe. Tanaman tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan
struktur molekul dan aktivitas biologi yang beraneka ragam. Rimpang jahe
adalah tanaman obat yang telah lama dikenal. Khasiat rimpang jahe adalah
sebagai pelega perut, obat batuk, obat rematik, penawar racun, antitusif,
laksatif, antasida dan antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan
aktif jahe (gingerol) mampu menghambat bakteri. Efek jahe mempunyai efek
antibakteri baik terhadap Gram positif maupun Gram negatif (Wiryawan dkk.,
2005). Penyakit yang umum disebabkan oleh bakteri seperti faringitis
bakterial (radang tenggorokan) dan impetigo (infeksi kulit) dapat diobati
dengan memanfaatkan jahe (Dwidjoseputro, 2003).
Salah satu cara terbaru dalam memproduksi senyawa metabolit
sekunder yang terdapat dalam tanaman adalah dengna memanfaatkan mikroba
endofit yang hidup dalam jaringan tanaman. Mikroba endofit adalah suatu
mikroba yang hidup berasosiasi di dalam jaringan tanaman inang. Asosiasi
yang terjadi umumnya bersifat simbiosis mutualisme, namun ada beberapa
diantaranya yang bersifat patogenetik. Mikroba endofit diisolasi dari jaringan
tanaman ditumbuhkan pada medium fermentasi dengan komposisi tertentu. Di
dalam medium fermentasi, mikroba endofit menghasilkan senyawa metabolit
sekunder seperti yang terkandung pada tanaman dengan bantuan aktivitas
enzim (Lutfi, 2004).
Pada makalah ini akan membahas bagaimana daya hambat berbagai
jenis rimpang terhadap beberapa bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, dan Candida albicans.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah :
1 Bagaimanakah pengaruh daya hambat dari berbagai jenis rimpang
terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
dan Candida albicans ?
2 Bagaimana metode yang digunakan untuk menguji daya hambat bakteri
patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida
albicans ?
3 Bagaimanakah keefektifan rimpang dalam menghambat pertumbuhan
bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Candida albicans ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1 Untuk mengetahui pengaruh daya hambat dari berbagai jenis rimpang
terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
dan Candida albicans.
2 Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk menguji daya hambat
bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Candida albicans.
3 Untuk mengetahui keefektifan rimpang dalam menghambat
pertumbuhan bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, dan Candida albicans.
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), yang
satu famili dengan temu-temuan lainnya seperti temulawak, temu hitam, kunyit,
kencur, lengkuas dan lain-lain. pada umumnya rasa jahe pedas, karena
mengandung senyawa gingerol. Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur
tanaman dan agroklimat setempat dimana tanaman jahe tumbuh. Sedangkan
aroma jahe disebabkan oleh adanya minyak atsiri yang umumnya berwarna
kuning dan sedikit kental (Santoso, 1994). Kandungan senyawa metabolit
sekunder pada tanaman jahe terutama golongan flavonoid, fenol, terpenoid dan
minyak atsiri umumnya dapat menghambat pertumbuhan patogen yang merugikan
kehidupan manusia diantaranya Escherichia coli, Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp, Rhizopus sp, dan Penicillium sp
(Sari, dkk., 2013).
Pada studi pustaka ini digunakan beberapa rimpang yang akan diuji
aktivitas antimikrobanya. Rimpang yang digunakan adalah jahe gajah (Z.
officinale var. Roscoe), jahe merah (Z. officinale var. Rubru), jahe emprit (Z.
officinale var. Amarum), lengkuas merah (Alpinia purpurata), lengkuas putih
(Alpinia galanga), lempuyang gajah (Z. zerumbet) dan bangle (Z. cassumanar).
Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA), medium Meuller Hinton
(MHA) dan medium Sabouraud Dekstrosa Agar (SDA). Biakan murni yang
digunakan adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, tersusun dalam
kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob,
tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Jawetz et al., 1995). S. aureus yang
patogen bersifat invasive dan menyebabkan hemolisis (Warsa, 1994). Infeksi oleh
S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka (Ryan, et al., 1994). Bakteri Escherichia coli dan
Bacillus subtilis merupakan kelompok bakteri enterobacteriaceae yang hidup di
dalam saluran pencernaan manusia sebagai penghuni usus (enteron) dan bersifat
patogen. Bakteri E. coli dapat menyebabkan gastroenteritis pada manusia (Nursal,
dkk., 2006). Escherichia coli digolongkn ke dalam bakteri Gram negatif yang
berbentuk batang pendek. (Smith-Keary, 1988; Jawetz et al., 1995). Candida
adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa
saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan
kaki (Brooks, 2007). Candida albicans sering menyebabkan infeksi, salah satunya
adalah infeksi superficial dari permukaan mukosa (orofaring, genitalia) yang
ditemukan pada individu yang sehat, infeksi yang lebih berat dapat ditemukan
pada orang yang mengalami penurunan sistem kekebalan.
Infeksi yang tak
tertangani bisa berakibat fatal, menyebabkan kecacatan bahkan kematian.
Candida albicans dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi pada manusia sehat
maupun pada penderita dengan penurunan sistem kekebalan tubuh (Jawetz et al.,
1995).
Gambar 1.Gambar mikroskopik masing-masing bakteri; (a) Staphylococcus
aureus (b) Escherichia coli, dan (c) Candida albicans (Yuwono,
2011; Smith-Keary, 1988; Jawetz, dkk., 1995)
Kandungan minyak atsiri jahe merah sekitar 2,58-2,72% dihitung
berdasarkan berat kering. Kandungan minyak atsiri atau jenis jahe yang lain jauh
berada di bawahnya. Pada jahe besar atau jahe gajah berkisar 0,82-1,68% dan jahe
kecil atau jahe emprit berkisar 1,5-3,3%. Minyak atsiri umumnya berwarna
(a)(c)(b)
kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa yang memberikan aroma yang
khas pada jahe. kandungan minyak atsiri dipengaruhi oleh umur tanaman, artinya
semakin tua umur jahe tersebut, semakin tinggi kandungan minyak atsirinya (Tim
Lentera, 2002).
Jahe yang diambil adalah pada bagian rimpang yang masih segar sebanyak
100 gr. Rimpang jahe selanjutnya dibersihkan dan dilakukan sterilisasi permukaan
dengan pemberian alkohol 70%. Alkohol 70% digunakan karena efektif untuk
membunuh hampir 90% bakteri karena bisa menembus dinding sel (Staf Pengajar,
2004). Rimpang jahe kemudian dikupas lalu dicuci dengan aquadest steril,
digerus, diperas lalu disaring untuk mendapat ekstrak dari rimpang jahe. Ekstrak
jahe tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf dan disentrifus
dengan kecepatan 10.000 rpm selama 5 menit. Medium MHA, MHB dan NA
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antimikroba dari suatu ekstrak alkaloid
(Villas, 2012). Sedangkan sabouraud agar merupakan medium selektif untuk
pertumbuhan jamur dan menghambat pertumbuhan bakteri (Gupta, dkk., 2013).
Medium-medium tersebut dibuat sesuai dengan komposisi yang ditetapkan.
Kertas cakram yang digunakan dibuat dari kertas saring Whatman no.42 dan
dibentuk dengan menggunakan pelobang kertas yang berukuran 6 mm kemudian
disterilkan dalam autoclave pada suhu 121oC dan tekanan 15 lbs selama 15 menit.
Biakan murni S. aureus, E. coli dan C. albicans selanjutnya diambil masing-
masing 1 ose dan diinokulasi pada akuades steril.
Penentuan daerah bebas mikroba dilakukan dengan menggunakan metode
difusi. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona bening yang
terbentuk di sekitar cakram. Cakram yang telah mengandung ekstrak rimpang jahe
tersebut sebelumnya diletakkan pada pelat agar yang mengandung organism yang
diuji. Konsentrasi menurun sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak
tertentu pada masing-masing cakram, ekstrak terdifusi sampai pada titik ekstrak
tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efek aktivitas ekstrak jahe
ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan tampak sebagai area jernih atau
bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba
terdifusi. Diameter zona selanjutnya diukur dengan penggaris (Harmita dan Radji,
2008). Berikut adalah hasil aktivitas beberapa rimpang jahe sebagai antimikroba
terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur:
Gambar 2. Daerah bebas mikroba ekstrak segar rimpang tujuh jenis jahe-jahean
terhadap pertumbuhan S. aureus; (a) jahe gajah (b) jahe merah (c)
jahe emprit (d) lengkuas (e) lengkuas putih (f) lempuyang (g) bangle.
Gambar 3. Daerah bebas mikroba ekstrak segar rimpang tujuh jenis jahe-jahean
terhadap pertumbuhan E. coli; (a) jahe gajah (b) jahe merah (c) jahe
emprit (d) lengkuas (e) lengkuas putih (f) lempuyang (g) bangle.
Gambar 4. Daerah bebas mikroba ekstrak segar rimpang tujuh jenis jahe-jahean
terhadap pertumbuhan C. albicans; (a) jahe gajah (b) jahe merah (c)
jahe emprit (d) lengkuas (e) lengkuas putih (f) lempuyang (g) bangle.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa beberapa ekstrak segar
rimpang jahe-jahean mampu menghambat pertumbuhan mikroba uji dengan
bervariasinya rata-rata diameter daerah bebas mikroba yang terbentuk. Hal ini
disebabkan karena ekstrak segar rimpang jahe-jahean mengandung senyawa
antimikroba. Ekstrak segar rimpang jahe-jahean mengandung beberapa komponen
minyak atsiri yang tersususn dari α-pinena, kamfena, kariofilena, β-pinena, α-
farnesena, sineol, isokariofilena, kariofilena-oksida dan germakon yang dapat
menghasilkan antimikroba untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Mulyani,
2010). Selain itu, pada literatur juga disebutkan bahwa rimpang jahe mengandung
senyawa kimia berupa ginger oil, minyak terbang, limonene, α-linolenat, dan
tepung kanji yang salah satunya berkhasiat sebagai antimikroba (Melcher dan
Subroto, 2006).
Ekstrak segar rimpang jahe-jahean memperlihatkan pengaruh yang
berbeda terhadap masing-masing mikroba uji. Ekstrak rimpang jahe merah
mempunyai diameter zona hambat paling besar terhadap dua mikroba uji, masing-
masing S. aureus (15,83 mm) dan E. coli (15,33 mm). Ekstrak segar rimpang jahe
gajah membentuk diameter terbesar terhadap mikroba uji C.albicans (10,7 mm)
dan berbeda nyata dibandingkan dengan ekstrak segar rimpang jahe lainnya yang
memiliki diameter zona hambat terhadap ketiga mikroba uji berkisar 7-14 mm.
Hal ini diduga karena komponen kimia utama penyusun minyak atsiri pada jahe
adalah zingiberene yang memiliki senyawa aktif yang bersifat antimikroba,
dengan jumlah yang bervariasi dari beberapa jenis-jenis jahe (Wulandari 2010).
Rimpang jahe-jahean mengandung senyawa antimikroba golongan fenol,
flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe merupakan
golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Terhambatnya pertumbuhan mikroba oleh ekstrak segar rimpang jahe-jahean (Z.
officinale) dapat dilihat dari daerah bebas mikroba yang terbentuk di sekitar kertas
cakram yang mengandung ekstrak segar rimpang jahe-jahean disebabkan karena
adanya senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak (Nursal, dkk., 2006).
Adanya senyawa fenol mengakibatkan terjadinya penghambatan pada sintesis
dinding sel. Penghambatan pertumbuhan sel mikroba oleh komponen fenol atau
alcohol dari rempah-rempah disebabkan kemampuan fenol untuk mendenaturasi
protein dan merusak membrane sel dengan cara melarutkan lemak yang terdapat
pada dinding sel, karena senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke
fase lemak (Purwani, dkk., 2009).
Proses perakitan dinding sel mikroba diawali dengan pembentukan rantai
peptide yang akan membentuk jembatan silang peptide yang menggabungkan
rantai glikan dari peptidoglikan pada rantai yang lain sehingga menyebabkan
dinding sel terakit sempurna. Jika ada kerusakan pada dinding sel atau ada
hambatan dalam pembentukannya dapat terjadi lisis pada sel mikroba sehingga
mikroba segera kehilangan kemampuan membentuk koloni dan diikuti dengan
kematian sel mikroba. Pemberian antimikroba dari ekstrak jahe dapat
mengahambat perakitan dinding sel dan mengakibatkan penggabungan rantai
glikan tidak terhubung ke dalam peptidoglikan dinding sel menuju suatu struktur
yang lemah dan menyebabkan kematian mikroba (Ajizah, dkk., 2007). Adapun
zona hambat masing-masing ekstrak segar rimpang jahe terhadap ketiga mikro uji
sebagai berikut:
Tabel 1. Rata-rata diameter daerah bebas mikroba ekstrak segar tujuh rimpang
tanaman jahe-jahean terhadap mikroba uji S. aureus, E. coli dan C.
albicans.
Adanya aktivitas antimikroba dimungkinkan adanya senyawa antimikroba
yang dapat merusak dinding sel sehingga terjadi lisis (pecah), mengubah
kemampuan penyerapan membran sitoplasma sehingga sel bocor, menyebabkan
kerusakan protein sel, menghamabt kerja enzim dalam sel, merusak molekul
protein dan asam nukleat, serta menghambat sintesis asam nukleat sehingga
bakteri mati (Utami dan Puspaningtyas, 2013).
Hasil yang didapat dari tujuh ekstrak segar rimpang jahe-jahean terhadap
mikroba uji memperlihatkan pengaruh yang berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan oleh kandungan ekstrak jahe yang berbeda. Kandungan gingerols dan
zingiberen dalam rimpang jahe termasuk dalam golongan minyak atsiri. Minyak
atsiri dapat menggangu proses pembentukan membrane atau dinding sel bakteri,
sehingga dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri
yang aktif sebagai anti bakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil
(-OH) dan karbonil (Juliantina, dkk., 2008).
Gingerol merupakan senyawa turunan fenol yang berinteraksi dengan sel
bakteri melalui proses adsorpsi dengan melibatkan ikatan hidrogen. Fenol pada
kadar rendah berinteraksi dengan protein membentuk kompleks protein fenol.
Ikatan antara protein dan fenol adalah ikatan yang lemah dan segera mengalami
peruraian. Fenol yang bebas akan berpentrasi ke dalam sel, menyebabkan
presipitasi dan denaturasi protein. Pada kadartinggi fenol menyebabkan koagulasi
protein sehingga membrane sel mengalami lisis (Juliantina, dkk., 2008). Ekstrak
rimpang jahe gajah mengandung senyawa gingerol, gingerdiol dan zingerone yang
memilikii efek anti jamur dengan spektrum luas. Itulah sebabnya jahe gajah dapat
menghamabt pertumbuhan mikroba uji C. albicans (Aprilia, 2010).
Pada studi pustaka ini, respon daya hambat ekstrak segar rimpang jahe
terhadap mikroba uji berdasarkan kategori daya hambat adalah sebagai berikut:
diameter zona hambat 10 mm dikatakan tidak menghambat pertumbuhan
mikroba uji (T), diameter 11-15 mm dikategorikan lemah (L), diameter 16-20 mm
dikategorikan sedang (S) dan diameter > 20 mm dikategorikan kuat (K).
berdasarkan klasifikasi tersebut ekstrak segar rimpang jahe merah dikategorikan
sedang (S) dalam menghamabt pertumbuhan S. aureus dan E. coli. Sedangkan
ekstrak segar rimpang jahe gajah dikategorikan lemah (L) dalam menghambat
pertumbuhan C. albicans.
Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas
media biakan, kecepatan difusi antibiotic atau ekstrak, konsentrasi antibiotic atau
ekstrak pada cakram filter, sensitivitas organism terhadap ekstrak, dan interaksi
ekstrak dengan media (Harmita dan Radji, 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A., Thihana., Mirhanuddin. 2007. Potensi Ekstrak Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Bioscientiae. Vol 4(1) : 37-42
Aprilia, F. 2010. Efektifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.) 3,13% dibandingkan Ketokonazol 2% Terhadap Pertumbuhan Malassezia sp. pada Ketombe. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang
Brooks, G. F., K. C. Carroll., J. S. Butel., S. A. Morse. 2007. Medical Microbioogy. 24th ed. Mc Graw Hill Medical. United State of America
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Gupta, V. K. dan M. G. Tuohy. 2013. Laboratory Protocols in Fungal Biology Current Methods in Fungal Biology. Springer. New York
Harmita dan M. Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Jawetz, E., J. L. Melnick., E. A. Adelberg., G. F. Brooks., J. S. Butel., dan L. N. Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa : Nugroho & R.F.Maulany). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Juliantina, F., D. A. Citra., B. Nirwani., T. Nurmasitoh., E. T. Bowo. 2008. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Jurnal Kedokteran Kesehatan Indonesia.
Melcher, H. dan M. A. Subroto. 2006. Gempur Penyakit dengan Minyak Herbal Papua. Agro Media Pustaka. Jakarta
Mulyani, S. 2010. Komponen dan Anti-Bakteri dari Fraksi Kristal Minyak Zingiber zerumbet. Majalah Farmasi Indonesia. Vol 21(3) : 178-184
Nursal, S. Wulandari., W. S. Juwita. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb) dalam Mengahambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis. Vol 2(2) : 64-66. ISSN: 1829-5460
Pelczar, M. J. & Chn, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Purwani, E. S. W. N. Hapsari., R. Rauf. 2009. Respon Hambatan Bakteri Gram Positif dan Negatif Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diawetkan Dengan Ekstrak Jahe (Zingiber officinale). Jurnal Kesehatan. Vol 2(1) : 61-70: ISSN 1979-7621
Ryan, K. J., J. J. Champoux, S. Falkow., J. J. Plonde., W. L. Drew., F. C. Neidhardt., C. G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd ed. Appleton & Lange. Connecticut
Santoso, H. B. 1994. Jahe. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sari, K. I. P., Periadnadi., N. Nasir. 2013. Uji Antimikroba Ekstrak Segar Jahe-jahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans. Jurnal Biologi U niversitas Andalas. Vol (2)1 : 20-24. ISSN: 2303-2162
Smith-Keary P. F., 1988. Genetic Elements in Escherichia coli. Macmillan Molecular biology series. London
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Tim Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Agro Media Pustaka. Jakarta
Utami, P. dan D. E. Puspaningtyas. 2013. The Miracle of Herbs. Agro Media Pustaka. Jakarta
Vilas, A. M. 2012. Microbes in Applied Research Current Advances and Challenges. World Scientific Publishing. Singapore
Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta
Wiryawan, K. G., S. Suharti dan M. Bintang. 2005. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap Salmonella typhimurium Serta Pengaruh Bawang Putih Terhadap Performans dan Respon Imun Ayam Pedaging. Jurnal Media Peternakan, 28(2): 52-62.
Wolff, K., R. A. Johnson., Suurmond D. 2005. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. edisi 5. McGraw-Hill. New York
Wulandari, Y. M. 2011. Karakteristik Minyak Atsiri Beberapa Varietas Jahe (Zingiber Officinale) Teknologi Pertanian. Jurnal Kimia dan Teknologi
Yuwono. 2011. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA): Ancaman Serius Pada Penatalaksanaan Pasien Infeksi. Syifa’ Medika. Vol 1(2): 117-123
LAMPIRAN PRESENTASI