pemadatan fix

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat mineral-mineral padat yang tidak tersementasi dan dari bahan-bahan organic yang telah melapuk disertai zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong antara partikel padat.. Tanah sudah tidak asing lagi bagi orang-orang yang tinggal di bumi ini karena sering di jumpai. Mahluk hidup sangat memerlukan tanah karena dengan adany tanah maka mahluk hidup tersebut dapat hidup dengan normal, tempat mereka berpijak, tempat mereka tumbuh dan lain-lain. Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran dari setiap butiran padat tersebut sangat berfariasi dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari factor-faktor ukuran, bentuk, dan komposisi kimia dari butiran. Untuk lebih jelasnya mengenai factor-faktor tersebut , harus lebih dikenal terlebih dahulu tipe-tipe dasar dari

Upload: lambang-adi-s

Post on 25-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jhj

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat mineral-mineral

padat yang tidak tersementasi dan dari bahan-bahan organic yang telah melapuk

disertai zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong antara partikel padat..

Tanah sudah tidak asing lagi bagi orang-orang yang tinggal di bumi ini karena

sering di jumpai. Mahluk hidup sangat memerlukan tanah karena dengan adany

tanah maka mahluk hidup tersebut dapat hidup dengan normal, tempat mereka

berpijak, tempat mereka tumbuh dan lain-lain.

Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah

merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran dari setiap butiran padat

tersebut sangat berfariasi dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari

factor-faktor ukuran, bentuk, dan komposisi kimia dari butiran. Untuk lebih

jelasnya mengenai factor-faktor tersebut , harus lebih dikenal terlebih dahulu

tipe-tipe dasar dari batuan yang membentuk kerak bumi , mineral-mineral yang

membentuk batuan , dan proses pelapukan.

Tanah terdiri dari tiga fase, yaitu butiran padat, air dan udara. Dan untuk

memisahkan antara tanah dengan air, di gunakan uji kadar air untuk

menghilangkan airnya, dimana tanah nantinya akan di oven selama 24 jam

sehingga di dapat berat tanah kering, dan kita dapat mengetahui berapa berat

airnya.

Dalam praktikum kali ini kita akan membahas tentang Pemadatan.

Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan hubungan antara kadar air

dan kepadatan (berat volume kering) tanah bila dipadatkan dengan alat

pemadatan tertentu, sedangkan tujuan dari percobaan pemadatan ini adalah

untuk mendapatkan nilai pemadatan yang terbaik / maksimum pada kondisi

kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.

Diharapkan setelah melakukan percobaan ini, praktikan dapat memahami

tentang uji pemadatan ini, serta dapat mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan

laboratorium maupun di lapangan.

1.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu :

Untuk mendapatkan nilai pemadatan yang terbaik/maksimum pada kondisi

kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.

BAB 2

DASAR TEORI

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material

yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi

(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organic yang melapuk

(yang partikel padata) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang

kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Mineral-mineral yang membentuk

bagian padat dari tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran dari setiap

butiran padat tersebut sangat beragam dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak

tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk dan komposisi kimia dari butiran.

Ukuran dari partikel tanah sangat beragam dengan bervariasi yang cukup

besar. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel) , pasir (sand) , lanau

(silt) ,atau lempung (clay), tergsntung pada ukuran partikel yang paling dominan

terhadap tanah tersebut. Kerikil (gravel) adalah kepingan-kepingan dari batuan yang

kadang-kadang juga mengandung partikel-partikel mineral quartz, feldspar dan

mineral-mineral lain. Pasir (sand) sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan

feldspar. Butiran dari mineral lain mungkin juga masih ada pada golongan ini.

Lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mkroskopis (berukuran sangat kecil)

dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus , dan sejumlah

partikel berbentuk lewmpengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan dari

mineral-mineral mika. Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel

mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengsn

mikroskop biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan

partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals), dan mineral-

mineral halus lainnya.

Dari segi mineral(bukan ukurannya), yang disebut tanah lempung (dan

mineral lempung) ialah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang

menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air. Jadi dari segi

mineral, tanah dapat juga disebut sebagai tanah bukan lempung (non-clay soil)

meskipun terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil (partikel-partikel

quartz,feldspar dan mika dapat berukuran submikroskopis, tetapi umumnya mereka

tidsk dapat menyebabkan sifat plastis dari tanah). Dari segi ukuran, partikel-partikel

tersebut memang dapat digolongkan sebagai partikel lempung. Untuk itu akan lebih

tepat apabila partikel-partikel tanah yang berukuran lebih kecil dari 2 mikron (=2μ),

atau <5 mikron menurt sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel

berukuran lempung daripada disebut sebagai lempung saja. Partikel-partikel dari

mineral lempung biasanya berukuran koloid (<1μ) dan ukuran 2μ merupakan batas

atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung.

Istilah “tanah” dalam bidang Mekanika Tanah dimaksudkan untuk mencakup

semua bahan dari tanah lempung (clay) sampai berangkal (batu-batu besar). Semua

macam tanah ini secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran tanahnya sendiri,

serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir-butir tersebut. Ruangan

ini disebut pori (voids). Apabila tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada

air sama sekali dalam porinya. Keadaan semacam ini jarang ditemukan pada tanah

yang masih dalam keadaan asli di lapangan. Air hanya dapat dihilangkan sama sekali

dari tanah apabila diambil tindakan khusus, misalnya dengan memanaskannya dalam

oven pada suhu tertentu, tanah dengan kondisi demikaian disebut tanah dalam

keadaan kering. Sedangkan apabila kondisi tanah yang poro-porinya sama sekali

tidak mengandung udara tetapi terisi oleh air semua, maka tanah dengan kondisi

demikian disebut tanah dalam keadaan jenuh. Untuk tanah yang pori-porinya

mengandung air dan udara, maka kondisi demikian disebut tanah dalam keadaan

basah.

Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, artinya tanah adalah

sesuatu yang berwujud, dapat diukur beratnya, volumenya dan luasnya. Dengan

demikian tanah menduduki ruang tertentu di muka bumi Sifat-sifat suatu macam

tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirnya. Karena itu pengukuran

besarnya butir tanah merupakan suatu percobaan penting yang sering dilakukan

dalam Mekanika Tanah.

Tanah terbagi dari dua bagian, yaitu bagian padat dan bagian rongga. Bagian

padat terdiri dari partikel – partikel padat, sedangkan bagian berongga terisi air atau

udara setengahnya bila tanah tersebut jenuh atau kering. Apabila gumpalan tanah

tidak sepenuhnya dalam keadaan basah atau jenuh, maka rongga tanah akan terisi

oleh air dan udara.

Tanah berbutir kasar (coarse grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir ≥

0,075 mm atau tanah yang tertahan pada saringan no. 200. Tanah berbutir halus (fine

grained soil) adalah tanah dengan ukuran butir < 0,075 mm atau tanah yang lolos

ayakan no. 200.

Tanah tidak seperti besi atau baja dan beton yang tidak banyak ragam sifat –

sifat fisiknya. Keragaman ini menentuakn sifat tanah dengan berbagai persoalan

sesuai dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaan.

Mekanika tanah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Hal ini dapat

dilihat dari pekerjaan-pekerjaan sipil yang sangat banyak hubungannya dengan

masalah tanah. Misalnya pengujian tanah, pengklasifikasian tanah, sifat-sifat tanah

alami dan lain sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu mekanika tanah

adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tanah, yang ditinjau dari segi fisik, sifat

maupun karakternya.

Tanah ditinjau secara geologis merupakan bahan organic, sedangkan untuk

tanah yang merupakan batuan tetap merupakan ilmu tersendiri yaitu ilmu mekanika

batuan. Pada dasarnya semua macam jenis tanah terdiri dari tiga bahan utama yang

membentuknya, yaitu : butiran tanah itu sendiri, air dalam tanah dan udara yang

berada dalamruangan (pori) diantara butir-butir tanahnya.

Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan

teknik dan sebagai pendukung pondasi dari bangunan. Oleh karena itu, haruslah

diketahui sifat-sifat dasar tanah seperti asal usul tanah, penyebaran ukuran butir,

kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila menerima bermacam-macam

gaya.

Sifat – sifat penting tanah untuk sebuah proyek tergantung pada jenis atau

fungsi proyek. Sesuai dengan sifat – sifatnya penting diketahui tipe proyek yang

dilaksanakan. Adapun sifat – sifatnya antara lain:

Permeabilitas (Permeability)

Sifat ini untuk mengukur atau menentukan kemampuan tanah dilewati air

melalui pori – porinya.

Sifat ini penting dalam konstruksi bendung tanah urugan dan persoalan

drainase.

Konsolidasi (Consolidation)

Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban.

Sifat ini dipergunakan untuk menghitung penurunan bangunan.

Tegangan geser (Shear Strength)

Untuk menentukan kemampuan tanahn menahan tekanan – tekanan tanpa

mengalami keruntuhan.

Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas pondasi atau dasar yang

dibebani, stabilitas tanah isian atau timbunan di belakang bangunan penahan

tanah dan stabilitas timbunan tanah.

Pemadatan

Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, bandungan tanah, dan

banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan

untuk meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk

meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung

pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah

yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan

(embankments). Penggilas besi berpermukaan halus (smoot-wheel rollers), dan

penggilas getar (vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan di lapangan

untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk

memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaman yang cukup besar dari

permukaan tanah. Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut vibroflotation

(pemadatan getar apung).

Prinsip-prinsip umum pemadatan

Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang

dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air

tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumnas) pada partikel-partikel

tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah bergerak

dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat.

Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila

kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat. Harap dicatat bahwa pada

saat kadar air w=0, berat volume basah dari tanah (γ) adalah sama dengan berat

volume keringnya (γd), atau

Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan

yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga

meningkat secara bertahap pula. Misalnya, pada w = w1, berat volume basah dari

tanah sama dengan:

Berat volume kering dari tanah tersebut pada kadar air ini dapat dinyatakan

dalam

Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan kadar air

justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan

karena air tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang

sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana

harga berat volume kering maksimum tanah dicapai disebut kadar air optimum.

Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum dilakukan untuk

mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah Proctor

Compaction Test (Uji Pemadatan Proctor, menurut nama penemunya, Proctor, 1933).

Cara dan prosedur untuk melakukan percobaan tersebut akan dibahas dalam uraian-

uraian berikut.

Uji Proctor Standar (Standard Proctor Test)

Pada uji Proctor, tanah dipadatkan dalam sebuah cetakan silinder bervolume

1/30 ft3 (= 943,3 cm3). Diameter cetakan tersebut adalah 4 in. (=101,6 mm). Selama

percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelem pada sebuah pelat dasar dan di

atasnya diberi perpanjangan (juga berbentuk silinder). Tanah dicampur air dengan

kadar yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan penumbuk

khusus. Pemadatan tanah tersebut dilakukan dalam 3 (tiga) lapisan (dengan tebal tiap

lapisan kira-kira 1,0 in.) dan jumlah tumbukan adalah 25 x setiap lapisan. Berat

penumbuk adalah 5,5 lb (massa = 2,5 kg) dan tinggi jatuh sebesar 12 in. (=304,8

mm). Untuk setiap percobaan, berat volume basah γ dari tanah yang dipadatkan

tersebut dapat dihitungan sebagai berikut:

Dimana :

W = berat tanah yang dipadatkan di dalam cetakan

V(m) = volume cetakan (= 1/30 ft3 = 943,3 cm3)

Juga pada setiap percobaan besarnya kadar air dalam tanah yang dipadatkan

tersebut dapat ditentukan di laboratorium. Bila kadar air tersebut diketahui, berat

volume kering γd dari tanah tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Dimana w(%) = Presentase kadar air

Harga γd dari persamaan di atas dapat digambarkan terhadap kadar air untuk

mendapatkan berat volum kering maksimum dan kadar air optimum

Prosedur pelaksanaan Uji Proctor Standart telah dirinci dalam ASTM Test

Designation D-698 dan dalam AASHTO Test Designation T-99.

Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara teorotis

didapat bila pori-pori tanah sudah tidak ada udaranya lagi, yaitu pada saat di mana

derajat kejenuhan tanah sama dengan 100%. Jadi berat volume kering maksimum

(teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi ”zero air voids” ( pori-pori

tanah tidak mengandung udara sama sekali) dapat ditulis sebagai:

Dimana :

γzav = berat volum pada kondisi zero air voids

γw = berat volume air

e = angka pori

Gs = berat spesifik butiran padat tanah

Untuk keadaan tanah jenuh 100%, e = wGs, jadi

Di mana w = kadar air

Untuk mendapatkan variasi dari γzav terhadap kadar air, gunakanlah prosedur

berikut:

1. Tentukan berat spesifik butiran pada tanah

2. Cari berat volume air (γw)

3. Tentukan sendiri beberapa harga kadar air w, misalnya 5%, 10%, 15%,...

dan seterusnya

4. Gunakan persamaan di atas untuk mencari γzav dari kadar-kadar air

tersebut

Pemadatan disini diartikan sebagai suatu proses dimana udara pada pori-pori

tanah dikeluarkan dengan suatu cara mekanis (digilas / ditumbuk). Kepadatan yang

dicapai tergantung dari banyaknya air dalam tanah tersebut, yaitu kadar airnya. Untuk

pembuatan timbunan tanah untuk jalan, struktur teknik, bandungan tanah, tanah yang

lepas harus dipadatkan untuk memperbaiki sifat-sifat dari tanah yang dapat memberi

akibat buruk pada konstruksi.

Ada dua cara pemadatan yang didasarkan pada jumlah tenaga yaitu

pemadatan standart dan memadatan berat atau modifikasi. Yang membedakan antara

keduanya adalah pada panjang penumbuk, pemadatan berat atau modifikasi

menggunakan penumbuk yang lebih panjang dibandingkan dengan pemadatan

standard.

STANDARD

Cara A Cara B Cara C Cara D

1 Silinder pemadatan kecil besar kecil besar

2 Material, lewat saringan No.4 No.4 ¾” 3/4”

Penumbuk Standard Standard Standard Standard

Jumlah lapis 3 3 3 3

5 Jumlah tumbukan tiap lapis 25 56 25 56

6 Material siap tumbuk 2,7 kg 6,4 kg 4,5 kg 10 kg

BERAT (MODIFIED)

Cara A Cara B Cara C Cara D

1 Silinder pemadatan kecil besar kecil besar

2 Material, lewat saringan No.4 No.4 ¾” 3/4”

3 Penumbuk berat berat berat Berat

4 Jumlah lapis 5 5 5 5

5 Jumlah tumbukan tiap lapis 25 56 25 56

6 Material siap tumbuk yang

perlu disediakan setiap kali

3,2 kg 7,3 kg 5,4 kg 11,3 kg

16

17

12

14

11 135

10

157

lapisan kedua

lapisan pertama

1

2

3 4

5

6 7

8

9

22

25

18

20

24 195

23

217

lapisan ketiga

Garis luar cetakan tanah

Tapak dari pemadatan oleh penumbuk (tahap urutan dari pukulan alat penumbuk)

6.4 mm D. Slud

3.2 mm 108.0 mm

15.9 mm

12.7 mm

9.5 mm

6.4 mm

6.4 mm 9.5 mm

12.7 mm

0.8 mm

9.5 mm

152 mm

50.8

mm

101.6 0.406 mm

116.

434

0.

127

mm

114.3 mm

9.5 mm

50.8

mm

60.3

mm

Gambar 4 : Cara melakukan penumbukan

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan :

Penumbuk berat (modified)

Mould/Silinder Pemadatan

Contoh tanah

Cawan

Alat untuk mengeluarkan contoh tanah

Timbangan dengan kapasitas 12 kg dengan ketelitian 5gr

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Pisau perata contoh tanah

Saringan no. 4

Oven listrik dengan suhu > 1000C

3.2 Prosedur Percobaan

Silinder/mould yang akan digunakan dibersihkan. Timbang silinder/mold

dengn ketelitian 5gram (M1) dan hitung volumenya.

Mould dijadikan satu dan letakkan pada alas yang kokoh.

Ambil contoh tanah (dalam keadaaan kering) yang lolos saringan no. 4 dan

dengan ketentuan banyaknya sebesar 2,7 kg.

Kemudian tuang air dengan kadar yang berbeda

(300ml,400ml,500ml,600ml).

Kemudian masukkan kedalam mould lapisan yang pertama.

Tumbuk dengan alat penumbuk dengan pola yang telah ditentukan.

Isikan lagi untuk lapis berikutnya dengan jumlah tumbukan sama dengan

lapisan pertama.

Pengisian dilanjutkan hingga 3 lapisan. Sambungan mould harus digunakan

untuk mengindari meleset keluarnya alat penumbuk.

Setelah selesai penumbukan, potong disekitar leher silinder dengan pisau

dan lepaskan dari platnya.

Gunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga betul-betul

rata bagian atas dan bawahnnya.

Timbang silinder berisi tanah tersebut.(M2)

Keluarkan contoh tanah tersebut dan ambil sedikit untuk pemeriksaan kadar

air.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Uji

Berat Silinder = 1750 gram

Diameter silinder (D) = 10,1 cm

Tinggi silinder = 11,4 cm

Volume = r2 t

= 3,14 x (5,05)2 x 11,4

= 1063,7 cm3

Massa Penumbuk = 4247 gram

Jumlah Lapisan = 3 lapis

Jmlh. Tumbukan/lapis = 25 / 25 / 25

Tabel daftar pemadatan

Ukuran silinder

Diameter = 10,1cm

Tinggi = 11,4cm Berat penumbuk = 4247 gr

Volume = 913,71 cm3 Jumlah lapisan = 3 Tumbukan per lapisan = 25

Percobaan nomor 1 2 3 4

Berat silinder + tanah basah 3248,1 3310,6 3425,5 3457,4

Berat silinder 1745,7 1745,7 1745,7 1745,7

Berat tanah padat (A gr) 1502,4 1564,9 1679,8 1711,7

Volume (V) 913,71 913,71 913,71 913,71

Berat volume basah : γb = A/V 1,644 1,712 1,838 1,8733

No. Cawan timbang I9 H3 J9 H9 8 C6 A8 R2

Berat cawan kosong W1 12,6 12,5 13,6 12,7 12,7 12,8 12,6 12,5

Berat cawan + tanah basah W2 57,4 58,3 42,0 39,1 61,8 44,6 35,5 42,0

Berat cawan + tanah kering W3 49,6 50,7 36,0 33,7 50,5 37,2 29,7 34,7

Berat Gambut A’= W2 -- W3 7,8 7,6 6 5,4 11,3 7,4 5,8 7,3

Berattanah kering B = W3 - W1 37 38,2 22,4 21 37,8 24,4 17,1 22,2

Kadar air W=A/Bx100% 0,211 0,1989 0,2678 0,257 0,2989 0,30 0,339 0,328

Kadar air rata-rata % 0,205 0,2624 0,3011 0,334

Berat volume kering (gram/cm3) :

γd = 1,364 1,356 1,413 1,404

4.2. Prosedur Perhitungan

1. Percobaan 1

Berat volume basah : γ = =

( Cawan D2 ):

Berat gambut : A’ = W2 – W3 = 57,4– 49,6 = 7,8 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 =49,6 – 12,6 = 37 gram

Kadar air : w = =

( Cawan 6 ):

Berat Gambut : A’ = W2 – W3 = 58,3 – 50,7 = 7,6 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 50,7 – 12,5 = 38,2 gram

Kadar air : w = =

Kadar air rata-rata:

Berat volume kering : γd = =

2. Percobaan 2

Berat volume basah : γ = =

( Cawan B3 ):

Berat Gambut : A’ = W2 – W3 = 42,0 - 36,0 = 6 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 36,0 – 13,6 = 22,4 gram

Kadar air : w = =

( Cawan F6 ):

Berat air : A’ = W2 – W3 = 39,1 – 33,7 = 5,4 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 33,7 – 12,7 = 21 gram

Kadar air : w = = = 0,257

Kadar air rata-rata:

Berat volume kering : γd = =

3. Percobaan 3

Berat volume basah : γb = =

( Cawan A9 ):

Berat Gambut: A’ = W2 – W3 = 61,8 – 50,5 = 11,3 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 50,5 – 12,7 = 37,8 gram

Kadar air : w = =

( Cawan I10 ):

Berat Gambut: A’ = W2 – W3 = 44,6 – 37,2 = 7,4 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 37,2 – 12,8 = 24,4 gram

Kadar air : w = = = 0,3033

Kadar air rata-rata:

Berat volume kering : γd = =

4. Percobaan 4

Berat volume basah : γb = =

( Cawan B15 ):

Berat Gambut: A’ = W2 – W3 = 35,5 – 29,7 = 5,8 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 29,7 – 12,6 = 17,1 gram

Kadar air : w = =

( Cawan F3 ):

Berat Gambut: A’ = W2 – W3 = 42,0 – 29,7 = 7,3 gram

Berat tanah kering : B = W3 – W1 = 34,7 – 12,5 = 22,2 gram

Kadar air : w = =

Kadar air rata-rata:

Berat volume kering : γd = =

4.3. Pembahasan

Pada percobaan nomor 1, digunakan air sebanyak 300ml untuk di

campur dengan tanah yang sudah disaring (saringan No.4).

Harga-harga γd dari perhitungan di atas dapat digambarkan terhadap

kadar air untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air

optimum. Persamaan tersebut menunjukkan suatu grafik hasil pemadatan suatu

tanah lempung berlanau.

Dari ketidaksesuaian grafik diatas dapat dilihat bahwa dalam melakukan

percobaan tersebut terdapat faktor - faktor kesalahan,yakni ketidakseragaman

pengambilan berat sampel tanah,kurang meratanya adukan yang dilakukan saat

menambahkan kadar air pada tanah dan ketidakseragaman memberikan

kekuatan pada saat menumbuk tanah(pemadatan).

Jadi dari grafik dapatdisimpulkan bahwa kadar air optimum yaitu 0,3011

dan berat volume kering maksimum ialah 1,413gram/cm3.

BAB 5

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari percobaan yang tekah dilakukan, pada grafik

hubungan kepadatan kering dan kadar air di atas, dapat disimpulkan nilai kadar

air yang terbaik (wopt) untuk tanah yang digunakan sebagai sampel yaitu pada

0,3011 untuk mencapai γd terbesar atau kepadatan maksimum (γd maks) 1,413

.

4.2. Saran

Pada setiap percobaan pemadatan dilakukan penambahan

air dengan jumlah yang tetap agar di dapat hasil yang optimal.

Diharapkan dalam melakukan penumbukan dilakukan

dengan benar-benar sesuai dengan pola dan jumlah tumbukan yang telah

ditentukan agar didapat hasil yang diinginkan

LAMPIRAN

SKETSA PELAKSANAAN PRAKTIKUM