makalah kaveweita selekta 8
DESCRIPTION
eewTRANSCRIPT
MAKALAH
KAPITA SELEKTA KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JUDUL : PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
DOSEN PENGAMPU : MA’RUF M.AG
DISUSUN OLEH
SITI KAMSIAH ( 1101210489 )
UTA JULIATARI (110121
SEMESTER/KELAS: V / B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONTIANAK
2012
PENDAHULUAN
Kita sebagai warga negara Indonesia yang beriman dan bertakwa,
patriotik (cinta tanah air) menjadikan falsafah pancasila sebagai pedoman
hidup bernegara dan bermasyarakat. Sepakat bahwa pendidikan agama
(khusunya islam) harus kita sukseskan dalam pelaksanaanya pada semua
jenis, jenjang dan jalurnya. Sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa
seperti telah digariskan dalam Tap-Tap MPR, terutama Tap MPR terbaru
no.II/MPR/1988 dan undang-undang no.2/1989 telah menjabarkan
inspirasi tersebut yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan oleh
presiden. Sehingga dasar yuridis nasional kita yang mengingkat sseluruh
warga negara Indonesia kedalam satu sistem pendidikan nasional.
Permasalahan yang perlu kita bahas adalah bagaimana cara
pelaksanaan agar pendidikan agama kita lebih berguna dalam mewujudkan
generasi bangsa yang berkualitas unggul, lahiriah, dan batiniah.
Berkemampuan tinggi dalam kehidupan akliah dan akidah serta berbobot
dalam perilaku amaliah dan mamalah. Sehingga survive dalam arus
dinamika perubahan sosial budaya pada masa hidupnya. Ketahanan mental
spiritual dan fisik berkat pendidikan agama kita benar-benar berfungsi
efektif bagi kehidupan generasi bangsa dari waktu ke waktu.
Idealitas tersebut baru dapat terlaksana dengan tepat sasaran jika
kita mampu meletakkan strategi dasar yang berwawasan jauh ke masa
depan kehidupan bangsa, kehidupan yang dihadapkan kepada kemajuan
ilmu dan teknologi canggih yang semakin sekularistik arahnya.
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
A. Pengertian Pendidikan Islam
Persepi ilmuan kita pada saat ini tentang arti pendidikan, misalnya
seperti ditetapkan dalam UU No.2/1989 tersebut mengandung implikasi
yang lebih komprehensip ketimbang arti pengajaran. Sehingga
“pendidikan” menurut pasal 1 ayat (1) diberi arti :”usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran,dan atau
latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.” Jelas disini, pendidikan
mencakup proses kegiatan pengajaran di samping bimbingan dan latihan.
Lebih diorentasikan kemasa depan, yang mana fenomenanya tak lan
adalah pencerminan betapa pentingnya penguasaan dan pemanfaatan serta
pengendalian kemajan iptek bagi pembangunan bangsa. (muzayyin
arifin:205)
Pendidikan islam menurut Zarkowi Soejoeti adalah terbagi dalam
tiga pengertian yaitu:
1. Pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan
penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita – cita
untuk mengejewantahkan nilai – nilai islam,baik yang tercermin dalam
lembaganya,maupun dalam kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan.
Disini kata islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan
diwujdkan dalam seluruh kegiatan pendidikan.
2. Pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang memberikan perhatian
sekaligus menjadikan ajaran islam sebagai pengetahuan untuk program
studi yang diseleggarakan. Disini kata islam ditempatkan sebagai
bidang studi,sebagai ilmu,dan diperlakukan sebagai ilmu lain.
3. Pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang mencakup kedua
pengertian diatas. Disini kata islam ditempatkan sebagai sumber nilai
sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program studi
yang diselenggarakan.
B. Pengertian Pendidikan Nasional
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar kepada
kebudayaan bangsa indonesia yang berdasarkan pada pancasila dan
undang- undang Dasar 1945. Adapun sistem pendidikan nasional adalah
satu keseluruhan yang terpadu dari semua satan dan kegiatan pendidikan
yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya
tujaan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia indonesia dala rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional. Tujuan pendiidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beariman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi
pekerta luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan islam tidak tertuju kepada pembentukan kemampuan
akal saja,melainkan tertuju kepada setiap bagian jiwa sehigga setiap
bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana yang
dikehendaki oleh allah. Pendidikan islam bukan hanya membentuk dan
meningkatkan kemampuan kerja setiap bagian jiwa itu, tetapi juga
membentuk sistem kerja setiap bagian jiwa itu persis dengan yang allah
kehendaki dan juga membentuk kemampuan memanifeskan isi jiwa
kedalam bicara yang benar dan baik, kedalam sikaf yang baik dan benar
kedalam sikaf perangai yang benar dan baik, kedalam perbuatan dan kerja
yang benar dan baik. Benar dan baik itu bukan menurut pendapat atau
selera manusian, melainkan benar dan baik menurut ukuran dari allah.Ciri
khas pendidikan islam itu ada dua macam:
1. Tujuannya membentuk individu menjadi bercorak diri tinggi
menurut ukuran allah.
2. Isi pendidikannya ajaran allah yang tercantum dengan lengkap
di dalam al-quran yang pelaksanaannya dalam praktek hidup
sehari – hari dicontohkan oleh muhammad Rasulullah.
Teori – teori pendidikan islam yang berkembang diindonesia
secara umum mendifinisikan pendidikan islam dalam dua tataran : idealis
dan paragmatis. Pada tataran idealis pendidikan islam diandaikan sebagai
suatu sistem yang independen (eksklusif) dengan sejumlah kreterianya
yang serba islam. Definisi ini secara kuat dipengaruhi oleh literatur arab
yang mask keindonesia baik dalam bentuk teks asli,terjemahan,maupun
sadurannya.sedangkan pada tataran pragmatis pendidikan islam
ditempatkan sebagai identitas (ciri khusus) yang tetap berada dalam
konteks pendidikan nasional. Perkembangan – perkembangan aktual di
indonesia – khususnya selama tiga dekade terakhir sangat mempengaruhi
munculnya definisi pragmatis ini.
Membahas kedudukan pendidikan Islam dalam sistem pendidikan
nasional, maka kita tidak terlepas dari urgensitas agama bagi manusia.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, sikap hidup religius ini
telah dimiliki oleh bagsa Indonesia sejak dahulu kala, yaitu sejak
kepercayaan animisme, dinamisme, berkembang di masyarakat Indonesia.
Kemudian masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia diiringi
dengan masuknya agama Islam, terakhir masuknya agama Kristen,
membuktikan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyaraka tberagama.
Fakta-fakta sejarah juga melegitimasi ini. Dengan demikian tidak salah
apabila dikatakan bahwa agama merupakan darah daging bagi masyarakat
Indonesia. Karena itulah pendiri bangsa Indonesia tepat pada tanggal 18
Agustus 1945 merumuskan dasar Negara mereka dengan mencantumkan
asas KetuhananYang Maha Esa sebagai sila pertama dari
pancasila.Berakar dari keterangan diatas, maka diharapkan konsep
pendidikan Islamdalam rangka pendidikan nasional harus dimulai secara
integral dan utuh.
Ketepatan mengkaji dan merumuskan konsep pendidikan Islam
dalam sistem pendidikan nasional memerlukan landasan pendidikan yang
kuat dan tepat,misalnya landasan filosofis, fungsional dan tujuan insidental
pendidikan, yang selanjutnya dijadikan tolak ukur dalam menyatukan dan
mengaitkan hubungan sebagai bagian integral dari mata rantai dalam
kesatuan pendidikan nasional. Adapun landasan kuat dan tepat adalah:
.a) Landasan Filosofis
Secara substansial maupun eksistensial manusia berbeda dengan
tuhan. Manusia diciptakan di muka bumi untuk beribadah pada-Nya.
dan sebagai modal dasar, manusia diberikan kesempurnaan bentuk
penciptaan dibandingkan makhluk yang lain, sehingga dengan dasar
kemampuan yangdimilikinya itulah manusia diharuskan menuntut ilmu
melalui prosespendidikan. Oleh sebab itu, pada hakikatnya tujuan
pendidikan adalah memanusiakan manusia agar ia benar-benar mampu
menjadi khalifah dimuka bumiSebagai khalifah, manusia dituntut untuk
menjaga, memanfaatkan danmelestarikan alam semesta sebaik-baiknya.
Dan melalui proses pendidikanitulah manusia belajar mengenal dan
mengembangkan potensi yangdimilikinya sebagai upaya yang
dilakukan secara sadar, untuk mencapaikesempurnaan hidup baik
hubungannya dengan Al-Khalik, dengan sesama manusia maupun
dengan alam.
b) Landasan Fungsional
landasan fungsional pendidikan berakar pada tuntutan atas diri
manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, dalam artian manusia
dituntut untuk bisa memfungsikan potensi manusiawi dalam dirinya
yang tercermin sebagai optimalisasi kemampuan berfikir, menghargai
perbedaan-perbedaan(tingkah laku, sistem pemikiran, etnis, budaya),
dan memaknai sunnatullah
c) Landasan Insidental
Landasan insidental pendidikan merupakan upaya peningkatan
aspek kecerdasan manusia yang diasumsikan sebagai suatu bentuk
kemampuan belajar yang dapat diukur menurut standar tertentu
(sesaat/insidental), maka tujuan insidental pendidikan dapat dirumuskan
pada aspek-aspek sebagai berikut;
1). Meningkatkan kecerdasan motorik
2). Meningkatkan kecerdasan emosional
3). Meningkatkan kecerdasan intelektual
4). Meningkatkankecerdasan spiritual
Hal ini didasarkan pada sifat hakiki manusia sebagai homo
religius, makhluk beragama yang mempunyai fitrah untuk memahami
dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta
sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan (referensi)
sikap dan perilakunya.
pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam khususnya
mempunyai peranyang sangat strategis dalam mewujudkan cita-cita
nasional dibidang pendidikan. Untuk itu pendidikan Islam dan
pendidikan nasional harus diarahkan pada pembinaan dan
pengembangan iman, taqwa, akhlak mulia, kecerdasan,keterampilan
serta aspek lainnya
Namun, kita juga perlu melihat sedikitnya tiga dimensi
pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional antara lain yaitu:
a) Dimensi Kegiatan Artinya pendidikan diselenggarakan
sebagai upaya internalisasi nilai - nilaiIslam. Konsekuensi dari
pemaknaan ini adalah bahwa pendidikan Islam tidak terbatas pada
institusi formal, seperti pesantren, sekolah atau madrasahsaja melainkan
lebih luas dari itu pendidikan Islam mencakup kegiatan diluar
kelembagaan termasuk yang bersifat fisik atau material, mental atau
spiritual.Dalam artian dari kegiatan itulah akan didapati kegiatan
menanamkan nilai - nilaiIslam yang tereduksi melalui proses
pendidikan Islam
b) Dimensi Kelembagaan Disini pendidikan Islam dimaknai
sebagai tempat atau lembaga yangmelaksanakan proses pendidikan
Islam yang mendasarkan programnya atas pandangan dan nilai-nilai
Islam. Hal ini mengukuhkan keberadaan pendidikan agama dalam UU
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 30 Pendidikan Islam Sebagai
Lembaga dalam UU SISDIKNAS dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah
dan ataukelompok masyarakat dari pemeluk agama sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal dan informal
(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren,pasraman, pabhaya, samena dan bentuk lain yang
sejenis
c) Dimensi materi Pelajaran Bahwa kurikulum sebagai
perangkat pembelajaran disusun sesuaidengan jenjang pendidikan
dalam kerangka Negara kesatuan RepublikIndonesia dengan
memperhatikan:
(1) Peningkatan iman dan takwa
(2) Peningkatan akhlak mulia
(3) Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik
(4) Keragaman potensi daerah dan lingkungan
(5) Tuntutan pembangunan daaerah dan lingkungan
(6) Tuntutan dunia kerja
(7) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni
(8) Agama
(9) Dinamika perkembangan global
(10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Dengan demikian jelaslah bahwa keberadaan pendidikan
agama,dalam hal ini penulis fokuskan pada pendidikan Islam
mempunyai tempatyang signifikan dalam sistem pendidikan nasional.
d) Dimensi pemikiran Bahwa pendidikan Islam diartikan
sebagai paradigma teoritik yang disampaikan berdasarkan nilai-nilai
ajaran Islam. Adapun hakikat nilai-nilai Islami yang terkandung dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan nasionalNo.20 tahun 2003 adalah
nilai yang membawa pada kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh
mahluk (sesuai dengan konsep Rahmatan Lil‘alamiin), demokratis,
egalitarian dan humanis.Dengan demikian terdapat benang merah
bahwa pendidikan Islam diIndonesia adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pendidikan nasional. (http/pendidikan-islam – dalam-
sistem pendidikan.www.com.post tgl 13 okt 2012).
C. Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia (1865-1949)
Kajian-kajian histori mennjkan bahwa samai abad ke-19,
pendidikan islam dalam bentk masjid dan pesantren, masih menjadi
lembaga pendidikan yang dominan bagi masyarakat indonesia. Pergeseran
mlai terjadi pada masa penjajahan. Sekitar tahun 1865 masyarakat
pribumi, khusunya dijawa,disediakan model endidikan yang dirancang
berdasarkan kebijakan pemerintah hindia belanda. Kebijakan ini pada
awalnya untuk mempersiapkan kalangan pribmi menjadi pegawai
gubernurmen (kantor-kantor pemerintahan hindia belanda). Pola
pendidikan yang dijalankan pemerintah hindia belanda untuk kepentingan
ini sama sekali bukan merupakan penyesuaian-penyesuain terhadap sistem
pendidikan islam pada masa itu, tetapi malah lebih menyerupai sekolah-
sekolah zending yang berkembang diwilayah minahasa dan maluku.
Pemberlakuan pendidikan pribumi oleh pemerintah hindia belanda
dapat dianggap awal dari dualisme sistem pendidikan bagi masyarakat
indonesia. Pendidikan islam tetap berjalan sesuai dengan karakternya dan
secara tradisional menjadi andalan masyarakat indonesia. Khususnya
kaum muslimin. Sementara sistem pendidikan pribumi ala belanda terus
berkembang dan menjadi pusat pengajaran dan pelatihan bagi kaum elit
pribumi yang mempunyai hubungan dengan pemerintah hindia belanda.
Dalam perkembangannya,dualisme pendidikan ini membawa orentasi
wawasan masyarakat indonesia yang terbelah sesusai dengan karakter
masing-masing pendidikan yang ditempuhnya. Namn demikian, orientasi
kaum yang berlatar belakang pendidikan ala belanda secara politis lebih
sia menangani masalah-masalah kenegaraan,karena pola kependidikannya
sejak awal mempersiapkan mereka untuk menjadi tenaga-tenaga
pemerintah.
Kesadaran perlunya mengembangkan orientasi pendidikan islam
yang menyangkut masalah- masalah sosial politik,dan ekonomi
(kedniawian) akhirnya muncul dikalangan penyesuaian pendidikan
islam,kurikulum, kelembagaan, dan sistem pengajaran.
Masalah pendidikan islam bar muncul pada segi lingkup sejah
mana pendidikan islam dikembangkan. Apakah terbatas pada pendidikan
islam dalam pengertian agama secara murni, atau pendidikan islam dalam
pengertian sistem yang mengajarkan berbagai aspek kehidpan yang
berdasarkan agama.hal ini menjadi serius karena akan sangat menentkan
pola dan sistem pendidikan nasional secara menyeluruh. Kalangan islam
berpendapat bahwa pendidikan islam harus dkembangkan di indonesia
sejah mungkin, sementara kalangan non-islam membatasinya dalam
lingkup pengajaran agama. Namun demikian akhirnya ketentuan-ketentuan
yang lebih tegas tentang pendidikan agama dalam pendidikan nasional
telah direkomendasikan oleh Badan Pekerja Komite nasional Pusat
(BPKNP) antara lain:
a. Pelajaran agama dalam semua sekolah, diberikan pada jam
pelajaran sekolah
b. Para guru dibayar oleh pemerintah
c. Pada sekolah dasar pendidikan ini diberikan mulai kelas IV
d. Pendidikan tersebut diselenggarakan seminggu sekali pada jam
tertentu
e. Para guru diangkat oleh departemen agama
f. Para guru agama diharuskan juga cakap dalam pendidikan umum
g. Pemerintah menyediakan buku untuk pendidikan agama
h. Diadakan latihan bagi guru agama
i. Kualitas pesantren dan madrasyah harus diperbaki
j. Pengajaran bahasa arab tidak dibutuhkan
Berdasarkan rekomendasi itu pendidikan islam berarti sangat
terbatas pada pengajaran agama disekolah-sekolah mulai kelas IV.
Waktanya pun semingggu sekali,dan tidak termasuk pelajaran bahasa
arab. Dalam rekomendasi itu,pendidiakan islam dalam pengertian
lembaga seperti pesantren dan madrasyah tidak mendapat perhatian
khusus, kecuali no.9: kualitas pesanren dan madrasyah harus
diperbaiki. Mengenai batas materi pendidikan agama,diisyaratkan oleh
pernyataan ki hajar dewantara pimpinan taman siswa dan materi
pendidikan dan kebudayaan pertama yang memandang pendidikan
agama terutama hanya sebagai pendidikan budi pekerti, secara umum
dalam islam.
D. Landasan Yuridis Penyelenggaraan Pendidikan Islam Di Indonesia
(1950-1988)
Sampai akhir dekade 60-an pelaksanaan pendidikan secara
nasionak masih bertumpu pada undang-undang No.4 tahun 1950 jo.no.12
tahun 1954 “tentang dasar-dasar penddikan dan pengajaran
disekolah.:”seperti dapat dipahami dari namanya,undang-undang tersebut
pada pengaturan pendidikan di sekolah. Dalam kenyataan tidak memberi
perhatian yang cukup pada pendidikan di sekolah. Dalam kenyataannya
perhatian yang cukup pada pendidikan diluar sekolah. Dalam pasal 2
ditegaskan bahwa undang-undang ini tidak berlaku untuk pendidikan dan
pengajaran di sekolah-sekolah agama.”mengenai madrasyah hanya
diisyaratkan dalam pasal 10 ayat 2 bahwa belajar di sekolah agama yang
telah mendapat pengakuan menteri agama dianggap telah memenuhi
kewajiban belajar. Pasal 3 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa
pendidikan adalah “membentuk manusia susila yang cakap dan warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air”. Dari rumusan ini tidak tercermin adanya
perhatian terhadap usaha pembinaan mental spiritual dan keagamaan
secara terus melalui proses pendidikan. Itulah sebabnya dalam pasal 20
ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan agama disekolah bukan mata
pelajaran wajib dan bergantung pada persetujuan orang tua/wali murid
dalam penjelasannya bahkan dikemukakan bahwa mata pelajaran
pendidikan agama bukan merupakan faktor penentu dalam kenaikan kelas
anak didik.
E. Sebuah Rancangan.”Sistem Pendidikan Islam Sebagai Sistem
Pendidikan Nasional”
Tantangan utama yang dihadai para ahli dan praktisi pendidikan
islam dalam hal pengintegrasian Madrasyah kedalam sistem pendidikan
nasional adalah menghapuskan dikotomi ilmu umum dan ilmu agama.
Ilmu harus dipandang sebagai identitas tunggal yang telah mengalami
perkembangan dalam sejarah. Perkembangan ilmu dalam sejarah
menunjukan bahwa setiap peradaban manusia termasuk peradaban islam
telah memberi sumbangannya sendiri.
Integrasi Madrasah kedalam sistem pendidikan nasonal
menemukan bentuknya dalam undang-undang sitem pendidikan nasional
(UUSPN) yang dilansir pemerintah pada tahun 1989, melalui UUSPN,
madrasah mengalami perbahan definisi dari “sekolah
agama”menjadi”sekolah umum berciri khas islam”. Perubahan defini ini
penting artinya,karena dengan demikian berarti madrasah tidak hanya telah
menjadi lembaga pendidikan modern, tetapi ia juga mendapat legitimasi
sepenhnya sebagai bagian dari sistem pendidiakan nasional. Oleh karena
itu, UUSPN ini disambut dengan antusias oleh depag,sebagai lembaga
yang bertanggung jawab terhadap madrasah dan lembaga pendidikan islam
pada umumnya.
Akan tetapi, perubahan definisi ini selanjutnya menuntut ada
perubahan kurikulum. Karena madrasah tidak lagi sekolah agama,maka
kurikulumnya harus didominasi oleh mata pelajaran umum, meski
demikian tetap terbuka peluang bagi setiap madrasah (sesuai dengan
kebutuhannya) menyelenggarakan pelajaran agama. Selanjutnya karena
madrasah adalah sekolah umum berciri khas islam, maka nilai-nilai islam
harus tercermin dalam kurikulum madrasah, khususnya untuk mata
pelajaran seperti matematika, sejarah, kimia, fisika, dan bahasa inggris.
Dengan demikian, tamatan madrsah nantinya tetap berbeda dengan
tamatan seklah umum lainnya, meskipun secara kualitas sama.
Tahun 1994 bisa jadi merupakan satu periode penting dalam
perkembangan madrasah di indonesia. Pada tahun itu,Depad telah
menetapkan berlaknya kurikulum baru yang kemudian dikenal dengan
“kurikulum 1994” yang mensyaratkan pelaksanaan sepunuhnya kurikulum
sekolah umum dibawah departemen pendidikan dan kebudayaan. Berbeda
dengan kurikulum sebelumnya bahwa madrasah memberikan 70% mata
pelajaran umum dan 30% mata pelajaran agama islam, pada kurikulum
1994 madrasah diwajibkan menyelenggarakan sepenuhnya 100% mata
pelajaran umum sebagaimana diberikan di sekolah-sekolah umum dibawah
Depdikbud.
Sekilas nampak memeang bahwa yang paling menonjol dari
kurikulum 1994 adalah penghapusan 30% mata pelajaran agama yang
diajarkan sejak pemberlakuan kurikulum 1975. Namun bila dilihat lebih
jauh, istilah “penghapusan” tersebt tentu tidak bisa dilihat semata- mata
sebagai”meniadakan” mata pelajaran di madrasah. Hal yang berlangsung
pada dasarnya lebih merupakan “perumusan kembali” pemberian,mata
pelajaran madrasah. Ajaran-ajaran islam tidak lagi diberikan dalam bentuk
mata pelajaran formal, melainkan diintegrasikan secara penh dalam mata
pelajaran umum. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari upaya Depag
belakangan ini menyusun buku panduan guru mata pelajaran umum yang
bernuansa islam. Diharapkan, mata pelajaran umum diberikan dimadrasah
dengan tetap mempertahankan nuansa islam.”
Dengan kurikulum 1994, dualisme “ilmu agama” dan “ilmu umum
“dimadrasah berusaha dihilangkan. Madrasah diharapkan
menyelenggarakan pelajaran yang terintegrasi sepenuhnya dengan mata
pelajaran umum.melihat argumen diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kurikulum 1994 tampaknya diarahkan untuk meingkatkan mutu siswa
madrasah. Depag tampaknya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi
perbedaan dan kesenjangan sekolah umum Depdikbud dengan madrasah,
atau mengkovergensikan keduanya. (ali hasan-mukti ali:45).
KESIMPULAN
Pendidikan islam menurut Zarkowi Soejoeti adalah terbagi dalam
tiga pengertian yaitu:
1. Pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan
penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita – cita
untuk mengejewantahkan nilai – nilai islam,baik yang tercermin dalam
lembaganya,maupun dalam kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan.
2. Pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang memberikan perhatian
sekaligus menjadikan ajaran islam sebagai pengetahuan untuk program
studi yang diseleggarakan.
3. Pendidikan islam adalah jenis pendidikan yang mencakup kedua
pengertian diatas. pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar
kepada kebudayaan bangsa indonesia yang berdasarkan pada pancasila
dan undang- undang Dasar 1945.
Adapun sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang
terpadu dari semua satan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu
dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujaan pendidikan
nasional.
Ketepatan mengkaji dan merumuskan konsep pendidikan Islam
dalam sistem pendidikan nasional memerlukan landasan pendidikan
yang kuat dan tepat,misalnya landasan filosofis, fungsional dan tujuan
insidental.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan dan Mukti Ali. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam.
Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya.
http/pendidikan-islam – dalam- sistem pendidikan.www.com.post tgl 13 okt
2012.
Muzayyin Arifin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta. Pt Bumi
Aksara.