makalah ppd

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intlektual atau sering banyak digunakan dengan sebutan kecerdasan, merupakan suatu karunia yg dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya, serta bagaimana ia berusaha menghambakan dirinya kepada PenciptaNya. Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Perkembangan intelektual sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Kecerdasan (Intelektual) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara 1

Upload: hadaina-zulfa

Post on 12-Dec-2014

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Perkembangan Intelektual Peserta Didik

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PPD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Intlektual atau sering banyak digunakan dengan sebutan kecerdasan, merupakan

suatu karunia yg dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan

hidupnya, serta bagaimana ia berusaha menghambakan dirinya kepada PenciptaNya.

Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat

bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam

perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi

ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri.

Perkembangan intelektual sering juga dikenal di dunia psikologi maupun

pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia

merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh,

menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir,

menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan

memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.

Kecerdasan (Intelektual) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara

aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara

individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Maka

dengan itu individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi

kecerdasan dasa yang dimiliki.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan dan pembelajaran mengenai perkembangan peserta didik kali

ini, kami dituntut untuk membuat makalah dengan tujuan memperdalam pengetahuan

mengenai peserta didik itu sendiri.

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Perkembangan Intektual”

peserta didik.

1

Page 2: Makalah PPD

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:

1.  Mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan intelektual dan hubungan

intelektual dengan tingkah laku.

2. Mengetahui karakteristik perkembangan intelektual dan fakto-faktor yang

mempengaruhi perkembagan intelektual

3. Mengetahui proses intelektual.

2

Page 3: Makalah PPD

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelektual

Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981)

diartikan sebagai:

1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan

kemampuan mempertimbangkan.

2. Kemampuan mental atau intelektual.

Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal

budi atau inteligensi yang berati kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses

berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelek adalah orang yang dapat

menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya

lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.

Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti

menghubungan atau menyatukan sama lain (Bimo Waalgito, 1981). Menurut William

Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, menyatakan inteligensi

adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna

dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono,

1984). Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah

kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty F, 1981). Di sini Terman

membedakan antara concrete ability yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-

hal yang bersifat konkret abstract ability, yaitu kemampuan yang bersifat abstrak.

Orang dikatakan inteligen, menurut Terman, jika orang tersebut mampu berpikir

abstrak dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak

berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk

melakukan abstraksi,serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan

menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

Jean Piaget mendefenisikan intellect adalah akal budi berdasarkan aspek-aspek

kognitifnya, khususnya proses berpikir yang lebih tinggi (Bybee dan Sund, 1982).

Sedangkan intelligence atau inteligensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan

3

Page 4: Makalah PPD

kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk

kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan,

menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.

Jean Piaget mengatakan bahwa inteligensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi

yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental

terhadap situsi baru. Dalam arti sempit, inteligensi operasional, termasuk pula

tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensorimotoris sampai dengan operasional

formal.

B. Tahapan Perkembangan Intelek/ Kognitif

Jean Piaget(Bybee dan Sund, 1982) membagi perkembangan intelek/ kognitif

menjadi empat tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Sensoris – Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada anak berada dalam suatu masa

pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris

yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses

pematangan aspek sensori-motoris tersebut.

Menurut Piaget (Bybee dan Snd, 1982:2), pada tahap ini interaksi anak dengan

lingkungannya, termasuk orang tuanya terutama dilakukan melalui parasaan dan

otot-ototnya. Interksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi dari

lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk juga

dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi,

melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan dan secara perlahan-

lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya.

2. Tahap Praoperasional

Tahap ini berlangsung pada usia2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi

sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai

oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak di dukung oleh

perasaan, kecenderungan alamiah, sika-sikap yang diperoleh dari orang-orang

bemakna dan lingkungan sekitarnya.

Pada tahap ini menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982). Anak sangat bersifat

egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang

4

Page 5: Makalah PPD

lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih

banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksia dengan

lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan

karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa

dalam setiap situasi. 

Pada tahap ini, anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja,

tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta serta

menggunakanya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada

masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita

menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyaim

akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang

memegang peran padatahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari

berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari

luar. Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di

sekitarnya., misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya, yang menurut mereka

benda-benda tersebut mendengar dan berbicara. Peristiwa semacam ini baik untuk

melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Piaget menyebut tahap ini

sebagai collective monologue, pembicaraan yang egosentris dan sedikit hubungan

dengan orang lain.

3. Tahap Operarasional Kongkret

Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai

menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin

tahunya. Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybee an Sund, 1982), interaksinya

dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah makin berkembang

dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat

mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pkiran orang lain

dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.

Pada tahap ini anak juga memiliki hubungan fungsional karena mereka sudah

menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret

menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan

abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang

tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan

rumah, tapi cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru sehingga anak

5

Page 6: Makalah PPD

tidak setuju. Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap apa yang

dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut

baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti

oleh anak. 

4. Tahap Operasional Formal

Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak

telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya yang merupakan

hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang

sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. 

Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybeeand Sund, 1982), interaksi dengan

lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan

berusaha untuk dapat berinteraksia dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak

jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun,

sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan perlindungan dari

orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi,

pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin

dilindungi. 

Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran

formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat

menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti.

Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif

bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah,

lomba menulis cerpen dan sejenisnya.

C. Hubungan Intelek Dengan Tingkah Laku

Inteligensi menurut Piaget merupakan pernyataan dari tingkah laku adaptif

yang terarah kepada kontak dengan lingkungan dan kepada penyusunan pemikiran

(Bybee and Sund, 1982). Piaget memposisikan subjeksebagai pihak yang aktif dalam

interaksi adaptif antara organisme atau terjadi hubungan dialektis antara organisme

dan linkungannya. Apa yang dikatakan oleh Piaget ini kenyataannya memang benar,

sebab ornisme tidak pernah terpisah dari lingkungannya dan juga tidak semacam

penerima yang pasif. Interaksi antara organisme dengan lingkungannya lebih bersifat

interaksi timbal balik. Hanya dalam bentuk interaksinya juga,setiap perubahan

6

Page 7: Makalah PPD

tingkah laku adalah merupakan hasil dialektis pengaruh timbal balik antara organisme

dan lingkungannya. Karena pandangan yang demikian itu, teori Piaget tenteng

Intelektual atau kognitif disebut juga dengan teori interaksionis (interactionism

theory) (Bybee dan Sund, 1982). 

Piaget memiliki pandangan dasar bahwa setiap organisme memiliki

kecenderungan inheren untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Inteligensi

sebagai bentuk khusus dari penyesuaian organisme baru dapat diketahui berkat dua

proses yang saling mengisi, yaitu yang disebut dengan istilah asimilasi dan

akomodasi. Organisme sebagai sutu system dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan karena kemampuan mengakomodasi unsur kognitifnya sedemikian rupa

sehingga objek yang baru itu dapat ditangkap dan dipahami secara memadai.

Asimilasi adalah suatu proses individu memasukkan dan menggabungkan

pengalaman-pengalaman dengan stuktur psikologis yang telah ada pada diri individu.

Struktur psikologis dalam diri individu ini disebut dengan istilah skema yang berarti

kerangka mental individu yang digunakan untuk menafsifkan segala sesuatu yang

dilihat dan didengarnya. Skema mampu menyusun pengamatan-pengamatan dan

tingkah laku sehingga terjadilah suatu rangkaian fisik dan mental untuk dapat

memahami lingkungannya. 

Sangat boleh jadi dalam perkembangan selama kurun waktu tertentu berbagai

pengalaman baru tidak sesuai lagi dengan struktur psikologis dalam diri individu dan

tidak dapat diasimilasikan ke dalam skema-skema yang telah ada. Oleh sebab itu,

skema harus diubah, diperluas dan disesuaikan dengan fakta-fakta yang diperoleh

melalui pengalaman-pengalaman baru. Proses penyesuaian skema dengan fakta-fakta

yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman baru ini dikenal dengan istilah

akomodasi. Dengan demikian, proses asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses

yang berlawanan. Jika dalam asimilasi proses yang terjadi adalah menyesuaikan

pengalaman-pengalaman baru yang diperolehnya dengan struktur skema yang ada

dalam diri individu, sedangkan akomodasi merupakan proses penyesuain skema

dalam diri individu dengan fakta-fakta baru yang diperoleh melalui pengalaman dari

lingkungannya.

D. Karakteristik Perkembangan Intelek/ Kognitif

7

Page 8: Makalah PPD

Sebagaimana telah didiskusikan di atas, Piaget membangi empat tahapan

perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu (1) tahap sensori motoris, (2) tahap

praoperasional, (3) tahap operasional konkret dan (4) tahap operasional formal. Setiap

tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan intelek

individu sesuai dengan tahap perkembangannya.

Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Karakteristik Tahap Sensori-Motoris

Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut:

a. Segala tindakannya masih bersifat naluriah

b. Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra

c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu

untuk mengategorikan pengalaman

d. Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-skema

sensori-motorisnya.

Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensori-motoris ini, Piaget

(Bybee dan Sund, 1982) merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase

dan setiap fase memiliki karakteristik tersendiri.

a. Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Individu mampu bereaksi secara refleks

2) Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum

terkoordinir

3) Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan

yang diterima dari lingkungannya.

b. Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu

memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas.

c. Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat

memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang

terjadi pada benda itu.

d. Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk

sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.

2) Individu mulai mampu mencoba sesuatu

8

Page 9: Makalah PPD

3) Individu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada

orangtua

e. Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Individu mulai mampu untuk meniru

2) Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap

lingkungannya secara lebih lancer

f. Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir

2) Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol

bahasa sederhana

3) Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai

dengan tingkat perkembangannya

4) Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang

berkembang

2. Karakteristik Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :

a. Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi

b. Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide.

c. Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa

konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat.

d. Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku :

1) Berpikir imajinatif

2) Berbahasa egosentris

3) memiliki aku yang tinggi

4) menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi dan

5) perkembangan bahasa mulai pesat.

3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret

Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa

segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan

yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak

meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami

konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah

9

Page 10: Makalah PPD

memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu

yang berkaitan dengan konsep tersebut.

4. Karakteristik Tahap Operasional Formal.

Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai

berikut :

a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi

b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak

c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis

d. Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan

e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri

sendiri tercapai

f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan

sebagai orang dewasa

g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan

masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan  Intelek Kognitif

Mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek individu ini

terjadi perbedaan pendapat diantara para penganut psikologi. Kelompok psikometrika

radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan

oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan,

hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja. Kelompok ini memberikan bukti

bahwa individu yang memiliki hereditas intelektual unggul, pengembangannya sangat

mudah meskipun dengan intervensi lingkungan yang tidak maksimal. Adapun

individu yang memiliki hereditas intelektual rendah seringkali intervensi lingkungan

sulit dilakukan meskipun sudah secara maksimal.

Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi

lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan

hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual

individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi

individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.

10

Page 11: Makalah PPD

Seorang ahli psikologi kognitif, membagi perkembangan intelek/ kognitif

menjadi empat tahap :

1. Tahap sensori-motoris (0-2 tahun). Pada tahap ini segala perbuatan merupakan

perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan

motoriknya, anak mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan,

gerakan-gerakan dan belajar mengkoordinasikan tindakannya.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun). Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab

perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh

suasana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh

pemikiran tapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang

diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan

diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak

sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-

pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah

mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu

permasalahan, tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret dan belum mampu

melakukan abstraksi.

4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini sudah mampu

melakukan abstraksi, memaknai arti kiasa dan simbolik, dan memecahkan

persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis

Remaja, seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah

mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu memecahkan persoalan-

persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan perlakuan

terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga

dapat diterima oleh mereka.

Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan

intelektual sebenarnya diperngaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan

lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara

sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya.

Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu

dapat dijelaskan berikut ini.

11

Page 12: Makalah PPD

1. Faktor Hereditas

Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan

daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan

apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di

bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara

optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh

karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual

anak.

2. Faktor Lingkungan

Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi

perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.

a. Keluarga

Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua

adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang

kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan

alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi

kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide

tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti

menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat

mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau

pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orangtua.

b. Sekolah 

Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk

meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak.

Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual

anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.

Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik

akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas

dapat dikonsultasikan dengan guru mereka.

2) Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan

orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak.

12

Page 13: Makalah PPD

Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya

dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual

peserta didik.

3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan

olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi

perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggung

secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggung

4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media

cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para

peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat

besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.

F. Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Intelek / 

Kognitif

Secara hereditas, individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan

perbedaan dalam perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi

tersebut tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah anak akan mempunyai

kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat tergantung

pada lingkungan.

Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain

dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga

inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar

di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang

sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan

ada pula siswa yang kurang baik.

Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan

dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta

didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan,

keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik

dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

13

Page 14: Makalah PPD

G. Tingkatan Intelektual Dengan Berbagai Variasi

1. Jenius

Merupakan suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau

tingkatan di atas 140. kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau

berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memamfaatkan potensi dasarnya

dengan baik.

2. Normal

Merupakan sutau kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk

melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai

tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. kecerdasan ini bisa pada

anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata. 

3. Rendah

Kemampuan ini dibawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat

menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami

keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain,

tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan

berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh. 

4. Keterbelakangan

Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk

melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain,

dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat.

Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan;

a. Idiot IQ : 0-29

Keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat

mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti ;

mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur,

kemapuannya seperti anak bayi. Kemapuan ini tidak tahan terhadap penyakit.

b. Imbecile IQ : 30-40

Lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi

sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang

idak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang

benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama

dengan anak yang berumur 3 tahun.

14

Page 15: Makalah PPD

Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas.

Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak

memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang

lain, sehingga anak dalam perkembangan Intelektualnya disesuaikan dengan

kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang

mempengaruhi Intelektualnya.

H.Membantu Perkembangan Intelek Dan Implikasinya

Bagi Pendidikan

Ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guru

mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik adalah kesadaran pendidik

terhadap kemampuan intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan

dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan

perbedaan masing-masing. Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi

lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan intelektual anak yang di

dalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan

faktor yang sangat penting.

Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman

secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya

adalah sebagai berikut :

1. Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat

(unconditional positive regard). Artinya, apapun keberadaan peserta didik dengan

segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi

kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki

kemampuan intelektual yang dikembangkan secara maksimal.

2. Pendidik menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai

oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap peserta didik dengan berlebihan

dapat dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan pertahanan

diri. Memang kenyataannya, pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan dalam

situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak

mencemaskan peserta didik, melainkan menjadi sarana yang dapat

mengembangkan sikap kompetitif secara sehat.

15

Page 16: Makalah PPD

3. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan

dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik,

serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam suasana

seperti ini, peserta didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan

mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.

4. Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional

positive regard). Artinya, apapun adanya remaja itu dengan segala kekuatan dan

kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan bahwa

pada dasarnya setiap remaja memiliki kemampuan intelektual yang dapat

dikembangkan secara maksimal.

5. Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam

situasi remaja, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy). Dalam

suasana seperti ini remaja akan merasa aman untuk mengembangkan dan

mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.

6. Memberikan suasanan psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan

pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani mengembangkan pemikirannya

sendiri. Disini berusaha menciptakan keterbukaan (opennes), kehangatan

(warmness), dan kekonkretan (concereteness)

Anak atau remaja akan merasakan kebebasan psikologis jika orangtua dan

guru memberi kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pikiran atau

perasaannya. Sebagai makhluk sosial, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam

tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan.

Hidup dalam masyarakat menuntut untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-norma

yang berlaku.

Teori Piaget mengenai pertumbuhan kognitif sangat erat dan penting

hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan

bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan kognitif. Pengalaman

belajar yang aktif cenderung untuk memajukan pertumbuhan kognitif, sedangkan

pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan

mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk

perkembangan intelektual.

Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap

perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindak

16

Page 17: Makalah PPD

edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang memahami

pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan sistem pengajaran dengan

kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu

guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi

pelajaran. Sekarang tidak demikian keadaannya.

Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai

peserta didik siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar lingkungan belajar

sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik

untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut,

proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik

untuk maju ke taraf / tahap berikutnya.

17

Page 18: Makalah PPD

BAB III

A. Kesimpulan

Dalam penyusunan makalah mengenai “Perkembangan Intelek” ini, kami

dapat menarik kesimpulan bahwa ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses

pembelajaran, guna mengembangkan kemampuan intelektual setiap peserta didik harus

di pupuk dan dikembangkan agar potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai

dengan perbedaan masing-masing.

B. Saran 

Sebaiknya, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelek seseorang harus

dilakukan berdasarkan tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur mereka.

Walaupun Intelektual tersebut merupakan bawaan sejak lahir atau yang dikenal dengan

faktor hereditas, namun faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam

perkembangan intelek seseorang. Untuk itu, agar perkembangan intelek berkembang

dengan baik maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut.

18

Page 19: Makalah PPD

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Ansori, Mohammad, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik),

2000, Bandung ; Bumi Aksara. 

M. Ngalim Purwanto, MP. Psikologi Pendidikan, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya.

Piaget, J, La Psychologie de Intelligene, 1947, Paris ; Librairie Armand Colin.

19