makalah mata
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panca indra adalah organ – organ akhir yang dikhususkan
untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang
menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa
dari organ indra menuju ke otak ketempat perasaan ini ditafsirkan.
Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan,
penglihatan, penciuman, dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam
antara lain, lapar, haus, dan rasa sakit.
Dalam segala hal, serabut saraf sensorik dilengkapi
dengan ujung akhir khusus mengumpulkan rangsangan yang khas
tempat setiap organ berhubungan. Sistem indra memerlukan bantuan
system saraf yang menghubungkan badan indra dan system dengan
system saraf pusat. Organ indra adalah sel – sel tertentu yang dapat
menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri
untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat
susunan saraf. Setiap organ indra menerima stimulus tertentu, kesan
yang sesuai sebagai system organ indra hanya mampu menerima
stimulus, diklasifikasikan menjadi dua yaitu, organ indra umum seperti
reseptor raba terbesar diseluruh tubuh dan organ indra khusus seperti
putting pengecap yaqng penyebarannya terbatas pada lidah.
Kelenjar air mata terdiri dari kelenjar majemuk yang
terlihat pada sudut sebelah atas rongga orbit. Kelenjar ini
mengeluarkan air mata, dialirkan kedalam kantong konjungtiva dari
saluran kelenjar lakrimalis. Bila bola mata dikedipkan, air mata akan
menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar air ini
1
menguap, sebagian lagi masuk kehidung melalui saluran naso-
lakrimalis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system penglihatan itu
sendiri
b. Untuk mengetahui dan mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan pengobatan dari
beberapa penyakit system penglihatan.
c. Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang terjadi atau terdapat
pada system penglihatan.
C. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi system penglihatan ?
2. Apa dan bagaimana definisi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang dan pengobatan dari beberapa penyakit system
penglihatan ?
3. Apa penyakit yang dapat menyerang pada system pengliahatan ?
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan
mengambil literatur – literatur atau teori – teori melalui buku – buku
yang berkaitan dan informasi melalui layanan internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Mata
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang
menerima rangsangan cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa,
dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian
difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap
cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut
yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah
melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong
informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk
diproses.
Secara embriologis proses pembentukan mata dimulai
pada minggu ke 4 masa embrio. Proses pembentukan mata berasal
dari 3 sumber yaitu :
1. Penonjolan forebrain yang akan membentuk retina dan saraf
optik
3
2. Permukaan ektoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan
beberapa struktur pelengkap di bagian depan mata.
3. Jaringan mesenkim yang mengumpul membentuk tunika dan
struktur-struktur yang berkaitan dengan orbita.
Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) yaitu:
1. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar
bola mata terdiri atas sklera dan kornea.
2. Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola
mata terdiri atas khoroid, badan siliaris dan iris.
3. Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola
mata terdiri atas retina.
a. TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA)
Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik
yang kokoh penyokong bola mata. Lapis fibrosa ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu sclera dan kornea. Sklera merupakan bagian yang
putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di
sebelah belakang, sementara kornea merupakan bagian yang jernih
dan transparan melingkupi seperenam depan bola mata. Tempat
sambungan sklera dan kornea dikenal dengan nama limbus.
1) SKLERA (Gk. sclera, keras)
Sklera merupakan bagian bola mata yang putih seolah-
olah tidak mengandung pembuluh darah. Sklera disusun oleh
serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi oleh jala-jala
serat elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola
mata yang kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang
berasal dari humor akwaeus yang terletak di sebelah depan
lensa dan badan vitreus yang terletak di belakang lensa. Di
bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik
pada lamina kribrosa .
4
Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada
limbus (tempat pertautan sklera dan kornea).
2) KORNEA
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan,
tidak mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-
ujung serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika
fibrosa ke sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea
terdiri atas 5 lapisan yaitu:
1. Epitel kornea
Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel
gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini
merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak
dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel
kornea ini mengandung banyak ujung- ujung serat saraf
bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat menjadi
aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya
yang bermigrasi dengan cepat.
2. Membran Bowman
Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel
tersusun dari serat kolagen tipe 1.
3. Stroma kornea
Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari
serat-serat kolagen tipe 1 yang berjalan secara paralel
membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di
antara serat-serat kolagen.
4. Membran Descemet
Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-
serat kolagen.
5. Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam
tersusun dari epitel selapis gepeng atau kuboid rendah.
5
Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan
untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini
mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai
pompa natrium yang akan mengeluarkan kelebihan ion –
ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida
dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di
dalam stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi
(kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk
mempertahankan kualitas refraksi kornea. Kornea bersifat
avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi
didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh darah perifer
di dalam limbus dan dari humor akweus di bagian tengah.
Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal
mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.
6
3) Limbus
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea
dengan sklera. Pada tempat ini terdapat lekukan atau sudut
akibat perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian
luarnya diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel
berlapis silindris dengan lamina propria di bawahnya.
Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan
kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di
bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur).
Pada bagian anterior taji ini terdapat jaringan trabekula
(trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di antaranya
dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of
Fontana). Di atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan
panjang disebut kanal Schlemm.
4) Kanal Schlemm
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang
melingkari mata tepat anterior dan eksternal skleral spur. Di
sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera dan di dalam oleh
lapisan jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di
batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan meneruskan diri
ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus
vena sklera. Di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris
terdapat otot polos, muskulus siliaris yang berfungsi untuk
mengatur akomodasi mata.
b. TUNIKA VASKULOSA / UVEA (L.uva=anggur)
Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian yaitu khoroid, badan
siliaris dan iris.
1) Khoroid (choroid)
7
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung
pembuluh darah dan sel-sel pigmen sehingga tampak bewarna
hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang
yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel
fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid terdiri atas
4 lapisan yaitu :
1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari
serat-serat kolagen dan elastin.
2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal
tersusun dari pembuluh darah dan melanosit.
3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas
pleksus kapiler, jaring0-jaring halus serat elastin dan
kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-kapiler ini berasal
dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk
bagian luar retina.
4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang
berbatasan dengan epitel pigmen retina. Lapisan ini
tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu lapisan
dalam lamina basal yang homogen.
2) Badan Siliaris (Korpus siliaris)
Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar
yang menonjol ke dalam mata terletak di antara ora serrata
dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan lapisan khoroid
ke arah depan. Korpus siliar disusun oleh jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin,
pembuluh darah dan melanosit.
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti
jari yang dikenal sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus
siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi
pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.
8
Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid. Lapisan
luar kaya akan pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel
pigmen retina. Lapisan dalam yang tidak berpigmen
merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak
sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan
mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke
dalam bilik mata belakang (kamera okuli posterior).
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera
okuli posterior) ke bilik mata depan (kamera okuli anterior)
melewati celah pupil (celah di antara iris dan lensa), lalu
masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan
akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm
humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya
bermuara ke sistem vena.
Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal
sebagai muskulus siliaris. Satu berkas karena orientasinya
akan menarik khoroid sehingga membuka kanal Schlemm
untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel
pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada
zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks.
Fungsi ini disebut akomodasi.
3) Glaukoma
Merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh
peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi dalam waktu
lama akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik
mata depan. Bila keadaan ini dibiarkan dapat menyebabkan
kebutaan.
4) Iris (Iris, pelangi)
9
Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea.
Struktur ini muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah
diafragma di depan lensa. Iris juga memisahkan bilik mata
depan dan belakang. Celah di antara iris kiri dan kanan dikenal
sebagai pupil (pupil, gadis kecil).
Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung
pigmen dan kaya akan pembuluh darah. Permukaan depan iris
yang menghadap bilik mata depan (kamera okuli anterior)
berbentuk tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak
lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris tampak
halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi
permukaan korpus siliaris. Permukaan yang menghadap ke
arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan
mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian
cahaya akan terfokus masuk melalui pupil.
Pada iris terdapat 2 jenis otot polos yaitu otot dilatator
pupil dan otot sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini
akan merubah diameter pupil. Otot dilatator pupil yang
dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil,
sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan
parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil.
Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan
stroma iris akan mempengaruhi warna mata. Bila jumlah
melanosit banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila
melanosit sedikit mata tampak bewarna biru.
5) Lensa Mata
10
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel
subkapsul dan serat-serat lensa. Kapsul lensa merupakan
lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-serat kolagen
tipe IV dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak.
Epitel subkapsul hanya terdapat pada permukaan anterior
lensa tepat di bawah kapsul lensa. Epitelnya terdiri atas
selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel subkapsul
terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang
kehilangan inti dan organel sel lainnya. Serat-serat ini
kemudian diisi dengan protein lensa kristalin (crystallins).
Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi
lensa.
Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah.
Nutrisi untuk lensa diperoleh dari humor akweus dan korpus
vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus
cahaya dengan mudah.
Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melihat.
Keadaan ini dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin
disebabkan oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain
dan keterpaparan sinar ultra violet secara berlebihan. Di
samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang
dikenal sebagai presbiopia yaitu ketidakmampuan mata
untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang
disebabkan karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses
penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat mencembung
guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa
yang dikenal sebagai zonula Zinii.
6) Korpus Vitreus
11
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang
mengisi ruang vitreus (ruang antara lensa dan retina). Korpus
vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan
mengandung elektrolit, serat-serat kolagen dan asam
hialuronat. Korpus vitreus melekat pada seluruh permukaan
retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa suatu saluran
yang berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang
semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan
vitreus berfungsi untuk memelihara bentuk dan kekenyalan
bola mata.
7) Ruang-ruang mata
Ada 2 ruang mata yaitu kamera okuli anterior dan
posterior. Kamera okuli anterior merupakan suatu ruangan
yang dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang kornea dan
di sebelah belakang dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan
depan badan siliar. Batas lateralnya adalah sudut iris atau
limbus yang ditempati oleh trabekula yang merupakan tempat
penyaluran humor akweus ke kanal schlemm.
Kamera okuli posterior adalah ruangan yang dibatasi di
sebelah depan oleh iris dan disebelah belakang oleh
permukaan depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer oleh
prosessus siliaris.
12
Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor akweus, yaitu
suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar
dan oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini
mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah,
tetapi mengandung kadar protein yang rendah. Humor akweus
disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior,
mengalir ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan
disalurkan melalui jaringan trabekula ke dalam kanal
Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan yang disekresi
dan dikeluarkan berimbang sehingga tekanan di dalam ruang
mata ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan
dalam pengeluaran cairan sementara sekresi berlangsung
terus, maka tekanan dalam bola mata akan meningkat.
Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan
kerusakan retina dan kebutaan bila dibiarkan.
c. TUNIKA NEURALIS (RETINA)
Retina merupakan lapisan terdalam bola mata,
mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut.
Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup , suatu struktur
berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi
(penonjolan ke arah dalam) gelembung optik primer (primary
optic vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari
penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari
cangkir optik (optic stalk) akan berkembang menjadi saraf
optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup)
berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf
retina (neural retina) berkembang dari lapisan dalam cangkir optik.
Lempeng optik (optik disk) yang terletak di dinding
belakang bola mata merupakan tempat keluarnya nervus optikus.
Serat-serat saraf di daerah ini akan bertumpuk membentuk suatu
13
tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah ini tidak
mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya,
sehingga di sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).
Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena
sentralis. Pada umumnya arteri sentralis merupakan satu-satunya
arteri bagi retina. Sumbatan pada arteri ini dapat mengakibatkan
kebutaan yang menetap. Pada beberapa individu sebagian
kebutuhan darah untuk retina juga disuplai dari arteri silioretina
untuk makula. Penyumbatan arteri sentralis pada individu ini
mengakibatkan kehilangan penglihatan perifer, karena makula tak
terganggu.
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu
traktus sistem saraf pusat antara sel ganglion retina dan
otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma
optikus dan mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf
bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit) dan bukan
endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri
dari otak sebagai sarung pembungkus saraf optik.
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah
berpigmen kuning yang dikenal sebagai Makula lutea (bintik
kuning). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea
sentralis yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka.
Fovea sentralis merupakan suatu sumur dangkal berbentuk bulat
terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng optik dan sekitar 0,8
mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini
disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah
ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang
tersusun rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan
yang dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila
saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior. Pada
14
irisan histologik terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam
yaitu:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10.Membran limitans dalam
Epitel pigmen
Adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora
serrata bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk
kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan butir-butir melanin.
Fungsi epitel pigmen adalah
a. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
b. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
c. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
d. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut
Mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan
sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini
mengandung badan sel batang dan kerucut. Sel batang
merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar
berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer
mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen
dalam yang sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer.
Keduanya mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti selnya
15
terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar tertanam
dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan
oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron
segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel
membran dengan diameter yang seragam dan tersusun
seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam
membentuk suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian
akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut sferul
batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi
dalam keadaan cahaya redup (dim light) sangat sensitive
terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu sinyal
dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat
menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan
juga tidak peka terhadap warna.
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh
rhodopsin, suatu protein yang tersusun dari opsin (protein
transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A.
Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi
rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan
aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk
aktif kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin
triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-
transducin ini kemudian mengaktifkan ensim cyclic
guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu
ensim yang berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic
guanosin monophosphate (cGMP). Siklik guanosin
monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal
natrium di dalam plasmalema sel batang dan menyebabkan
masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju ke
segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan
hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang dan merangsang
16
dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel
bipolar. Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi
impuls listrik yang akan diteruskan menuju ke sel ganglion
untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut Mempunyai struktur yang mirip dengan sel
batang tetapi segmen luar yang mengecil dan membesar ke
arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Inti sel
kerucut lebih besar dibandingkan dengan sel batang. Sel
kerucut di sebelah dalam melebar pada bagian akhirnya pada
lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut (cone
pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya terang
(bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih
besar di bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel
fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada 3 jenis sel
kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin
yang berbeda. Setiap jenis iodopsin mempunyai sensitivitas
tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
Membran limitans luar
Merupakan rangkaian kompleks tautan antara sel batang,
sel kerucut, dan sel Muller. Dengan mikroskop cahaya tampak
sebagai garis.
Lapisan inti luar
Merupakan lapisan yang terdiri atas inti-inti sel batang dan
kerucut bersama badan selnya.
Lapisan pleksiform luar
Dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama
dendrit sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti
Dalam dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, dan sel Muller. Sel bipolar dapat
mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya
17
lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam
disini berhubungan dengan dendrit sel ganglion. Sel
horizontal mempunyai badan sel yang lebih besar daripada
sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk
cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin
terletak pada baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan
inti dalam. Bentuknya seperti buah pir dengan sebuah tonjolan
yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada lapisan
pleksiform dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang
secara luas dan bersinaps dengan beberapa sel ganglion. Sel
Muller disebut juga gliosit retina, berukuran raksasa dengan
intinya terletak pada lapisan inti dalam. Dari badan sel, juluran
sitoplasma yang panjang dan tipis meluas ke membran
limitans luar dan dalam.
Lapisan pleksiform dalam
Dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, amakirn, dan sel
ganglion.
Lapisan ganglion
Dibentuk oleh badan dan inti sel ganglion. Sel ganglion
merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan neuron pada
otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil (badan
Nissl) dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat
saraf optik. Aksonnya tak pernah bercabang
Lapisan serat saraf optikus
Dibentuk oleh akson sel ganglion.
Membran limitans dalam
Sebenarnya adalah membrana basalis sel Muller yang
memisahkan retina dari korpus vitreum.
18
1) Media Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus
dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina. Komponen media
refraksi adalah
a. Kornea
b. kamera okuli anterior
c. kamera okuli posterior
d. lensa
e. badan vitreus.
2) ORGAN TAMBAHAN MATA
Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka
ke anterior. Celah ini ditutup oleh kelopak mata atas dan
bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura
palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea
untuk melapisi permukaan dalam kelopak mata. Lipatan ini
disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas :
a. Kelopak mata
b. Konjungtiva
c. Kelenjar lakrimal / kelenjar air mata
KELOPAK MATA
19
Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian
tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang
diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di
dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut
kecil, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis
yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat
elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan
disini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang
yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke
dermis. Di antara dan sebelah belakang bulu mata
terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya
bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata
(muskulus orbikularis okuli) yang merupakan otot
rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di
belakang saluran keluar kelenjar Meibom disebut
muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa
yang menjadi kerangka kelopak mata yang disebut tarsus.
Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke
ujung makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat
untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom
yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan
tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel
konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam
forniks terdapat lipatan mukosa.
KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi
permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva
20
palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian
depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di
susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel
goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina
propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel
goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi
sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan.
Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea,
konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis
gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang
biasanya ditandai oleh konjungtiva yang hiperemis (merah)
dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh
bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.
KELENJAR LAKRIMAL
Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral
rongga mata. Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan
serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus
kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15
saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior
konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal
tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata
atas dan bawah.
Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat
anti bakteri. Air mata berfungsi untuk memelihara agar
epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata
akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea
seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk
mengeluarkan benda asing seperti partikel debu.
Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu
lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di
21
atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata
disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki
pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak
disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari
sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal
(lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus
lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel
bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan
bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar. Air
mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang
juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini air
mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang
terletak di dasar rongga hidung.
22
B. Fisiologi Mata
Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal
untuk melihat dan saraf untuk transduksi sinar. Aparatus optic mata
membentuk dan mempertahankan ketajaman focus objek dalam
retina. Prinsip optic : sinar dialihkan berjalan dari satu mediu m ke
medium lain dari kepadatan yang berbeda, focus utama pada garis
yang berjalan melalui pusat kelengkungan lensasumbu utama.
Indra penglihatan menerima rangsangan berkas – berkas
cahaya pada retina dengan perantara serabut nervus optikus,
mengahantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang
letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan
diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous. Lensa
membiaskan cahaya dan mengfokuskan bayangan pada retina bersatu
menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
a. Pemebentukan Bayangan
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik
dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas
tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika kita
sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata
tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek,
maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar
tampak paralel. Lihat Gambar 11.18. Baik sinar dari obyek yang
jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk
menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas.
Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas
disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea.
Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih
23
banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan
obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah
derajat pembiasan dengan cara mengubah bentuk
lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh
lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek
yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan
pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot
siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi
sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi
lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek.
Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga
apertura yang mengelilingi lensa membesar dan
tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai
akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa
sehingga lensa memanjang dan pipih.Proses
pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda
disebut daya akomodasi.
Bayangan dua d
a. Akomodasi mata
saat
melihat jauh
b. Akomodasi mata
saat
melihat dekat
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek diretina. Bayangan dalam fovea diretina selalu
lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan yang jatuh pada
retna akan mengahasilkan sinyal saraf dan mosaic reseptor,
selanjutnya mengirimkan bayangan dua dimensi ke otak untuk
direkonstruksi menjadi tiga dimensi.
24
Pembentukan bayangan abnormal jika bola mata terlalu
panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh didepan retina
sehingga bayangan kabur. Untuk melihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa
bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk mata.
Hiperpropia titik focus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi
dengan lensa bikonveks. Presbiopi, bentuk abnormal karena lanjut
usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
Mekanisme pembentukan bayangan. Potensial aksi dalam
nervus optikus bayangan objek didalam lingkungan difokuskan
dalam retina. Sinar yang membentuk retina membentuk potensial
dalam bayangan kerucut impuls yangs ada dalam retina,
dihantarkan didalam korteks serebri pada tempat mengahasilkan
sensasi bayangan. Penentuan jarak suatu benda : ukuran relative,
paralaks yang bergerak dan stereopsis.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi m. siliaris membentuk ligamentum tegang , lensa
tertarik sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan
memperpanjang jarak focus. Bila benda dekat dengan mata mata
otot berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika benda jauh.
M. siliaris berkontraksi agar pipih supaya beyangan benda pada
retina menjadi tajam.
Akomodasi mengubah ukuran pupil, kongtraksi iris,
kontrkasi iris membuat pupil mengecil dan melebar.
Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar sinar
tidak seluruhnya masuk kedalam mata. Dalam keadaan gelap
pupil melebar agar sinar banyak ditangkap.
Respon dalam melihat benda : jikaq mata melihat jauh
kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar terjadi
peningkatan kedalam lapang penglihatan.
25
Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik
negative secara otomatis.
c. Lintasan Penglihatan
Setelah impuls meninggalakan retina, impuls ini berjalan
kebelakang melalui nervus optikus. Pada persilangan optikus,
serabut menyilang kesisi lain bersatu dengan serabut yang berasal
dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk
dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini
membentuk gambar tiga dimensi.
Korteks visual primer. Gambar yang ada pada retina
ditraktus optikus disampaikan secar tepat ke korteks jika seseorang
kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi
kerusakkkan diotak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.
26
C. Penyakit – Penyakit Sistem Penglihatan (Mata)
1. Bintitan
a. Pengertian
Bintitan atau dalam istilah kedokterannya disebut hordeolum
bukanlah disebabkan karena kebiasaan mengintip seperti yang sering
disebut-sebut dalam mitos. intitan pada mata berupa benjolan yang terjadi
karena adanya infeksi pada kelopak mata
b. Etiologi
Penyebab bintit yaitu bakteri staphylococcal yang hidup pada
kulit kelopak mata. Hidupnya bakteri ini tdak membahayakan. Tapi
akan bisa menyebabkan infeksi pada mata dan menghasilkan benjolan
kecil seperti jerawat ketika bakteri tersebut terperangkap dalam
kantungatau saluran air mata yang sedang sakit.
c. Gejala
Menjelang bintitan tumbuh, biasanya seseorang akan merasakan
beberapa hal seperti di bawah ini:
1. Rasa gatal disertai sedikit nyeri pada pinggir kelopak mata di
tempat bulu mata tumbuh.
2. Inflamasi kecil yang kemudian bertambah besar seperti bisul
yang kerap kali pecah sendiri. Cara mencegah mata bintitan
(Hordeolum) adalah :
Jaga Kebersihan.
27
Menjaga kebersihan tidak sebatas pada kelopak mata,
karena tubuh secara menyeluruh juga harusbersih. Intinya,
bila kebersihan tubuh terjaga, akan meminimalkan peluang
bakteri menginfeksi ataumenimbulkan peradangan,
termasuk pada kelopak mata.
Cuci tangan sesering mungkin.Karena tangan kita sering
kotor maka jika tidak dicuci bisa menjadi pembawa kuman
ataubakteri ketika kita mengucek mata yang bisa
meyebabkan timbulnya mata bintitan (Hordeolum).
Waspada jika mata sering gatal
Bila mata terasa atau bahkan sering gatal-gatal, sebaiknya
bersihkan dengan tetes mata atau dikompres.Jadi, jangan
dibiarkan saja karena sangat mungkin rasa gatal tersebut
merupakan gejala awal terjadinya peradangan.
Mengistirahatkan mata.Mata jangan dibuat terlalu lelah,
karena mata yang lelah berpeluang sangat besar
untuk terjadinya mata bintitan (Hordeolum).
Istirahat yang cukup. Kurang tidur atau sering begadang
dapat pula menjadi salah satu penyebab mata bintitan
(Hordeolum).
Lindungi mata.
Pakailah pelindung mata di tempat-tempat yang kotor,
berdebu dan berasap supaya mata tidak mudah teriritasi.
Itulah 6 langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah
terjadinya mata bintitan (Hordeolum) agar mata kita yang
merupakan jendela dunia dapat tetap sehat. Dan yang
terakhir bahwa bintitan (Hordeolum) bukan tergolong
penyakit menular.
d. Pencegahan
Pastikan tangan dan peralatan rias yang berhubungan dengan mata
senantiasa bersih / steril
28
Bersihkan daerah kelopak mata secara teratur, untuk menghilangkan
debu dan minyak yang menumpuk.
e. Pengobatan
Jika anda menderita bintitan, bisa dicoba ramuan obat alami mata
bintitan yang terbuat dari daun sirih berikut ini. Cuci bersih 3 lembar
daun sirih lalu simpan pada wadah mangkok ataupiring. Seduh dengan
air panas. Setelah airnya dingin, pakailah air rendaman daun sirh
tersebutuntuk mencuci mata anda dengan cara mengedip-ngedipkan
mata dalam air tersebut.atau dengan cara :
1. Kompres mata dengan handuk hangat kira-kira 15 menit.
2. Air hangat dicampur garam. Dikompres ke mata ketika menjelang
tidur.
3. Teteskan dengan obat mata seperti insto, visine dll menjelang tidur.
4. Bawang Putih. Oleskan pada bagian mata yang bintitan.
2. Trachom
a. Pengertian
Trachoma adalah sebuah penyakit mata menular, dan
penyebab utama kebutaan akibat infeksi di dunia. Secara global,
84 juta orang menderita infeksi aktif dan hampir 8 juta orang
menjadi tunanetra sebagai akibat dari penyakit ini.
Trakoma adalah salah satu bentuk radang konjungtiva (selaput
lendir mata) yang berlangsung lama dan disebabkan oleh
Chlamydia Trachomatis. Infeksi ini menyebar melalui kontak
langsung dengan sekret kotoran mata penderita trakoma atau
melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat
kecantikan dan lain-lain. Penyakit ini sangat menular dan
biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya,
trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila
terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan
kebutaan.
29
b. Etiologi
Trachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan
disebarkan melalui kontak langsung dengan mata, hidung, dan
tenggorokan yang terkena cairan (yang mengandung kuman ini)
dari pengidap, atau kontak dengan benda mati, seperti handuk
dan / atau kain lap, yang pernah kontak serupa dengan cairan
ini. Lalat juga dapat menjadi rute transmisi.
Jika tidak diobati, infeksi trachoma berulang dapat
mengakibatkan entropion yang merupakan bentuk kebutaan
permanen dan disertai rasa nyeri jika kelopak mata berbalik ke
dalam, karena ini menyebabkan bulu mata menggaruk kornea.
Anak-anak yang paling rentan terhadap infeksi ini karena
kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor,
tetapi efek-efek pengihatan kabur dan gejala lebih parah lainnya
sering tidak terasa sampai dewasa.
c. Klasifikasi
Mac Callan : Berdasarkan pada gambaran kerusakan
konjungtiva, dibagi dalam 4 stadium yaitu :
30
1. Stadium Insidious : folikel imatur kecil-kecil pada konj palp
sup, jar parut.
2. Stadium akut (trakoma nyata) : terdapat hipertrofi papil &
folikel yang masak pada palp sup.
3. Stadium sikatriks : sikatriks konj, bentuk garis-garis putih
halus disertai folikel dan hipertrofi.
4. Stadium penyakitembuhan : trakoma inaktif, folikel, sikatriks
meluas tanpa peradangan.
Klasifikasi Menurut WHO
1. Trakoma Inflamasi-Folikuler (TF)
2. Trakoma Inflamasi – Intense (TI)
3. Trakoma Sikatriks (TS)
4. Trakoma Trikiasis (TT)
5. Kekeruhan kornea (CO)
d. Tanda dan Gejala
Bakteri ini memiliki masa inkubasi dari 5 sampai 12 hari
setelah seseorang mengalami gejala konjungtivitis atau iritasi
mirip dengan “mata merah muda.” Endemik kebutaan trakoma
merupakan hasil dari beberapa episode reinfeksi yang
menghasilkan peradangan terus-menerus pada konjungtiva.
Tanpa reinfeksi, peradangan akan berangsur-angsur mereda.
Peradangan konjungtiva disebut “trachoma aktif” dan biasanya
terlihat pada anak-anak, terutama anak-anak pra sekolah
(dasar). Hal ini ditandai dengan benjolan putih di permukaan
bawah tutup mata atas (conjunctival folikel atau pusat-pusat
germinal limfoid). Non-peradangan dan penebalan tertentu
sering dikaitkan dengan papila. Folikel mungkin juga muncul di
persimpangan kornea dan sclera (limbal folikel). Trakoma aktif
akan sering menjengkelkan dan memiliki cairan berair. Infeksi
sekunder bakteri dapat terjadi dan menyebabkan discharge
purulen.
31
Perubahan-perubahan struktural trakoma disebut sebagai
“cicatricial trakoma”. Ini termasuk jaringan parut di tutup mata
(konjungtiva tarsal) yang mengarah pada distorsi tutup mata
dengan tekuk dari tutup (Tarsus) sehingga muncul bulu mata
gosok pada mata (trichiasis). Bulu mata ini akan mengakibatkan
kekeruhan kornea dan bekas luka dan kemudian mengarah ke
kebutaan. Bekas luka linear hadir dalam sulkus subtarsalis
disebut ‘garis Arlt’s’. Selain itu, pembuluh darah dan jaringan
parut dapat menyerang bagian atas kornea (pannus).
Lebih lanjut gejala termasuk:
1. Keluarnya cairan kotor dari mata – bukan air mata (emisi atau
sekresi cairan yang mengandung lendir dan nanah dari mata)
2. Pembengkakan kelopak mata
3. Trichiasis (berbalik-nya bulu mata)
4. Pembengkakan kelenjar getah bening di depan telinga
5. Munculnya garis parutan pada kornea
6. Komplikasi pada telinga, hidung dan tenggorokan.
7. Komplikasi utama atau yang paling penting adalah ulkus
(luka/iritasi) pada kornea karena infeksi bakteri.
e. Patofisiologi
Melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari
mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring
melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang
terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain
yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat,
terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies
jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada
penyebaran penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma
aktif, chlamydia dapat ditemukan dari nasofaring dan rektum.
32
Namun didaerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak
ditemukan reservoir genital.
Masa inkubasi sukar ditentukan karena timbulnya penyakit
ini adalah lambat. Penyakit ini termasuk penyakit mata yang
sangat menular.
Gambaran kliniknya dibagi atas 4 stadium :
1. Stadium I; disebut stadium insipien atau stadium permulaan,
didapatkan terutama folikel di konjungtiva tarsal superior,
pada konjungtiva tarsal inferior juga terdapat folikel, tetapi ini
tidak merupakan gejala khas trakoma. Pada kornea di daerah
limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan
subepitel. Kelainan kornea lebih jelas apabila diperiksa
dengan melakukan tes fluoresin, dimana akan terlihat titik-
titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium II; disebut stadium established atau nyata,
didapatkan folikel-folikel di konjungtiva tarsal
superior,beberapa folikel sudah matur berwarna lebih abu-
abu. Pada kornea selain keratitis pungtata superficial, juga
terlihat adanya neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru
yang berjalan dari limbus ke arah kornea bagian atas.
Susunan keratitis pungtata superfisial dan neovaskularisasi
tersebut dikenal sebagai pannus.
3. Stadium III; disebut stadium parut, dimulai terbentuknya
sikatriks pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat
sebagai garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
Tidak jarang pada stadium ini masih terlihat trikiasis sebagai
penyakit. Pada stadium ini masih dijumpai folikel pada
konjungtiva tarsal superior.
4. Stadium IV; disebut stadium penyembuhan. Pada stadium ini,
folikel pada konjungtiva tarsal superior tidak ada lagi, yang
ada hanya sikatriks. Pada kornea bagian atas pannus tidak
33
aktif lagi. Pada stadium ini dijumpai komplikasi-komplikasi
seperti entropion sikatrisiale, yaitu pinggir kelopak mata atas
melengkung ke dalam disebabkan sikatriks pada tarsus.
Bersamaan dengan enteropion, bulu-bulu mata letaknya
melengkung kedalam menggosok bola mata (trikiasis). Bulu
mata demikian dapat berakibat kerusakan pada kornea, yang
mudah terkena infeksi sekunder, sehingga mungkin terjadi
ulkus kornea. Apabila penderita tidak berobat, ulkus kornea
dapat menjadi dalam dan akhirnya timbul perforasi.
f. Pencegahan dan pengobatan/perawatan
Meskipun trakoma dihapuskan dari banyak negara maju
dalam abad terakhir, penyakit ini bertahan di banyak bagian
dunia berkembang khususnya di masyarakat tanpa akses yang
memadai terhadap air dan sanitasi. Dalam banyak masyarakat
ini, wanita tiga kali lebih besar daripada laki-laki akan dibutakan
oleh penyakit ini,karena peran mereka sebagai pengasuh dalam
keluarga.
Tanpa intervensi, trakoma keluarga tetap bertahan dalam
lingkaran kemiskinan, karena penyakit dan efek jangka panjang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pencegahan yang penting meliputi:
Pembedahan: Bagi individu dengan trichiasis (berbaliknya
arah lengkungan bulu mata ke arah dalam), sebuah
prosedur rotasi bilamellar tarsal dibenarkan untuk
mengarahkan bulu mata menjauh dari bola mata.
Terapi antibiotik : Pedoman WHO merekomendasikan jika
terjadi endemik massa (sekitar 10 % dari populasi suatu
daerah) maka perawatan/pengobatan dengan antibiotik
tahunan harus terus dilakukan sampai prevalensi turun di
bawah lima persen. Jika prevalensi lebih rendah dari itu
maka pengobatan antibiotik harus berbasiskan keluarga.
34
Pilihan antibiotik: oral dosis tunggal 20 mg / kg atau topical
tetracycline (satu persen salep mata dua kali sehari
selama enam minggu). Azitromisin lebih disukai karena
digunakan sebagai oral dosis tunggal.
Kebersihan: Anak-anak dengan hidung terlihat terlalu
berair, okular discharge, atau lalat di wajah mereka paling
tidak dua kali lebih mungkin untuk memiliki trakoma aktif
dibanding anak-anak dengan wajah yang bersih. Intensif
kesehatan berbasis masyarakat untuk mempromosikan
program pendidikan muka-cuci dapat secara signifikan
mengurangi prevalensi trachoma aktif.
Perbaikan lingkungan: Modifikasi dalam penggunaan air,
kontrol lalat, penggunaan jamban, pendidikan kesehatan
dan kedekatan dengan hewan peliharaan semuanya telah
diusulkan untuk mengurangi penularan dari C. trachomatis.
Perubahan-perubahan ini menimbulkan banyak tantangan
untuk pelaksanaannya. Agaknya perubahan lingkungan ini
pada akhirnya berdampak pada penularan infeksi okular
melalui wajah kurangnya kebersihan.
3. Konjungtivitis
a. Pengertian
Konjungtiva adalah membran mata yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata dan permukaan
anterior sclera.
Konjungtivitis adalah penayakit mata, lebih spesifik radang pada
konjungtiva.
Konjungtivitis adalah penyakit mata paling umum di dunia,
penyakit ini bervariasi dari ringan dengan berair mata sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.
Penyebabnya umumnya eksogen, namun dapat endogen (Vaughan,
Dale 2000).
35
Konjungtivitis adalah inflamasi dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat.Pada konjungtivitis mata nampak,
sehingga mata sering disebut mata merah (Smeltzer, Suzanne C,
2001).
b. Jenis-jenis Konjungtivitis
1. Konjungtivitis bacterial
Konjungtivitis bacterial hiperakut dan subakut
Konjungtivitis bacterial menahun
2. Konjungtivitis klamidia
Trachoma
Konjungtivitis inklusi (Blenorrhoe Inklusi, Paratrachoma)
Konjungtivitis yang disebabkan agen klamidia lain
3. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis folikuler virus akut
Konjungtivitis virus menahun
4. Konjungtivitis rickettsia
5. Konjungtivitis jamur
6. Konjungtivitis parasite
7. Konjungtivitis immunologik (alergik)
Konjungtivitis demam jerami
Konjungtivitis vernalis
Keratokonjungtivitis atopic
Konjuntivitis atopic
Konjungtivitis papilaris raksasa
Phlyctenulosis
Konjungtivitis ringan sekunder terhadap blefaritis kontak
8. Konjungtivitis akibat penyakit autoimun
Keratokonjungtivitis sicca
Pemphigoid sikatrikal
9. Konjungtivitis kimia atau iritatif
10.Konjungtivitis yang penyebabnya tidak dikatahui
11.Konjungtivitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik
36
12.Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau kanalikulitis
c. Etiologi
1. Bakterial
a. Hiper akut (purulen)
1) Neisseria gonorrhoea
2) Neisseria meningitidis
3) Neisseria gonorrhoea subsp kochii
b. Akut
1) Pneumoccocus (streptococcus pneumoniae) (iklim sedang)
2) Haemophilus aegyptius (Koch-Weeks bacillus) (iklim tropik)
c. Subakut
Haemophilus influenzae (iklim sedang)
d. Menahun, termasuk blefarokonjungtivitis)
1) Staphylococcus aureus
2) Moraxella lacunata (diplobacillus dari morax-Axenfeld)
e. Jenis jarang (akut, sub akut, menahun)
1) Sterpcocci
2) Moraxella catharralis
3) Coliform
4) Proteus
5) Corynebacterium diphteriae
6) Mycobacterium tuberculosis
2. Klamidial
a. Trachoma (chlamydia Trachomonas serotipe A-C)
b. Konjungtivitis inklusi (chlamydia trachomotis serotipe D-K)
c. Limfogranuloma venerum (LGV) (chlamydia trachomatis serotipe
L1-3)
3. Virus
Konjungtivitis folikuler virus akut
Demam faringokonjungtivitis disebabkan adenovirus tipe
3 dan 7 dan serotipe lain
Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan disebabkan
adenovirus tipe 8 dan 19
37
Virus herpes simpleks
Konjungtivitis hemorogik akut disebabkan enterovirus tipe
70; jarang-jarang, coxackivirus tipe A24
Konjungtivitis folikuler virus menahun
Virus molluscum contangiosum
Blefarokonjungtivitis karena virus
1)Varicella, herpes zoster disebabkan virus varicella-zoster
2) Virus campak
d. Tanda Gejala
Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi hyperemia
(kemerahan), cairan, edema, pengeluaran air mata, gatal, rasa
terbakar, atau rasa tercakar atau ada benda asing.
Tanda dan gejala konjungtivitis gonorea yang dapat mengancam
penglihatan, meliputi cairan purulen yang berlimpah dan
pembengkakan kelopak mata.
e. Penatalaksanaan
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi,
irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mokroorganisme, pasien
harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata
yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
instruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit
dan kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan
menggunakan kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang
terpisah. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personel asuhan
kesehatan untuk menghindari penyebaran konjungtivitis antar
pasien.
4. Katarak
a. Pengertian
38
Katarak adalah nama yang diberikan untuk
kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus
oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata,
seperti melihat air terjun.
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah
katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses
degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi
bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga
menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan
tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70
tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa
walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan
penglihatan.
b. Etiologi
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
2. Trauma
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik (DM)
5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter
sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti
German Measles ).
39
c. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan
bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam
serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh
kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling
sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor
yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok,
40
dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.
d. Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala
subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan
tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan
yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan
tampak abu-abu atau putih.
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang
menerima rangsangan cahaya. Bagian – bagian dari mata itu sendiri
terdiri dari kornea, otot mata, iris, pupil, lensa` mata, retina, dan
sclera. Penyakit atau gangguan yang terjadi pada mata antara lain
bintitan, trachoma, katarak dan konjugtivitis.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena tiu dibutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
42