matematika iii - kapita selekta matematika · pdf file8/3/2013 1 1 sudaryatno sudirham kapita...

32
8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi Aritmatika Interval Matriks 2 Matrik adalah susunan teratur bilangan-bilangan dalam baris dan kolom yang membentuk suatu susunan persegi panjang yang kita perlakukan sebagai suatu kesatuan. Contoh: 1 2 3 4 2 1 3 0 2 baris kolom Nama matriks: huruf besar cetak tebal, = 1 2 3 4 2 1 3 0 2 A = 2 0 3 1 4 2 B Contoh: Notasi: Bilangan ini bisa berupa bilangan nyata atau kompleks. Kita akan melihat matriks berisi bilangan nyata. 3 Elemen Matriks Isi suatu matriks disebut elemen matriks Contoh: = 2 0 3 1 4 2 B 2, 4, 1 dan 3, 0, 2 adalah elemen-emenen matriks yang membentuk baris 2, 3 dan 4, 0, dan 1, 2 adalah elemen-elemen matriks yang membentuk kolom Ukuran Matriks Secara umum suatu matrik terdiri dari b baris dan k kolom, sehingga suatu matrik akan terdiri dari b×k elemen-elemen Ukuran matriks dinyatakan sebagai b×k Contoh: = 2 0 3 1 4 2 B adalah matriks berukuran 2×3 4 = 1 2 3 4 2 1 3 0 2 A b = k = 3 matriks bujur sangkar 3×3 Nama Khusus Matriks dengan b = k disebut matriks bujur sangkar. Matriks dengan k = 1 disebut matriks kolom atau vektor kolom. Matriks dengan b = 1 disebut matriks baris atau vektor baris. Matriks dengan b k disebut matrik segi panjang Contoh: = 2 0 3 1 4 2 B b = 2, k = 3 matriks segi panjang 2×3 = 4 2 p k = 1 vektor kolom [ ] 4 2 3 = q b = 1 vektor baris Notasi nama vektor: huruf kecil cetak tebal 5 Secara umum, matriks A dapat kita tuliskan sebagai [ ] bk mn m m n n a a a a a a a a a a = = L L L L L L L 2 1 2 22 21 1 12 11 A elemen-elemen a 11 a mn disebut diagonal utama Diagonal Utama 6

Upload: lythuan

Post on 15-Feb-2018

280 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

1

1

Sudaryatno Sudirham

Kapita Selekta MatematikaMatriks

Sistem Persamaan LinierBilangan Kompleks

Permutasi dan KombinasiAritmatika Interval

Matriks

2

Matrik adalah susunan teratur bilangan-bilangan dalam baris dan kolom yang membentuk suatu susunan persegi panjang yang kita perlakukan sebagai suatu kesatuan.

Contoh:

123

421

302

baris

kolomNama matriks: huruf besar cetak tebal,

=123

421

302

A

=

203

142B

Contoh:

Notasi:

Bilangan ini bisa berupabilangan nyata atau kompleks.

Kita akan melihat matriksberisi bilangan nyata.

3

Elemen Matriks

Isi suatu matriks disebut elemen matriks

Contoh:

=

203

142B

2, 4, 1 dan 3, 0, 2 adalah elemen-emenenmatriks yang membentuk baris

2, 3 dan 4, 0, dan 1, 2 adalah elemen-elemenmatriks yang membentuk kolom

Ukuran Matriks

Secara umum suatu matrik terdiri dari b baris dan k kolom, sehingga suatu matrik akan terdiri dari b×k elemen-elemen

Ukuran matriks dinyatakan sebagai b×k

Contoh:

=

203

142B adalah matriks berukuran 2×3

4

=123

421

302

A

b = k = 3 matriks bujur sangkar 3×3

Nama Khusus

Matriks dengan b = k disebut matriks bujur sangkar .

Matriks dengan k = 1 disebut matriks kolom atau vektor kolom .

Matriks dengan b = 1 disebut matriks baris atau vektor baris .

Matriks dengan b ≠ k disebut matrik segi panjang

Contoh:

=

203

142B

b = 2, k = 3 matriks segi panjang 2×3

=

4

2p k = 1

vektor kolom [ ]423=q b = 1 vektor baris

Notasi nama vektor: huruf kecil cetak tebal

5

Secara umum, matriks A dapat kita tuliskan sebagai

[ ]bk

mnmm

n

n

a

aaa

aaa

aaa

=

=

L

LLLL

L

L

21

22221

11211

A

elemen-elemen a11 …amn disebut diagonal utama

Diagonal Utama

6

Page 2: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

2

Matriks Segitiga

Contoh:

Matriks segitiga bawah :

−=343

011

002

1T

Matriks segitiga atas :

−=

300

310

122

2T

Ada dua macam matriks segitiga yaitu

matriks segitiga bawah dan matriks segitiga atas

Matriks segitiga bawah adalah matriks yang elemen-elemen di atas diagonal utamanya bernilai nol.

Matriks segitiga atas adalah matriks yang elemen-elemen di bawah diagonal utamanya bernilai nol.

7

Matriks Diagonal

Matriks diagonal adalah matriks yang elemen-elemen di atas maupun di bawah diagonal utamanya bernilai nol.

Contoh:

=000

010

002

D

8

Matriks Satuan

Jika semua elemen pada diagonal utama adalah 1, sedang elemenyang lain adalah 0, matriks itu disebut matriks satuan.

Contoh:

IA =

=100

010

001

Matriks NolMatriks nol, 0, yang berukuran m×n adalah matriks yang berukuran m×n dengan semua elemennya bernilai nol.

9

Anak matriks atau sub-matriks

=

203

142B

[ ]142 [ ]203- Dua anak matriks 1× 3 , yaitu:

3

2

0

4

2

1- Tiga anak matriks 2× 1, yaitu:

- Enam anak matriks 1× 1 yaitu: [2] , [4] , [1] , [3] , [0] , [2];

- Enam anak matriks 1× 2 yaitu: [ ]42 [ ]12 [ ]14

[ ]03 [ ]23 [ ]20

03

42

23

12

20

14- Tiga anak matriks 2×2 yaitu:

Contoh:

Matriks B memiliki:

10

Matriks dapat dipandang sebagai tersusun dari anak-anak matriks yang berupa vektor-vektor

=123

421

302

A

=

3

2

1

a

a

a

Adapat kita pandang sebagai matriks

dengan anak-anak matriks berupa vektor baris

[ ]3021 =a [ ]4212 =a [ ]1233 =a

dapat kita pandang sebagai matriks [ ]321 aaaA =

=3

1

2

1a

=2

2

0

2a

=1

4

3

3a

dengan anak-anak matriks yang berupa vektor kolom

Contoh:

Contoh yang lain:

=123

421

302

A

11

Kesamaan Matriks

Dua matriks A dan B dikatakan sama jika dan hanya jika berukuran sama dan elemen-elemen pada posisi yang sama juga sama.

A = B

=

03

42AJika

=

03

42Bmaka haruslah .

Contoh:

12

Page 3: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

3

Matriks Negatif

Negatif dari matriks berukuran m×n adalah matriks berukuran m×n yang diperoleh dengan mengalikan seluruh elemennya dengan faktor (−1). .

Contoh:

=

03

42A

−−−

=−03

42A

13

PenjumlahanPenjumlahan dua matriks hanya didefinisikan

untuk matriks yang berukuran sama

Jumlah dari dua matriks A dan B yang masing-masing berukuran m×n adalah sebuah matriks C berukuran m×n yang elemen-

elemennya merupakan jumlah dari elemen-elemen matriks A dan B yang posisinya sama

ABBA +=+

( ) ( )CBACBA ++=++

=

03

42 A

=

22

31B

Jika

=+

25

73BAmaka

Sifat-sifat penjumlahan matriks:

Contoh:

14

Pengurangan Matriks

Pengurangan matriks dapat dipandang sebagaipenjumlahan dengan matriks negatif

A0A =+

0AAAA =−+=− )(

=

03

42 A

=

22

31B

−=

−−−−

+

=−

21

11

22

31

03

42BA

Contoh:

15

Perkalian Matriks

=

mnmm

n

n

aaa

aaa

aaa

L

LLLL

L

L

21

22221

11211

A

BAAB ≠

16

=

pqmp

q

q

aaa

aaa

aaa

L

LLLL

L

L

21

22221

11211

B

Jadi jika matriks A berukuran m×n dan B berukuran p×q

maka perkalian AB hanya dapat dilakukan jika n = p.

Hasil kali matriks AB berupa matriks berukuran m×q dengan nilai elemen pada baris ke b kolom ke k merupakan hasil kali internal (dot product) vektor

baris ke b dari matriks A dan vektor kolom ke k dari matriks B

Perkalian antara dua matriks A dan B yaitu C = AB hanya terdefinisikan jika banyak kolom matriks A sama dengan banyak baris matriks B.

Dalam perkalian matriks, urutan hatus diperhatikan.

Perkalian matriks tidak komutatif .

Perkalian Matriks dengan Bilangan Skalar

Hasil kali suatu bilangan skalar a dengan matriks b erukuran m××××nadalah matriks berukuran m××××n yang seluruh elemennya bernilai a kali.

aA = Aa

=

×646

462

244

2

323

231

122

323

231

122

2

Perkalian matriks dengan bilangan skalar ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut

( ) BABA aaa +=+

( ) AAA baba +=+

[ ] ( )AA abba =

Contoh:

17

Perkalian Internal Vektor (dot product)

[ ]32=a

=

3

4bvektor baris: vektor kolom:

.

Contoh:

2 kolom

2 baris

Perkalian internal antara dua vektor a dan b yaitu c = ab hanya terdefinisikan jika banyak kolom vektor a sama dengan banyak baris

vektor b.

Dalam perkalian internal vektor, urutan perkalian harus diperhatikan .

[ ] [ ] [ ]1733423

4 32 =×+×=

=•= bac

Jika urutan dibalik, b : 1 kolom, a : 1 baris, perkalian juga dapat dilakukantetapi memberikan hasil yang berbeda

[ ]

=

××××

=

=•=

96

128

3323

342432

3

4abd

perkalian internal dapat dilakukan

Perkalian matriks tidak komutatif.18

Page 4: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

4

Perkalian Matriks Dengan Vektor

=

43

12A

=

3

2bMisalkan dan

dapat dikalikan2 kolom

2 baris

=

×+××+×

=

••

=

==

18

7

3423

3122

2

1

2

1

ba

bab

a

aAbC

Jika urutan perkalian dibalik, perkalian tidak dapat dilakukankarena b terdiri dari satu kolom sedangkan A terdiri dari dua baris.

Contoh:

19

Perkalian Dua Matriks Bujur Sangkar

=

43

12A

=

35

24Bdan

Contoh:

dapat dikalikankolom = 2

baris = 2

Matriks A kita pandang sebagai

=

2

1

a

aA

Matriks B kita pandang sebagai [ ]21 bbB =

[ ]

=

×+××+××+××+×

=

••••

=

==

1832

713

34235443

31225142

2212

211121

2

1

baba

bababb

a

aABC

20

Perkalian dua matriks persegi panjang

=

231

342A

=32

34

21

Bdan

dapat dikalikankolom = 3

baris = 3

=

×+×+××+×+××+×+××+×+×

=

==

1717

2525

323321224311

333422234412

32

34

21

231

342ABC

Contoh:

21

=

2

1

a

aA [ ]21 bbB =

[ ]

••••

=

==

2212

211121

2

1 baba

bababb

a

aABC

Pernyataan matriks dengan anak matriks pada contoh di atas adalah

,

sehingga

.

Dalam operasi perkalian matriks:

matriks yang pertama kita susun dari anak matriks yang berupa vektor baris

matriks yang kedua kita susun dari anak matriks yang berupa vektor kolom

Jadi perkalian matriks adalah perkalian dari baris ke kolom

22

( ) ( ) ( )BAABBA aaa ==

( ) ( )CABBCA =

( ) BCACCBA +=+

( ) CBCABAC +=+

Sifat-sifat perkalian matriks

b. Tidak komutatif. Jika perkalian AB maupun BA terdefinisikan, maka pada umumnya AB ≠ BA

a. Asosiatif dan distributif terhadap penjumlahan

Jika AB = 0 tidak selalu berakibat A = 0 atau B = 0.

c. Hukum pembatalan tidak selalu berlaku.

23

Putaran matriks atau transposisi dari matriks A berukuran m×nadalah suatu matriks AT yang berukuran n×m dengan kolom-

kolom matriks A sebagai baris-barisnya yang berarti pula bahwa baris-baris matriks A menjadi kolom-kolom matriks AT

[ ]bk

mnmm

n

n

a

aaa

aaa

aaa

=

=

L

LLLL

L

L

21

22221

11211

A

[ ]pq

mnnn

m

m

a

aaa

aaa

aaa

=

=

L

LLLL

L

L

21

22212

12111

TA

Jika

maka

24

Page 5: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

5

Putaran Vektor Baris Dan Vektor Kolom

Putaran vektor baris akan menjadi vektor kolom.

Sebaliknya putaran vektor kolom akan menjadi vektor baris.

[ ]

=⇒=3

4

2

342 Taa

[ ]345

3

4

5T =⇒

= bb

Contoh:

25

Putaran Jumlah Dua Vektor Baris

Putaran jumlah dua vektor baris sama dengan jumlah putaran masing-masing vektor

[ ] [ ]231dan 342 == ba

[ ]573=+ ba

( ) TTT

2

3

1

3

4

2

5

7

3

baba +=

+

=

=+

( ) TTT baba +=+

Jika

maka

Secara umum :

Contoh:

26

Putaran Hasil Kali Vektor Baris Dan Vektor Kolom

Putaran hasil kali vektor baris dengan vektor kolom atau vektor kolom dengan vektor baris, sama dengan hasil kali p utaran

masing-masing dengan urutan dibalik

[ ]

==2

3

1

dan 342 ba

[ ]233412 ×+×+×=ab

Jika

maka

Contoh:

[ ] [ ] TTT

3

4

2

231233412 abab =

=×+×+×=

27

Contoh:

Jika [ ]231dan

3

4

2

=

= ba

maka

×××××××××

=233313

243414

223212

ab

( ) [ ] TTT 342

2

3

1

232422

333432

131412

abab =

=

×××××××××

=

Secara umum : ( ) TTT abab =

28

Contoh:

Putaran Matriks Persegi Panjang

=

231

342A

=23

34

12TAJika maka

=

ma

a

A L

1

[ ]TT1

TmaaA L=

Jika matriks A dinyatakan sebagai susunan dari vektor baris

maka

[ ]maaaA L21=Jika matriks Adinyatakan dengan vektor kolom

=

ma

a

A L

1Tmaka

29

Putaran Jumlah Matriks

Putaran jumlah dua matriks sama dengan jumlah putar an masing-masing matriks.

Hal ini telah kita lihat pada putaran jumlah vektor baris.

( ) TTT BABA +=+

[ ]maaA L1= [ ]mbbB L1=

[ ]mm babaBA ++=+ L11

Jika

Dengan demikian

dan

maka

( )( )

( )TT

T

T1

T

T1

TT

T1

T1

T

T11

T BA

b

b

a

a

ba

ba

ba

ba

BA +=

+

=

+

+=

+

+=+

mmmmmm

LLLL

30

Page 6: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

6

Putaran Hasil Kali Matriks

Putaran hasilkali dua matriks sama dengan hasil kal i putaran masing-masing dengan urutan yang dibalik. Hal ini t elah kita lihat

pada putaran hasil kali vektor baris dan vektor kol om.

( ) TTT ABAB =

=

ma

a

A L

1

[ ]nbbB L1=

••

••=

nmnm

n

baba

baba

AB

L

LLL

L 111

Jika dan

maka

[ ] TT1

1111T ABaa

b

b

baba

baba

AB =

=

••

••= m

nnmnm

n

LL

L

LLL

L

Dengan demikian maka

31

Matriks Simetris

Jika

dikatakan bahwa matriks B adalah simetris miring.

BB −=T

Matriks simetris adalah matriks yang putarannya sama dengan matriksnya sendiri. Jadi matriks A dikatakan simetris apabila

AA =T

Karena dalam setiap putaran matriks nilaielemen-elemen diagonal utama tidak berubah, maka matriks simetris miring dapat terjadi jika

elemen diagonal utamanya bernilai nol.

Berkaitan dengan putaran matriks, kita mengenal kesimetrisan pada matriks nyata.

32

Sistem Persamaan Linier

33

Suatu sistem persamaan linier (atau himpunan persaman linier simultan) adalah satu set persamaan dari sejumlah unsur yang tak diketahui.

Bentuk umum:

mnmnm

nn

nn

bxaxa

bxaxa

bxaxa

=++

=++=++

L

L

L

11

22121

11111

. . . . . . . . . . .

Sistem ini mengandung m persamaan dengan n unsur yang tak diketahui yaitu x1 ….xn.

Bilangan a11 …..amn disebut koefisien dari sistem itu, yang biasanya merupakan bilangan-bilangan yang diketahui.

Bilangan-bilangan b1 ….bm juga merupakan bilangan-bilangan yang diketahui, bisa bernilai tidak nol maupun bernilai nol

Jika seluruh b bernilai nol maka sistem persamaan tersebut disebut sistem persamaan homogen

34

Dari sistem persamaan linier diharapkan adanya solusi yaitu satu set nilai dari x1 …xn yang memenuhi sistem persamaan tersebut.

Jika sistem ini homogen, ia mengandung solusi trivial (solusi tak penting) yaitu x1 = 0, …., xn = 0.

Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang solusi dari sistem persamaan ini adalah:

a). Benar adakah solusi dari sistem ini ?

b). Bagaimanakah cara untuk memperoleh solusi?

c). Kalau sistem ini mempunyai lebih dari satu solusi, bagaimanakah himpunan solusi tersebut?

d). Dalam keadaan bagaimanakah sistem ini tepat mempunyai satu solusi?

35

Operasi Baris

mnmnm

nn

nn

bxaxa

bxaxa

bxaxa

=++

=++=++

L

L

L

11

22121

11111

. . . . . . . . . . .

Pada sistem ini kita dapat melakukan operasi-operasi yang disebut operasi baris sebagai berikut:

a). Ruas kiri dan ruas kanan dari setiap persamaan dapat dikalikan dengan faktor bukan nol yang sama, tanpa mempengaruhi himpunan sistem persamaan tersebut.

c). Mempertukarkan tempat (urutan) persamaan tidaklah mengganggu himpunan sistem persamaan.

b). Ruas kiri dari setiap persamaan dapat dijumlahkan ke ruas kiri persamaan yang lain asal ruas kanannya juga dijumlahkan. Operasi ini tidak mengganggu keseluruhan sistem persamaan tersebut.

36

Page 7: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

7

Sistem persamaan linier dapat dituliskan dalam bentuk matriks dengan memanfaatkan pengertian perkalian matriks. Bentuk itu adalah

=

mnmnmm

n

n

b

b

b

x

x

x

aaa

aaa

aaa

LL

L

LLLL

L

L

2

1

2

1

21

22221

11211

Penulisan Persamaan Linier Dalam Bentuk Matriks

atau secara singkat bAx =

=

=

=

mnmnmm

n

n

b

b

b

x

x

x

aaa

aaa

aaa

LL

L

LLLL

L

L

2

1

2

1

21

22221

11211

; ; bxA

dengan

37

Dari cara penulisan tersebut di atas, kita dapat membangun suatu matriks baru yang kita sebut matriks gandengan, yaitu dengan menggandengkan matriks A dengan b menjadi

=

mmnmm

n

n

baaa

baaa

baaa

|

|

|

|

~

21

222221

111211

L

LLLLL

L

L

A

Matriks gandengan ini menyatakan sistem persamaan linier secara lengkap. Operasi-operasi baris pada sistem persamaan linier kita terjemahkan ke dalam matriks gandengan menjadi sebagai berikut

a). Setiap elemen dari baris yang sama dapat dikalikan dengan faktor bukan nol yang sama.

b). Satu baris boleh dijumlahkan ke baris yang lain.

c). Tempat baris (urutan baris) dapat dipertukarkan.

38

Setiap operasi baris akan menghasilkan matriks gandengan baru.

Operasi baris dapat kita lakukan lagi pada matriks gandengan baru dan menghasilkan matriks gandengan yang lebih baru lagi dan yang terakhir

inipun setara baris dengan matriks gandengan yang lama.

Matriks gandengan baru ini disebut sebagai setara baris dengan matriks gandengan yang lama.

Dengan singkat kita katakan bahwa operasi baris menghasilkan matriks gandengan yang setara baris dengan matriks gandengan

asalnya.

Hal ini berarti bahwa matriks gandengan baru menyatakan sistem persamaan linier yang sama dengan matriks gandengan asalnya.

39

Eliminasi Gauss

Eliminasi Gauss merupakan langkah-langkah sistematis untuk memecahkan sistem persamaan linier. Karena matriks gandengan merupakan pernyataan lengkap dari suatu sistem persamaan linier, maka eliminasi Gauss cukup dilakukan pada matriks gandengan ini.

Suatu sistem persamaan linier:

Contoh:

0234

8253

024

8

=+−+−=−+−

=−+−=−

DCBA

DCBA

CBA

BA

xxxx

xxxx

xxx

xx

Kita tuliskan persamaan ini dalam bentuk matriks:

=

−−−−

−−−

0

8

0

8

2341

2531

0241

0011

D

C

B

A

x

x

x

x

40

Matriks gandengnyaadalah:

−−−−

−−−

0|2341

8|2531

0|0241

8|0011

Langkah-1: Langkah pertama pada eliminasi Gauss pada matriks gandengan adalah mempertahankan baris ke-1 (disebut mengambil baris ke-1 sebagai pivot) dan membuat suku pertama baris-baris berikutnya menjadi bernilai nol.

1) baris (

1) baris (

baris1) (

pivot

8|2330

0|2520

8|0230

8|0011

+−+

−−−

−−

Pada matriks yang diberikan ini, langkah pertama ini dilaksanakan dengan menambahkan baris ke-1 ke baris ke-2, mengurangkan baris ke-1 dari baris ke-3 dan menambahkan baris ke-1 ke baris ke-4. Hasil operasi ini adalah

41

Langkah-2: Langkah kedua adalah mengambil baris ke-2 dari matriks gandeng yang baru saja kita peroleh sebagai pivot, dan membuat suku kedua baris-baris berikutnya menjadi nol. Ini kita lakukan dengan mengalikan baris ke-2 dengan 2/3 kemudian menambahkannya ke baris ke-3, dan mengurangkan baris ke-2 dari baris ke-4. Hasil operasi ini adalah

8|2330

0|2520

8|0230

8|0011

−−−

−−

2) (-baris

2) baris 2/3(

(pivot)

0|2100

3/16|23/4500

8|0230

8|0011

+

−−−

−−

42

Page 8: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

8

Kalikan baris ke 3 dengan 3 agar diperolehbilangan bulat

0|2100

3/16|23/4500

8|0230

8|0011

−−−

−−

0|2100

16|61100

8|0230

8|0011

−−

−−

43

0|2100

16|61100

8|0230

8|0011

−−

−−

Langkah-3: Langkah ketiga adalah mengambil baris ke-3 sebagai pivot dan membuat suku ke-3 dari baris ke-4 menjadi nol. Ini dapat kita lakukan dengan mengalikan baris ke-4 dengan 11 kemudian menambahkan kepadanya baris ke-3. Hasilnya adalah:

3 baris 11

pivot

16|16000

16|61100

8|0230

8|0011

−−

44

Matriks gandeng terakhir ini menyatakan bentuk matriks:

1616

16611

823

8

==−

=−=−

D

DC

CB

BA

x

xx

xx

xxyang dengan substitusi mundur akan memberikan:

12 ; 4 ; 2 ; 1 ==== ABCD xxxx

Hasil terakhirlangkah ketigaadalah:

16|16000

16|61100

8|0230

8|0011

−−

Matriks terakhir ini menyatakan sistem persamaan linier:

=

−−

16

16

8

8

16000

61100

0230

0011

D

C

B

A

x

x

x

x

45

Sistem-sistem Tertentu Dan Tidak Tertentu

Sistem tertentu adalah sistem yang memberikan tepat satu solusi.

Sistem tertentu terjadi jika unsur yang tak diketahui sama banyakdengan persamaannya, dan persamaan-persamaan ini tidak saling bergantungan.

Jika persamaan lebih banyak dari unsur yang tak diketahui, sistem menjadi tertentu berlebihan.

Jika unsur yang tak diketahui lebih banyak dari persamaannya, maka sistem itu menjadi kurang tertentu. Sistem yang kurang tertentu memberikan tidak hanya satu solusi akan tetapi banyak solusi.

Sistem yang kurang tertentu selalu mempunyai solusi (dan banyak) sedangkan sistem tertentu dan tertentu berlebihan bisa memberikan solusi bisa juga tidak memberikan solusi.

46

Contoh Sistem Persamaan Yang Memberikan Banyak Solusi

823

024

8

−=+−=−+−

=−

CB

CBA

BA

xx

xxx

xx

Matriks gandeng:

−−−−

8|230

0|241

8|011

Eliminasi Gauss:

−−−

8|230

8|230

8|011

−−

0|000

8|230

8|011

Contoh:

47

Matriks gandengan ini menyatakan sistem persamaan :

00

823

8

==−

=−

CB

BA

xx

xx

3/)28( CB xx +=Dari persamaan ke-2 kita mendapatkan

3/)28(8 CA xx ++=yang kemudian memberikan

Karena xC tetap sembarang maka kita mendapatkan banyak solusi. Kita hanya akan memperoleh nilai xA dan xB jika kita menentukan nilai xC lebih dulu

48

Page 9: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

9

Contoh Sistem Yang Tidak Memberikan Solusi

1023

024

8

−=+−=−+−

=−

CB

CBA

BA

xx

xxx

xx

Matriks gandeng dan eliminasi Gauss memberikan

−−−−

10|230

0|241

8|011

−−−

10|230

8|230

8|011

−−

2|000

8|230

8|011

Contoh:

49

Sistem persamaan dari matriks gandeng terakhir ini adalah

20

823

8

−==−

=−

CB

BA

xx

xx

Kita lihat di sini bahwa penerapan eliminasi Gauss pada akhirnya menghasilkan suatu kontradiksi yang dapat kita lihat pada baris

terakhir.

Hal Ini menunjukkan bahwa sistem persamaan yang sedang kita tinjau tidak memberikan solusi.

50

Bentuk Eselon

Bentuk matriks pada langkah terakhir eliminasi Gauss, disebut bentuk eselon.

−−

000

230

011

−−

2|000

8|230

8|011

dan

Secara umum bentuk eselon matriks gandengan adalah

′′

+

m

r

rrnrr

n

n

b

b

bkk

bcc

baaa

|0

|

|0

|

|

|0

|

1

2222

111211

M

L

M

LLL

LLL

Dari contoh di atas, bentuk eselon matriks koefisien dan matriks gandengannya adalah

51

dan sistem yang telah tereduksi pada langkah akhir eliminasi Gauss akan berbentuk

m

r

rnrnrrr

nn

nn

b

b

bxkxk

bxaxc

bxaxaxa

′=

′=′=++

′=++=+++

+

0

0

1

22222

11212111

M

L

M

LLLL

LLLL

dengan 0 , 0 ,0 2211 ≠≠≠ rrkaa , dan r ≤ n

a). Jika dan sama dengan nol atau tidak ada, maka sistem persamaan ini akan memberikan tepat satu solusi.

b). Jika dan sama dengan nol atau tidak ada, maka sistem persamaan ini akan memberikan banyak solusi.

c). Jika ataupun dan tidak sama dengan nol atau mempunyai nilai, maka sistem persamaan ini tidak memberikan solusi.

nr = mr bb ′′+ ,,1 K

nr < mr bb ′′+ ,,1 K

nr = nr < mr bb ′′+ ,,1 K

Perhatikan bentuk ini:

52

Jadi suatu sistem persamaan akan memberikan solusi jika

sama dengan nol atau tidak ada.

mr bb ′′+ ,,1 K

Pada suatu sistem persamaan yang memberikan solusi, ketunggalan solusi terjadi jika .nr =

Nilai r yang dimiliki oleh matriks gandengan ditentukan oleh banyaknya vektor baris yang bebas linier dalam matriks gandeng.

Pengertian tentang kebebasan linier vektor-vektor kita bahas berikut ini.

nr <Jika persamaan akan memberikan banyak solusi.

53

Bebas Linier Dan Tak-bebas Linier Vektor-vektor

Misalkan maaa , , 21 L

adalah vektor-vektor baris dari suatu matriks A =[abk].

Kita tinjau suatu persamaan vektor

02211 =+++ mmccc aaa L

Apabila persamaan vektor ini terpenuhi hanya jika semua koefisien (c1 … cm) bernilai nol, maka vektor-vektor baris tersebut adalah

bebas linier.

Jika persamaan vektor tersebut dapat dipenuhi dengan koefisien yang tidak semuanya bernilai nol (artinya setidak-tidaknya ada satu koefisien yang tidak bernilai nol) maka vektor-vektor itu

tidak bebas linier.

54

Page 10: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

10

Jika satu himpunan vektor terdiri dari vektor-vektor yang bebas linier, maka tak satupun dari vektor-vektor itu dapat dinyatakan dalam

kombinasi linier dari vektor yang lain. Hal ini dapat dimengerti karena dalam persamaan tersebut di atas semua koefisien bernilai nol untuk

dapat dipenuhi.

Vektor a1 misalnya, dapat dinyatakan sebagai

01

21

21 =−−−= m

m

c

c

c

caaa L

karena koefisien-koefisien ini tidak seluruhnya bernilai nol

Jika vektor-vektor tidak bebas linier maka nilai koefisien pada persamaan tersebut di atas (atau setidak-tidaknya sebagian tidak

bernilai nol) maka satu vektor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari vektor yang lain.

55

Contoh: Dua vektor baris [ ]21321 =a [ ]26242 =adan

Vektor a1 dan a2 adalah bebas linier karena

[ ] [ ] 026242132 212211 =+=+ cccc aa

hanya akan terjadi jika 021 == cc

Ambil vektor ketiga [ ]42643 =a

Vektor a3 dan a1 tidak bebas linier karena kita dapat menyatakan a3

sebagai [ ] [ ]4264213222 13 === aa

Vektor a1, a2 dan a3 juga tidak bebas linier karena kita dapat menyatakan a3 sebagai

[ ] [ ] [ ]42642624 02132 202 213 =+=+= aaa

Akan tetapi jika kita hanya melihat a3 dan a2 saja, mereka adalah bebas linier.

56

Rank MatriksDengan pengertian tentang vektor yang bebas linier, didefinisikan rank matriks.

Banyaknya vektor baris yang bebas linier dalam suatu matriks A = [abk] disebut rank matriks A disingkat rank A.

Jika matrik B = 0 maka rank B adalah nol.

Operasi baris pada suatu matriks menghasilkan matriks yang setara baris dengan matriks asalnya. Hal ini berarti pula bahwa rank matriks

baru sama dengan rank matriks asalnya.

Dengan perkataan lain operasi baris tidak mengubah rank matriks. Jadi rank suatu matriks dapat diperoleh melalui operasi baris, yaitu sama dengan rank matriks yang dihasilkan pada langkah terakhir

eliminasi Gauss.

Bentuk eselon matriks yang diperoleh pada langkah terakhir eliminasi Gauss, mengandung vektor-vektor baris yang bebas

linier karena vektor yang tak bebas linier telah tereliminasi.

Bagaimana menentukan rank suatu matriks?

57

Bentuk eselon matriks koefisien dan matriks gandengannya dari sistem persamaan yang memberikan solusi tunggal dalam contoh, adalah

−−

16000

61100

0230

0011

−−

16|16000

16|61100

8|0230

8|0011

dan

Dalam kasus ini rank matriks koefisien sama dengan rank matriks gandengan, yaitu 4. Selain dari pada itu rank matriks sama dengan

banyaknya unsur yang tak diketahui yaitu 4

Contoh:

58

Bentuk eselon matriks koefisien dan matriks gandengannya dari sistem persamaan yang memberikan banyak solusi, adalah

Contoh:

−−

000

230

011

−−

0|000

8|230

8|011dan

Dalam kasus ini rank matriks koefisien sama dengan rankmatriks gandengan, yaitu 2. Akan tetapi rank matriks ini lebih

kecil dari banyaknya unsur yang tak diketahui.

59

Contoh:

Bentuk eselon matriks koefisien dan matriks gandengannya dari sistem persamaan yang tidak memberikan solusi, adalah

−−

000

230

011

−−

2|000

8|230

8|011dan

Dalam kasus ini rank matriks koefisien tidak sama dengan rank matriks gandengan. Rank matriks koefisien adalah 2 sedangkan rank matriks gandengannya adalah 3. Ketidak samaan rank dari kedua matriks ini menunjukkan tidak

adanya solusi.

60

Page 11: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

11

Apa yang kita amati dalam contoh-contoh di atas ternyata berlaku umum.

c). jika rank matriks koefisien lebih kecil dari banyaknya unsur yang tak diketahui maka akan diperoleh banyak solusi.

a). agar suatu sistem persamaan memberikan solusi maka rankmatriks koefisien harus sama dengan rank matriks gandengannya;

b). agar sistem persamaan memberikan solusi tunggal maka rankmatriks koefisien harus sama dengan banyaknya unsur yang tak diketahui;

61

Sistem Persamaan Homogen

Sistem persamaan disebut homogen apabila nilai b di ruas kanan dari persamaan sistem bernilai nol. Jika tidak demikian maka sistem itu disebut tak homogen. Sistem persamaan homogen berbentuk

0

. . . . . . . . . . .

0

0

2211

2222121

1212111

=+++

=+++=+++

nmnmm

nn

nn

xaxaxa

xaxaxa

xaxaxa

L

L

L

Bentuk matriks gandengan sistem ini adalah

=

0|

|

0|

0|

~

21

22221

11211

mnmm

n

n

aaa

aaa

aaa

L

LLLLL

L

L

A

62

Eliminasi Gauss pada sistem demikian ini akan menghasilkan

′′′′′

=′

0|000

|

0|0

0|

~ 222

11211

mn

n

n

a

aa

aaa

LLLLL

L

L

A

Jika rank matriks gandengan terakhir ini sama dengan banyaknya unsur yang tak diketahui, r = n, sistem persamaan akhirnya akan

berbentuk

0

0

0

2222

1212111

=′

=′++′=′++′+′

nmn

nn

nn

xa

xaxa

xaxaxa

M

L

L

Dari sini terlihat bahwa dan substitusi mundur akhirnya memberikan semua x bernilai nol. Ini merupakan solusi trivial dan solusi trivial ini diakibatkan oleh kenyataan bahwa r = n. Solusi tak trivial hanya akan diperoleh jika .

0=nx

nr <

63

Sistem Persamaan Homogen Yang Hanya Memberikan Solusi Trivial

0234

0253

024

0

=+−+−=−+−

=−+−=−

DCBA

DCBA

CBA

BA

xxxx

xxxx

xxx

xx

Matriks gandengan sistem ini dan hasil eliminasi Gauss-nya adalah

−−−−

−−−

0|2341

0|2531

0|0241

0|0011

−−

0|16000

0|61100

0|0230

0|0011

Rank matrik koefisien adalah 4; banyaknya unsur yang tak diketahui juga 4. Sistem persamaan liniernya menjadi

016

0611

023

0

==−

=−=−

D

DC

CB

BA

x

xx

xx

xx0==== ABCD xxxxyang akhirnya memberikan

Inilah solusi trivial yang dihasilkan jika terjadi keadaan nr =

Contoh:

64

Sistem Persamaan Yang Memberikan Solusi Tak Trivial

06134

0253

024

0

=+−+−=−+−

=−+−=−

DCBA

DCBA

CBA

BA

xxxx

xxxx

xxx

xx

Matriks gandengan dan hasil eliminasinya adalah

Contoh:

−−−−

−−−

0|61341

0|2531

0|0241

0|0011

−−

0|0000

0|61100

0|0230

0|0011

eliminasi Gauss:

Sistem persamaan menjadi

00

0611

023

0

==−

=−=−

DC

CB

BA

xx

xx

xx

65

1=Dx

33

12 ;

33

12 ;

11

6 === ABC xxx

Jika kita mengambil nilai maka akan diperoleh

.

Solusi ini membentuk vektor solusi

=

1

11/6

33/12

3312

1

/

x

yang jika matriks koefisiennya digandaawalkan akan menghasilkan vektor nol b = 0

=

−−

=

0

0

0

0

1

6/11

12/33

12/33

0000

61100

0230

0011

1Ax

66

Page 12: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

12

Jika kita menetapkan nilai xD yang lain, misalnya akan diperoleh vektor solusi yang lain, yaitu

33=Dx

12 33

33

18

12

12

xx =

=

Penggandaawalan matriks koefisiennya juga akan menghasilkan vektor nol

Vektor solusi x2 ini merupakan perkalian solusi sebelumnya dengan bilangan skalar (dalam hal ini 33), yang sesungguhnya bisa bernilai sembarang. Secara umum vektor solusi berbentuk

1xx cc =

dengan c adalah skalar sembarang

67

Vektor solusi yang lain lagi dapat kita peroleh dengan menjumlahkan vektor-vektor solusi, misalnya x1 dan x2.

111213 3433

33

18

12

12

1

11/6

33/12

33/12

xxxxxx =+=

+

=+=

Jelas bahwa x3 juga merupakan solusi karena jika digandaawalkan akan memberikan hasil vektor nol. Jadi secara umum vektor solusi dapat juga diperoleh dengan menjumlahkan vektor solusi yang kita nyatakan sebagai

∑= cj xx

68

Jika kita perhatikan lebih lanjut ruang vektor yang terbentuk oleh vektor solusi akan berdimensi (n − r), yaitu selisih antara

banyaknya unsur yang tak diketahui dengan rank matriks koefisien. Dalam kasus yang sedang kita tinjau ini, banyaknya

unsur yang tak diketahui adalah 3 sedangkan rank matriks koefisien adalah 2.

Contoh di atas memperlihatkan bahwa solusi dari sistem persamaan homogen membentuk vektor-vektor yang seluruhnya dapat

diperoleh melalui perkalian salah satu vektor solusi dengan skalar serta penjumlahan vektor-vektor solusi. Kita katakan bahwa solusi dari sistem persamaan homogen membentuk suatu ruang vektor.

Dalam sistem persamaan homogen yang sedang kita tinjau ini, ruang vektor yang terbentuk adalah ber-dimensi satu.

Perhatikan bahwa setiap vektor solusi merupakan hasilkali skalar dengan vektor x1 .

69

Sistem Persamaan Dengan Vektor Solusi Berdimensi 2

04107

0254

0254

0

=+−+−=−+−

=+−+−=−

DCBA

DCBA

DCBA

BA

xxxx

xxxx

xxxx

xxContoh:

Matriks gandengan dan hasil eliminasi Gauss adalah

−−−−

−−−

0|41071

0|2541

0|2541

0|0011

−−

0|0000

0|0000

0|2530

0|0011

Rank matriks ini adalah 2 sedangkan banyaknya unsur tak diketahui 4. Sistem persamaan menjadi

00

00

0253

0

==

=+−=−

DCB

BA

xxx

xx

70

0dan 1 == DC xx

5/3 ; 3/5 == AB xx

Jika kita memberi nilai

kita akan mendapatkan

.

=

0

1

3/5

3/5

1x adalah salah satu vektor solusi

Ganda-awal matriks koefisien dengan vektor ini akan memberikan vektor 0b =

=

+−+−

=

−−

=

0

0

0

0

0

0

0550

3/53/5

0

1

3/5

3/5

0000

0000

2530

0011

1Ax

71

Jika Ax1 = 0, maka perkalian dengan skalar k akan memberikan

0xA =11k 0xA =12k

,

dan 0)( 111211211 ==+=+ xAxAxAxA ckkkk

Dengan kata lain, jika x1 adalah vektor solusi, maka

)( , , 12111211 xxxx kkkk +

adalah juga vektor-vektor solusi dan sebagaimana kita tahu vektor-vektor ini kita peroleh dengan memberi nilai .0dan 1 == DC xx

72

Page 13: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

13

1dan 0 == DC xx 3/2−=Bx

3/2−=Ax

Jika akan kita peroleh

dan yang membentuk vektor solusi

−−

=

1

0

3/2

3/2

2x

Dengan skalar l sembarang kita akan memperoleh vektor-vektor solusi yang lain seperti

)( , , 22212221 xxxx llll +

Secara keseluruhan maka vektor-vektor solusi kita adalah

21 xxx lk +=

Inilah vektor-vektor solusi yang membentuk ruang vektor berdimensi 2.

73

Dari dua contoh terakhir ini terbukti teorema yang menyatakan bahwa solusi sistem persamaan linier homogen

dengan n unsur tak diketahui dan rank matriks koefisien rakan membentuk ruang vektor berdimensi (n − r).

74

Kebalikan Matriks Dan Metoda Eliminasi Gauss-Jordan

Pengertin tentang kebalikan matriks (inversi matriks) erat kaitannya dengan pemecahan sistem persamaan linier. Namun demikian

pengertian ini khusus ditujukan untuk matriks bujur sangkar n × n.

Kebalikan matriks A (inversi matriks A) didefinisikan sebagai matriks yang jika digandaawalkan ke matriks A akan menghasilkan

matriks identitas. Kebalikan matriks A dituliskan sebagai A−1

sehingga definisi ini memberikan relasi

11 −− == AAIAA

Jika A berukuran n × n maka A−1 juga berukuran n × n dan demikian pula matriks identitasnya.

75

Jika A adalah matriks tak singular maka hanya ada satu kebalikan A; dengan kata lain kebalikan matriks

adalah unik atau bersifat tunggal.

Hal ini mudah dimengerti sebab jika A mempunyai dua kebalikan, misalnya P dan Q, maka AP = I =PAdan juga AQ = I =QA, dan hal ini hanya mungkin

terjadi jika P = Q.

QQIAPQQAPPAQIPP ====== )()(

Tidak semua matriks bujur sangkar memiliki kebalikan; jika A memiliki kebalikan maka A disebut matriks tak singulardan jika tak memiliki kebalikan disebut matriks singular.

76

Persamaan ini menunjukkan bahwa kita dapat memperoleh vektor solusi x dari sistem persamaan linier jika kebalikan matriks koefisien

A ada, atau jika matriks A tak singular.

Jadi persoalan kita sekarang adalah bagaimana mengetahui apakah matriks A singular atau tak singular dan bagaimana mencari

kebalikan matriks A jika ia tak singular.

Berbekal pengertian kebalikan matriks, kita akan meninjau persamaan matriks dari suatu sistem persamaan linier tak

homogen, yaitu

bAx =

Jika kita menggandaawalkan kebalikan matriks A ke ruas kiri dan kanan persamaan ini, akan kita peroleh

bAxIxbAAxA 111 −−− ==→=

77

Dari pembahasan sebelumnya kita mengetahui bahwa jika matriks koefisien A adalah matriks bujur sangkar n × n, maka solusi tunggal akan kita peroleh jika rank A sama dengan n. Hal ini berarti bahwa

vektor x pada persamaan di atas dapat kita peroleh jika rank A−1 sama dengan n. Dengan perkataan lain

matriks A yang berukuran n × n tak singular jika rank A = n

dan akan singular jika rank A < n.

Mencari kebalikan matriks A dapat kita lakukan dengan cara eliminasi Gauss-Jordan. Metoda ini didasari oleh persamaan Ax = b.

IAX =

Jika X adalah kebalikan matriks A maka

78

Page 14: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

14

[ ]IAA =~

[ ]HU

[ ]HU

[ ]XI

Untuk mencari X kita bentuk matriks gandengan

A~

Jika kita lakukan eliminasi Gauss pada

matriks gandengan ini berubah menjadi

dengan U berbentuk matriks segitiga atas.

yaitu dengan mengeliminasi unsur-unsur segitiga atas pada Usehingga U berbentuk matriks identitas I.

Eliminasi Gauss-Jordan selanjutnya beroperasi pada

Langkah akhir ini akan menghasilkan

79

Contoh: Kita akan mencari kebalikan dari matriks

−−=

142

223

221

A

Kita bentuk matriks gandengan [ ]IA

[ ]

−−=

100|142

010|223

001|221

IA

Kita lakukan eliminasi Gauss pada matriks gandengan ini

1 baris 2

1 baris3

pivot

102|580

013|480

001|221

×+×−

−−−

80

2 baris

pivot

111|100

013|480

001|221

+

−−−−

Kemudian kita lakukan eliminasi Gauss-Jordan

)8/1(

111|100

08/18/3|2/110

001|221

−×

−−

baris35.0

3 baris2

111|100

2/18/58/7|010

223|021

×−×−

−−−−−

2 baris2

111|100

2/18/58/7|010

18/68/10|001 ×−

−−−

−−

81

Hasil terakhir ini memberikan kebalikan matriks A, yaitu

−−−

−−=−

111

2/18/58/7

18/68/101A

Dengan demikian untuk suatu sistem persamaan linier tak homogen yang persamaan matriksnya

=

−−

0

0

8

142

223

221

3

2

1

x

x

x

vektor solusinya adalah

−=

−−−

−−=

−−=

8

7

10

0

0

8

111

2/18/58/7

18/68/10

0

0

8

142

223

221

1

3

2

1

x

x

x

82

Kebalikan Matriks Diagonal

Kebalikan matriks diagonal dapat dengan mudah kita peroleh.

=

nnnn a

a

a

a

/100

00

00/1

00

00

00 111

11

LL

Kebalikan Dari Kebalikan Matriks

Kebalikan dari kebalikan matriks adalah matriks itu sendiri.

( ) AA =−− 11

83

Kebalikan Dari Perkalian Matriks

Kebalikan dari perkalian dua matriks adalah perkalian dari kebalikan masing-masing matriks dengan urutan dibalik.

( ) 111 −−− = ABAB

Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut

( )( ) 1−= ABABI

( )( ) ( ) ( ) ( )( )

( ) ( ) ( ) 111111

11

111111

−−−−−−

−−

−−−−−−

===

=

===

ABABIABBBAB

ABBA

ABIBABBAAABABAIA

84

Page 15: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

15

Bilangan Kompleks

85

Definisi

Dalam buku Erwin Kreyszig kita baca definisi bilangan bilangan komplekssebagai berikut

Bilangan kompleks z ialah suatu pasangan terurut (x,y) dari bilangan nyata x, y, yang kita tuliskan

),( yxz =

yzxz == Im Re

Kita akan mencoba memahami definisi ini secara grafis, mulai dari pengertian tentang bilangan nyata.

kita tuliskan

bagian nyata (real part) dari z

bagian khayal (imaginary part) dari z

86

Bilangan Nyata

Kita mengenal bilangan nyata bulat seperti 1, 2, 3 dan seterusnya; bilangan nyata pecahan ¼, ½, ¾ dan seterusnya, serta bilangan nyata

yang hanya dapat di angankan seperti π. Walaupun hanya dapatdiangankan, bilangan ini tetap nyata, nilainya adalah 3,14……., dengan

angka desimal yang tak diketahui ujungnya.

Secara grafis, bilangan nyata dapat digambarkan posisinya di suatusumbu yang disebut sumbu nyata,

| | | | | | | |

-2 -1 0 1 2 3 4 5

m

87

Tinjaulah suatu fungsi xy =

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

y

x

tidak ada nilai y yang nyata untuk x negatif

namun untuk x yang negatif dapat didefinisikan suatubilangan imajiner (khayal)

j=−1

88

89

Jika bilangan nyata 1 menjadi satuan dari bilangan nyata, misalnya

seterusnya dan 11010

155

×=×=

maka bilangan imajiner j = √−1 menjadi satuan daribilangan imajiner, misalnya

seterusnya dan 99 imajiner

3 3 imajiner

2 2 imajiner

j

j

j

===

Pernyataan Bilangan Kompleks

Satu bilangan kompleks z merupakan jumlah dari komponen nyatadan komponen imajiner dan dituliskan

jbaz +=

bagian nyata

bagian imajinerbilangan kompleks

90

Page 16: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

16

Bilangan kompleks dapat digambarkan di bidang kompleks

yang dibatasi olehsumbu nyata (diberi tanda Re) dansumbu imajiner (diberi tanda Im)

yang saling tegaklurus satu sama lain

setiap titik di bidang kompleks menunjukkan posisi bilangan-kompleks(x,,y)

dengan x adalah komponen nyata dan y adalah komponen imajiner-nya

91 92

ρ

a Re

Im

jb

θ

cosθρ=a

θρ= sinb

)sin(cos θ+θρ= jz

disebut argumen

disebut modulus

=θ= −a

bz 1tan arg

22 modulus baz +=ρ=

)sin(cos22 θ+θ+= jbaz

• jbaz +=

Diagram Argand

CONTOH

Suatu bilangan kompleks dinyatakan sebagai

431 jz +=

Sudut dengan sumbu nyata adalah

o11 1,53)3/4(tan ≈=θ −

Pernyataan z1 dapat kita tuliskan

( )( )oo

oo221

1,53sin1,53cos5

1,53sin1,53cos43

j

jz

+=

++=

93

CONTOH

Suatu bilangan kompleks dinyatakan sebagai

( )oo2 20sin20cos10 jz +=

Pernyataan ini dapat kita tuliskan

( )4,34,9)34,094,0(10

20sin20cos10 oo2

jj

jz

+=+≈+=

94

Kesamaan Bilangan Kompleks

22 ba +=ρ merupakan nilai mutlakModulus

Dua atau lebih bilangan kompleks bisa saja memiliki nilai ρ yang sama akan tetapi dengan sudut θ yang berbeda; atau sebaliknyamempunyai nilai θ sama akan tetapi memiliki ρ yang berbeda.

Dua bilangan kompleks dikatakan sama besar jika merekamempunyai baik ρ maupun θ yang sama besar.

Dengan kata lain, mereka memiliki bagian nyata dan bagianimajiner yang sama besar..

95

Negatif dari Bilangan Kompleks

Nilai negatif dari suatu bilangan kompleks adalahnilai negative dari kedua komponennya

jbaz += jbaz −−=−Jika maka

jbaz +=•

Re

Im

a

jb

jbaz −−=−

θo180+θ

ρ

ρ

96

Page 17: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

17

CONTOH

o11 3,56)4/6(tan ==θ −

ooo2 3,2361803,56 =+=θ

Sudut dengan sumbu nyata

z1 dapat dinyatakan sebagai

( )( )oo

oo221

3,56sin3,56cos2,7

3,56sin3,56cos64

j

jz

+=

++=

( )( ) 696,383,055,02,7

)1803,56sin()1803,56cos(2,7 oooo1

jj

jz

−−=−−=+++=−

641 jz +=Jika 6412 jzz −−=−=maka

97

Konjugat Bilangan Kompleks

Konjugat dari suatu bilangan kompleks z adalah bilangan kompleks z*

yang memiliki komponen nyata sama dengan z tetapi komponenimajinernya adalah negatif dari komponen imajiner z.

jbazjbaz −=+= ∗ maka Jika

jbaz +=•

Re

Im

ρ

θ

θ−

jb

jb−

a

jbaz −=• ∗

98

CONTOH:

65 jz +=Jika 65 jz −=∗maka

Sudut dengan sumbu nyata

o1 2,50)5/6(tan ==θ −

o2,50−=θ∗

z dapat dinyatakan sebagai

( )( )oo

oo22

2,50sin2,50cos8,7

2,50sin2,50cos65

j

jz

+=

++=

( )oo 2,50sin2,50cos8,7 jz −=∗

65* jz −=•

Re

Im

65 jz +=•

99

CONTOH:

65 jz −−=Jika 65 jz +−=∗maka

•−−= 65 jz

Re

Im

•+−=∗ 65 jz

65 jz −=Jika 65 jz +=∗maka

65 jz −=•

Re

Im

65 jz +=• ∗

100

Operasi-Operasi Aljabar

101

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kompleks

Hasil penjumlahan dua bilangan kompleks merupakan bilangankompleks yang komponen nyatanya merupakan jumlah komponen nyatadan komponen imajinernya juga merupakan jumlah komponen imajiner.

Hasil selisih dua bilangan kompleks adalah bilangan kompleks yang komponen nyatanya merupakan selisih komponen nyata dan

komponen imajinernya juga merupakan selisih komponen imajiner.

)()(

)()(

2121

221121

bbjaa

jbajbazz

+++=+++=+

)()(

)()(

2121

221121

bbjaa

jbajbazz

−+−=+−+=−

102

Page 18: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

18

CONTOH:

43dan 32 21 jsjs +=+=

75

)43()32(21

j

jjss

+=+++=+

11

)43()32(21

j

jjss

−−=+−+=−

Diketahui

103

Perkalian Bilangan Kompleks

212121

21212121

221121

2

))(())((

bbajbaa

bbajbajbaa

jbajbazz

−+=−++=

++=

Perkalian dua bilangan kompleks dilaksanakan seperti halnya kitamelakukan perkalian jumlah dua bilangan, yaitu dengan malakukanperkalian komponen per komponen

22

2211

))((

ba

bjbajbaa

jbajbazz

+=

++−=

−+=× ∗

∗= 12 zzJika

Perhatikan:

( ) 222

22

22111

baba

jbazzz

+=+=

+==× ∗

104

CONTOH: 43dan 32 21 jzjz +=+=

176

12986

)43)(32())(( 21

j

jj

jjzz

+−=−++=

++=

CONTOH: 32dan 32 121 jzzjz −==+= ∗

1394

9664

)32)(32())(( 11

=+=++−=

−+=∗

jj

jjzz

( ) 1394322

222111 =+=+==∗ zzz

105

Pembagian Bilangan Kompleks

Hasil bagi suatu pembagian tidak akan berubah jikapembagian itu dikalikan dengan 1

122

22 =−−

jba

jba

CONTOH: 43dan 32 21 jzjz +=+=

25

1

25

18

43

)98()126(

43

43

43

3222

2

1 jj

j

j

j

j

z

z+=

+

+−++=−−×

++=

22

22

12212121

22

22

22

11

2

1

)()(

ba

ababjbbaa

jba

jba

jba

jba

z

z

+−++=

−−×

++=

106

Pernyataan Bilangan Kompleks Bentuk Polar

107

Fungsi Eksponensial Kompleks

Jika x adalah bilangan nyata maka fungsi ekponensial

xey =

merupakan fungsi ekponensial nyata; y memiliki nilai nyata

Jika z adalah bilangan kompleks θ+σ= jz

fungsi eksponensial kompleks didefinisikan

riil̀ aleksponensi fungsiadalah dengan

; )sin(cos)(

σ

σθ+σ θ+θ==

e

jeee jz

Melalui identitas Euler θ+θ=θ sincos je j

fungsi exponensial kompleks dapat kita tuliskan

θσ= jz eee

108

Page 19: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

19

Bentuk Polar

Representasi bilangan kompleks dalam bentuk polar adalah

θρ= jez

θ=∠= zzarg

Re

Im

θ

ρθρ= jez

CONTOH: Misalkan suatu bilangan kompleks z = 10 e j0,5

Modulus bilangan kompleks ini adalah |z| = 10 dan argumennya ∠z = 0,5 rad

Bentuk sudut sikunya adalah:

8,48,8)48,088,0( 10

)5,0sin5,0(cos 10

jj

jz

+=+=+=

Re

Im

5,05 jez =•

rad 5,010

109

CONTOH:

Misalkan suatu bilangan kompleks z = 3+ j4

543 || 22 =+=ρ=zModulus

Argumen rad 93,03

4tan 1 ==θ=∠ −z

Representasi polar z = 5e j0,93

Re

Im

93,05 jez =•

rad 93,0

5

110

CONTOH:

Misalkan 02 jz +−=

Modulus 204 || =+=ρ=z

Argumen ( ) π±=−=θ − 2/0tan 1 tidak bernilai tunggal

Di sini kita harus memilih θ = π radkarena komponen imajiner 0

sedangkan komponen nyata −2

Re

Im

π= jez 2

2−•

111

CONTOH

Misalkan 20 jz −=

Modulus 240 || =+=ρ=z

Argumen ( ) 2/0/2tan 1 π−=−=θ −

komponen nyata: 0 komponen imajiner: −2

Representasi polar adalah

2/2 π−= jez

.

Re

Im

2/2 π−= jez2j− •

112

Manfaat Bentuk Polar

113

Perkalian dan Pembagian Bilangan Kompleks

Representasi polar dari bilangan kompleks mempermudah operasi perkalian dan pembagian.

)(21

2121

21

21

))((θ+θ

θθ

ρρ=

ρρ=j

jj

e

eezz )(

2

1

2

1

2

1 21

2

1θ−θ

θ

θ

ρρ=

ρρ= j

j

j

ee

e

z

z

CONTOH:

Misalkan z1 = 10 e j0,5 dan z2 = 5 e j0,4

9,04,05,021 50510 jjj eeezz =×=

1,04,0

5,0

2

1 25

10 jj

je

e

e

z

z==

114

Page 20: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

20

Konjugat Kompleks

argumen konjugat berlawanan denganargumen bilangan kompleks asalnya

Re

Im θρ=• jez

θ−∗ ρ=• jez

θθ−

[ ] ( )( )

*

**

*

* atau ||*))((

2

1

2

1

2121

2

**

z

z

z

z

zzzz

ss|z|zzz

=

=

==

Relasi-relasi antara suatu bilangan kompleks dengan konjugat bilangan kompleks lainnya adalah sebagai berikut

115

CONTOH:

4,02

5,01 5dan 10 jj ezez ==

25

100 10 10

22

5,05,011

=

=×=∗

−∗

zz

eezz jj

[ ] [ ] [ ]9,04,05,0

9,09,04,05,021

505 10

0505 5 10jjj

jjjj

eee

eeeezz−−−

−∗∗∗

=×=

==×=

[ ]1,0

4,0

5,0

1,01,04,0

5,0

2

1

2 5

10

052 5

10

jj

j

jjj

j

ee

e

eee

e

z

z

−−

−∗∗∗

==

==

=

Misalkan

116

Permutasi dan Kombinasi

11

7

Permutasi

118

Permutasi adalah banyaknya pengelompokan sejumlah terten tu komponenyang diambil dari sejumlah komponen yang tersedia; dala m setiap

kelompok urutan komponen diperhatikan

Misalkan tersedia 2 huruf yaitu A dan Bdan kita diminta untuk membuat kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari 2 huruf

Kelompok yang yang bisa kita bentuk adalah

BA

AB

dan diperoleh 2 kelompok

Ada dua kemungkinan huruf yang bisa menempatiposisi pertama yaitu A atau B

Jika A sudah menempati posisi pertama, maka hanya satukemungkinan yang bisa menempati posisi kedua yaitu B

Jika B sudah menempati posisi pertama, maka hanya satukemungkinan yang bisa menempati posisi kedua yaitu A

119

Misalkan tersedia 3 huruf yaitu A, B, dan CKelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 3 huruf ada lah:

ACB

ABC B

CA

BAC C

BA

CAB

diperoleh 6 kelompok

Jika salah satu komponen sudah menempati posisi pertamatinggal 2 kemungkinan komponen yang dapat menempati posisi kedua

Jika salah satu komponen sudah menempati posisi pertamadan salah satu dari 2 yang tersisa sudah menempati posisi kedua

maka hanya tinggal 1 kemungkinan komponen yang dapat menempatiposisi terakhir yaitu posisi ketiga

Jadi jumlah kelompok yang bisa diperoleh adalah

6123 =××Jumlah kemungkinan

komponen yang menempati posisi pertama Jumlah kemungkinan

komponen yang menempati posisi kedua

Jumlah kemungkinankomponen yang

menempati posisi ketiga

120

Page 21: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

21

Dari 4 huruf yaitu A, B, C dan D kita dapat membuat kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 huruf

ada24 kelompok

Kemungkinan penempatan posisi pertama : 4Kemungkinan penempatan posisi kedua : 3Kemungkinan penempatan posisi ketiga : 2Kemungkinan penempatan posisi keempat : 1

ABCD BACD CDAB DABCABDC BADC CDBA DACBACBD BCAD CABD DBCAACDB BCDA CADB DBACADCB BDAC CBAD DCABADBC BDCA CBDA DCBA

jumlah kelompok yang mungkin dibentuk

4×3×2×1=24 kelompokyaitu:

121

Secara umum jumlah kelompok yang dapat kita bangundari n komponen

yang setiap kelompok terdiri dari n komponen adalah

!1.........)2()1( nnnn =××−×−×

Kita katakan bahwa permutasi dari n komponen adalah n!dan kita tuliskan

!nPnn =Kita baca : n fakultet

Namun dari n komponen tidak hanya dapat dikelompokkandengan setiap kelompok terdiri dari n komponen,

tetapi juga dapat dikelompokkan dalam kelompok yang masin g-masing kelompok terdiri dari k komponen dimana k < n

kn P

Kita sebut permutasi k dari n komponen dan kita tuliskan

122

Contoh: Permutasi dua-dua dari empat komponen adalah

123424 =×=P

Di sini kita hanya mengalikan kemungkinan penempatanpada posisi pertama dan ketiga saja yaitu 4 dan 3.

Tidak ada komponen yang menempati posisi berikutnya.

Penghitungan 4P2 dalam contoh di atas dapat kita tuliskan

1212

123424 =

××××=P

123

Secara Umum:

)!(

!

kn

nPkn −

=

Contoh:

30561234

123456

)!26(

!626 =×=

××××××××=

−=P

Contoh:

360345612

123456

)!46(

!646 =×××=

××××××=

−=P

124

Kombinasi

125

Kombinasi merupakan pengelompokansejumlah komponen yang mungkin dilakukan

tanpa mempedulikan urutannya

Jika dari tiga huruf A, B, dan C, dapat 6 hasil permutasi yaitu

ABC, ACB, BCA, BAC, CAB, dan CBA

namun hanya ada satu kombinasi dari tiga huruf tersebut yaitu

ABC

karena dalam kombinasi urutan posisi ketiga huruf itu tidak diperhatikan

ABC = ACB = BCA = BAC = CAB = CBA

126

Page 22: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

22

Oleh karena itu kombinasi k dari sejumlah n komponen haruslah sama dengan

jumlah permutasi nPkdibagi dengan permutasi k

Kombinasi k dari sejumlah n komponendituliskan sebagai nCk

Jadi! )!(

!

! kkn

n

k

PC kn

kn ×−==

127

Contoh:

Berapakah kombinasi dua-dua dari empat hurufA, B, C, dan D

61212

1234

!2)!24(

!4

!224

24 =××××××=

×−== P

C

yaitu:

Jawab:

AB

AC

AD

BC

BD

CD

128

Contoh Aplikasi

Distribusi Maxwell-Boltzman

Distribusi Fermi-Dirac

129

Distribusi Maxwell-Boltzman

Setiap tingkat energi dapat ditempati olehelektron mana saja

dan setiap elektron memiliki probabilitas yang sama untuk menempati suatu tingkat energi

Energi elektron dalam padatan terdistribusi pada tingkat-tingkatenergi yang diskrit; kita sebut

dst. 321 EEE

130

Jika N adalah jumlah keseluruhan elektron yang harusterdistribusi dalam tingkat-tingkat energi yang ada

dan kita misalkan bahwa distribusi yang terbentuk adalah

dst.

elektron terdapat di

elektron terdapat di

elektron terdapat di

33

22

11

nE

nE

nE

maka jumlah cara penempatan elektron di E1

merupakan permutasi n1 dari N yaitu

)!(

!

11 1 nN

NPP Nn −

==

131

Jumlah cara penempatan elektron di E2 merupakan permutasi n2 dari(N−n1) karena sejumlah n1 sudah menempati E1

)!(

)!(

21

1)(2 12 nnN

nNPP nNn −−

−== −

)!(

)!(

321

21)(3 213 nnnN

nnNPP nnNn −−−

−−== −− dst.

Jumlah cara penempatan elektron di E3 merupakan permutasi n3 dari(N−n1−n2) karena sejumlah (n1+n2) sudah menempati E1 dan E2

132

Page 23: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

23

Setelah n1 menempati E1 maka urutan penempatan elektron di E1 inisudah tidak berarti lagi karena kita tidak dapat membedakan antara

satu elektron dengan elektron yang lain

Jadi jumlah cara penempatan elektron di E1 adalah kombinasi n1 dari Nyaitu

!)!(

!

!n

1111

1

nnN

NPC Nn

−==

Demikian pula penempatan elektron di E2, E3, dst.

!)!(

)!(

!)!(

221

1

21

)(2

12

nnnN

nN

nN-n

PC nNn

−−−== −

!)!(

)!(

!)!(

3321

21

3331

)(3

213

nnnnN

nnN

nnnnN

PC

nnNn

−−−−−=

−−−= −−

dst.

133

Namun setiap tingkat energi juga memiliki probabilitas untuk ditempati, yang disebut intrinksic probability

Misalkan intrinksic probability tingkat E1 adalah g1, E2 adalah g2, dst.maka probabilitas tingkat-tingkat energi

dst.

elektron ditempati

elektron ditempati

elektron ditempati

33

22

11

nE

nE

nE

adalah

dst.

333

222

111

3

2

1

CgF

CgF

CgF

n

n

n

=

=

=

Dengan demikian maka probabilitas untuk terjadinya distribusi elektronseperti di atas adalah:

!.....!!

............... ....

321

321321321321

321

321

nnn

gggCCCgggFFFF

nnnnnn ===

Inilah probabilitas distribusi dalam statistik Maxwell-B oltzmann

134

Upaya selanjutnya adalah mencari bentuk distribusi yang paling mungkin terjadi

Namun hal ini tidak kita bahas di sini, karena contohini hanya ingin menunjukkan aplikasi dari pengertian

permutasi dan kombinasi

Pembaca dapat melihat proses perhitungan lanjutan inidi buku-e

“Mengenal Sifat Material”

135

TkEii

BiegZ

Nn /−=

Sebagai informasi, probabilitas F ini mengantarkan kitapada formulasi distribusi Maxwell-Boltzmann

Jumlah elektron padatingkat energi Ei

temperatur

konstanta Boltzmann

tingkat energi ke-i

probabilitas intrinksiktingkat energi ke-i

fungsi partisi

∑ β−=i

Ei

iegZ

136

Distribusi Fermi-Dirac

Energi elektron dalam terdistribusi pada tingkat-tingkat energiyang diskrit, misalnya kita sebut

dst. 321 EEE

Setiap tingkat energi mengandungsejumlah tertentu status kuantum

dan tidak lebih dari dua elektron beradapada status yang sama.

Oleh karena itu jumlah status di tiap tingkatenergi menjadi probabilitas intrinksik tingkat

energi yang bersangkutan

Yang berarti menunjukkan jumlahelektron yang mungkin berada di suatu

tingkat energi

137

Jika N adalah jumlah keseluruhan elektron yang harusterdistribusi dalam tingkat-tingkat energi yang ada,

yaitu

dst.

elektron terdapat di

elektron terdapat di

elektron terdapat di

33

22

11

nE

nE

nE

138

Page 24: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

24

Sehingga probabilitas untuk terjadinya distribusi elektr on adalah:

Inilah probabilitas distribusi dalam statistik Fermi-Dir ac namun kita tidakmembicarakan lebih lanjut karena proses selanjutnya tida k menyangkut

permutasi dan kombinasi

Maka banyaknya cara penempatan elektron di tingkatE1, E2, E3 dst. merupakan kombinasi C1, C2, C3 dst

!)!(

!

111 nnN

NC

−=

!)!(

)!(

221

12 nnnN

nNC

−−−=

!)!(

)!(

3321

213 nnnnN

nnNC

−−−−−= dst.

Dengan probabilitas intrinksik g1, g2, g3 maka jumlah cara untukmenempatkan elektron di tingkat E1, E2, E3 dst. menjadi

)!(!

!

111

11 ngn

gF

−=

!)!(

!

222

22 nng

gF

−=

!)!(

!

333

33 nng

gF

−= dst.

∏ −==

i iii

ii ngn

gFFFFF

)!(!

!...321

139

Upaya selanjutnya adalah mencari bentuk distribusi yang paling mungkin terjadi

Namun hal ini tidak kita bahas di sini, karena contohini hanya ingin menunjukkan aplikasi dari pengertian

permutasi dan kombinasi

Pembaca dapat melihat proses perhitungang lanjutanini di buku-e

“Mengenal Sifat Material”, Bab-9 yang dapat diunduh di situs ini juga

140

Sebagai informasi, probabilitas F ini mengantarkan kitapada formulasi distribusi Fermi Dirac

1/)( +=

− TkEEi

iBFie

gn

Jika kita perhatikan persamaan ini untuk T →→→→ 0

0)(untuk

0)(untuk 0lim /)(

0

>−∞=

<−=−→

Fi

FiTkEE

T

EE

EEe BFi

Jadi jika T = 0 maka ni = gi yang berarti semua tingkatenergi sampai EF terisi penuh dan tidak terdapat

elektron di atas EF

EF inilah yang disebut tingkat energi Fermi.

141

Aritmatika Interval

142

Pengantar

Dalam praktik rekayasa dijumpai operasi matematika yang melibatkan bilangan-bilangan dalam interval.

Dalam keadaan demikian kita dihadapkan pada operasi-operasiinterval.

143

Cakupan Bahasan

� Pengertian-Pengertian Interval

� Operasi-Operasi Aritmatika Interval

� Sifat-Sifat Aritmatika Interval

144

Page 25: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

25

Pengertian-Pengertian Interval

145

Bilangan nyata yang biasa kita kita operasikan adalah bernilai tunggal, baik bilangan bulat maupun pecahan

Dalam analisis interval, bilangan yang kita operasikan memiliki nilai yang berada dalam suatu interval tertutup *)

*) Lihat pula “Fungsi dan Grafik”

Dengan demikian bilangan yang kita hadapi sesungguhnya merupakan kumpulan bilangan

Contoh:Bilangan dalam interval 90 dan 110 adalah kumpulan bilangan yang bernilai antara 90 dan 110 termasuk 90 dan 110 itu sendiri

(interval tertutup).

146

Suatu kumpulan dinyatakan dengan tanda kurung { }. Secara umum, suatu kumpulan kita nyatakan sebagai

)}(:{ xpxS =

menunjukkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

menentukan apakah x benar merupakan elemen dari S

atau tidak

menunjukkan kumpulan yang kita tinjau

menunjukkan sembarang elemen

dari S

147

Contoh

}11090 ,:{ ≤≤∈= xRxxS

R adalah kumpulan dari semua bilangan nyata

11090 ,)( ≤≥∈= xRxxp

148

Secara umum, kumpulan bilangan nyata X dalam interval antara a dan b dengan a < b dan a maupun b terletak antara −∞ dan + ∞

kita tuliskan

} ,, , ,:{ +∞<<<∞−∈≤≤∈= baRbabxaRxxX

Penulisan ini tentu agak merepotkan dalam melakukan operasi-operasi interval

Kita memerlukan cara penulisan yang lebih sederhana agar mudah melakukan operasi interval.

Dalam operasi interval, sesungguhnya kita akan berhubungan hanya dengan batas-batas interval.

Oleh karena itu kita akan menggunakan cara penulisan bilangan interval yang lebih sederhana, dengan hanya menyatakan batas-

batas intervalnya.

149

],[ xxX =

Dalam penjelasan selanjutnya kita akan menggambarkan interval pada garis sumbu nyata sebagai berikut

kita gunakan tanda kurung [ ] untuk mengakomodasi batas-batas interval.

Suatu interval X yang memiliki batas bawah (nilai minimum) x dan batas atas (nilai maksimum) kita tuliskanx

0(x )

interval Xbatas bawah batas atas

x

150

Page 26: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

26

Suatu interval mengalami degenerasi jika

dan disebut degenerate interval; interval yang tidak mengalami degenerasi disebut nondegenerate.

Dengan pengertian ini maka suatu bilangan nyata bernilai tunggal dapat dikatakan merupakan keadaan khusus dari suatu interval. Atau sebaliknya suatu interval merupakan pernyataan umum (generalisasi)

suatu bilangan nyata.

xx =

151

Degenerasi

Lebar suatu interval X adalah bilangan nyata

xxXw −=)(

]15 ,6[=X 9615)( =−=Xw

Contoh:

(0

)x

w(X)

x

152

Lebar Interval

Titik tengah atau mid point suatu interval X adalah

2/)()( xxXm +=

Contoh:

}10 ,4{=X 72/)104()( =+=Xm→ titik tengah

Contoh:

}10 ,4{=X

→ radius interval X adalah w(X)/2 = (10−4)/2 = 3.

Setengah dari lebar interval disebut sebagai radius interval

2/)(Xw

153

Titik Tengah

Radius

Kesamaan

Dua interval dikatakan sama jika dan hanya jika mempunyai batas-batas yang sama.

],[ xxX = ],[ yyY =Jika dan

YX = yxyx == dan maka jika dan hanya jika

Urutan

Interval X dikatakan lebih kecil dari Y jika dan hanya jika batas maksimum X lebih kecil dari batas minimum Y, yx <

Contoh

X = {6, 10} dan Y = {13, 18}

→ X < Y.

0(x

) ( )X Yx y y

Dalam contoh ini w(X) < w(Y)

154

Nilai Absolut

Nilai absolut suatu interval X didefinisikan sebagai maksimum dari absolut batas-batasnya

} , max{ xxX =

Contoh

X = {−8, 4}

8} 4 , 8 max{ =−=X

155

Jarak

Jarak antara dua interval didefinisikan sebagai maksimum dari selisih batas-batas keduanya

|}| , |max{|),( yxyxYX −−=ρ

Contoh

X = {2,6}, Y = {8,18}

12|}186||,82max{| ),( =−−=ρ YX

0( )x

( )

X Y

xy − xy −

x yy

Di sini

|||| yxyx −>−

156

Page 27: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

27

Simetri

Suatu interval X disebut simetris jika xx =−

Contoh: X = {−5, 5}

0(x )

X

x

Interval simetris mengandung elemen bernilai 0.

Tetapi tidak berarti mempunyai lebar 0.

Ia bukan degenerate interval.

157

Irisan

Karena interval dapat dipandang sebagai kumpulan maka kita mengenal irisan interval.

Irisan antara interval X dan interval Y adalah

}],min{ },,[max{ yxyxYX =∩

Contoh: X = {2, 9} dan Y = {6, 18} 9] ,6[=∩YX

0(x )( )

X Y

y x y

YX ∩

Irisan dua interval juga merupakan sebuah interval

Irisan X dan Y kosong atau = Ø jika X < Y atau Y < X.

158

Gabungan

Gabungan antara interval X dan Y adalah

}]maks{ },,[min{ y,xyxYX =∪

Contoh: X = [2, 9], Y = [6, 18] 18] ,2[=∪YX

0(x )( )

X Y

y x y

YX ∪

Jika irisan dari X dan Y tidak kosong maka gabungan keduanya juga merupakan sebuah interval.

Akan tetapi jika irisan antara keduanya kosong maka gabungan dua interval itu tidak merupakan sebuah interval karena sesungguhnya

gabungan itu akan terdiri dari dua interval yang berbeda.

159

Inklusi

Interval X berada di dalam interval Y jika dan hanya jika

)()(dan YwXwYX ≤≤atau

YX ⊆ yxxy ≤≤ dan jika dan hanya jika

Contoh: a). X = {5, 12} dan Y = {4, 16} → YX ⊆

0(x )( )

X

Y

xy y

b). X ={−5, 2} dan Y = {−7, 7}

0(x )( )

X

Y

y x y

160

Operasi-Operasi Aritmatika

161

Kita dapat membedakan interval dalam tiga katagori, yaitu:

Interval yang seluruh elemennya bernilai positif, yang kita sebutinterval positif.

Interval yang seluruh elemennya bernilai negatif, yang kita sebutinterval negatif.

Interval yang mengandung elemen bernilai negatif maupun positiftermasuk nol.

Degenerasi interval positif membentuk bilangan positif, degenerasi interval negatif membentuk bilangan negatif, sedangkan degenerasi interval yang mengandung nol

bisa membentuk bilangan negatif, atau positif, atau nol.

162

Page 28: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

28

Penjumlahan dan

Pengurangan

163

Penjumlahan

Misalkan X dan Y adalah dua interval. Jumlah dari X dan Y didefinisikan sebagai

} , :{ YyXxyxYX ∈∈+=+

Elemen dari jumlah interval adalah jumlah elemen masing-masing interval

Oleh karena itu maka batas bawah dari hasil penjumlahan adalah jumlah dari batas bawah, dan batas atas dari hasil penjumlahan

adalah jumlah dari batas atas

Dengan demikian maka penjumlahan dua interval hanya melibatkan batas-batas interval saja.

] ,[ yxyxYX ++=+

164

X+Yyx + yx +

0(x ) ( )

X Y

( )x y y

] ,[ yxyxYX ++=+

Jumlah interval juga merupakan interval.

],[ yyY =Jika dan , maka],[ xxX =

tidak merupakan sebuah interval karena X < Y.

X dan Y adalah duainterval yang terpisah.

YX ∪ Penjumlahan berbeda dengan penggabungan.

Penggabungan dua interval tidak selalu menghasilkan suatu interval.

165

Contoh: X = {2, 6} dan Y = {9, 14}

→ X + Y = [2+9, 6+14]=[11, 20]

Penjumlahan dua interval selalu dapat dilakukan .

Jika kedua interval yang dijumlahkan itu degenerate maka kita mendapatkan penjumlahan yang biasa kita lakukan dengan bilangan

biasa.

Perbedaan penjumlahan dan gabungan

Contoh: X = [2, 4], Y = [3, 6] 6] ,2[=∪YX

10] ,5[=+YX

0(x

)( )

X Y

y x y

YX ∪

(z)

z

YX +

166

Negatif Suatu Interval. Negatif dari suatu interval didefinisikan sebagai

} ,{ XxxX ∈−=−

yang dapat kita tuliskan

] ,[] ,[ xxxxX −−=−=−

0(x )

X

)− x

(

− X

x− x

Batas atas −X adalah x−

Batas bawah −X adalah x

167

Contoh: a). X = [2, 6] → −X = [−6, −2]

0(x )

X

)− x

(

− X

x− x

b). X = [−2, 6] → −X = [−6, 2]

0(x

)

X

)− x

(

− X

x− x

168

Page 29: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

29

Pengurangan

Dengan pengertian negatif interval tersebut di atas maka pengurangan interval X oleh interval Y menjadi penjumlahan interval X

dengan negatif interval Y

] ,[],[],[ yxyxyyxxYX −−=−=−

Contoh: X = [2, 6] dan Y = [7, 12]

→ X − Y = [2, 6] − [7, 12] = [2− 12, 6 − 7] = [−10, −1]

X−Y

0(x ) ( )

X Y( )( )

y− y− x y y

yx − yx −

Dalam contoh ini X < Y dan hasil pengurangan X − Y merupakan interval negatif.

169

Perkalian dan

Pembagian

170

Perkalian Interval

Perkalian dua interval X dan Y didefinisikan sebagai

} , :{ YyXxxyYX ∈∈=⋅

yang dapat dituliskan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅

Dalam formulasi ini diperlukan empat kali perkalian batas masing-masing interval untuk menentukan batas bawah

maupaun batas atas dari interval hasil kali.

Namun pekerjaan akan sedikit sedikit menjadi ringan jika kita memperhatikan posisi elemen masing-masing interval pada

sumbu bilangan nyata

171

Pada interval X selalu dipenuhi relasi xx ≤maka dengan memperhatikan posisi kita akan mengetahui posisix x

0≥x 0≥xjika maka

0≤x 0atau 0 ≤≥ xxjika maka

Demikian juga pada interval Y

0≥y 0≥yjika maka

0≤y 0atau 0 ≤≥ yyjika maka

172

Karena ada tiga katagori interval, maka ada sembilan kemungkinan perkalian interval, yaitu:

interval positif kali interval positif

interval mengandung nol kali interval positif dan sebaliknya

interval negatif kali interval positif dan sebaliknya

interval negatif kali interval mengandung nol dan sebaliknya

interval negatif kali interval negatif

perkalian dua interval yang keduanya mengandung nol

173

Sembilan situasi yang mungkin terjadi adalah:

] ,[

0dan 0

yx yxYXZ

yx

=⋅=

≥≥x y y0

( )x

( )X Y

1).

] ,[

0dan 0

yxyxYXZ

yx

=⋅=

≥≤3).x y y0

( )x

( )X Y

] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yxx

=⋅=

≥<<2). x y y0

( )x

( )X Y

] ,[

0dan 0

yxyxYXZ

yyx

=⋅=

<<≤4).

x y y0( )x

( )X Y

174

Page 30: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

30

6). ] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yx

=⋅=

≤≥yy x x0

( ) ( )Y X

] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yyx

=⋅=

<<≥7).yy x x0

( ) ( )Y X

] ,[

0dan 0

yxyxYXZ

yxx

=⋅=

≤<<y y x x0( ) ( )

Y X8).

}] ,maks{ }, ,min{[

0dan 0

yxyxyxyx

YXZ

yyxx

=⋅=

<<<<

9). y yx x0( )( )

Y X

5). ] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yx

=⋅=

≤≤x y y 0

( )x

( )X Y

175

Contoh dan Penjelasan

]6 ,4[ ]3 ,1[ == YX

]18 ,4[=⋅YX

Perkalian dua interval positif akan menghasilkan interval positif. Batas atas interval hasilkali adalah hasilkali kedua batas atassedang batas bawahnya adalah hasil kali kedua batas bawah.

Jika kedua interval degenerate, maka kita mempunyai perkalianbilangan biasa: perkalian dua bilangan positif yang memberikan hasil

bilangan positif.

] ,[

0dan 0

yx yxYXZ

yx

=⋅=

≥≥x y y0

( )x

( )X Y

1).

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

176

]8 ,4[ ]2 ,1[ =+−= YX

]16 ,8[ +−=⋅YX

] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yxx

=⋅=

≥<<2). x y y0

( )x

( )X Y

Salah satu interval mengandung nol dan memiliki batas bawahnegatif. Oleh karena itu batas bawah interval hasilkali adalah batasbawah interval yang mengandung nol dan batas atas interval yang

lain (yang positif).

Batas atas interval hasilkali adalah hasil kali dari kedua batas ataskarena kedua batas atas tersebut positif.

Contoh dan Penjelasan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

177

]4 ,1[ ]1 ,3[ =−−= YX

]1 ,12[ −−=⋅YX

Karena salah satu interval adalah interval negatif dan yang lain interval positif, maka batas bawah interval hasilkali adalah hasilkali

batas bawah interval negatif dan batas atas interval positif.

Batas atasnya adalah kasilkali batas atas interval negatif dan batasbawah interval positif

] ,[

0dan 0

yxyxYXZ

yx

=⋅=

≥≤3).x y y0

( )x

( )X Y

Contoh dan Penjelasan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

178

]3 ,1[ ]2 ,4[ −=−−= YX

]4 ,12[ +−=⋅YX

] ,[

0dan 0

yxyxYXZ

yyx

=⋅=

<<≤4).

x y y0( )x

( )X Y

Salah satu interval adalah interval negatif sedangkan interval yang lain mengandung nol. Batas bawah interval hasilkali adalah hasil kali batas

bawah interval negatif dan batas atas (positif) interval yang mengandung nol.

Batas atasnya adalah hasilkali batas bawah interval negatif dan batasbawah (yang bernilai negatif) dari interval yang mengandung nol.

Contoh dan Penjelasan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

179

]1 ,4[ ]5 ,7[ −−=−−= YX

]82 ,5[=⋅YX

Kedua interval adalah interval negatif. Batas bawah interval hasilkaliadalah hasilkali kedua batas atas.

Batas bawah interval hasilkali adalah hasilkali kedua batas bawah.

5). ] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yx

=⋅=

≤≤x y y 0

( )x

( )X Y

Contoh dan Penjelasan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai Nilai terbesar

yang bisa dicapai

180

Page 31: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

31

]1 ,3[ ]4 ,1[ −−== YX

]1 ,12[ −−=⋅YX

6). ] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yx

=⋅=

≤≥yy x x0

( ) ( )Y X

Karena salah satu interval adalah interval negatif dan yang lain interval positif, maka batas bawah interval hasilkali adalah hasilkali batas

bawah interval negatif dan batas atas interval positif.

Batas atasnya adalah kasilkali batas atas interval negatif dan batasbawah interval positif

Contoh dan Penjelasan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

181

]1 ,3[ ]5 ,2[ −== YX

]5 ,15[−=⋅YX

] , [

0dan 0

yxyxYXZ

yyx

=⋅=

<<≥7).yy x x0

( ) ( )Y X

Salah satu interval mengandung nol dan memiliki batas bawahnegatif. Oleh karena itu batas bawah interval hasilkali adalah batasbawah interval yang mengandung nol dan batas atas interval yang

lain (yang positif).

Batas atas interval hasilkali adalah hasil kali dari kedua batas ataskarena kedua batas atas tersebut positif.

Contoh dan Penjelasan

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

182

] ,[

0dan 0

yxyxYXZ

yxx

=⋅=

≤<<y y x x0( ) ( )

Y X8).

]2 ,5[ ]3 ,1[ −−=−= YX

]5 ,15[−=⋅YX

Salah satu interval adalah interval negatif sedangkan interval yang lain mengandung nol. Batas bawah interval hasilkali adalah hasil kali batas

bawah interval negatif dan batas atas (positif) interval yang mengandung nol.

Batas atasnya adalah hasilkali batas bawah interval negatif dan batasbawah (yang bernilai negatif) dari interval yang mengandung nol.

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅Formula umum:

Nilai terkecilyang bisa dicapai

Nilai terbesaryang bisa dicapai

Contoh dan Penjelasan

183

]1 ,4[ ]5 ,2[ −=−= YX

]8 ,20[8}] ,5{maks },20,2[min{ −=−−=⋅YX

}] ,maks{ }, ,min{[

0dan 0

yxyxyxyx

YXZ

yyxx

=⋅=

<<<<

9). y yx x0( )( )

Y X

Kedua interval mengandung nol. Pada formulasi umum

} , , , { maks }, , , , [min{ yxyxyxyxyxyxyxyxYX =⋅

Akan bernilai negatif sehinggatak mungkin menjadi

batas maksimum

Akan bernilai positif sehinggatak mungkin menjadi

batas minimum

Contoh dan Penjelasan

184

Kebalikan Interval

Apabila X adalah satu interval yang tidak mengandung 0, kebalikan dari X didefinisikan sebagai

} :/1{1

XxxX

∈=

Dengan memperhatikan batas atas dan batas bawahnya, maka

]/1 ,/1[1

xxX

=

Contoh: X = [2, 10] → 1/X = [0.1, 0.5]

Jika ditinjau keadaan umum dimana interval X mengandung 0, kebalikan dari X akan terdiri dari dua interval terpisah satu sama lain.

Keadaan demikian ini belum akan kita lihat.

185

Pembagian Interval

Pembagian interval X oleh interval Y adalah perkalian antara Xdengan kebalikan Y.

]/1 ,/1[] ,[1

xxxxY

XY

X ⋅=⋅=

Contoh: X = [4, 10], Y = [2, 10]

→ X/Y = [4, 10] [0.1, 0.5] = [0.4, 5]

186

Page 32: Matematika III - Kapita Selekta Matematika · PDF file8/3/2013 1 1 Sudaryatno Sudirham Kapita Selekta Matematika Matriks Sistem Persamaan Linier Bilangan Kompleks Permutasi dan Kombinasi

8/3/2013

32

Sifat-SifatAritmatika Interval

187

Jika interval-interval mengalami degenerasi, maka operasi-operasi aritmatika interval berubah menjadi aritmatika bilangan

biasa yang sudah kita kenal.

Kita boleh mengharap bahwa sifat-sifat aritmatika bilanganbiasa yang kita kenal, muncul juga dalam aritmatika

interval. Ternyata memang demikian.

Akan tetapi muncul juga perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok.

188

} , :{ YyXxyxYX ∈∈+=+

} , :{ YyXxxyYX ∈∈=⋅

Operasi penjumlahan dan perkalian interval telah didefinisikansebagai

Penjumlahan bersifat asosiatif dan perkalian bersifat komutatif.

XYYXZYXZYX +=+++=++ ;)()(

YXXYZXYYZX == ;)()(

189

Nol dan Satu adalah interval yang mengalami degenerasi:

[0, 0] dan [1, 1]

yang dituliskan sebagai 0 dan 1

Jadi X + 0 = 0 + X dan 1·X = X·1

Perbedaan menyolok dengan aritmatika biasa adalah bahwa dalamaritmatika interval:

X − X ≠ 0 dan X / X ≠ 1 jika w(X) > 0

]1 ,1)[(] ,[ −=−−=− XwxxxxXX

0 jika ]/ ,/[/

0 jika ]/ ,/[/

<=>=

XxxxxXX

XxxxxXX

190

Sifat distributif dalam aritmatika interval adalah:

X (Y + Z) = XY + XZ

Sifat distributif ini tetap berlaku dalam kasus-kasus khusus berikut:

1) Jika Y dan Z adalah interval simetris;

2) Jika YZ > 0

Namun sifat distributif tidak senantiasa berlaku:

[0, 1] (1-1) = 0

tetapi

[0, 1] − [0, 1] = [−1, 1]

191

Kapita S e l e k t a MatematikaS u d a r y a t n o S u d i r h a m

1 9 2