makalah gingivitis

11
Gingivitis Akut Gingivitis akut merupakan gingivitis dapat disebabkan oleh jejas yang muncul tiba-tiba, durasinya pendek, serta disertai rasa sakit. Luka pada gingival yang diakibatkan oleh bulu sikat gigi selama penyikatan gigi yang terlalu keras atau oleh potongan tajam dari makanan keras, dapat menyebabkan pendarahan gingiva. Gingiva yang terkena makanan panas ataupun bahan kimia dapat mengurangi pendarahan gingiva. Pendarahan spontan atau pendarahan ringan dapat terjadi pada gingivitis ulseratif nekrotik. Pada kondisi ini, pembuluh darah pada jaringan konektif inflamasi terekspose oleh ulserasi epithelium permukaan nekrotik. 1. Primary herpetic gingivostomatitis Herpetic gingivostomatitis merupakan penyakit gingivitis akut yang disebabkan oleh herpesvirus hominis. Infeksi primer biasa terjadi pada anak-anak umur 2 sampai dengan 5 tahun, walaupun anak-anak dengan umur di atas itu juga dapat terkena. Transmisi penyakit ini dilakukan oleh virus melalui droplet dengan periode inkubasinya selama 1 minggu. Gejala yang dapat dialami oleh penderita di antaranya adalah febrile illness yang disertai kenaikan suhu badan mencapai 100-102 oF (37.8–38.9 oC). Selain itu penderita juga akan mengalami sakit kepala, malaise, nyeri dalam mulut (oral pain), dysphagia ringan, dan cervical lymphadenopathy sebagai gejala lainnya selain demam.

Upload: destia-utami

Post on 02-Jan-2016

163 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ginggivitis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gingivitis

Gingivitis Akut

Gingivitis akut merupakan gingivitis dapat disebabkan oleh jejas yang muncul tiba-

tiba, durasinya pendek, serta disertai rasa sakit. Luka pada gingival yang diakibatkan oleh

bulu sikat gigi selama penyikatan gigi yang terlalu keras atau oleh potongan tajam dari

makanan keras, dapat menyebabkan pendarahan gingiva. Gingiva yang terkena makanan

panas ataupun bahan kimia dapat mengurangi pendarahan gingiva. Pendarahan spontan

atau pendarahan ringan dapat terjadi pada gingivitis ulseratif nekrotik. Pada kondisi ini,

pembuluh darah pada jaringan konektif inflamasi terekspose oleh ulserasi epithelium

permukaan nekrotik.

1. Primary herpetic gingivostomatitis

Herpetic gingivostomatitis merupakan penyakit gingivitis akut yang disebabkan oleh

herpesvirus hominis. Infeksi primer biasa terjadi pada anak-anak umur 2 sampai dengan 5

tahun, walaupun anak-anak dengan umur di atas itu juga dapat terkena. Transmisi

penyakit ini dilakukan oleh virus melalui droplet dengan periode inkubasinya selama 1

minggu. Gejala yang dapat dialami oleh penderita di antaranya adalah febrile illness yang

disertai kenaikan suhu badan mencapai 100-102 oF (37.8–38.9 oC). Selain itu penderita

juga akan mengalami sakit kepala, malaise, nyeri dalam mulut (oral pain), dysphagia

ringan, dan cervical lymphadenopathy sebagai gejala lainnya selain demam.

(a)

(b)

Gambar 2.14: Tahap ulseratif Primary herpetic gingivostomatitis: (a) palatal gingiva; (b) mukosa bibir

bawah.

Page 2: Makalah Gingivitis

Penyakit ini memiliki karakteristik di antaranya adalah terdapatnya vesikel yang berisi

cairan pada gingiva dan daerah lainnya seperti lidah, bibir, bukal, dan mukosa palatal.

Vesikel tersebut berwarna abu-abu, terbungkus oleh suatu membran, dapat pecah secara

spontan setelah beberapa jam yang dapat meninggalkan rasa nyeri dan luka bernanah yang

berwarna kekuning-kuningan dengan sedikit warna merah, sebagai batasan inflamasi.

Sebagai komplikasi dari penyakit ini dapat berupa aseptic meningitis dan encephalitis,

walaupun sangat jarang.

Herpetic gingivostomatitis tidak memberikan respon yang baik terhadap tindakan

perawatan aktif. Salah satu tindakan yang dapat direkomendasikan yang dapat dilakukan

ketika demam adalah bed rest atau istirahat yang cukup dan pemberian makanan yang

lembut, dengan catatan anak harus terjaga betul cairan tubuhnya. Demam juga dapat

dihilangkan dengan menggunakan paracetamol, sedangkan infeksi sekunder dari luka

bernanah dapat dicegah dengan menggunakan chlorhexidine. Obat kumur (0.2%, dua sampai

tiga kali sehari) dapat digunakan bagi anak-anak di atas usia 6 tahun, tetapi bagi anak-anak

di bawah usia 6 tahun dapat diberikan chlorhexidine dengan menggunakan botol semprotan

(dua kali sehari) atau dengan spon. Pada kasus yang parah dapat digunakan acyclovir (200

mg), lima kali selama lima hari. Pada anak di bawah 2 tahun dosis yang diberikan hanya

setengahnya saja. Acyclovir aktif melawan herpesvirus tapi tidak dapat membasmi penyakit

secara keseluruhan.

Setelah infeksi primer, herpesvirus dapat tersisa secara tidak aktif di dalam sel

epitelial pada host. Reaktivasi atau reinfeksi dari virus yang tersembunyi ini dapat terjadi di

dalam subjek yang terkait dengan imunitas yang muncul pada orang dewasa. Penyakit ini

dapat terjadi lagi sebagai herpes labialis yang memberikan gambaran yang lebih tipis

dibanding dengan infeksi primer, sebagai contoh ‘cold sore’ pada tepi macocutaneous bibir.

Perawatan yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi ‘cold sore’ dengan menggunakan

krim acyclovir (5%, 5 kali sehari selama 5 hari).

2. Acute necrotizing ulcerative gingivitis

Page 3: Makalah Gingivitis

Gambar 2.16: Acute necrotizing ulcerative gingivitis

Acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) merupakan penyakit gingivitis akut

yang paling sering terjadi. ANUG dapat menjadi sangat agresif sehingga dapat menyebabkan

kerusakan yang parah pada jaringan halus dan jaringan keras dalam mulut.

Penyebab penyakit ANUG ini adalah bakteri fusiform dan spirochaetes. Kompleks

fusospirochaetal dapat dilibatkan sebagai organism penyebab ANUG. Bakteri gram-negatif

lainnya yang dapat menyebabkan ANUG adalah Porphyromonas gingivalis, Veillonella sp.,

dan Selenomonas sp. sehingga ANUG disebut juga sebagai infeksi anaerobik. Selain bakteri,

virus juga dianggap sebagai penyebab ANUG, salah satunya adalah herpesvirus.

Gejala Klinis dari ANUG, karakteristik yang paling khas dari ANUG adalah dengan

adanya nekrosis dan ulserasi, yang dapat mempengaruhi papilla interdental dan kemudian

menyebar ke batas marginal labial dan lingual gingiva. Terdapat luka bernanah yang

memberikan gambaran ‘punched out’, yang dibungkus oleh pseudomembran kekuning-

kuningan – abu-abu, dan sangat nyeri ketika disentuh. Perdarahan jaringan yang berlebihan

dapat terjadinya ketika probing. Penyakit ini sering terjadi pada orang dengan kesehatan

mulut yang sangat buruk. Halitosis sering terjadi pada penderita yang mengalami ANUG ini,

walaupun demam dan lymphadenopathy lebih sedikit kemungkinan terjadinya dibandingkan

pada herpetic gingivostomatitis.

Penyakit ini dapat berubah dari fase akut menjadi fase kronis setelah mengalami

remisi 5 sampai 7 hari. Jika siklus akut-kronis terus berlanjut maka akibatnya jaringan

marginal gingiva dapat kehilangan kontur yang normal dan menjadi bulat. Terkadang,

inflamasi dan nekrosis juga terjadi pada tulang alveolar dan menyebabkan resorpsi tulang

alveolar yang berlebihan.

Faktor predisposisi

Kebersihan mulut yang buruk dan gingivitis yang sudah ada sebelumnya merupakan

salah satu faktor predisposisi ANUG. Rokok juga salah satu faktor predisposisi yang paling

berpengaruh pada penyakit ini. Efek rokok pada gingiva dapat timbul melalui iritasi lokal

Page 4: Makalah Gingivitis

atau melalui aksi vasokonstriktif nikotin, yang dapat mengurangi resistensi jaringan mulut

dan menjadikan host lebih tinggi resiko terkena infeksi anaerobik ini. Tetapi, rokok biasanya

bukan faktor predisposisi gingivitis pada anak-anak.

Yang termasuk ke dalam faktor predisposisi ANUG pada anak-anak biasanya adalah

kekurangan gizi, sehingga daya tahan tubuh anak tersebut menjadi lemah. Selain itu, kondisi

stres juga menjadi faktor predisposisi ANUG. Hal ini dikarenakan ketika kita mengalami

stres, maka kandungan corticosteroid dalam plasma meningkat sebagai respon terhadap

emosi. Semua faktor predisposisi dapat menginisiasi perubahan spesifik pada host seperti

menurunkan respon sel terhadap inflamasi. Sehingga penderita ANUG mengalami penurunan

aktivitas fagositosis dan respon khemotaktik dari leukosit polymorphonuclear.

Perawatan

Sangat penting untuk mengetahui bahwa ANUG dapat terjadi lagi apabila proses

penyembuhan atau perawatan tidak dilakukan dengan komplit. Obat kumur dapat

direkomendasikan sebagai obat dari ANUG, tetapi hanya untuk pemakaian sementara (7-10

hari). Berkumur dengan chlorhexidine (0.2% selama 1 menit) juga dapat dilakukan untuk

menghilangkan pembentukan plak, dimana penggunaan hydrogen peroksida atau sodium

hydroxyperborate mouthrinse oxygenates dapat membersihkan jaringan yang mengalami

nekrosis.

Pengangkatan debris secara mekanik juga perlu dilakukan sedini mungkin. Seperti

dengan menggunakan scaler ultrasonik yang disertai dengan adanya semprotan air yang dapat

lebih efektif dengan ketidaknyamanan pasien yang minimal. Jika ANUG terdapat hanya pada

satu bagian mulut saja, anastesi lokal terhadap jaringan lunak dapat memudahkan scaling

subgingival.

Pada kasus ANUG yang lebih parah, pemberian metronidazole diperlukan (200 mg, 3

kali sehari) untuk dapat mengurangi gejala. Sebenarnya diperlukan untuk dapat dilakukan

pembedahan kontur tepi gingiva (gingivoplasty) untuk dapat memperbaiki dan membersihkan

struktur jaringan gingiva.

Gingivitis Kronis

Gingivitis kronis menunjukkan gingivitis yang muncul perlahan, durasinya panjang,

dan tanpa disertai rasa sakit. Pembesaran gingiva radang kronis disebabkan oleh penumpukan

Page 5: Makalah Gingivitis

plak yang lama, oral hygien yang buruk dan iritasi dari alat-alat ortodontik dan restorasi.

Penyebab pendarahan gingiva yang paling sering adalah inflamasi kronis. Pendarahan

bersifat kronis atau dapat terulang kembali dan didukung oleh trauma mekanis seperti

penyikatan gigi, atau karena menggigit makanan yang keras.

Gambaran Klinis

Pembesaran gingiva radang kronis berasal dari pembengkakan kecil pada papilla

interdental atau gingiva marginal. Pada tahap awal, menghasilkan penonjolan di sekeliling

gigi yang terlibat. Tonjolan ini meningkat dalam ukuran sampai menutupi bagian dari

mahkota. Pembesaran ini secara umum bersifat papillary atau marginal dan terlokalisasi atau

bersifat umum. Perkembangannya sangat lambat dan tanpa sakit kecuali ditambah dengan

infeksi atau trauma yang akut.

Pembesaran radang gingiva yang kronis sebagai sebuah sessile yang berbeda sendiri

atau massa pedunculated yang menyerupai tumor. Pembesaran ini mungkin terdapat pada

interpoximal atau gingiva marginal atau perlekatan gingiva. Luka ini lambat untuk tumbuh

dan biasanya tanpa rasa nyeri. Pembesaran bisa secara spontan berkurang dalam ukuran,

diikuti dengan pembusukan dan kemudian membesar kembali. Pembusukan dengan rasa sakit

kadang-kadang terjadi pada lipatan di antara massa dan batasan gingiva.

Pembesaran gingiva radang kronis menunjukkan sifat eksudatif dan proliferatif pada

peradangan kronis. Luka yang secara klinis berwarna merah gelap atau merah kebiru-biruan,

bersifat lunak dan rapuh dengan permukaan berkilauan yang lembut, dan mudah berdarah

yang memiliki sel radang yang melimpah dan mengalir dengan penelanan pembuluh darah,

dan berkaitan dengan perubahan degeneratif. Luka yang relatif keras, leathery, dan berwarna

merah muda memiliki komponen serat yang lebih besar, dengan melimpahnya fibroblast dan

serat kolagen.

1. Gingivitis Marginal Kronis

Page 6: Makalah Gingivitis

Gambar 2.18: Gingivitis Marginal Kronis

Merupakan salah satu peradangan gusi pada derah marginal yang banyak dijumpai

pada anak. Ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan bentuk permukaan

gusi. Penyebab peradangan gusi pada anak-anak sama seperti pada dewasa, pada umumnya

disebabkan oleh penimbunan baketri plak. Perubahan warna dan pembengkakan gusi

merupakan gambaran umum terjadinya gingivitis kronis. Pembentukan plak gigi tampak

lebih cepat pada anak berusia 8 sampai 12 tahun dibanding dewasa. Gingivitis pada anak

disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang baik. Iritasi lain pada gusi pada umunya

timbul karena adanya pinggiran karies atau adanya tambalan yang berlebih. Gingivitis

marginal disebabkan oleh iritasi lokal, yaitu plak, kalkulus, dan materi alba. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya penumpukan plak. Inflamasi yang bersamaan dengan marginal

gingivitis pada anak juga sering terjadi pada dewasa yang merupakan tahap awal dari

inflamasi gingiva. Ditemukan sel dominan seperti limfosit, termasuk sel plasma, makrofag,

dan netrofil.

2. Gingivitis Artefacta

Gingivitis artefacta terdiri dari minor dan major. Minor berasal dari gesekan atau

mengorek gusi dengan kuku, atau mungkin dari sisa makanan, dan kebiasaan buruk yang

biasanya menimbulkan locus dari iritasi seperti pada daerah bekas sisa makan atau sudah

mengalami inflamasi pada papilla. Bila kebiasaan buruk dan penyebab dari iritasi dihilangkan

maka gusi akan kembali pada keadaan normal.

Gambar 2.19: Gingivitis Artefacta

Cedera pada gingivitis artefacta mayor lebih parah dan meluas hingga ke jaringan

periodontal. Daerah lain dari mulut seperti bibir dan lidah juga bisa terkena dan cedera

extraoral dapat ditemukan di sekitar kulit kepala, atau wajah.

Page 7: Makalah Gingivitis

3. Eruption Gingivitis

Gambar 2.20: Eruption Gingivitis (sumber: www.google.com, diakses tanggal 4/3/2012)

Merupakan gingivitis yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang

setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut. Peradangan disebabkan adanya

akumulasi plak disekitar gigi yang sedang erupsi. Eruption gingivitis tampak lebih

berkaitan dengan akumulasi plak daripada dengan perubahan jaringan.

Eruption gingivitis paling sering terjadi pada anak berusia 6 sampai 7 tahun ketika

gigi permanen mulai erupsi. Goldman dan Cohen mengatakan bahwa gingivitis dapat

berkembang karena pada tahap awal erupsi gigi, margin gusi tidak mendapat

perlindungan dari mahkota sehingga terjadi penekanan makanan di daerah tersebut yang

dapat menyebabkan terjadinya peradangan. Selain itu, sisa makanan dan bakteri plak

sering terdapat di sekitar dan di bawah jaringan bebas, sebagian meliputi mahkota gigi

yang sedang erupsi. Peradangan ini sering terjadi pada saat gigi molar satu dan dua

permanen erupsi, yang dapat menimbulkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan

perikronitis.

Eruption gingivitis akan hilang apabila posisi oklusi telah normal. Eruption gingivitis

tidak memerlukan perawatan melainkan hanya dengan meningkatkan kebersihan mulut,

sehingga jaringan yang mengalami inflamasi akan kembali normal dan hal ini akan diikuti

dengan pertumbuhan gigi yang sempurna. Apabila telah terjadi perikronitis yang diikuti

adanya pembengkakan nodus limfatikus sebaiknya dilakukan terapi antibiotik.

4. Gingivitis pada Maloklusi dan Malposisi Gigi

Maloklusi disebabkan oleh faktor herediter, ketidaksesuaian antara rahang dan ukuran

gigi, dan kebiasaan (habits) seperti menghisap ibu jari dan bernafas lewat mulut (Finn,

1991). Gingivitis lebih parah dan lebih sering terjadi disekitar malposisi gigi, disebabkan

adanya peningkatan akumulasi plak dan materi alba pada daerah tersebut. gingivitis dapat

disertai dengan perubahan warna gusi menjadi merah kebiruan, pembesaran gusi, ulserasi,

dan bentuk poket dalam yang dapat menyebabkan terjadinya pus. gingivitis dapat

Page 8: Makalah Gingivitis

meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar, dan kebiasaan

bernafas dengan mulut. Anak-anak yang memiliki openbite, edge to edge, protusif gigi

rahang atas anterior, mengalami ketidaksesuaian antara lengkung rahang atas dan rahang

bawah, yang dapat mengakibatkan penumpukan sisa makanan di sekitar gigi sehingga

terbentuk gingivitis (Carranza, 1984). Perawatannya dengan memperbaiki maloklusi dan

malposisi gigi, pembersihan iritasi lokal seperti plak dan kalkulus dan apabila diperlukan

dapat dilakukan tindakan pembedahan jika , pembesaran gusi.