makalah teklab
TRANSCRIPT
ISOLASI AUKSIN( Makalah Proyek Pengelolaan Laboratorium Biologi)
Oleh :
1. Tri Suwandi [0813024012]
2. Anggun Yuliana Safitri [0813024016]
3. Beti Anggraini [0813024020]
4. Dewi Oktaria [0813024023]
5. Harry Haryono [0813024032]
6. Misriyanti [0813024037]
7. Prisilia Anggun Larasati [0813024041]
8. Ria Ratna Fauziah [0813024043]
9. Siti Nurhalimah [0813024050]
10. Wahyu Sri Sukarsih [0813024054]
PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2010
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya peningkatan hasil pertanian yang umum dilakukan oleh para petani adalah
dengan menggunakan pupuk dan sebagian kecil menggunakan starter bakteri
dekomposer. Pupuk yang beredar di masyarakat adalah pupuk buatan seperti urea,
ZA, atau NPK. Pupuk buatan mampu menyuplai kebutuhan nutrisi suatu tanaman,
tetapi penggunaan pupuk dalam jangka panjang justru akan mengeraskan tekstur
tanah. Selain itu, pupuk buatan ini juga dapat menyebabkan tidak berkembangnya
mikroba yang dapat menguraikan zat-zat organik menjadi nutrisi yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
Selain penggunaan pupuk dan bakteri starter, dapat pula digunakan suatu zat yang
berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman yang biasa disebut ZPT (zat
pengatur tumbuh). ZPT merupakan hasil isolasi hormon pertumbuhan dari pucuk
maupun ujung akar suatu tanaman seperti auksin, giberelin, maupun sitokinin.
ZPT ini dapat merangsang sel-sel tanaman untuk cepat membelah dan
bereproduksi apabila diaplikasikan pada tanaman sesuai dengan dosis.
Dengan mengombinasikan EM4 sebagai starter bakteri pengurai zat organik
dalam tanah dan auksin sebagai ZPT, maka kita dapat menghasilakan suatu zat
yang dapat menyuburkan tanaman sekaligus menggemburkan tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Alat apa saja yang digunakan dalam mengisolasi auksin dari pucuk tanaman?
2. Bahan apa saja yang diperlukan dalam membuat zat pengatur tumbuh (ZPT)
dari pucuk tanaman?
3. Bagaimana cara mengisolasi auksin dari pucuk tanaman?
1.3 Tujuan
Ada pun tujuan percobaan isolasi auksin ini adlah sebagai berikut.
1. Menentukan jenis alat dan bahan dalam percobaan untuk mengisolasi auksin
dari pucuk tanaman.
2. Melatih keterampilan menggunakan berbagai alat dan bahan untuk
mengisolasi auksin dari pucuk tanaman.
3. Membuat zat pengatur tumbuh (ZPT) dari auksin yang telah diisolasi dari
pucuk tanaman.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hormon Tumbuhan
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau
fitohormon. Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi
hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan
dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan
istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen,
dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan
pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon
eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan
istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon
tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen
yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon
tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-
tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan
hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki
pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh
dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan
cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang
kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk
(misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan
tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon,
yaitu Auksin, Sitokinin, Giberelin atau asam giberelat (GA), Etilena, Asam
absisat (ABA), Asam jasmonat, Steroid (brasinosteroid), Salisilat, Poliamina.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan
Faktor Luar
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi
salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan
pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan
untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda
untuk tiap jenis tumbuhan.
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor
penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang
gelap. Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan
panjang penyinaran.
Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
a) Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali
menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena
sativa. Fungsi: membantu perkecambahan dan dominasi apikal.
b) Giberelin adalah senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi
atau Fusarium moniliformae, ditemukan oleh F. Kurusawa. Fungsi:
pemanjangan tumbuhan dan berperan dalam partenokarpi.
c) Sitokinin, pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini
merangsang pembelahan sel.
d) Gas etilen, banyak ditemukan pada buah yang sudah tua.
e) Asam absiat
f) Florigen
g) Kalin, hormon pertumbuhan organ, terdiri dari: rhizokalin, kaulokalin,
filokalin, dan antokalin.
h) Asam traumalin atau kambium luka, merangsang pembelahan sel di
daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka.
2.3 Auksin
Salisbury dan Ross (1995) menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan
adalah auksin. Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan pada
tahun 1930-an bahkan saat itu hormon mula-mula dimurnikan dari air seni.
Karena semakin banyak hormon ditemukan maka efek serta konsentrasi
endogennya dikaji. Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap hormon
mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species,
bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar
hormon, yang diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu,
kelembaban, dan lainnya.
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa
PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam
indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup
banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua mekanisme sintesis
IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai
triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan
menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah
yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena
disintesis di daerah tersebut. IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir
sama dengan di bagian tumbuhan lainnya (Salisbury dan Ross 1995).
IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA
adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman. IAA berperan
dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu
koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi
menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran)
daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada
konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar.
Penelitian IAA oleh Gregorio et al (1995) pada embrio, endosperma, dan
integumen benih Sechium edule (labu Siam) pada umur 23, 27, 33, dan 37 hari
setelah anthesis adalah sebagai berikut: 1) jumlah IAA pada embrio pada umur
tersebut berturut-turut 1.67%, 2.08%, 3.40 % dan 3.29 %, 2) Jumlah IAA pada
endosperma berturut-turut 20.45%, 25.72%, 30,40%, dan 52.22% dari total IAA,
dan 3) Jumlah IAA pada integumen adalah 8.44%, 9.32%, 8.76% dan 8.04%, dan
4) Jumlah IAA total ( IAA terikat maupun IAA bebas) cenderung meningkat
sejalan dengan meningkatnya kemasakan benih labu Siam.
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga
yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan
sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon
pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA
atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang
dan ujung akar.
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon
auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang
pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat
karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak
disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin
tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita
harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih
mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat
yang terang dan gelap diantaranya untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang
gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya
sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan
karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk
tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit
lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi
tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu
protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+
ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis.
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak
proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta
sintesa protein (Darnell, dkk., 1986).
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun
muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam
seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga
titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan
parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin
utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan
hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi
mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA =
Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu
oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga
yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan
sel di daerah belakang meristem ujung dengan memelarkan dinding sel. Hormon
auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman. Nama lain dari
hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat.
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari
bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA =
Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka
terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D
(asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam 3, 6 -
Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 –
diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro –
pikonat).
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian,
dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon
terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi
yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi.
Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material
dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon Auksin yg
di kombinasikan dengan Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan
pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga
mendukung pertumbuhan diameter batang.
(http://www.lintasberita.com/go/902329 )
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak
proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta
sintesa protein (Darnell et al, 1986). Fungsi auksin menurut Averi (1937) dalam
Wilkins (1989), adalah menyebabkan terjadinya pembelahan sel pada lapisan
kambium. Pada konsentrasi auksin optimum, sel-sel penyusun kambium aktif
membelah dan terbentuk lapisan xilem yang cukup tinggi. Menurut Gardner et al,
(1991), efek seluler auksin meliputi peningkatan dalam sintesis nukleotida DNA
dan RNA, pada akhirnya peningkatan sintesis protein dan produksi enzim,
peningkatan pertukaran proton, muatan membran dan pengambilan kalium, serta
berpengaruh terhadap reaksi fitokrom dengan cahaya merah dan cahaya merah
jauh.
Heddy (1986), menyatakan bahwa auksin mendorong pembelahan sel dengan cara
mempengaruhi dinding sel. Lebih jelas diuraikan oleh Catala et al (2000),
menyatakan bahwa adanya induksi auksin dapat mengaktivasi pompa proton (ion
H+) yang terletak pada membran plasma sehingga menyebabkan pH pada bagian
dinding sel lebih rendah dari biasanya, yaitu mendekati pH pada membran plasma
(sekitar pH 4,5 dari normal pH 7). Aktifnya pompa proton tersebut dapat
memutuskan ikatan hidrogen diantara serat selulosa dinding sel. Putusnya ikatan
hidrogen menyebabkan dinding mudah merenggang sehingga tekanan dinding sel
akan menurun dan dengan demikian terjadilah pelenturan sel, pH rendah juga
dapat mengaktivasi enzim tertentu pada dinding sel yang dapat mendegradasi
bermacam-macam protein atau konstituen polisakarida yang menyebar pada
dinding sel yang lunak dan lentur, sehingga pemanjangan dan pembesaran sel
dapat terjadi.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16624/4/Chapter%20II.pdf)
BAB IIIPROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Blender 1 buah
2. Beaker glass 1000 ml 2 buah
3. Baskom/wadah 2 buah
4. Toples 1 buah
5. Spatula 1 buah
6. Pipet tetes 1 buah
7. Sendok 1 buah
8. Gelas ukur 1 buah
9. Neraca digital 1 buah
10. Neraca ohaus 1 buah
11. Kain saring (50 x 50 cm) 1 helai
12. Corong 1 buah
13. Petridish 1 buah
14. Oven sterilisasi 1 buah
15. Pucuk tanaman 500 gram
16. Air 1 liter
17. Gula pasir 30 gram
18. EM4 10 ml
3.2 Cara Kerja
a. Mengumpulkan ujung tanaman secukupnya.
b. Mesterilisasi kain penyaring menggunakan oven sterilisasi.
c. Menakar air sebanyak 1 L menggunakan gelas beker.
d. Menimbang 30 gr gula pasir dengan mengguakan neraca digital.
e. Menimbang ujung tanaman tersebut sebanyak 500 gr dengan menggunakan
neraca biasa.
f. Menghaluskan ujung tanaman yang telah ditimbang menggunakan blender
dengan menambahkan air sebanyak 1 L dan gula 30 gr.
g. Menuangkan juice ujung tanaman ke dalam baskom.
h. Menyiapkan baskom dan kain penyaring.
i. Menyaring juice ujung tanaman tersebut sehingga diperoleh filtrat yang
diinginkan.
j. Menuangkan filtrat ke dalam toples kemudian menambahkan EM4 sebanyak
10 ml lalu menutup toples dengan rapat.
k. Kemudian menyimpan filtrat didalam ruangan bersuhu kamar selama 5 hari.
BAB IVPEMBAHASAN
Hormon pada tanaman diperlukan sebagai zat pertumbuhan. Secara alamiah
hormon dapat dibentuk sendiri di dalam tubuh tanaman, sebagai contoh adalah
hormon auksin, hormon ini di bentuk di pucuk batang dan bekerja di akar sebagai
zat pengatur perakaran. Hormon-hormon dari tanaman berada pada bagian-bagian
tanaman.
Hormon auksin banyak tersedia pada kecambah (toge), hormon sitokinin banyak
tersedia pada air kelapa (hormon sitokinin juga dapat ditemukan pada hati ikan)
dan hormon giberelin yang banyak terkandung di dalam biji jagung.
Banyak hormon-hormon sintetis yang dapat ditemui di pasaran seperti α-
Naphthalene acetic acid (α-NAA) yang merupakan hormon sintetis dari
auksin. Jika kita enggan membeli hormon di pasaran dengan harga yang tinggi,
mungkin ada baiknya untuk mencoba mengekstraknya langsung dari tanaman
Dalam percobaan ini, kami mencoba untuk mengisolasi auksin dari pucuk
tanaman. Cara yang digunakan adalah pertama-tama menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan, seperti Blender, Beaker glass, Baskom/wadah , Toples ,
Spatula, Pipet tetes , Sendok , Gelas ukur , Neraca digital, Neraca ohaus , Kain
saring , Corong , Petridish , Oven sterilisasi , 500 gr pucuk tanaman , 1 liter air,
30 gr gula pasir , 10 ml EM4. Setelah menyiapkan alat dan bahan tersebut,
selanjutnya yaitu mengumpulkan ujung tanaman secukupnya. Selain itu, hal yang
harus dilakukan yaitu mesterilisasi kain penyaring menggunakan oven sterilisasi,
menakar air sebanyak 1 L menggunakan gelas beker, menimbang 30 gr gula pasir
dengan menggunakan neraca digital.Lalu, menimbang ujung tanaman tersebut
sebanyak 500 gr dengan menggunakan neraca biasa. Setelah itu, menghaluskan
ujung tanaman yang telah ditimbang menggunakan blender dengan menambahkan
air sebanyak 1 L dan gula 30 gr. Gula yang ditambahkan tersebut berfungsi
sebagai nutrisi untuk perkembangan bakteri yang akan hidup di dalam media
tersebut. Kemudian, menuangkan juice ujung tanaman ke dalam baskom dan
menyaring juice ujung tanaman tersebut sehingga diperoleh filtrat yang
diinginkan. Menuangkan filtrat ke dalam toples kemudian menambahkan EM4
sebanyak 10 ml lalu menutup toples dengan rapat. Kemudian menyimpan filtrat
didalam ruangan bersuhu kamar selama 5 hari. Setelah 5 hari, membuka dan
menutup toples tersebut setiap 2 hari sekali hingga hari ke 15. Kemudian,
membiarkan filtrat tadi hingga mengendap. Lalu,memisahkan cairan bening yang
dihasilkan untuk diaplikasikan ke tanaman.
Cara menggunakan atau mengaplikasikan ekstrak hormon yang dihasilkan dalm
proses tersebut yaitu melarutkan 10 ml ekstrak hormon auksin dengan 2 liter air.
Mengaplikasikan dengan menggunakan sprayer pada pagi hari (6-9) atau sore hari
(3-6) setiap minggu pada tumbuhan yang ingin diberi hormon auksin .
BAB VKESIMPULAN
Dari hasil percobaan Isolasi Auksin dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
1. Jenis alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat gelas (gelas ukur,
beaker glass, cawan petri), alat sterilisasi (oven sterilisasi), alat filtrasi (kain
saring,corong), alat ukur massa/timbangan (neraca analitik dan neraca ohaus),
dan alat lain seperti batang pengaduk, pipet, baskom, toples, dan sendok.
2. Bahan utama yang digunakan untuk mengisolasi auksin adalah pucuk
tanaman, selain itu digunakan pula EM4 sebagai starter bakteri dekomposer,
serta glad an pasir sebagai sumber nutrisi bagi mikroba.
3. Proses pembuatan ZPT dari isolasi auksin adalah mengekstraksi bahan,
memfiltrasi ekstrak, menginokulasi EM4 pada filtrat, serta penyimpanan dan
pengadukan ZPT.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2008. Hormon Tumbuhan. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:P1pDm8OanVoJ:anthuriumonline.wordpress.com/2008/01/25/hormon-pertumbuhan-pada-tumbuhan/+hormon+auksin&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses 18 November 2010 pukul 19.00 WIB
Anonimous. 2009. Isolasi Auksin. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16624/4/Chapter%20II.pdf.Diakses 18 November 2010 pukul 19.00 WIB
Anonimous. 2009. Cara Membuat Hormon Tanaman Organik. http://horteens.wordpress.com/2009/07/31/cara-membuat-hormon-tanaman-organik/. Diakses 18 November 2010 pukul 19.00 WIB