makalah spondilitis

37
MAKALAH KASUS 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SPONDILITIS TB KELOMPOK 11 SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145 SALAS AULADI 220110080138 SRI HANDINI PERTIWI 220110080105 SILVIA JUNIANTY 220110080097 SRI MELFA DAMANIK 220110080079 SELLA GITA ADITI 220110080052 SUSI HANIFAH 220110080035 SARAH RIDHASA F. 220110080013 TIARA RACHMAWATI 220110080118 TIARA TRI 220110080108 TRIANDINI 220110080095 TAMMY KUSMAYANTI 220110080053 TIARA ARUM KESUMA 220110080050 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEPERAWATAN JATINANGOR 2009

Upload: salas-auladi

Post on 26-Jun-2015

5.126 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SPONDILITIS

MAKALAH KASUS 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SPONDILITIS TB

KELOMPOK 11

SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145

SALAS AULADI 220110080138

SRI HANDINI PERTIWI 220110080105

SILVIA JUNIANTY 220110080097

SRI MELFA DAMANIK 220110080079

SELLA GITA ADITI 220110080052

SUSI HANIFAH 220110080035

SARAH RIDHASA F. 220110080013

TIARA RACHMAWATI 220110080118

TIARA TRI 220110080108

TRIANDINI 220110080095

TAMMY KUSMAYANTI 220110080053

TIARA ARUM KESUMA 220110080050

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

JATINANGOR

2009

Page 2: MAKALAH SPONDILITIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit Spondilitis.

Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata

kuliah Sistem Muskuloskeletal. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam penyusunan mata kuliah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Pada akhirnya, penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jatinangor, desember 2009

Penulis

Page 3: MAKALAH SPONDILITIS

LATAR BELAKANG

Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis yang dikenal pula dengan nama Pott’s disease

of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang banyak

terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahunnya

dikarenakan penyakit ini.

Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779 yang

menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura tulang

belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga ditemukannya

basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas.

Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang dipergunakan

untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 – 5 tahun. Saat ini dengan adanya

perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan

umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.

Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya berhubungan

dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di

negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber morbiditas dan mortalitas

utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan

kepadatan penduduk masih menjadi merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah

berkembang atau maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu

30 tahun terakhir.

Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi terjadi pada

kurang lebih 10% kasus. Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang

paling sering terkena tuberkulosa tulang. Diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-

tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area torako-lumbal

terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10) dan lumbal bagian atas merupakan tempat yang

paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight bearing mencapai

maksimum, lalu dikuti dengan area servikal dan sacral.

Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa tulang belakang sebenarnya

memberikan hasil yang baik, namun pada kasus – kasus tertentu diperlukan tindakan operatif

serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan dengan baik sebelum ataupun setelah penderita

menjalani tindakan operatif.

(http://pustakaunpad.ac.id)

Page 4: MAKALAH SPONDILITIS

KASUS

Nona Co, berusia 21 tahun, mengeluh nyeri pada punggung sejak 2 minggu yang lalu pada area

sekitar lumbal, tampak massa yang mengeluarkan cairan berwarna putih. Jumlah cairan 0,5 cc.

klien telah diperiksa elektromyografi, hasilnya sesuai iritasi radiks L4 dan L5 serta S1.

STEP I

1. Iritasi radiks L4 dan 5 serta S1? (LO) (Tiara A)

2. Lumbal? (LO) (Tiara R)

3. Elektromiografi? (LO) (Sella)

STEP II

1. Diagnosa medis? (Tiara R)

2. Apakah ada inflamasi atau tidak didaerah lumbal? (Sri Handini)

3. Rentang waktu timbulnya infeksi sampai keluar cairan putih? (Tammy)

4. Kandungan cairan putih? (Melva)

5. Asal cairan putih? (Siti Annisa)

6. Hasil rontgen pada klien penyakit ini? (Sarah)

7. Penyebab iritasi radiks? (Silvia)

8. Apakah ada kemungkinan untuk sembuh? (Susi)

9. Adakah kemungkinan penyebaran? (Tiara R)

STEP III

1. Spondilitis

2. Ada

3. LO

4. LO

5. LO

Page 5: MAKALAH SPONDILITIS

6. LO

7. LO

8. Ada, tapi ada kemungkinan untuk kambuh lagi

9. Mungkin ada.

STEP IV (mind map)

STEP V

LO dan Mind Map

STEP VII (reporting)

SPONDILITIS TB

Anfis tulang belakang Konsep penyakit

(etiologi, manfes,)

komplikasi

patofisiologi

Pem. diagnostik

Penatalaksanaan

medis

ASKEP

Health education

Aspek legal etik

Page 6: MAKALAH SPONDILITIS

JAWABAN LEARNING OBJECT

1. Iritasi radiks

a. Hasil pemeriksaan MRI yang menunjukkan adanya iritasi pada lumbal ke 4 dan 5.

(siti anisa)

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1002567

b. Radicks /radices : akar; bagian terkecil dari pembuluh darah/saraf spinal (Sri

Handini)

Dr.Med Akmad Ramali dan K, St pamoentjak:2005

c. Iritasi radiks : perangsangan pada akar depan saraf spinal atau akar belakang saraf

spinal (Sella)

Dr.Med Akmad Ramali dan K, St pamoentjak:2005

2. Lumbal

a. Daerah antara bagian tulang belakang atau samping antara tulang iga dan tulang

panggul (Tiara.A)

http://syafaka4wl.multiply.com/jornal/item/102/Nyeri lumbal

b. Daerah lumbal terbagi dari lumbal 1(L1) sampai lumbal 5(L5) merupakan bagian

paling tegap konstruksinya dan menanggung beban berat dari yang lainnya.

Memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh serta beberapa gerakan rotasi

dengan derajat yang kecil. (sella)

www.wikipedia.com

c. Pada penderita spondilitis akan terasa nyeri pada daerah punggung bawah (lumbal)

yang bisa menjalar hingga ke tungkai bawah pada satu sisi yang sama dengan

kelainan pinggangnya. (Siti Anisa)

http://syafaka4wl.multiply.com/jornal/item/102/Nyeri lumbal

3. Elektromiografi

a. Teknik untuk memeriksa dan merekam aktivitas sinyal otot, hasil rekamannya disebut

elektromiogram. (Triandini)

http://id.wikipedia.org/wiki/elektromiografi

Page 7: MAKALAH SPONDILITIS

b. Teknik pemeriksaan dengan menggunakan elektroda jarum yang ditusukkan kedalam

otot rangka untuk mempelajari perubahan potensial listriknya. (Tami)

http://library.usu.ac.id/download/penyakitdalam-suhaemi

c. Elektromiografi ini mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan ketika oleh sel otot

ketika otot ini aktif dan sedang istirahat. (Tiara R)

www.wikipdiaindonesia.com

d. Metode untuk pengukuran, menampilkan dan penganalisaan setiap signal listrik

dengan menggunakan bermacam-macam electrode dimana signalnya berasal dari

signal serabut otot pada jarak tertentu dari electrode. (Sarah)

Luttman,A,1996

e. Analisa signal EMG menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk bermacam-

macam aplikasi, diantaranya dapat mendiagnose syaraf dan aplikasi ergonomic.

(Tiara Tri)

http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/19-SDMIV_MKhiori217-

223.pdf

4. Rentang waktu adanya infeksi sampai keluar cairan putih

a. Stadium implantasi. Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh

penderita menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung

selama 6-8 minggu.

b. Stadium destruksi awal. Terjadi destruksi korpus vertebrae serta penyempitan yang

ringan pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.

c. Stadium destruksi lanjut. Terjadi destruksi massif kolaps vertebrae dan terbentuk

massa kaseosa serta pus yang terbentuk cold abses yang terjadi 2-3 bulan.

Jadi, dengan kata lain rentang waktu antara infeksi sampai keluar cairan putih kurang

lebih selama 3 bulan. (susi)

http://dokterfoto.com20080406spondilitis-tb.htm

5. Kandungan cairan putih

Cairan putih pada penderita spondilitis mengandung serum, leukosit, tulang yang fibrosis

serta basil tuberkulosa. (sella)

6. Asal cairan putih

Page 8: MAKALAH SPONDILITIS

Cairan putih yang keluar pada kasus diatas berasal dari massa, dimana massa tersebut

mengandung cairan putih. (Salas)

7. Hasil rontgen pada klien penyakit spondilitis

(sri handini)

http://www.learningradiology.com

Foto rontgen suatu spondilitis tuberkulosa akan memperlihatkan: (Sri Melfa)

a. Dekalisifikasi suatu korpus vertebrae

Pada tomogram dari korpus tersebut mungkin terdapat suatu kaverne dalam korpus

tersebut, oleh karena itu maka mudah sekali pada tempat tersebut suatu fraktur

patologi. Dengan demikian terjadi suatu fraktur kompresi, sehingga bagian depan dari

korpus vertebrae ini menjadi lebih tipis daripada bagian belakangnya dan tampak

suatu gibbus pada tulang belakang itu.

b. Dekplate korpus vertebrae itu akan tampak kabur dan tidak teratur

c. Diskus intervertebrae akan tampak menyempit

d. Abses dingin

Foto rontgen abses dingin itu akan tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk

kumparan.

http://medisdankomputer.co.cc/?p=379

Page 9: MAKALAH SPONDILITIS

8. Penyebab iritasi radiks

Adanya tekanan pada medulla spinalis. Tekanan dapat berasal dari proses yang terletak

didalam canalis spinalis. Jika didalam ada proses tuberculose yang terletak pada korpus

bagian belakang yang merupakan dasar dari canalis spinalis, maka proses tidak

menimbulkan pengumpulan nanah/jaringan granulasi langsung menekan medulla

spinalis. (sella)

MIND MAP

1. ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung

yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya

bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).

Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12

tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya tulang belakang dapat

saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.

Sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gray90.png

1.1 Struktur umum

Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari

badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.

Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung

Page 10: MAKALAH SPONDILITIS

oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan

procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen

vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran

sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang

punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.

Sumber gambar:

http://1.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShD-

zHc22MI/AAAAAAAAABQ/buDLRb6NNzs/s1600-h/anatomi+tulang+belakang.jpg

1.2 Tulang punggung cervical

Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus

(bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang

procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari

cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.

Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.

Page 11: MAKALAH SPONDILITIS

1.3 Tulang punggung thorax

Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan

memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam

konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.

1.4 Tulang punggung lumbal

Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban

terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh,

dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

1.5 Tulang punggung sacral

Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki

celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

1.6 Tulang punggung coccygeal

Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa

hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang

punggung kaudal (kaudal berarti ekor).

Sumber gambar:

http://4.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShIpBrKdf5I/AAAAAAAAABs/ofFD-

twewls/s1600-h/ligament+tulang+belakang.jpg

Page 12: MAKALAH SPONDILITIS

1.7 Ligamen dan otot

Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain :

Ligament:

1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung ke ujung):

a. Ligament Longitudinalis Anterior

b. Ligament Longitudinalis Posterior

c. Ligament praspinosum

2. Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang

berdekatan)

a. Ligamentum Intertransversum

b. Ligamentum flavum

c. Ligamentum Interspinosum

3. Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis

dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum

dengan tulang pinggul

Otot-otot:

1. Otot-otot dinding perut

2. Otot-otot extensor tulang punggung

3. Otot gluteus maximus

4. Otot Flexor paha ( illopsoas )

5. Otot hamstrings

Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5

buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap

Page 13: MAKALAH SPONDILITIS

dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain

menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus

intervertebrale merupkan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot

ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan

mobilitas vertebrae. (CAILLIET 1981).

Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang

secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang

tetap tegak. (CAILLIET 1981).

Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada

perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut

mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar

karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak

pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung.

Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis

vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah permukaan facet joint

mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet joint.

Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan fleksi

dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi

lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar

terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet

saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar.

Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus tulang

vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan

bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat

melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat diskusi

intervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra

bergerak

Page 14: MAKALAH SPONDILITIS

Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang

membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung

mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi

air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang

merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh

diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus

akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan.

Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,

laterofleksi (CAILLIET 1981).

Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan elastisitas diskus

akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus intervebralis makin menyempit,

“facet join” makin merapat, kemampuan kerja diskus menjadi makin buruk, annulus

menjadi lebih rapuh.

Akibat proses penuaan ini mengakibatkan seorang individu menjadi rentan mengidap

nyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan makin

bertambah setiap individu tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang

berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis, akan

menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala

prodromal. Keadaan demikian merupakan “locus minoris resistensi” atau titik lemah

untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus Pulposus). Sebagai contoh, dengan gerakan yang

sederhana seperti membungkuk memungut surat kabar di lantai dapat menimbulkan

herniasi diskus. Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang vertebrae.

Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan.

(CAILLIET 1981).

Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior.

Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar dan

kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan yang

lainnya. ligamentum longitudinal posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae,

yang juga turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut

Page 15: MAKALAH SPONDILITIS

melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L 1,

secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum ligamentum tersebut

tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.

Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya

statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi

cidera kinetik. (CAILLIET 1981).

Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang

berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan

vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.

intertransversarii dan M. interspinalis.

Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus

abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis,

M. psoas mayor dan M. psoas minor.

Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor,

kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii.

Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan

punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri.

Medulla spinalis dilindungi oleh vertebrae. Radix saraf keluar melalui canalis spinalis,

menyilang discus intervertebralis di atas foramen intervertebralis.

Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus

anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi “face t”.

Akibat berdekatnya struktur tulang vertebrae dengan radix saraf cenderung rentan

terjadinya gesekan dan jebakan radix saraf tersebut.

Bangunan anatomis vertebrae yang sensitive terhadap nyeri adalah sebagai berikut:

Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive terhadap

rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris.Kecuali ligament flavum, discus

intervertebralis dan Ligamentum interspinosum ; karena tidak dirawat oleh saraf sensoris.

Page 16: MAKALAH SPONDILITIS

Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti tekanan

dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri.

Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinalis anterior atau

posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari

facies artikularis vertebrae beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri.

Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena : aktivitas motor neuron, ischemia

muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat. (Zimmermann M.,

1987)

Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis servikalis,

kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping dalam posisi tegak

ketiga lengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap (lihat gambar 6). Posture yang

baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan

nyeri, yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan secara estetis

memberikan penampilan yang dapat diterima. Disini terjadi keseimbangan antara kerja

ligamen dan torus minimal otot.

Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku bangsa, latar

belakang kebudayaan, lingkungan pekerjaan, sex dan keadaan psikis seseorang. Sudut

lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan ossakrum dengan garis

horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat. Rotasi pelvis ke

atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi pelvis ke bawah memperbesar

sudut lumbosakralis. (lihat gambar 7). Gerakan ekstensi vertebrae dari vertebrae lumbalis

hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah oleh Ligamantum longitudinale anterior. Sedangkan

gerakan fleksi 60% – 75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % – 25 % terjadi antara L4

dan L5 dan 5% – 10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4).

Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari tangan tanpa

fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari pelvis dan sendi

koksae. Perbandingan antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme lumbal-pelvis.

(lihat gambar 9).

Page 17: MAKALAH SPONDILITIS

Secara singkat punggung bawah merupakan suatu struktur yang kompleks; dimana tulang

vertebrae, discus intervertebralis, ligamen dan otot akan akan bekerjasama membuat

manusia tegak, memungkinkan terjadinya gerakan dan stabilitas. Vertebrae lumbalis

berfungsi menahan tekanan gaya static dan gaya kinetik (dinamik) yang sangat besar

maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera. (CAILLIET 1981).

http://herdinrusli.wordpress.com/2007/12/01/sekilas-tentang-anatomi-vertebra/

http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_punggung

http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/ligament-otot-tulang-belakang.html

http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/anatomi-tulang-belakang.html

http://www.ahlihnp.com/kesehatan/pengetahuan/anatomi-tulang-belakang/

(Tiara A)

2. KONSEP PENYAKIT

a) DEFINISI

Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi

granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa

yang mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )

Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh

mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus

ditempat lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang penyakit

ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas

tulnag belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott.

(Rasjad, 1998).

Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit neurologis.

Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling jarang pada

vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang

menyerang arkus vertebra (Mansjoer, 2000). Penyakit Pott adalah osteomielitis

tuberculosis yang mengenai tulang belakang. (Brooker. 2001)

http://stikep.blogspot.com dan http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan

keperawatan-dengan-spondilitis.html

Page 18: MAKALAH SPONDILITIS

b) ETIOLOGI

Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus).Bakteri yang

paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun

spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga bertanggung jawab sebagai

penyebabnya, seperti Mycobacterium africanum (penyebab paling sering tuberkulosa

di Afrika Barat), bovine tubercle baccilus, ataupun non-tuberculous mycobacteria

(banyak ditemukan pada penderita HIV)(7,10). Perbedaan jenis spesies ini menjadi

penting karena sangat

mempengaruhi pola resistensi obat. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri

berbentuk batang yang bersifat acid-fastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan

baik melalui cara yang konvensional. Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk

memvisualisasikannya. Bakteri tubuh secara lambat dalam media egg-enriched dengan

periode 6-8 minggu. Produksi niasin merupakan karakteristik Mycobacterium

tuberculosis dan dapat membantu untuk membedakannnya dengan spesies lain(2).

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa

merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan

oleh mikobakterium tuberkulosa.Tuberkulosis yang muncul pada tulang belakang

merupakan tuberkulosis sekunder yang biasanya berasal dari tuberkulosis ginjal.

Berdasarkan statistik, spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease paling sering

ditemukan pada vertebra torakalis segmen posterior dan vertebra lumbalis segmen

anterior (T8-L3), coxae dan lutut serta paling jarang pada vertebra C1-2. (1,2,3,4)

Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa nyeri

punggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila sudah

timbul abses ataupun kifosis

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf

c) PREDISPOSISI dan PRESIPITASI

Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya berhubungan

dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi

sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber

morbiditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang berkembang,

terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih menjadi

merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah berkembang atau maju

insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu 30 tahun

terakhir(2,4,5,6,7). Perlu dicermati bahwa di Amerika dan Inggris insidensi penyakit

ini mengalami peningkatan pada populasi imigran,

tunawisma lanjut usia dan pada orang dengan tahap lanjut infeksi HIV (Medical

Research Council TB and Chest Diseases Unit 1980)(2,5). Selain itu dari penelitian

juga diketahui bahwa peminum alkohol dan pengguna obat-obatan terlarang adalah

Page 19: MAKALAH SPONDILITIS

kelompok beresiko besar terkena penyakit ini(8). Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi

Arabia, penyakit ini terutama mengenai dewasa, dengan usia rata-rata 40-50 tahun

sementara di Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-anak (50% kasus terjadi

antara usia 1-20 tahun).

Pola ini mengalami perubahan dan terlihat dengan adanya penurunan insidensi infeksi

tuberkulosa pada bayi dan anak-anak di Hong Kong

d) FAKTOR RESIKO

• Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dengan penderita TBC BTA positif

• Tulang belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian yang lain.

• Pernah menderita penyakit ini sebelumnya karena spondilitis tuberculosa merupakan infeksi sekunder Dri tuberculosis di tempatlain dalam tubuh

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_SpondilitisTuberkulosisAbsesRetrofaringea

l.pdf/09

e) MANIFESTASI KLINIS.

Tuberkulosis pada tulang belakang tidak tampak pada tahun pertama kehidupan. Mulai

timbul setelah anak belajar berjalan dan melompat. Kemudian terjadi pada semua

umur.

Keluhan yang paling dini berupa rasa pegal di punggung yang belum jelas

lokalisasinya. Kemudian terasa nyeri sejenak kalau badan digerakkan atau tergerak,

yang tidak lama berikutnya akan jelas lokalisasinya karena nyerinya lebih mudah

timbul dan lebih keras intensitasnya. Pada tahap yang agak lanjut nyeri di punggung

itu ditambah dengan nyeri interkostal yang bersifat radikular. Nyeri itu terasa bertolak

dari ruas tulang belakang dan menjalar sejajar dengan iga ke dada dan berhenti tepat di

garis tengah dada. Untuk mengurangi keadaan ini anak menarik punggungnya kuat-

kuat. Anak menghindari penekukan tubuh waktu mengambil sesuatu di lantai. Jika

terpaksa dia hanya menekukkan lututnya untuk menjaga punggungnya tetap lurus.

Rasa nyeri akan membaik bila dia beristirahat.

Tanda-tanda pada tingkatan yang berbeda :

Ø Pada leher, jika mengenai vertebra servikal penderita tidak suka memutar kepalanya

dan duduk dengan meletakkan dagu di tangannya. Dia akan merasa nyeri pada leher

Page 20: MAKALAH SPONDILITIS

atau pundaknya. Jika terjadi abses, pembengkakan dengan fluktuasi yang ringan akan

tampak pada sisi yang sama pada leher di belakang otot sternomastoid atau tonjolan

pada bagian belakang mulut (faring).

Ø Pada punggung bawah sampai iga terakhir (regio toraks). Dengan adanya penyakit

pada regio ini, penderita memiliki punggung yang besar. Dalam gerakan memutar dia

lebih sering menggerakkan kakinya daripada mengayunkan pinggulnya. Saat

memungut sesuatu dari lantai dia menekuk lututnya sementara punggungnya tetap

lurus. Kemudian akan terdapat pembengkakan atau lekukan yang nyata pada tulang

belakang (gibus) diperlihatkan dengan korpus vertebra yang terlipat.

Ø Jika abses ini menjalar menuju dada bagian kanan dan kiri serta akan muncul

sebagai pembengkakan yang lunak pada dinding dada (abses dingin yang sama dapat

menyebabkan tuberkulosis kelenjar getah bening interkosta). Jika menuju ke

punggung dapat menekan serabut saraf spinal yang menyebabkan paralisis.

Ø Saat tulang belakang yang terkena lebih rendah dari dada (regio lumbal), di mana

juga berada di bawah serabut saraf spinal, pus juga dapat menjalar pada otot

sebagaimana pada tingkat yang lebih tinggi. Jika ini terjadi akan tampak sebagai

pembengkakan lunak di atas atau di bawah ligamentum pada lipat paha atau di

bawahnya tetap pada sisi dalam dari paha (abses psoas). Pada keadaan yang jarang pus

dapat berjalan menuju pelvis dan mencapai permukaan belakang sendi panggul.

(Pada negara-negara dengan prevalensi tinggi 1 dari 4 penderita dengan tuberkulosis

tulang belakang mempunyai abses yang dapat diraba.)

Ø Pada pasien-pasien dengan malnutrisi akan didapatkan demam (kadang-kadang

demam tinggi), kehilangan berat badan dan kehilangan nafsu makan. Di beberapa

negara Afrika juga didapati pembesaran kelenjar getah bening, tuberkel subkutan,

pembesaran hati dan limpa.

Ø Pada penyakit-penyakit yang lanjut mungkin tidak hanya terdapat gibus (angulasi

dari tulang belakang), juga terdapat kelemahan dari anggota badan bawah dan paralisis

(paraplegi) akibat tekanan pada serabut saraf spinal atau pembuluh darah.

http://kliniksempurna.blogspot.com/2008/06/spondilitis-tuberkulosis.html

f) KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk

spondilitis

(1) Peridiskal / paradiskal

Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah

ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan pada orang

Page 21: MAKALAH SPONDILITIS

dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus. Terbanyak

ditemukan di regio lumbal.

(2) Sentral

Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga disalahartikan

sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering menimbulkan kolaps

vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga menghasilkan deformitas

spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat

trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.

(3) Anterior

Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan

dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di

bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga disebabkan

karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses prevertebral dibawah

ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari suplai darah

vertebral.

(4) Bentuk atipikal :

Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat

diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan keterlibatan

lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan

tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus, serta

lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior. Insidensi tuberkulosa yang

melibatkan elemen posterior tidak diketahui tetapi diperkirakan berkisar antara 2%-

10%.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf

g) STADIUM

Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu :(1)

1. Stadium implantasi.

Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita

menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama

6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-

anak umumnya pada daerah sentral vertebra.

2. Stadium destruksi awal

Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta

penyempitan yang ringan pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.

3. Stadium destruksi lanjut

Page 22: MAKALAH SPONDILITIS

Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk massa

kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang tejadi 2-3 bulan

setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta

kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di

sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang

menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

4. Stadium gangguan neurologis

Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi

terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan

10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai

kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi

pada daerah ini. Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan

paraplegia, yaitu :

Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan

aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi

gangguan saraf sensoris.

Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih

dapat melakukan pekerjaannya.

Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi

gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.

Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan

defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia

dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan

penyakitnya.

Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari

abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh

adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh

terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh

pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa.

Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang

disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.

Page 23: MAKALAH SPONDILITIS

5. Stadium deformitas residual

Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi.

Kifosis atau gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang massif di

sebelah depan.

http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/spondilitis.html

http://74.125.153.132/search?q=cache:Poywmwkhc_wJ:qittun.blogspot.com/2008/10/asu

han-keperawatan-

denganspondilitis.html+pengaruh+ke+sistem+lain+pada+spondilitis+tuberkulosis&cd=2

&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a (Siti Annisa)

Mutaqqin, Arif. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Trauma Sistem Muskuloskeletal. EGC : Jakarta.dan http://stikep.blogspot.com hal 294 (Silvia)

3. KOMPLIKASI

a. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari diskus intervertebralis (contoh : Pott’s paraplegia – prognosa baik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh : menigomyelitis – prognosa buruk). Jika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis pada tumor). MRI dan mielografi dapat membantu membedakan paraplegi karena tekanan atau karena invasi dura dan corda spinalis.

b. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke dalam pleura.

c. Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Pott’s paraplegia yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.

d. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold abscess.

Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics. 2nd ed.

Philadelphia : W.B. Saunders, 1996 : 270-91

Miller F, Horne N, Crofton SJ. Tuberculosis in Bone and Joint. In : Clinical

Tuberculosis.2nd ed.: London : Macmillan Education Ltd, 1999 : 62-6.

Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics.

(Silvia)

Page 24: MAKALAH SPONDILITIS

4. Pemeriksaan diagnostik

4.1 Pemeriksaan Laboratorium

1. Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis, tetapi hal ini tidak dapat digunakan

untuk uji tapis. Al-marri melaporkan 144 anak dengan spondilitis tuberkulosis didapatkan

33 % anak dengan laju endap darah yang normal.

2. Uji Mantoux positif

3. Pada pewarnaan Tahan Asam dan pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan

mikobakterium

4. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.

5. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel

6. Pungsi lumbal., harus dilakukan dengan hati-hati, karena jarum dapat menembus masuk

abses dingin yang merambat ke daerah lumbal. Akan didapati tekanan cairan

serebrospinalis rendah, test Queckenstedt menunjukkan adanya blokade sehingga

menimbulkan sindrom Froin yaitu kadar protein likuor serebrospinalis amat tinggi hingga

likuor dapat secara spontan membeku.

7. Peningkatan CRP ( C-Reaktif Protein ) pada 66 % dari 35 pasien spondilitis tuberkulosis

yang berhubungan dengan pembentukan abses.

8. Pemeriksaan serologi didasarkan pada deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.

9. Pemeriksaan dengan ELISA ( Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay ) dilaporkan

memiliki sensitivitas 60-80 % , tetapi pemeriksaan ini menghasilkan negatif palsu pada

pasien dengan alergi.Pada populasi dengan endemis tuberkulosis,titer antibodi cenderung

tinggi sehingga sulit mendeteksi kasus tuberkulosis aktif.

10. Identifikasi dengan Polymerase Chain Reaction ( PCR ) masih terus dikembangkan.

Prosedur tersebut meliputi denaturasi DNA kuman tuberkulosis

melekatkan nucleotida tertentu pada fragmen DNA , amplifikasi menggunakan DNA

polymerase sampai terbentuk rantai DNA utuh yang dapat diidentifikasi dengan gel. (2,3)

Pada pemeriksaan mikroskopik dengan pulasan Ziehl Nielsen membutuhkan

10 basil permililiter spesimen, sedangkan kultur membutuhkan 10 basil permililiter

spesimen. Kesulitan lain dalam menerapkan pemeriksaan bakteriologik adalah lamanya

waktu yang diperlukan. Hasil biakan diperoleh setelah 4-6 minggu dan hasil resistensi baru

diperoleh 2-4 minggu sesudahnya.Saat ini mulai dipergunakan system BATEC ( Becton

Dickinson Diagnostic Instrument System ), Dengan system ini identifikasi dapat dilakukan

dalam 7-10 hari.Kendala yang sering timbul adalah kontaminasi oleh kuman lain, masih

Page 25: MAKALAH SPONDILITIS

tingginya harga alat dan juga karena system ini memakai zat radioaktif maka harus

dipikirkan bagaimana membuang sisa-sisa radioaktifnya.

4.2 Pemeriksaan Radiologis:

1. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru. Hal in sangat diperlukan

untuk menyingkirkan diagnosa banding penyakit yang lain

2. Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus vertebra,

disertai penyempitan discus intervertebralis yang berada di antara korpus tersebut dan

mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral. Pada foto AP, abses

paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung (bird’s net), di daerah torakal

berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat berbentuk fusiform. Pada stadium

lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis.

3. Dekalsifikasi suatu korpus vertebra (pada tomogram dari korpus tersebut mungkin

terdapat suatu kaverne dalam korpus tersebut) oleh karena itu maka mudah sekali pada

tempat tersebut suatu fraktur patologis. Dengan demikian terjadi suatu fraktur kompresi,

sehingga bagian depan dari korpus vertebra itu adalah menjadi lebih tipis daripada bagian

belakangnya (korpus vertebra jadi berbentuk baji) dan tampaklah suatu Gibbus pada

tulang belakang itu.

4. “Dekplate” korpus vertebra itu akan tampak kabur (tidak tajam) dan tidak teratur.

5. Diskus Intervertebrale akan tampak menyempit.

6. Abses dingin.

Foto Roentgen, abses dingin itu akan tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk

kumparan (“Spindle”). Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8-L3 dan

paling jarang pada vertebra C1-2.

4.3 Pemeriksaan CT scan

1. CT scan dapat memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi

irreguler, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.

2. Mendeteksi lebih awal serta lebih efektif umtuk menegaskan bentuk dan

kalsifikasi dari abses jaringan lunak. Terlihat destruksi litik pada vertebra (panah hitam)

dengan abses soft-tissue (panah putih)

4.4 Pemeriksaan MRI

1. Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra dan osteomielitis tulang belakang.

Page 26: MAKALAH SPONDILITIS

2. Menunjukkan adanya penekanan saraf.

Dilaporkan 25 % dari pasien mereka memperlihatkan gambaran proses infeksi pada CT-Scan

dan MRI yang lebih luas dibandingkan dengan yang terlihat dengan foto polos.CT-Scan

efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak . Selain itu CT-Scan dapat

digunakan untuk memandu prosedur biopsi.

5. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis ditujukan untuk eradikasi infeksi , memberikan

stabilitas pada tulang belakang dan menghentikan atau memperbaiki kifosis. Kriteria

kesembuhan sebagian besar ditekankan pada tercapainya favourable status yang

didefenisikan sebagai pasien dapat beraktifitas penuh tanpa membutuhkan kemoterapi atau

tindakan bedah lanjutan, tidak adanya keterlibatan system saraf pusat , focus infeksi yang

tenang secara klinis maupun secara radiologis. (3,4,7)

Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera

mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.

Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :

1. Pemberian obat antituberkulosis

2. Dekompresi medulla spinalis

3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi

4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)

Pengobatan terdiri atas :

1. Terapi konservatif berupa:

a. Tirah baring (bed rest)

b. Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak vertebra

c. Memperbaiki keadaan umum penderita

d. Pengobatan antituberkulosa

Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :

v Kategori 1

Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2 tahap ;

Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan Pirazinamid 1.500

mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).

Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu (intermitten)

selama 4 bulan (54 kali).

v Kategori 2

Page 27: MAKALAH SPONDILITIS

Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan, termasuk

penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam 2 tahap yaitu :

o Tahap I diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450 mg,

Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan setiap hari ,

Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3

bulan (90 kali).

o Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1250 mg. Obat

diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).

Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita

bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis

berupa nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya

union pada vertebra. (1,3)

2. Terapi operatif

Bedah Kostotransversektomi yang dilakukan berupa debrideman dan penggantian korpus

vertebra yang rusak dengan tulang spongiosa/kortiko – spongiosa.

Indikasi operasi yaitu:

· Bila dengan terapi konservatif setelah pengobatan kemoterapi 3-6 bulan tidak terjadi

perbaikan paraplegia atau malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan

operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.

· Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus

debrideman serta bone graft.

· Abses besar segmen servikal pada pasien dengan obstruksi saluran respirasi .

· Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT

dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.

Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita

tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting

dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa,

paraplegia dan kifosis progresif atau hernasi tulang atau diskus pada kanalis neuralis.

http://akbarpai.blogspot.com/2008/05/spondylitis-tuberkulosa.html

(Sri Handini)

Page 28: MAKALAH SPONDILITIS

6. ASPEK LEGAL ETIS

a. Respect for autonomi, yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan, termasuk dalam menentukan dan mengatur dirinya sendiri. Dalam hal ini perawat memberikan penjelasan yang sebenarnya tentang penyakit yang diderita kepada pasien dan keluarganya, serta memberikan pilihan tentang perawatan yang dipilih oleh pasien dan keluarganya, misal: tempat perawatan dan jenis perawatan.

b. Non-malaficence, mendiskusikan resiko dan masalah dengan klien perawat dan tim kesehatan dalam pemberian perawatan, perawat berhati-hati terhadap penyakit pasien agar tidak terjadi atau bertambah parahnya penyakit pasien. Perawat dalam melakukan perawatan kepada klien hindari hal-hal yang menyebabkan injuri, misalnya dalam merubah posisi klien saat istirahat jangan sampai membahayakan terutama daerah perut yang buncit akibat limpa yang membesar.

c. Beneficence, yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien, serta merahasiakan tentang penyakit diderita kepada orang lain.

d. Justice, dengan tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi, dsb., tetapi diperlukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Oleh karena itu, perawat memberikan perawatan yang memang harus didapat.

(Tiara Tri)

Page 29: MAKALAH SPONDILITIS

7. PATOFISIOLOGI

Sumber: Buku Asuhan keperawatan Muskuloskeletal (Arif mutaqin)

(Melfa)

Infeksi secara hematogen TB paru ke discus intervertebralis

Perusakan tulang dan penjalaran infeksi ke ruang diskus

Pembentukan abses dingin

osteoporosis eksudat Perubahan pada vertebra lumbalis

Penekanan korda dan radiks

saraf oleh pembentukan

abses yg bergeser

Paraplegia, stimulus

nyeri di pinggang

nyeri Gangguan mobilitas

fisik

Penekanan local praplegia

Kerusakan pada

korteksepifisis diskus

eksudat

operasi

imobilisasi

Resiko

penyebaran

infeksi

Menyebar di ligamentum

longitudinal anterior

Menembus ligamentum&

berekspansi ke ligament

yang lemah

Abses lumbal

debridement

Muskulus psoas & muncul di

bawah ligamentum inguinal

Krista iliaka Pembuluh

darah

femoralis pd

trigon

Page 30: MAKALAH SPONDILITIS

8. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Biodata

Nama : Nn. CO

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : wanita

Diagnosa medis : Spondilitis tuberkulosa

Keluhan utama : nyeri pada punggung sejak 2 minggu lalu

Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang : nyeri pada punggung sejak 2 minggu lalu

Pemeriksaan fisik : tampak massa pada area sekitar lumbal, mengeluarkan

cairan putih

Pemeriksaan diagnostik

Elektromyografi : terdapat iritasi radix L4, L5, dan S1

B. Analisa data

Data menyimpang Etiologi Masalah keperawatan

DO :

DS :

infeksi→ perkijuan jar. dan

pembentukan abses dingin→

penekanan saraf pada

lumbal→ merangsang reseptor

nyeri→ nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

DO :

DS :

infeksi→ perkijuan jar. dan

pembentukan abses dingin→

penekanan saraf pada

lumbal→ nyeri→ keterbatasan

Gangguan mobilitas fisik

Page 31: MAKALAH SPONDILITIS

gerak → gangguan mobilitas

fisik

DO :

DS :

infeksi→ perkijuan jar. dan

pembentukan abses dingin→

penekanan pada lumbal→

penekanan lokal paraplegia→

resiko kerusakan integritas

kulit

Resiko tinggi kerusakan

integritas kulit

DO :

DS :

Resiko penyebaran infeksi

Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf pada lumbal ditandai oleh klien mengeluh

nyeri, adanya massa, iritasi radix

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai oleh

nyeri, iritasi radix

3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan lokal praplegia

4. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan penumpukan absis pada lumbal

C. Rencana asuhan keperawatan

No. Diagnosa

keperawatan

Asuhan keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri

berhubungan

dengan

penekanan

saraf pada

lumbal

ditandai oleh

klien

mengeluh

a. Rasa nyaman terpenuhi

b. Nyeri berkurang / hilang

Kriteria hasil

- klien melaporkan penurunan nyeri

- menunjukkan perilaku yang

a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.

b. Berikan analgesik sesuai terapi dokter

a. Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.

b. Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa

Page 32: MAKALAH SPONDILITIS

nyeri, adanya

massa, iritasi

radix

lebih relaks - memperagakan

keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.

dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.

c. Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.

d. Berikan dorongan

untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.

e. Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.

nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien.

c. Korset untuk mempertahankan posisi punggung.

d. Dengan ganti –

ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.

e. Metode alternatif

seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.

2. Gangguan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

penurunan

kekuatan otot

ditandai oleh

nyeri, iritasi

radix

Klien dapat

melakukan

mobilisasi secara

optimal.

Kriteria hasil

- Klien dapat ikut serta dalam program latihan

- Mencari bantuan sesuai kebutuhan

- Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

b. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

c. Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

1) mattress 2) Bed Board ( tempat

a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

b. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

c. Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.

Page 33: MAKALAH SPONDILITIS

tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.

d. mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;

1) Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara bersamaan.

2) Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.

3) Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas pernapasan.

e. monitor tanda –tanda vital setiap 4 jam.

f. Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet – lecet.

g. Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping : bisa tak nyaman pada

d. Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot – otot paraspinal.

e. Untuk mendeteksi perubahan pada klien.

f. Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.

g. Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan

Page 34: MAKALAH SPONDILITIS

lambung atau diare. dapat menimbulkan efek samping.

3. Resiko tinggi

kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan

penekanan

lokal praplegia

• Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin.

• Ubah posisi tiap 2 jam.

• Gunakan bantal air atau penganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol.

• Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang beru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi.

• Bersihkan dan keringkan kulit. Jaga seprai tetap kering.

• Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar untuk mengetahui adanya kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.

• Jaga kebersihan kulit

dan seminimal

mungkin hindari

trauma dan panas pada

kulit.

• Meningkatkan aliran darah ke semua daerah.

• Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah.

• Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.

• Menghindari kerusakan kapiler.

• Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi risiko kelembapan kulit.

• Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.

• Mempertahankan

keutuhan kulit.

Page 35: MAKALAH SPONDILITIS

4. Resiko

penyebaran

infeksi

berhubungan

dengan

penumpukan

absis pada

lumbal

Infeksi tidak terjadi Mandiri

• Kaji dan pantau luka

• Lakukan perawatan

luka secara steril

• Bantu perawatan diri

dan keterbatasan

aktivitas sesuai

toleransi

• Pantau dan batasi

kunjungan

Kolaborasi

• Berikan antibiotic

sesuai indikasi

• Mendeteksi secara

dini gejala gejala

inflamasi yang

mungkin timbul

akibat adanya luka

• Teknik perawatan

luka secara steril

dapat mengurangi

kontaminasi

kuman

• Menunjukkan

kemampuan secara

umum

dankekuatan otot

serta merangsang

pengembalian

system imun

• Mengurangi resiko

kontak infeksi

dengan orang lain

• Satu atau

beberapa

agens

diberikan

yang

bergantung

pada sifat

pathogen dan

infeksi yang

terjadi

Page 36: MAKALAH SPONDILITIS

KESIMPULAN

Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis

di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang mengenai tulang

vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )

Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat

lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human

dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk

batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu

disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari

langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam

jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun. (Rasjad. 1998)

Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis

pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu

sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta sakit pada punggung. Pada anak-

anak sering disertai dengan menangis pada malam hari. (Rasjad. 1998)

Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut,kemudian

diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus,, hiper-refleksia

dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium awal ini belum ditemukan deformitas tulang

vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri

spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda

terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50%

kasus,termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis,

ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya kifosis

(gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-tanda defisit neurologis seperti yang

sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)

Page 37: MAKALAH SPONDILITIS

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, Arif. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Trauma Sistem Muskuloskeletal. EGC : Jakarta.

Brenda, Suzanne.Keperawatan Medikal Bedah vol 3.2002.EGC: Jakarta. Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics. 2nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders, 1996 : 270-91 Miller F, Horne N, Crofton SJ. Tuberculosis in Bone and Joint. In : Clinical Tuberculosis.2nd ed.: London : Macmillan Education Ltd, 1999 : 62-6. Lauerman WC, Regan M. Spine. In : Miller, editor. Review of Orthopaedics. http://pustakaunpad.ac.id http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1002567

Dr.Med Akmad Ramali dan K, St pamoentjak:2005

http://syafaka4wl.multiply.com/jornal/item/102/Nyeri lumbal

http://id.wikipedia.org/wiki/elektromiografi

http://library.usu.ac.id/download/penyakitdalam-suhaemi

http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/19-SDMIV_MKhiori217-223.pdf

http://dokterfoto.com20080406spondilitis-tb.htm

http://www.learningradiology.comhttp://medisdankomputer.co.cc/?p=379

http://stikep.blogspot.com

http://qittun.blogspot.com/2008/10/asuhan keperawatan-dengan-spondilitis.html

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09_SpondilitisTuberkulosisAbsesRetrofaringeal.pdf/09

http://kliniksempurna.blogspot.com/2008/06/spondilitis-tuberkulosis.html

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf

http://akbarpai.blogspot.com/2008/05/spondylitis-tuberkulosa.html

http://stikep.blogspot.com