lp ppok
DESCRIPTION
widya gita yulianiTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RUANG
CEMPAKA RSUD BANYUMAS
DISUSUN OLEH
Widya Gita Yuliani
1411040095
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
1. Definisi
PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002)
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis /PPOK (Chronic Obstructive Pulmonary
Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner &
Suddarth, 2002)
Emfisema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner & Suddarth, 2002)
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran
yang masuk kedalam hidung.
2. Faring
Tekak atau faring mrupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan
jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Rongga tekak terbagi dalam 3 bagian, yaitu:
- Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring
- Bagian tengah yang sama tingginya dengan istimus fausium disebut
orofaring.
- Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak dibagian depan faring sampai
ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh sebuah simpang tenggorok yang
disebut epiglottis.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan, antara lain:
- Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (adam’s apple)
- Kartilago ariteanoid (2 buah)
- Kartilago krikoid (1 buah)
- Kartilago epiglottis (1 buah)
4. Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti
huruf C yang di bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh
selaput. Trakea terletak di antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi
bawah kartilago.Trakea mempunyai dinding fibroelastis yang panjang nya
sekitar 13 cm, berdiameter 2,5 cm dan dilapisi oleh otot polos. Diameter
trakea tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak sempit,
bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil lagi dekat
percabangan bronkus.
Bagian dalam trakea terdapat sel-sel bersilia untuk mengeluarkan
benda asing yang masuk. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut
karina yang terletak agak ke kiri dari bidang median.
b. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang
terdapat ketinggian vertebrata torakalis ke-4 dan ke-5.
Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea, yang dilapisi
oleh sejenis sel yang sama dengan trakea yang berjalan ke bawah menuju
tampuk paru-paru.
Bronkus terbagi menjadi dua cabang :
a. Bronkus prinsipalis dekstra.
Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan
dan mempercabangkan bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus,
bronkus prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis
medius, bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.
b. Bronkus prinsipalis sinistra.
Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal dibanding bronkus
kanan, panjangnya sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan
esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua,
yaitu bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.
Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih
banyakdengan diameter kira-kira 0,5 mm. bronkus yang terakhir
membangkitkan pernapasan dan melepaskan udara ke permukaan
pernapasan di paru-paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara
memperluas ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran udara antara oksigen dengan karbondioksida.
2. Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di dalam
kantong yang di bentuk oleh pleura parietalis dan viseralis. Kedua paru
sangat lunak, elastic dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan
terapung di air. Masing-masing paru memiliki apeks yang tumpul yang
menjorok ke atas mencapai bagian atas iga pertama.
Paru-paru kiri :
Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini
membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu :
a. Lobus superior, bagian yang terletak di atas dan di depan fisura.
b. Lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di
bawah fisura.
Paru-paru kanan :
Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique
(interlobularis primer) dan fisura transversal (interlobularis sekunder).
Kedua fisura ini membagi paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobius atas,
lobus tengah dan lobus bawah.
3. Pleura
Pleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu kantong
tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing
tidak berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.
a. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung
berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan
lobus-lobus dari paru-paru.
b. Lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan
denganfasia endotorakika dan merupakan permukaan dalam dari dinding
toraks.
c. Sinus pleura : tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura
diisi secara sempurna oleh paru-paru, baik kearah bawah maupun ke arah
depan. Kavum pleura dibentuk oleh lapisan pleura parietalis saja, rongga
ini disebut sinus pleura. Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru
memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi ditarik kembali dari rongga
tersebut.
4. Fungsi respirasi
Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernafas
lagi” mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta
mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta
pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.
Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :
1) Ventilasi
Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini
terdiri atas 2 tahap :
Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi
terjadi dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna
yang menyebabkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra
alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.
Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang
terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil
yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil
dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.
2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.
3) Transport gas
Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah (aliran darah).
4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Metabolisme
penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut
pernafasan seluler.
3. Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian
besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90%
kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status
pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alkohol
yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak
menderita PPOK.
4. Gejala Klinis
Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun
merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering
disalah-artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal.
Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning
atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering
dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan
bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat
melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju,
berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan
berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang
berat sehingga penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.
Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat
istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah
malfungsi kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah
ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat
pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi
batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak.
Biasanya, pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat
badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan
mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang
menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan
secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu,
pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis
sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin
melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan, penurunan
kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system
gastrointestinal. Pasien PPOK, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih
banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
Tanda dan gejala Bronkitis Kronik
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
Tanda dan gejala Emfisema
Dispnea
Takipnea
Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh
bidang paru
Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan
ekspirasi
Hipoksemia
Hiperkapnia
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan
5. Patofisiologi
Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga
mempengaruhi semua sistem tubuh yang artinya sama juga dengan mempengaruhi
gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan
pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernafasan, kemudian
mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan.
Patofisiologi Bronkitis Kronik
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan
sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak
lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit
dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi
rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag
alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk
bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik
yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru
yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.
Patofisiologi Emfisema
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu :
inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan;
kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi
udara ke alveoli yang berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang
kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan
peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi
karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan
karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis
respiratorius.
Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler
pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan
dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri
pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (cor pulmonal)
adalah salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai,
distensi vena leher atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal
jantung.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk
membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan
kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema
memperberat masalah.
Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan
aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik.
Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan
negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus
dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu
inflasi. Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan
membutuhkan upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada
menjadi kaku, dan iga-iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong
(barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru
karena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk
mengembang.
6. Pathways
Polusi bahan iritan(asap) atau rokok, riwayat kesehatan (ISPA)
Iritasi jalan nafas
Hipereksresi lendir dan inflamasi peradangan
Peningkatan sekret Peningkatan sel – sel goblet
Penurunan silia
Peningkatan produksi sputum
PPOK
Bronkiolus menyempit dan tersumbat
Nafas pendek
Gangguan pola nafas Alveoli mengalami kolaps Penurunan ventilasi paru
Kerusakan campuran gas
Hipoksemia
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Pola nafas tidak efektif
ADL dibantu
Bersihan jalan nafas tidak efektif
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Bronkitis Kronik
1) Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia
2) Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma
normal/mendatar
3) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan
volume ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas
paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat.
4) Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit
meningkat
b. Emfisema
1) Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta
dan jantung normal
2) Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV,
penurunan VC dan FEV
8. Penatalaksanaan Medis
Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah :
Inhalasi/nebulizer
Obat-obat bronkodilator.
Fisioterapi dan inhalasi terapi.
Prinsip fisioterapi dan terapi inhalasi adalah :
mengencerkan dahak
memobilisasi dahak
melakukan pernafasan yang efektif
mengembalikan kemampuan fisik penderita ketingkat yang optimal.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise,
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. SIRKULASI
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAP
dada)
Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan
sianosis perifer
Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. INTEGRITAS EGO
Gejala :
Peningkatan factor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
meninjukkan edema (bronchitis)
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
Penurunan berat badan, penurunan massa otot (emfisema)
Pa;pitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis)
5. HIGIENE
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan
6. PERNAFASAN
Gejala :
Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit
nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas (asma)
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis
kronis)
Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema)
Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan
dalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu
batubara, rami katun, serbuk gergaji)
Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang dengan
mendengkur, nafas bibir (emfisema)
Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar,
lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi sepanjang area
paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai
penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara dengan emfisema);
bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abu keseluruhan;
warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasien dengan
emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulit normal
meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.
Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7. KEAMANAN
Gejala :
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
Adanya/berulang infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
8. SEKSUALITAS
Gejala : penurunan libido
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala :
Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress
pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun
antara lain :
1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kontriksi bronkus
peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas tidak
efektif.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.
Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: - Infeksi, disfungsi
neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
DS:
- DispneuDO:- Penurunan suara nafas- Orthopneu- Cyanosis- Kelainan suara nafas
(rales, wheezing)- Kesulitan berbicara- Batuk, tidak efekotif atau
tidak ada- Produksi sputum- Gelisah- Perubahan frekuensi dan
irama nafas
NOC: Respiratory status :
Ventilation Respiratory status :
Airway patency Aspiration ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …………..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
Saturasi O2 dalam batas normal
Foto thorak dalam batas normal
Domain 11: keamanann/perlindunganKelas 2: cedera fisikKode 00031 Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning. Berikan O2 ……l/mnt, metode……… Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan Berikan bronkodilator :
- ………………………- ……………………….- ………………………
Monitor status hemodinamik Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab Berikan antibiotik :
…………………….…………………….
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
DO/DS:- Aritmia, takikardia,
bradikardia- Palpitasi, oedem- Kelelahan- Peningkatan/penurunan
JVP- Distensi vena jugularis- Kulit dingin dan lembab- Penurunan denyut nadi
perifer- Oliguria, kaplari refill
lambat- Nafas pendek/ sesak nafas- Perubahan warna kulit- Batuk, bunyi jantung
S3/S4- Kecemasan
NOC : Cardiac Pump
effectiveness Circulation Status Vital Sign Status Tissue perfusion:
periferSetelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil: Tanda Vital dalam
rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
Tidak ada distensi vena leher
Warna kulit normal
Domain 4: aktivitas/istirahatKelas 4: respons kardiovaskular/pulmonalKode: 00029NIC :Evaluasi adanya nyeri dada Catat adanya disritmia jantungCatat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putputMonitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantungMonitor balance cairanMonitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmiaAtur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahanMonitor toleransi aktivitas pasienMonitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneuAnjurkan untuk menurunkan stress Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung Monitor frekuensi dan irama
pernapasan Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen Sediakan informasi untuk mengurangi
stress Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkunganDiagnosa Keperawatan/
Masalah KolaborasiRencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau
imobilisasi Kelemahan menyeluruh Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
DS: Melaporkan secara
verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO :
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
NOC : Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Domain 4: aktivitas/istirahatKelas 4: respons kardiovaskular/pulmonalKode: 00093NIC :
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit perawatan diriBerhubungan dengan : penurunan atau kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
DO :ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting
NOC : Self care : Activity of
Daily Living (ADLs)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari
bau badan Menyatakan
kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
Domain : aktivitas/istirahatKelas 5: perawatan diriKode: 00108NIC :Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko : - Prosedur Infasif- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan
- Malnutrisi - Peningkatan paparan
lingkungan patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
- Penyakit kronik- Imunosupresi- Malnutrisi- Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)
NOC : Immune Status Knowledge : Infection
control Risk controlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Domain 11: keamanan/perlindunganKelas 1: infeksiKode: 00004NIC : Pertahankan teknik aseptif Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung Ganti letak IV perifer dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi
antibiotik:................................. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal Pertahankan teknik isolasi k/p Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase Monitor adanya luka Dorong masukan cairan Dorong istirahat Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC.
Doenges, Moorhouse, Geissler. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia. (2003). Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
NANDA. (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC
Sarwono, W. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI