laporan pendahuluan dhf

30
LAPORAN PENDAHULUAN DHF/DBD DHF (Dengue Haemoragic Fever) 1. Pengertian DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina).(Christantie Effendy, 1995). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman , 1990). DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996). DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986): 1) Derajat I

Upload: simon-frendiansyah

Post on 30-Sep-2015

34 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

DHF

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN DHF/DBD

DHF (Dengue Haemoragic Fever)

1.Pengertian

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina).(Christantie Effendy, 1995).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman , 1990).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):

1) Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3) Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

4) Dejara IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

2.Anatomi Fisiologi

Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya dilengkapi dengan sepasang kaki yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala terdiri atas mata, antena berbentuk poliform yang terdiri atas 15 segmen. Antena nyamuk betina disebut pilose dengan bulu-bulu yang lebih sedikit sedangkan yang jantan memiliki banyak bulu disebut plumose. Seperti halnya dengan serangga lain nyamuk memiliki sepasang mata majemuk oseli (mata tunggal). Di bagian dorsal toraks terdapat bentuk bercak yang keras berupa dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung di bagian tepi. Vena sayap meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 3,0 mm. Di bagian abdomen nyamuk betina berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang berukuran kecil, sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang disebuthypopygium.

Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya nyamuk betina menggit di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan tempat yang dekat dengan tempat peridukannya. Nyamuk A.aegypti memilliki kebiasaan menggigit berulang-ulang(multiple biters)yakni menggit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap peranannya sebagai vektor penyebab penyakit DBD ke beberapa orang dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap manusia pada saat melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.

Dalam perkembangan hidupnya nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu dari telur menetas menjadi larva (jentik), kemudian menjadi pupa dan selanjutnya menjadi nyamuk dewasa. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung sekurang-kurangnya selama 9 hari. Nyamuk dewasa baik jantan maupun betina membutuhkan glukosa sebagai bahan makanan yang dapat diperoleh dari cairan tumbuhan, sedangkan nyamuk betina membutuhkan protein-protein dari darah untuk pematangan sel telur setelah perkawinan. yamuk betina dewasa mulai menghisap darah setelah berumur 3 hari, setelah itu sanggup bertelur sebanyak 100 butir. Nyamuk betina mampu bertahan hidup 2 minggu lebih di alam, sedangkan nyamuk jantan setelah proses kawin dalam waktu 1 minggu akan mati. Nyamuk betina dapat terbang sejauh 20 meter, kemampuan normalnya adalah 40 meter.

3.EtiologiPenyebab utama : virus dengue tergolong albovirusVektor utama :

Aedes aegypti.

Aedes albopictus.

Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.

2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

3. Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.

1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak

terbang aedes aegypti 40-100 m.

2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters)

yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer,

1999).

4.Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

5.Tanda dan Gejala

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

1) Demam chiku nguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

2) Demam tyfoid

Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.

3) Anemia aplastik

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.

Meningkatnya suhu tubuh

Nyeri pada otot seluruh tubuh

Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita

Suara serak

Batuk

Epistaksis

Disuria

Nafsu makan menurun

Muntah

Ptekie

Ekimosis

Perdarahan gusi

Muntah darah

Hematuria masif

Melena

6.Komplikasi

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7.Pemeriksaan Diagnostik

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

2) Manifestasi perdarahan :

1. Uji tourniquet positif

2. Petekia, purpura, ekimosi

3. Epistaksis, perdarahan gusi

4. Hematemesis, melena.

3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

4) Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.

5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

8.Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.

2. Diet makan lunak.

3. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri

penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan

yang paling sering digunakan.

5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi

pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda

vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.

2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat

sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.

3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di

sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan

tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :1. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.

2. Tanpa insektisidaCaranya adalah:

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x

seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari).

2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain

yang memungkinkan nyamuk bersarang

9.Pengkajian KeperawatanData obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :1.) Lemah.2.) Panas atau demam.3.) Sakit kepala.4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.5.) Nyeri ulu hati.6.) Nyeri pada otot dan sendi.7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.) Konstipasi (sembelit).

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain:

1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.4) Hiperemia pada tenggorokan.5) Nyeri tekan pada epigastrik.6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :1) Ig G dengue positif.2) Trombositopenia.3) Hemoglobin meningkat > 20 %.4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.2) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.3) Waktu perdarahan memanjang.4) Asidosis metabolik.5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

10.Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

dinding plasma

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah baring.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume

cairan tubuh

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

11. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien dapat berkurang dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.

Suhu 36,80C-37,50C

Tekanan darah 120/80 mmHg

Respirasi 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Kaji saat timbulnya demam.

2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam

3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)

4. Berikan kompres hangat

5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Rasional:

1. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

2. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat

penurunan suhu tubuh.

5. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

6. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang dan menghilang dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan nyerinya hilang

Nyeri berada pada skala 0-3

Tekanan darah 120/80 mmHg

Suhu 36,80C-37,50C

Respirasi 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

Intervensi:

1. Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)

2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan

3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat

4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.

5. Ajarkan pasien teknik relaksasi

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

Rasional:

1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan/resolusi komplikasi

2. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

3. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk

menanggulangi nyeri.

4. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien relaksasi.

5. Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.

6. Memberikan penurunan nyeri.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

Tujuan dan kriteria hasil:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam diharapkan perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria:

Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

Menunjukkan tingkat energi biasanya

Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi:

1. Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.

2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan oleh pasien

3. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

4. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program

diit.

5. Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai

indikasi

6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

Rasional:

1. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik

3. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)

4. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makan,

kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang

5. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga

untuk memahami nutrisi pasien

6. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi

pasien tercukupi.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma

Tujuan dan kriteria hasil:Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg

RR 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

Turgor kulit baik

Haluaran urin tepat secara individu

Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.

2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya

4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan

6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas

yang dapat ditoleransi jantung.

7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak

teratur

9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau

pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

Rasional:

1. hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi

2. pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto

asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi

3. demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.

4. merupakan indicator dari dehidrasi

5. memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan.

6. mempertahankan volume sirkulasi.

7. kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan

cairan dan elektrolit.

8. pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan

beban cairan

9. mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah baring

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria hasil:

Pergerakan pasien bertambah luas

Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan)

Rasa nyeri berkurang

Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan

Intervensi:

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas.

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui

kemampuan

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian analgesik)

Rasional:

1. mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

2. Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan

keperawatan

3. melatih otot otot kaki sehingga berfungsi dengan baik

4. Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi

5. Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik dengan kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg

RR 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

Turgor kulit baik

Haluaran urin tepat secara individu

Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi:

1. Monitor keadaan umum pasien

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

3. Monitor tanda perdarahan

4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

5. Berikan transfusi sesuai program dokter

6. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

Rasional:

1. memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi

perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.

2. tanda vital normal menandakan keadaan umum baik

3. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok

hipovolemik

4. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien

sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut

5. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang

6. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

Tujuan dan kriteria hasil:Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan kriteria hasil:

Tekanan darah 120/80 mmHg

Trombosit 150.000-400.000

Intervensi:

1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

3. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut

4. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

Rasional:

1. Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.

2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan

3. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin

4. Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan

DAFTAR PUSTAKASunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.