laporan pbl iii blok repro 2010-unfinished yet

38
LAPORAN PBL III Tutor Pembimbing: dr. Ika Murti Harini Kelompok 11 1. Syifa'u Rakhmi G1A008037 2. Ai Irma Siti Rahmah G1A008038 3. Anggi Anggian D G1A008072 4. Noni Frista Al- Azhari G1A008088 5. Agha Chandra Sari G1A008089 6. Muhammad Taufiqurrahman G1A008093 7. Rizki Zakiah G1A008094 8. Angga Aswi Yanda G1A008095 9. Margareta G R I S G1A008113 10. Rifka Fathnina G1A008133 DEPATEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: jayjay-amburadul-buanget

Post on 31-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

LAPORAN PBL III

Tutor Pembimbing:

dr. Ika Murti Harini

Kelompok 11

1. Syifa'u Rakhmi G1A008037

2. Ai Irma Siti Rahmah G1A008038

3. Anggi Anggian D G1A008072

4. Noni Frista Al- Azhari G1A008088

5. Agha Chandra Sari G1A008089

6. Muhammad Taufiqurrahman G1A008093

7. Rizki Zakiah G1A008094

8. Angga Aswi Yanda G1A008095

9. Margareta G R I S G1A008113

10. Rifka Fathnina G1A008133

DEPATEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2010

Page 2: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

INFORMASI –I :

Ny Luna usia 29 tahun, akhir-akhir ini merasakan kecemasan dan depresi yang cukup

berat, karena menurut pemeriksaan dokter yang terakhir yaitu 2 bulan yang lalu dinyatakan

menderita tumor di kandungannya. Masalah ini sudah disampaikan kepada suaminya, yaitu

Tn. Jono (30 tahun). Ny Luna juga merasa khawatir dan takut jika dioperasi, karena

mereka selama berumah tangga 2 tahun belum juga dikaruniai momongan. Yang dipikirkan

apakah dengan dioperasi nanti, justru akan bertambah sulit untuk mempunyai anak. Oleh

karena itu, selama 2 bulan ini Ny Luna berusaha mendatangi pengobatan Alternatif yang

dijanjikan bisa sembuh tanpa operasi, namun sampai sekarang belum membuahkan hasil,

malah tumornya dirasakan semakin bertambah besar.

Kemudian pada akhirnya, Ny Luna dengan ditemani suaminya mendatangi RS

Margono untuk konsultasi dan menjalani pemeriksaan lagi.

Dari hasil anamnesa di poliklinik Obstetri dan Ginekologi didapatkan informasi

sebagai berikut :

Keluhan utama: jika menstruasi nyeri; riwayat menstruasi terakhir: HPHT: 25

Oktober 2009; Pola siklus haid 3 bulan terakhir adalah teratur, siklus mens 28–30 hari;

lama haid: rata-rata 5-7 hari, volume darah mens: normal,

Disamping nyeri saat haid, nyeri juga dirasakan saat koitus.

I. Batasan Masalah

1. Identitas Pasien

a. Nama : Ny. Karin

b. Usia : 29 tahun

2. Keluhan utama : Nyeri Haid

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Onset : -

Gejala Penyerta : Nyeri Koitus

4. Riwayat Sosial : merasa cemas dan depresi setelah didiagnosis

terkena tumor kandungan oleh dokter

Page 3: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

5. Riwayat Obstetri : Infertil primer

II. Analisis Masalah

III.Pembahasan Masalah

Informasi II:

Pemeriksaan fisik :

Keadaan Umum : baik, kompos mentis, tidak anemis, tidak sesak

nafas, status gizi cukup

Berat badan : 45 kg, Tinggi badan : 152 cm

Vital Sign : dalam batas normal.

Status internus (praesens) : tidak ada kelainan

Status Ginekologis :

Inspeksi : perut buncit di bawah, tidak ada jaringan parut

bekas operasi sebelumnya

Palpasi : teraba massa tumor dengan ukuran

Batas atas : 2 jari di bawah umbilicus

Batas kanan dan kiri : linea medioklavikularis kanan dan kiri

Batas bawah : kesan pole bawah masuk dalam rongga panggul

Konsistensi tumor. Lunak, kistik, permukaan rata

Mobilitas tumor cukup, kesan tidak ada perlengketan

Tidak nyeri tekan pada adneksa kanan atau kiri

Perkusi : tes undulasi (-), pekak alih pekak sisi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal; methalic sound (-)

Interpretasi informasi II :

Page 4: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Intepretasi informasi 2 menunjukkan bahwa pada hasil pemeriksaan pada pasien

tidak menunjukkan adanya kelainan. Pemeriksaan status ginekologis pada pasien

menunjukkan adanya beberapa kelainan. Hasil inspeksi terlihat perut buncit di abdomen

bawah yang menunukkan adanya massa sehingga menyebabkan perut membesar. Hasil

palpasi teraba massa tumor dengan konsistensi tumor lunak, kistik, permukaan teraba rata,

mobilitas tumor cukup, dan tidak ada perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Hasil

palpasi ini menunjukkan bahwa tumor tersebut bersifat jinak. Hasil perkusi dan auskultasi

tidak menunjukkan adanya kelainan.

Informasi III:

1. Pemeriksaan dalam

Inspekulo:

a. Vulva, uretra, dan vagina tidak ada kelainan

b. Serviks: ukuran sejempol kaki orang dewasa, tidak ada lesi seperti erosion, tumor,

polip

c. OUE tertutup, fluor albus (-), fluksus (-)

d. Dinding mukosa vagina licin, tidak ada infiltrate di mukosa vagina, ruggae

dbn

2. Pemeriksaan bimanual

a. Uterus teraba ukuran sebesar telur ayam, posisi antefleksi

b. Teraba massa tumor, konsistensi kistik, permukaan rata, tidak berlobus-lobus

c. Ukuran batas atas 2 jari bawah umbilicus, batas kanan-kiri linea medioklavikularis

kanan-kiri, batas bawah: pole bawah tumor kesan rongga panggul, mobilitas cukup

d. Nyeri tekan parametrium kanan-kiri tidak ada

e. Nyeri goyang porsio (-); forniks posterior vagina tidak menonjol

Interpretasi Info III

Page 5: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan vulva, uretra, dan vagina tidak ada kelainan

atau normal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat infeksi, laserasi, dan massa di

ketiga daerah tersebut. Ukuran serviks yang sejempol kaki orang dewasa, dan tidak

ditemukannya lesi seperti erosi, tumor, atu polip menunjukkan bahwa serviks dalam

keadaan normal. OUE tertutup menandakan tidak ada gangguan seperti tumor atau

inflamasi di sana. Fluor albus (keputihan) dan fluksus (aliran) didapatkn negative. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien sedang tidak mengalami keputihan dan menstruasi (Dorland,

2002; Wiknjosastro, 2005).

Uterus dalam keadaan normal karena masih teraba sebesar telur ayam dengan posisi

antefleksi menunjukkan bahwa kista tersebut tidak berada di uterus. Massa tumor yang

teraba mempunyai konsistensi kistik, permukaan rata, dan tidak berlobus-lobus. Keterangan

tersebut menunjukkan bahwa massa adalah tumor jinak yang berbentuk kista yang tidak

unikolular atau tidak berlobus-lobus. Batas-batas kista tersebut yaitu batas atas: 2 jari

bawah umbilicus, batas kanan-kiri: linea medioklavikularis kanan-kiri, batas bawah: pole

bawah tumor kesan rongga panggul. Berdasarkan keterangan batas-batas tersebut dapat

diketahui bahwa kista tersebut besar dan unilokuler. Kista tersebut juga mempunyai

mobilitas yang cukup, sehingga semakin membantu mengarahkan bahwa tumor ini

merupakan tumor jinak. Tidak adanya nyeri parametrium kanan-kiri menunjukkan bahwa

kista ini tidak mengganggu kedua tuba uterina. Tidak adanya nyeri goyang porsio dan

penonjolan forniks posterior vagina menunjukkan bahwa kista tersebut tidak berada di

uterus (Wiknjosastro, 2005).

Informasi IV:

Hasil laboratorium darah :

Hb : 11 gr%; Ht : 28%; Thrombosit : 300.000/mm3; Leukosit : 10.000/mm3;

CT dan BT dalam batas normal, APTT : 10 menit, PTT : 3 menit, Ureum darah : 20/mm3;

Creatinin darah : 0,7/mm3; SGOT : 12; SGPT : 20

AF : normal

Diagnosis Kerja :

Page 6: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

1. Kistoma Ovarii

2. Infertilitas Primer 2 tahun

Interpretasi informasi IV :

Hasil interpretasi informasi 4 tentang pemeriksaan lab menunjukkan bahwa terdapat

beberapa kelainan. Pasien tersebut mengalami anemia sesuai dengan kadar Hb dan Ht yang

turun. APTT dan PTT memanjang menunjukkan factor koagulasi memanjang. Pemeriksaan

lab yang lain tidak menunjukkan adanya kelainan.

Informasi V:

Laporan operasi :

Pasien dilakukan laparotomi kistektomi sinistra dengan adhesiolisis pada ovarium sinistra

dan tuba sinistra. Durante operasi : kista ovarium kiri rupture saat dilakukan diseksi kapsul

kista keluar cairan konsistensi kental berwarna coklat kehitaman, mengotori seluruh

lapangan operasi di kavum peritoneum. Sebagian massa tumor melekat dengan salping kiri

dan sisi uterus. Ukuran uterus 8x8x6 cm3 antefleksi. Ovarium dan tuba faloppi kanan dalam

batas normal.

Tes patensi tuba : tuba kiri nonpatent; tuba kanan patent

Interpretasi informasi V :

Hasil intepretasi info 5 tentang laporan operasi menujukkan bahwa pasien dilakukan

adhesiolisis (melepas perlengketan antara uterus dan ovarium dengan jaringan kista).

Terjadi rupture pada saat dilakukan diseksi kista sehingga keluar cairan cairan sehingga

mengotori seluruh lapangan operasi kavum peritoneum, dan terlihat massa dengan ukuran

uterus 8x8x6 cm3 antefleksi.

Tuba kiri non patent: bisa disebabkan karena komplikasi dari operasi pengankatan

kista yang dilakukan. Hal ini berarti tuba uterine pars sinistra mengalami infertilitas.

Tuba kanan paten: hal ini berkaitan dengan fertilitas pasien, ini menunjukkan kalau

pasien masih bisa mempunyai anak. Karen atuba kanan masi bisa berovulasi.

Page 7: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

I. Analisis Masalah

1. Gambaran radiologi dan USG pada pemeriksaan tumor

2. Klasifikasi neoplasma secara umum

3. Kista ovarium

4. Tumor marker atau penanda tumor

5. Tes fungsi patensi tuba

6. Tujuan Laparotomy, indikasi dan komplikasinya

7. Komplikasi Laparotomy

8. Histerecopy beserta indikasi dan kontraindikasinya

9. Salphingoophorocystectomy

10. Penatalaksanaan kista ovarium

II. Pembahasan Masalah

1. Gambaran radiologi dan USG pada pemeriksaan tumor

Gambaran Radiologi Kista Ovarium

Gambaran radiologis kista ovarium dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos pelvis,

ultrasonografi, nuclear medicine, CT-Scan, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Foto Polos Pelvis

Page 8: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Ultrasonografi Kista Ovarium

1. Dapat membantu untuk mengetahui karakteristik dari kista ovarium

2. Kista unilokuler dan memiliki dinding tipis yang mengelilingi suatu kavitas

yang terdiri dari terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam

kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista . Kista ini tidak mungkin

menjadi suatu kanker. Sebagian besar kista tersebut adalah folikular fungsional atau

kista luteal kistadenoma serosa atau kista inklusi.

3. Kista kompleks memiliki lebih dari satu ruangan/septa (multiokular) , dinding

tebal, proyeksi ke dalam lumen atau pada permukaan atau kondisi abnormal dalam isi

kista. Kista maligna biasanya termasuk dalam kategori ini.

4. Kista hemoragik, endometrioma dan dermoid pada pemeriksaan sonogram

memiliki karakteristik yang dapat membantu untuk membedakannya dari kista maligna

kompleks.

5. Sonogram tidak dapat membantu untuk membedakan hidrosalpin, paraovarian,

dan kista tuba dari kista ovarium.

6. Ultrasonografi endovaginal dapat menguraikan secara rinci struktur morfologi

pelvis.

7. Ultrasonografi transabdominal lebih baik daripada endovaginal ultrasonografi

untuk evaluasi besarnya massa dan menilai struktur intraabdominal lain seperti ginjal,

hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam

keadaan vesica urinaria terisi/penuh.

Patologi Anatomi Kista Ovarium

Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair yang

tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput

semacam jaringan. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur.

Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak

dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Page 9: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Ini adalah kista benigna ovarium. Kemungkinan kista ini adalah kista folikuler.

Kadang-kadang kista dapat mencapai ukuran tertentu dalam sentimeter dan, jika terjadi

ruptur dapat menyebabkan nyeri pada perut.

Teratoma ovarium atau dermoid cyst terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak

dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak.

Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala

rasa sakit bila kista terpuntir/pecah.

2. Kista ovarium dan Klasifikasi pembagian kista

Klasifikasi Tumor Jinak pada Ovarium

A. Tumor nonneoplastik

1. Tumor akibat radang

2. Tumor lain

Page 10: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

a. Kista folikel

b. Kista korpus luteum

c. Kista lutein

d. Kista inklusi germinal

e. Kista endometrium

f. Kista Stein-Leventhal

B. Tumor Neoplastik Jinak

1. Kistik

a. Kistoma ovarii simpleks

b. Kistadenoma ovarii serosum

c. Kistadenoma ovarii musinosum

d. Kista endometroid

e. Kista dermoid

2. Solid

a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,

limfangioma.

b. Tumor Brenner.

c. Tumor sisa adrenal.

3. Kista ovarium

Neoplastik Ovarium Jinak

1. Kista

Tabel 1. Jenis-jenis kista neoplastik jinak dan karakteristiknya

Jenis kista Karakteristik

Kistadenoma

ovarii simpleks

Permukaan licin, rata, mobilitas +, tidak

bernodul

Kistadenoma

ovarii serosum

Kista uni- atau parvilokular, bilateral, ukuran

sedang

Page 11: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Permukaan berbenjol (papil), halus, putih-

kelabu

Isi cairan serous, dibatasi epitel kuboid

simpleks

Bila ada ≥ 2 lapis inti hiperkromatik =

borderline malignancy (lesi borderline), yaitu

lesi yang berpotensi keganasan

Kistadenoma

ovarii

musinosum

Kista unilateral, multilokular

Dibatasi epitel kolumner tinggi, inti di basal

Dapat tumbuh besar sehingga dindingnya

tegang, tidak tumbuh papil

Pembesaran akibat cairan mucous yang

diproduksi kista terus-menerus

Dinding kista menonjol ke luar dan

membentuk lekukan leher penonjolan; leher

ini mengalami oklusi

Kista dapat ruptur, melepaskan sel yang

melekat pada peritonitis maupun omentum

Kista

endometriosis

Tumor padat atau kistik; berasal dari

endometriosis

Massa menonjol pada dinding kista berisi

cairan coklat

Jaringan pelapis rongga kistik adalah kelenjar

tubuler

Memiliki lesi borderline

Cenderung ganas

Kista dermoid Berasal dari sel germinal

Mengandung epitel, mesoderm, dan endotel

Page 12: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Kista berisi rambut, gigi, sekret glandula

sebacea

Pada wanita usia 20 – 40 tahun

2. Solid

Tabel 1. Jenis-jenis neoplastik jinak solid dan karakteristiknya

Jenis kista Karakteristik

Fibroma ovarii Terdiri ats jaringan ikat dan mesenkim

ovarium (fibrotekoma)

Konsistensi kenyal-keras, warna putih

Bertangkai

Bila terjadi sumbatan tidak total pembuluh

darah atau limfe = ascites disertai hidrothoraks

Bila terjadi sumbatan total = infark massif

Fibroma + ascites + hidrothoraks = Sindroma

Meigs

Tumor Brenner Tumor ovarium unilateral padat

Terdiri atas stroma dengan sarang epitel

transisional; sarang tersebut bersifat kistik dan

dilapisi sel silindris mukoid

Tumor berkapsul licin, warna putih abu-abu

Ukuran diameter hingga 20 cm

Berasal dari epitel permukaan atau epitel

urogenital

Tumor berbentuk nodus

4. Tumor marker

Page 13: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Petanda tumor (tumor marker) merupakan berbagai substansi yang disekresikan

oleh sel kanker atau sel jinak ke dalam cairan ekstraseluler sebagai respons terhadap

adanya kanker (Bigbee, 2003).

A. Petanda Tumor Serologik.

Substansi yang diproduksi oleh sel kanker dan dilepaskan oleh sel

jinak sebagai respons terhadap adanya kanker pada umumnya berupa

makromolekul atau protein dengan komponen karbohidrat atau lipid

sehingga dapat dikelompokkan sebagai antigen, yang kadarnya dalam

darah atau cairan tubuh lain dapat diukur secara kuantitatif. Kadar yang

meningkat ini dalam batas-batas tertentu menunjukkan korelasi dengan

pertumbuhan tumor (Bigbee, 2003).

1. Petanda respons penderita (host response marker)

Petanda respons penderita pada umumnya dikaitkan dengan adanya

inflamasi, baik sebagai respons terhadap keberadaan tumor itu

sendiri, sebagai respons terhadap proses destruksi jaringan normal

akibat invasi kankler maupun respons terhadap infeksi yang

berkaitan dengan kanker. Petanda tumor yang sering digunakan

dalam klinik adalah fosfatase alkali, γ GT, CRP, α2-makroglobulin

dan lain-lain (Bigbee, 2003).

2. Petanda pertumbuhan dan destruksi sel (cell turnover marker)

Cell turnover marker yang sudah lama dikenal adalah LDH,

fosfatase alkali plasenta dan asam sialat (scialic acid) yang

merupakan produk sel yang mengalami destruksi, misalnya

sitokeratin CK8, CK18 dan CK19 atau Cyfra21.1. (Bigbee, 2003).

3. Petanda proliferasi (proliferation marker)

Petanda proliferasi dilepaskan oleh sel-sel yang sedang membelah

diri secara aktif dan merupakan indikator aktivitas pertumbuhan

kanker. Beberapa contoh petanda tumor golongan ini adalah Ki67,

Page 14: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

PCNA (proliferating cell nuclear antigen) dan TPS (tissue

polypeptide specific antigen (Bigbee, 2003).

4. Petanda diferensiasi (differentiation marker)

Petanda diferensiasi adalah substansi yang diproduksi oleh sel atau

jaringan tertentu, termasuk di antaranya berbagai jenis protein,

enzim, isoenzim dan hormon. Tumor yang berasal dari sel

bersangkutan biasanya memproduksi substansi secara berlebihan.

Peran terpenting pengukuran kadar petanda diferensiasi adalah

menentukan etiologi tumor atau jenis tumor primer pada penderita

dengan metastasis yang asalusul tumor primernya tidak jelas.

Beberapa di antaranya adalah PSA (prostate specific antigen) yang

digunakan untuk mendeteksi kanker prostat, β-HCG (human

choriogonadotropin) yang digunakan untuk memantau penderita

pasca mola hidatidosa dan deteksi dini koriokarsinoma serta tumor

sel germinal yang lain. Protein lain yang banyak digunakan adalah

AFP (alfafetoprotein) yaitu protein onkofetal yang hingga saat ini

dianggap sebagai petanda tumor yang relatif spesifik untuk kanker

hati, CA15.3 dan MUC-1 untuk kanker payudara, SCC (squamous

cell carcinoma antigen) untuk kanker leher rahim dan kanker lain

yang berasal dari sel skuamosa, CA125 untuk kanker ovarium

CA19.9 untuk kanker pankreas dan kolorektal, dan CEA

(carcinoembryonic antigen) untuk jenis kanker yang berasal dari

jaringan embrional. Perkembangan terakhir mengungkapkan bahwa

berbagai jenis sitokin dan reseptornya yang terlarut juga dapat

digunakan sebagai petanda tumor, misalnya IL-2 dan sIL-2R, IL-6

dan sIL-6R, TNF-α dan beberapa jenis sitokin lain. Seperti halnya

petanda tumor serologik yang lain, dinamika perubahan kadar

sitokin dalam serum juga sesuai dengan progresi dan regresi tumor

(Bigbee, 2003).

Page 15: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

B. Petanda Tumor Seluler

Sel yang berubah menjadi ganas mengalami transformasi secara biologis dan

biasanya hal itu mengakibatkan perubahan sifat dan fungsi yang menetap.

Walaupun belum ada petanda morfologis yang hanya terdapat pada sel

kanker dan tidak terdapat pada sel normal, ada beberapa ciri yang sering

dijumpai pada populasi sel ganas. Transformasi ini dapat diidentifikasi

sebagai perubahan struktur berbagai komponen seluler dan atau perubahan

sifat dan kecepatan pertumbuhan, dan hal-hal inilah yang diidentifikasi

sebagai petanda keganasan / petanda tumor seluler (Bigbee, 2003).

Penanda tumor yang berhubungan dengan kanker ovarium

Penanda Tumor Tipe Tumor Ovarium

CA-125

CA-19-9

Alfa-fetoprotein

hCG

Laktat

dehidrogenase

\

Carcinoembrionic

antigen

Adenokarsinoma epithelium

nonmusinosum

Adenokarsinoma epithelium musinosum

Tumor sinus endodermal Karsinoma sel embrional

Karsinoma sel embrional

Koriokarsinoma

Disgerminoma

Page 16: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Adenokarsinoma epithelium

musinosum

(Rayburn, 2001).

Klasifikasi lain dari petanda tumor berdasarkan :  

a. Produk yang dihasilkan oleh sel tumor itu sendiri (tumor – derived

product).     

Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang

dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga dihasilkan oleh

sel normal yang ”undifferentiated” tetapi dalam jumlah yang sangat kecil.

Dan kadar senyawa ini akan meningkat secara bermakna pada penderita

kanker.      Contoh :      -  Carcinoembryonic Antigen (CEA)      -  Alfa –

Fetoprotein (AFP).

b. Produk yang menyertai proses keganasan (tumor – associated product).

Produk ini merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai

akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat secara

bermakna pada penderita kanker.Contoh: -  Carbohydrate Antigen 19 – 9

(CA 19 – 9)-  Cancer Antigen 125 (CA 125)-  Ferritin-  B2

MicroglobulinNILAI “CUT - OFF values “         

NILAI NORMAL

CEA : 0 – 5 ng/mL (CMIA)

AFP : < 13.4 ng/mL (CMIA)

Ca 15-3 : < 31.3 U/mL (MEIA)

Ca 125 : 0 – 35 U/mL (ELFA)

Ca 19-9 : < 37 U/mL (ELFA)

PSA : <= 4 ng/mL (MEIA)

Page 17: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

5. Tes patensi tuba

Tes patensi tuba, yaitu tes untuk membuktikan apakah saluran tuba lancar atau

tersumbat sehingga bila tersumbat sekalian dapat dilakukan perbaikan. Dalam

kondisi menstruasi tidak bisa dilakukan tes patensi tuba ini. Pertubasi ( Uji

Rubin ) untuk memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2

melalui kanula / kateter Foley yang dipasang pada kanalis servikalis. Apabila

terdapat patensi tuba : gas akan mengalir bebas ke dalam cavum peritonei,

tekanan gas naik dan bertahan sampai 200 mmHg (sumbatan), tekanan gas 80 –

100 mmHg (patensi tuba).

Pd auskultasi : tiupan gas msk kedlm cavum peritonei spt “bunyi jet”

Nyeri bahu setelah pemeriksaan (pengumpulan gas di bawah diafragma)

Kontra indikasi :

a. Kehamilan

b. Peradangan alat kelamin

c. Perdarahan uterus

d. Kuretase baru dilakukan

Saat pemeriksaan : setelah haid bersih & sebelum ovulasi (hr ke-10 siklus haid).

6. Tujuan Laparotomy, indikasi dan metode-metode operasinya

Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral

yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan

diagnosa.

Indikasi laparoptomy :

Semua kelainan intraabdomen yang memerlukan operasi baik darurat maupun

elektif, seperti Hernia diafragmatika, aneurisma aorta torakolis dan aorta

abdominalis, kelainan oesofagus, kelainan liver, dan kelainan pada alat reproduksi

wanita.

Insisi laparotomy :

a. Midline Epigastric Insision (irisan median atas)

Page 18: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc.

Xiphoideus hingga 1 cm diatas umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat

extraperitoneal, dan peritoneum dipisahkan satu persatu. Membuka

peritoneum dari bawah.

b. Midline Subumbilical Insision (irisan median bawah)

Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas.

Irisan median atas dan bawah dapat disambung dengan melingkari

umbilikus. Peritoneum harus dibuka dengan sangat hati-hati. Cara yang

paling aman adalah membukany adengan menggunakan dua klem artery,

yang dijepitkan dengan sangat hati-hati pada peritoneum. Kemudian

peritoneum diangkat dan sedikit diggoyang-goyang untuk memastikan tidak

adanya struktur dibawahnya yang ikut terjepit. Kemudian peritoneum

diinsisi dengan menggunakan gunting. Insisi diperlebar dengan memasukkan

2 jari kita yang akan dipergunakan untuk melindungi struktur dibawahnya

sewaktu kita membuka seluruh peritoneum. Bila penderita pernah

mengalami laparotomi dengan irisan median, sebaiknya irisan ditambahkan

keatas atau bawah dan membuka peritoneum diatas atau dibawah irisan

lama. Setelah peritoneum terbuka organ abdomen dipisahkan dengan hati-

hati dari peritoneum. Pada kasus emerjensi, lebih baik melakukan irisan

median.

c. Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional)

Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-

kira 2,5-5 cm dari garis tengah. Insisi dilakukan vertical, diatas sampai

bawah umbilkikus, m.rectus abdominis didorng ke lateral dan peritoneum

dibuka juga 2.5 cm lateral dari garis tengah. Pada irisan dibawah umbilikus

diperhatikan epigastrica inferior yang harus dipisahkan dan diikat.

d. Lateral Paramedian Insision

Adalah modifikasi dari Paramedian Insision yang dikenalkan oleh Guillou et

al. Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional Secara teoritis,

Page 19: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

teknik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan

insisional hernia dan lebih baik dari yang konvensional.

e. Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect)

Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional, hanya otot rectus

pada insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada 1/3

tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6 tengahnya. Insisi ini berguna untuk

membuka scar yang berasal dari insisi paramedian sebelumnya.

Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih besar.

f. Kocher Subcostal Insision

Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan empedu

dan saluran empedu. Insisi dilakukan mulai dari garis tengah, 2,5-5 cm di

bawah Proc. Xiphoideus dan diperluas menyusuri batas costa kira-kira 2,5

cm dibawahnya, dengan memotong muskulus rektus dan otot dinding

abdomen lateral.

g. Irisan McBurney Gridiron – Irisan oblique

Dilakukan untuk kasus Apendisitis Akut Dan diperkenalkan oleh Charles

McBurney pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul.

h. Irisan Rocky Davis

Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease, irisan ini

lebih kosmetik.

i. Pfannenstiel Insision

Insisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan

akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal

retropubic prostatectomy. Insisi dilakukan kira-kira 5 cm diatas symphisis

Pubis skin crease sepanjang ± 12 cm. Fascia diiris transversal, muskulus

rektus dipisahkan ke lateral dan peritoneum dibuka secara vertikal.

j. Insisi Thoracoabdominal

Insisi Thoracoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat cavum

pleura dan cavum abdomen menjadi satu. Dimana insisi ini akan membuat

Page 20: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

akses operasi yang sangat baik. Insisi thorakoabdominal kanan biasanya

dilakukan untuk melakukan emergensi ataupun elektif reseksi hepar Insisi

thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan reseksi dari

bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari lambung.

Penderita berada dalam posisi “cork-screw”. Abdomen diposisikan kira-kira

45° dari garis horizontal, sedangkan thorax berada dalam posisi yang

sepenuhnya lateral. Insisi pada bagian abdomen dapat merupakan midline

insision ataupun upper paramedian insision. Insisi ini dilanjutkan dengan

insisi oke spasi interkostal VIII sampai ujung scapula.

Setelah abdomen dibuka, insisi pada dada diperdalam dengan menembus

m.latissimus dorsi, serratus anterior, dan obliquus externus dan

aponeurosisnya. Insisi pada abdomen tadi dilanjutkan hingga mencapai batas

costa

M.Intercostal 8 dipisahkan untuk mencapai cavum pleura. Finochietto chest

retractor dimasukkan pada intercostal 8 dan pelan-pelan di buka. Dan

biasanya kita tidak perlu untuk memotong costa.

Diphragma dipotong melingkar 2 – 3 cm dari tepi dinding lateral toraks

sampai hiatus esofagus untuk menghindari perlukaan n.phrenicus. Pada

akhir operasi dipasang drain toraks lewat irisan lain.

Penutupan dari insisi ini adalah dimulai dengan menjahit diaphragma secara

matras 2 lapis dengan benang non absorbabel, otot dada dan dinding

abdomen dijahit lapis demi lapis.

7. Komplikasi Laparotomy

8. Histerekopi beserta indikasi dan kontraindikasinya

Definisi

Histeroskopi adalah prosedur yang memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam

rahim pasien untuk mendiagnosa dan mengobati penyebab perdarahan abnormal.

Page 21: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Histeroskopi dilakukan dengan menggunakan histeroskop, sebuah tabung tipis

bercahaya yang dimasukkan ke dalam vagina untuk memeriksa serviks dan dalam

uterus. Histeroskopi dapat berupa diagnostik maupun operatif.

Klasifikasi

1. Histeroskopi diagnostik

Diagnostik histeroskopi digunakan untuk mendiagnosa masalah rahim. Diagnostik

histeroskopi juga digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes lain, seperti

hysterosalpingography (HSG). HSG adalah pewarna sinar-X uji yang digunakan

untuk memeriksa rahim dan saluran tuba.

Selain itu, histeroskopi dapat digunakan dengan prosedur lainnya, seperti

laparoskopi, atau sebelum prosedur seperti dilatasi dan kuretase (D & C). Dalam

laparoskopi, dokter akan memasukkan endoskop (tabung ramping dilengkapi

dengan kamera serat optik) ke dalam perut pasien untuk melihat bagian uterus,

ovarium dan saluran tuba. Endoskopi yang dimasukkan melalui sayatan dilakukan

melalui atau di bawah pusar Anda.

2. Histeroskopi operatif / terapeutik

Histeroskopi operatif digunakan untuk memperbaiki kondisi abnormal yang telah

terdeteksi selama histeroskopi diagnostik. Jika kondisi abnormal terdeteksi selama

histeroskopi diagnostik, sebuah histeroskopi operasi seringkali dapat dilakukan pada

saat yang sama, menghindari kebutuhan untuk operasi kedua.

Indikasi

1. Diagnostik

a. Evaluasi infertilitas

b. Polip endometrium

c. Leiomyoma uteri

d. Adhesi intraunterin

2. Operatif/ terapeutik

a. Sterilisasi

b. Anomali uteri lainnya

Page 22: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Kontra indikasi

a. Penyakit radang panggul : dapat menyebabkan penyebaran infeksi

b. Profuse uterine bleeding

c. Penyakit jantung

d. Asidosis metabolic

e. Kehamilan

f. Kanker serviks

g. Servikal stenosis

h. Operator yang kurang pengalaman melakukan histeroskopi.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja memasukkan alat histeroskopi melalui vagina, leher rahim dan rongga

rahim. Dengan aliran ’’infus normal saline’’ maka rongga rahim akan terbuka,

sehingga histeroskopi melihat isi rongga dan gambar ini disalurkan ke monitor.

Dengan penggunaan infus sebagai media maka organ-organ rahim tidak akan

bersentuhan dengan histerokopi. Sehingga kerusakan akan sangat minimal dan

dokter akan dapat lebih mudah melihat kelainan seperti tumor, polip atau

perdarahan yang menyebabkan sumbatan pada saluran telur yang menyebabkan

kemandulan. Biasanya, pasien perlu diberikan NSAID sebagai penghilang rasa nyeri

yang diminum sebelum dan sesudah histeroskopi, ini untuk  mengurangi spasme

atau kontraksi rahim.

9. Salpingoophorocystectomy

Penanganan kista ovarium (salpingo-ooforektomi)

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika ada operasi tumor sudah

cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal,

biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-

ooforektomi). Pada watu pengangkatan kista sedapat-dapatnya diusahakan

mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah

timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika

Page 23: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan

tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan

tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan

pemeriksaan histologik ditempat-tempat yang mencurigakan terhadap

kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa

pula.

10. Penatalaksanaan kista ovarium

Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan

sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun

tidak akan menimbulkan gejala yang berarti. Kista jenis ini termasuk jinak dan tidak

memerlukan penanganan medis.

Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan pemeriksaan

USG. Kebanyakan pasien dengan kista ovarium simple berdasarkan hasil

pemeriksaan USG tidak dibutuhkan pengobatan. Meskipun demikian, pengawasan

tetap harus dilakukan terhadap perkembangan kists ampai dengan beberapa siklus

menstruasi. Bila memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat

diabaikan karena akan mengecil sendiri.

Pendekatan

Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan tanpa

gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan

pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara

periodic untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi

pilihan bagi wanita pascamenopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang

dari 5 cm.

Pil Kontrasepsi

Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan

ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan

kista.

Page 24: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Pembedahan

Jika kista ovarium tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi, semakin

besar, lakukan pemeriksaan ultrasound, nyeri, pada masa postmenopouse, dokter

harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan bedah yang utama, yaitu: Laparoskopi

dan Laparatomy.

Pembedahan dimulai dengan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan

dengan membuat lubang kecil 3 buah lubang (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar

perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat

yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar

monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain, misalnya

laser yang akan mengangkat kista ovarium.

DAFTAR PUSAKA

Bigbee W, Herberman RB. Tumor markers and immunodiagnosis. In: Bast RC Jr., Kufe

DW, Pollock RE, et al., editors. Cancer Medicine. 6th ed. Hamilton, Ontario, Canada:

BC Decker Inc., 2003.

De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

2003:729-730

http://my.clevelandclinic.org/services/hysteroscopy/hic_what_is_hysteroscopy.aspx diakses

pada 1 november 2010

(http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?

fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=22318

Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 : 390-

393

Page 25: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Kumar, Vinay, Ramzi S. Coltran, et all. Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara. Dalam:

Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC. 2007;19:778-781

Llewellyn-Jones, Derek. Tumor Jinak, Kista, dan Malformasi Traktus Genitalis. Dalam:

Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta: Hipokrates. 2001;38:266-268

Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2, EGC : Jakarta

Oxorn Harry, 1996. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, yayasan Essentia

Medica : Yogyakarta

Prawihardjo, sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

prawirado. Hal: 357

Rayburn William F, Carey John C. 2001. Obsetri & Ginekologi.Jakarta: Widya Medika.

Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu Kandungan Edisi 2.,

editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.2005: 345-346

Noni.. aku baru ngedit segini..

Masi banyak yg kurang, sasbel kamu yg komlikasi

laparotomy jg belom terus sama yg kamu ketik wktu

PBL III tut. 1 (analisis masalah dan pembahasan

masalah) jg belom.

Mohon dikoreksi lagi yaa…

Page 26: LAPORAN PBL III Blok Repro 2010-Unfinished Yet

Makasi^^