pem5 repro sheila
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
Aduh perutku sakit !!!
By :Sheila Korayan
405090103
Abortus
Definisi
Penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu) atau BB
janin < 500 gram
Epidemiologi
• Angka kejadian abortus sukar ditentukan• 15-20 % berupa abortus spontan atau
kehamilan ektopik• Abortus habitualis kejadiannya 3-5 %
– Setelah 1x abortus spontan, risiko 15 % untuk keguguran lagi
– Bila pernah 2x, risiko meningkat 25 %– Bila 3x berurutan, risiko jadi 30-45 %
Etiologi Abortus
• Faktor genetik • Kelainan kongenital
uterus– Anomali ductis mulleri– Septum uterus– Uterus bikornis– Inkompetensi serviks
uterus– Mioma uteri– Sindroma asherman
• Autoimun– Aloimun– Mediasi imunitas humoral– Mediasi imunitas selular
• Defek fase luteal– Faktor endokrin eksternal– Antibodi antitiroid hormon– Sintesis LH yang tinggi
• Infeksi• Hematologik• Lingkungan
Etiologi
• Faktor maternal: post term (>42 minggu), DM tidak
terkontrol, SLE, infeksi, hipertensi, preeklampsia,
eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit
rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi
akut ibu, kematian ibu.
• Faktor fetal: hamil kembar, hamil tumbuh terhambat,
kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi.
• Faktor plasental: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta,
ketuban pecah dini, vasa previa
• Faktor risiko terjadinya kematian janin intrauterine meningkat
pada usia ibu >40 tahun, pada ibu infertil, hemokonsentrasi
pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah,
infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah berusia
lanjut
Faktor OVOFETAL :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis :• 70% kasus ovum yang dibuahi gagal
berkembang / terjadi malformasi pada janin.
• 40% kasus kelainan chromosomal.
• 20% kasus trofoblast gagal u/ melakukan implantasi scr adekwat.
Faktor MATERNAL
• 2% penyakit sistemik maternal (LES) dan infeksi sistemik maternal lain.
• 8% abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik).
• Dugaan : masalah psikologis
Faktor Resiko
• 8% abortus spontan kehamilan < 12 mg.• Usia ibu• RIWAYAT kehamilan :
• Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya• Kejadian abortus sebelumnya• Kejadian lahir mati sebelumnya• Riwayat hamil dengan kelainan kongenital/defek
genetik• Pengaruh orang tua :
- Kelainan genetik- Komplikasi medis
Klasifikasi
• Abortus spontan : abortus yang berlangsung tanpa tindakan
• Abortus provokatus : abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan– Abortus provokatus medisinalis
• Didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu
• Dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis, yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa
• Bila perlu ditambah pertimbangan tokoh agama terkait• Diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena
trauma psikis
– Abortus provokatus kriminalis
• Abortus habitualis : abortus yang terjadi berulang 3x secara berturut-turut
IMMINEN INSIPIEN INKOMPLIT KOMPLIT SERVIKALIS MISSED
SERVIK tertutup dilatasi dilatasi tertutup tertutupbesar
tertutup
KONSEPSI Ada Ada sebagian tidak ada
ada ada
MULES + / - + + + /- + -
BESAR UTERUS
sesuai usia
sesuai usia
sesuai usia lebih kecil
sesuai usia lebih kecil
HCG + + + + + -
TERAPI bed rest kuretase kuretase - dilatasikuretase
dilatasikuretase
Jenis - jenis
Klasifikasi Abortus imminens •Perdarhan dri uterus pd kehamilan < 20 mgu
•Sdkt/tdk ada sama sx mules2•Uterus membsr sbsr tuanya kehlman•Serviks blm membuka
Abortus insipiens •Perdarhan dri uterus pd kehamilan < 20 mgu•Dilatasi uterus, sering mules, perdarahan bertambah, dilakukan kuret
Abortus inkompletus •Pengeluaran sebagian hsl konsepsi sblm 20 ngu dan msh ada sisa yg tertinggal dlm uterus•Perdarahan hebat, syok, kanalis servikalis terbuka
Abortus kompletus •Semua hsl konsepsi sdh dikeluarkan•Perdarahn sedikit, ostium uteri tkh tertutup, uterus mengecil
Abortus servikalis •Keluarnya hsl konsepsi dri uterus tp terhalang o/ ostium uteri eksternum yg tdk membuka•Servix menjd bsr, dinding menipis, bentuknya agak menipis
Macam-Macam AbortusBerdasarkan gejala, tanda, dan proses patologi yang terjadi
• ABORTUS IMMINENSAbortus tingkat awal, dimana ostium uteri tertutup dan hasil konsepsi masih dalam kandungan
• ABORTUS INSIPIENSAbortus mengancam, dimana serviks mendatar, ostium membuka, tapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri
• ABORTUS INKOMPLITSebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri
• ABORTUS KOMPLITSeluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri
Macam-Macam Abortus• MISSED ABORTION
embrio/ fetus meninggal pada uk. kurang dari 20 minggu tetapi seluruh hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan sampai 8 minggu atau lebih
• ABORTUS HABITUALISterjadi abortus sampai 3 kali berturut-turut atau lebih
• ABORTUS INFEKSIOSAAbortus yang disertai infeksi
• ABORTUS SEPTIKAbortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman secara sistemik
Abortus iminens
Abortus insipiens
Missed abortion
Patologi
Perdarahan nekrosis jaringan hasil konsepsi lepas sebagian/seluruhnya krn uterus berkontraksi terus.
Usia Kehamilan • < 8 mgu: hasil konsepsi dapat dikeluarkan semua• 8-14 mgu: plasenta tdk terlepas sempurna
perdarahan• >14 mgu: janin dan plasenta dapat keluar jika
ketuban telah pecah terlebih dahulu
Patogenesis
Perdarahan desidua basalis
Nekrosis jaringan sekitar
Hasil konsepsi terlepas &Dianggap benda asing dlm uterus
Uterus berkontraksi
Kehamilan < 8 mgg 8-14 mg > 14 mgg
Vili korialis blm menembus desidua scr
dlm
Hasil konsepsi dpt dikeluarkan seluruhnya
Plasenta tdk dilepaskan sempurna (sulit)
Perdarahan
Janin dikeluarkan lebih dahulu drpd plasenta
Manifestasi Klinis
• Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
• Perdarahan per vaginam disertai keluarnya hasil konsepsi
• Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Diagnosis abortus
Pem. DalamPem. Penunjang
Diagnosis• Anamnesis: gerakan menghilang
• Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, tinggi fundus uteri
menurun, berat badan ibu menurun, lingkaran perut ibu mengecil
• Dengan fetoskopi dan Doppler tidak didengar adanya denyut jantung janin
• USG gambaran janin tanpa tanda kehidupan
• Foto radiologik setelah 5 hari tampak tulang belakang kepala kolaps,
tulang kepala saling tumpang tindih (gejala ‘spalding’), tulang belakang
hiperrefleksi, edema sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas pada
jantung dan pembuluh darah
• Pemeriksaan hCG urin ( –) setelah beberapa hari kematian janin
• Pemeriksaan ginekologi:
– Inspeksi vulva: perdarahan per vaginam ada/tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
– Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium
– Colok vagina: porsio masih terbuka/sudah tertutup, teraba
atau tidak karingan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai
atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri saat perabaan adneksa, kavum Douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium Plano test, Hb, leukosit, waktu pembekuan, waktu perdarahan, fibrinogen (pada missed abortion), trombosit
• USG• Untuk mendeteksi penyebab :
– HSG– Toksoplasmosis– GDS– Hormonal
Pemeriksaan penunjang
• Tes kehamilan: + jk janin msh hdp, bahkan 2-3 mgu stlh abortus
• Pemeriksaan doppler• Pemeriksaan kdr fibrinogen darah pd missed
abortion
Ultrasonografi• u/ deteksi kehamilan 4 – 5 mgu.• u/ menentukan kehamilan viabel atau non-
viabel.• Pd abortus imimnen kantung kehamilan
(gestational sac GS) dan embrio yang normal.
DJJ terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 – 6 mgu).
Ultrasonografi
• Abortus inkompletus : kantung kehamilan pipih dan iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik
• Abortus kompletus : endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil konsepsi.
• Misssed abortion : terlihat embrio atau janin tanpa DJJ.
• Blighted ovum : kantung kehamilan abnormal tanpa yolk sac atau embrio
DD
• Kehamilan ektopik terganggu• Mola hidatidosa• Kehamilan dgn kelainan servix
Tatalaksana abortus
Penatalaksanaan
• Bila diagnosis telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan tanda vital ibu;
dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula darah.
• Diberikan KIE pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyebab
kematian janin, rencana tindakan, dukungan emosional, yakinkan bahwa
kemungkinan lahir per vaginam.
• Persalinan per vaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu,
umumnya tanpa komplikasi.
• Persalinan secara aktif dengan induksi persalinan oksitosin atau
misoprostol
• Tindakan per abdominam bila janin letak lintang.
• Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin +
misoprostol
• Pada kematian janin 24 – 28 minggu dapat digunakan
misoprostol secara vaginal ( 50 – 100 μg tiap 4 – 6 jam) dan
induksi oksitosin.
• Pada kehamilan di atas 28 minggu dosis misoprostol 25 μg per
vaginam per 6 jam.
Penatalaksanaan
1. Abortus iminens– Istirahat baring– Periksa denyut nadi & suhu badan 2x sehari (jika ps tdk
panas) atau tiap 4 jam (bila ps panas)– Tentukan janin masih hidup/tdk tes hCG & USG– Beri obat penenang fenobarbital 3x30 mg.– Beri preparat hematinik mis: sulfas ferosus 600-1000 mg– Diet tinggi protein & tambahan vit C– Bersihkan vulva min 2x sehari dgn cairan antiseptik u/
cegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
2. Abortus insipiens– Bila perdarahan tdk byk tunggu abortus
spontan tanpa pertolongan slm 36 jam dgn diberikan morfin.
– kehamilan < 12 mgg (biasanya disertai perdarahan) kosongkan uterus memakai kuret vakum/ cunam abortus, disusul dgn kerokan kuret tajam. Suntikan Ergometrin 0,5 mg IM.
– kehamilan > 12 mgg infus Oksitosin 10 IU dlm dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit & naikkan sesuai kontraksi uterus sampai tjd abortus komplit.
– Bila janin sudah keluar, plasenta masih tertinggal lakukan pengeluaran plasenta manual.
3. Abortus inkomplit– Bila syok karena perdarahan infus
cairan NaCl fisiologis / Ringer Laktat + transfusi darah.
– Stlh syok diatasi kerokan dgn kuret tajam lalu suntikkan Ergometrin 0,2 mg IM.
– Bila janin sudah keluar, plasenta masih tertinggal lakukan pengeluaran plasenta manual.
– antibiotik u/ cegah infeksi.
4. Abortus Komplit– Kondisi ps baik Ergometrin 3 x 1 tab (3-
5 hari)– anemia hematinik spt Sulfas Ferosus /
transfusi darah– Antibiotik u/ cegah infeksi– Diet ↑ protein, vit, mineral.
5. Missed Abortion– fibrinogen normal segera keluarkan
jaringan konsepsi dgn cunam ovum lalu kuret tajam.
– fibrinogen ↓ beri fibrinogen kering/ segar sesaat sblm atau ketika mengeluarkan konsepsi.
– Kehamilan < 12 mgg lakukan pembukaan serviks dgn gagang laminaria slm 12 jam dilatasi serviks dg dilatator Hegar ambil hasil konsepsi dg cunam ovum kuret tajam.
– Kehamilan > 12 mgg beri dietilstilbestrol 3 x 5 mg + infus Oksitosin 10 IU dlm dekstrose 5% sebanyak 500ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dlm 8 jam. Bila tdk berhasil, ulang infus Oksitosin stlh pasien istirahat 1 hari.
– Bila TFU s/d 2 jari di bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dgn menyuntik larutan garam 20% dlm kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik harus dirujuk ke RS– Penanggulangan infeksi
• Pilihan I : Penisilin Prokain 800.000 IU IM tiap 12 jam + Kloramfenikol 1 g PO selanjutnya 500 mg PO tiap 6 jam.
• Pilihan II : Ampisilin 1 g PO selanjutnya 500 mg tiap 4 jam + Metronidazol 500 mg tiap 6 jam.
• Pilihan lain: Ampisilin & Kloramfenikol, Penisilin & Metronidazol, Ampisilin & Gentamisin, Penisilin & Gentamisin.
Komplikasi dan prognosis
Dari tindakan (perdarahan, perforasi, infeksi)
Komplikasi
• Perdarahan– Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus
dari sisa konsepsi atau dengan tranfusi darah.• Perforasi
– Dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
– Jika ada tanda bahaya perlu dilakukan Laparotomi.• Syok
– Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
Kehamilan Ektopik
Definisi
• Suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel di endometrium kavum uteri
• Tempat nidasi tidak menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan ruptur kehamilan ektopik terganggu
• Di Indonesia 5 – 6 / 1000 kehamilan
Berdasarkan lokasi:• Kehamilan tuba, >95%
Pars ampularis 55%, pars ismika 25%, pars fimbriae 17%, pars interstisialis 2%
• Kehamilan ektopik lain, <5%Di serviks uteri, ovarium atau abdominal
• Kehamilan intraligamenter• Kehamilan heterotopik• Kehamilan ektopik bilateral
Etiologi • Faktor tuba
– Infeksi, peradangan, pascaoperasi, endometriosis tuba, tumor sekitar tuba (mioma uteri, tumor ovarium) lumen tuba menyempit kehamilan ektopik
• Faktor abnormalitas dari zigot– Bila tumbuh terlalu cepat dan berukuran besar
• Faktor hormonal– Pil KB progesteron gerakan tuba melambat
• Faktor lain– pemakaian IUD perandangan pada endometrium atau
endosalping
Karena tuba bukan media yang baik untuk pertumbuhan embrio, maka pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan:
• Hasil konsepsi mati dini (vaskularisasi kurang) dan diresorbsi• Abortus ke dalam lumen tuba (abortus tubaria)
– Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah bersama dengan robeknya pseudokapsularis
• Ruptur dinding tuba– Ruptur pars ismus kehamilan muda– Ruptur pars intertisialis kehamilan lanjut– Disebabkan o/ penembusan vili korialis ke dalam lap.muscularis tuba
terus ke peritoneum
Kehamilan ektopik berakhir (6-10 mgg)
Abortus tuba
Ruptur tuba
65% pada kehamilan di fimbrie dan ampulla
Perdarahan kecil berulang lepas mati
35% pada kehamilan pars isthmica
Ruptura pars ampullaris mgg ke 6-10
Ruptur pada sisi mesenteric tuba hematoma ligamentum latum
Gejala kehamilan Ektopik• TRIAS
– Amenorhoe – nyeri pada perut– perdarahan intraabdominal dan transvaginal
• Tanda-tanda kehamilan – ( mamae menegang ), morning sickness, emesis
gravidrum, peningkatan beta hCG ( 200 mUI/liter )• Kehamilan abdominal
– gejala janin masih hidup atau sudah meninggal– janin teraba di bawah kulit– nyeri saat janin bergerak– pada pemeriksaan dalam terdapat uterus yang kosong
Diagnosis • Trias kehamilan ektopik• Kenaikan beta hCG ( 200 mIU/ liter )• Pemeriksaan fisik
– cairan bebas di kavum abdominalis , nadi meningkat,syok, dan tanda Cullen
• Pemeriksaan dalam– Cavum Douglasi menonjol dan nyeri– serviks nyeri goyang– nyeri pada tuba – teraba tumor
• USG, Laparoskopi dan Kuldoskopi
• Diagnosis banding: – Pelvic inflammatory disease, PID – Perdarahan saat ovulasi– komplikasi kista ( torsi kista, perdarahan dan infeksi kista ovarii )– Torsi mioma uteri bertangkai– Apendisitis akut
Penatalaksanan1. Non- bedah ( tanpa operasi )
a) Observasi beta hCG ( bila menurun berarti kehamilan mati dan diabsorpsi )
b) Pengobatan dengan metotreksat pada kehamilan ektopik utuh atau abdomen
2. Tindakan operasi hamil ektopika) Salfingektomib) Salfingostomic) Histerektomid) Laparotomi untuk mengeluarkan kehamilan abdominal
Terapi
• Laparotomi – eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan
(salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
• Laparoskop – untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Komplikasi
• Komplikasi yang utama adalah akibat yang ditimbulkan oleh perdarahan yaitu anemia, syok, dan kematian. Perdarahan intraabdominal yang berlangsung cepat dan dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan syok bahkan kematian dengan segera.
Mola Hidatidosa
• Suatu neoplasma jinak dari sel trofoblas di mana terjadi kegagalan pembentukan plasenta atau fetus
• Disebabkan karena terjadi agenesis dari sitem pada kehamilan minggu III-IV
DEFINISI
Teori pembentukan mola hidatidosa
• Teori Missed Abortion– Mudigah mati pada uk 3-5 mg (missed abortion)
Gangguan peredaran darah → penimbunan cairan dalam jar. mesenkim dari villi → terbentuk gelembung-gelembung
• Teori Neoplasma dari Park– Adanya sel-sel tropoblas abnormal yang mempunyai fungsi
abnormal Terjadi resorpsi cairan berlebihan dalam villi timbul gelembung-gelembung → gangguan peredaran darah →mudigah mati
2 jenis mola hidatidosa:• MOLA HIDATIDOSA TOTALIS :
– Perubahan hidatidiform total tanpa adanya sirkulasi janin – Proliferasi sel trofoblas jelas terlihat – Kariotipe : 46 XX berasal sepenuhnya dari paternal. – Fertilisasi oleh sperm Haploid 23 xx yang mengalami
duplikasi tanpa pembelahan sel. – Sering mengalami perubahan keganasan
• MOLA HIDATIDOSA PARTIALIS :– Terdapat sirkulasi janin – Perubahan hidatidiform variabel – Proliferasi trofoblas derajat sedang – Kariotipe abnormal : 69 XXX atau XXY – Jarang berubah menjadi ganas
Gambaran histopatologik
• Makroskopik:– Gelembung putih– tembus pandang– berisi cairan jernih– dengan ukuran bervariasi beberapa milimeter sampai 2cm
• Mikroskopik:– Edema stoma vili– Degenerasi hidropik (tidak ada pembuluh darah vili)– Proliferasi sel-sel trofoblas
TANDA dan GEJALA• GEJALA :
– Perdarahan PERVAGINAM persisten – Hiperemesis
• Kadar hCG tinggi – Pucat dan Dispnoe – Cemas & Tremor hCG
• menyerupai efek TSH yang menyebabkan stimulasi thyroid • TANDA:
– Pembesaran uterus : • Sering terlihat dengan pembesaran uterus ~ 14 minggu • Sering terlihat Kista Theca Lutein (10% )
– Tidak terdengar Detik Jantung Janin – Tidak teraba bagian janin – Tanda Pre eklampsia (+) – Anemia– Kontraksi uterus disertai pengeluaran gelembung mola (diagnosa
pasti) – Gejala hipertiroid
Diagnosa • Ultrasonografi
– Perangkat utama untuk menegakkan diagnosa – Echo dibuat oleh masa gelembung mola yang memberi
gambaran : “snow storm “ – Menyerupai gambaran “septic abortion” atau mioma uteri
• hCG pada Mola Hidatidosa sangat tinggi
Penatalaksanaan • Pemeriksaan Thorax Foto • VT atau USG setiap 2 minggu untuk melihat involusi dan
pembentukan kista theca lutein • Pemeriksaan hCG sesuai jadwal • Suction curettage• Histerektomi untuk mencegah perubahan malignancy
• Komplikasi– Perdarahan– Perforasi– Chorio carcinoma
KOMPLIKASI
USG
Kehamilan dgn riwayat dan infeksi
TORCH : Herpes simpleks• Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2
tipe HSV yaitu tipe 1 & 2. • Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada
bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan seksual.
• Gejala pada bayi biasanya mulai timbul pada minggu pertama kehidupan tetapi kadang-kadang baru pada minggu ke 2-3.
• Manifestasi klinik: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis, mikrosefali dan miokarditis.
• Pencegahan: menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius.
INFEKSI TORCH
Peny Penularan Gejala pada Ibu Efek pada janin
Toksoplasma
hewan peliharaan, daging mentah / setengah matang.
Samar/tdk terlihat, spt pembesaran
KGB, demam,
sakit kepala, nyeri otot, kelelahan.
Keguguran, prematur, kel
otak, berat bayi lahir rendah,
demam, kuning, masalah
penglihatan, keterbelakangan
mental.
Rubela
Virus menyebar cepat di daerah tropis
Lepuhan di sekujur tubuh
disertai demam.
g3 auditif, kebutaan,
kelainan darah, pembesaran hati,
limpa, g3 jantung.
CMVMenular lwt air liur, ASI atau urine
demam, bahkan
tanpa gejala.
Kematian, kerusakan syaraf penyebab keterbelakangan
mental, radang paru, radang otak, infeksi
telinga.
HSV
Virus umumnya
menular pada ibu melalui
kontak seksual.
Gelembung2 di seluruh
badan, sudut bibir, atau
selaput lendir mulut.
Keguguran semasa janin dan kematian
pada bayi.
TORCH : ToksoplasmosisGejala • Peradangan mata (bisa menyebabkan kebutaan)
• Jaundice (sakit kuning) yang berat • Mudah memar • Kejang • Kepala yang besar atau kecil • Keterbelakangan mental yang berat
Cara penularan • Penularan melalui makanan mentah yang terkontaminasi oleh bentuk kista.
Pengobatan • Selama kehamilan ibu diterapi dengan spiramisin atau setelah kehamilan 14 mgg ibu diberi terapi dengan primethamin dan sulfonamida. Gabungan dari obat tersebut dapat menanggulangi infeksi dan menghambat proses anomali kongenital.
Efek pada janin • Infeksi pada kehamilan muda abortus• Infeksi pada kehamilan lanjut kelainan kongenital (hidrosefalus)
Etiologi
• Toxoplasmodium gondii– Ookista adalah bentuk yang resisten di alam– Trofozoid adalah bentuk vegetatif dan proliferatif– Kista bentuk yang resisten dalam tubuh
• Siklus hidup– Bentuk proliferatif terjadi pada pejamu
perantara : burung, mamalia termasuk manusia.– Bentuk reproduktif terjadi pada usus kucing
sebagai pejamu definitif
Patofisiologi Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkab
abortus atau kehamilan mati. Infeksi pada kehamilan lebih lanjut atau menjelang kelahiran dapat berakibat bayi prematur atau cukup bulan dengan gejala toksoplasmosis kongenital, atau bayi dilahirkan normal dan gejala toksoplasmosis baru timbul baru timbul beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kelahiran, bahkan kadang-kadang gejala baru tampak beberapa tahun kemudian.
Klinis Toxoplasmosis-Infeksi Kongenital• Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus atau
kehamilan mati• kehamilan lebih lanjut berakibat bayi prematur atau cukup
bulan dengan gejala toksoplasmosis kongenital• Toksoplasmosis ibu dapat menyebabkan abortus, kematian
janin, pertumbuhan janin terhambat, partus prematurus dan kematian neonatal.
• Bayi yang lahir hidup dapat menderita cacat bawaan seperti hidrosefalus, mikrosefalus, anensefalus, meningoensefalomielitis dengan perkapuran-perkapuran diotak, korioretinitis, iridosiklisis, atrofia nervi optisi, iritis, nistagmus.
Diagnosis maternal
– Antibodi IgM +– Antibobid IgG +– Titer IgG ≥ 1/1024 ( ELISA )– Aviditas IgG ≤ 200
Diagnosis Pranatal
• Sebelumnya, dilakukan dl skrining serologik maternal / ibu hamil. Jika salah satu dari 4 syarat di bawah terpenuhi, lanjutkan dgn kordosintesis/ amniosintesis.– Antibodi IgM+– Serokonversi (perubahan dr seronegatif
seropositif) dgn interval wkt 2-3 mgg– Titer IgG yg tinggi ≥ 1/ 1024 (ELISA)– Aviditas IgG ≤ 200
Diagnosis Pranatal
• Dilakukan pd usia kehamilan 14-27 mgg (Trimester II).
1. Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin mell tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi cairan ketuban) dgn tuntunan USG.
2. Pemeriksaan2:– Pembiakan darah janin/ cairan ketuban dlm
kultur sel fibroblas, ataupun diinokulasi ke dlm ruang peritoneum tikus diikuti isolasi parasit u/ mendeteksi adanya parasit.
Diagnosis Pranatal
– PCR u/ mendeteksi DNA T.gondii pd darah janin/ cairan ketuban.
– ELISA pd darah janin u/ deteksi antibodi IgM janin spesifik (antitoksoplasma).
Terapi• Kehamilan dgn infeksi akut
– Spiramisin; diberikan 2-4 gg/hari PO dibagi dlm 4 dosis u/ 3 mgg, diulangi stlh 2mgg sampai kehamilan aterm.
– Piremitamin, sulfadiazin, as.folinikPenggunaan as folinik dimaksudkan u/ menghambat efek depresi SUTUL o/ piremitamin.Pemakaian Piremitamin dianjurkan dimulai T.II (> 14 mgg) u/ hindari efek teratogenik.Dosis:Piremitamin 1 mg/kg/hari PO u/ 3-4 hariSulfadiazin 50-100 mg/kg/hari PO dibagi 2 dosisAs.Folinik 2 x 5 mg IM tiap minggu slm pemakaian Piremitamin.
Terapi
• Toksoplasma kongenitalSulfadiazin 50-100 mg/kg/hari & piremitamin 0,5-1 mg/kg diberikan setiap 2-4 hari slm 20 hari. Disertakan jg injeksi as.folinik IM tiap 2-4 hari.Pengobatan dihentikan ketika anak berumur 1 tahun.
• Penderita imunodefisiensi= Toksoplasmosis kongenital, yaitu dgn menggunakan piremitamin, sulfadiazin, as.folinik dlm jangka panjang.
TORCH : Rubella (campak Jerman)
Cara penularan • Percikan ludah dan cairan dari hidung dan tenggorokan.
Diagnosa • Pemeriksaan mata menunjukkan: - katarak - glaukoma - retinitis • Pemeriksaan air kemih, lendir hidung-tenggorokan dan cairan serebrospinal (untuk menemukan virus) • Skrining TORCH positif • Kadar IgM (IgM khusus untuk rubella)
Efek pada janin • Wanita hamil bisa menyebabkan rubella kongenitalis pada janin yang berada dalam kandungannya.• BBLR• Mikrosefalus• Gangguan pendengaran • Gangguan penglihatan • Kelainan jantung bawaan• Keterbelakangan mental
Pencegahan • Imunisasi rubella
Manifestasi Klinik• Sindrom Rubella:
– malformasi jantung seperti Ductus Arteriosus Paten, cacat septum interventrikulare atau stenosis pulmonalis
– lesi mata seperti kornea menyuram, katarak, korio retinitis dan mikroftalmia
– mikrosefali, retardasi mental dan ketulian– Beberapa bayi ditemukan menderita
imunnodefisiensi humoral dan/ atau selular
Patogenesis Rubella• Rubella dapat diinduksi pada orang yang rentan oleh instilasi virus ke
dalam nasofaring dan infeksi alamiah. • Dapat dideteksi di dalam darah selama 1 atau 2 hari dan di dalam
bilasan tenggorok selama 7 hari, • sebelum timbulnya rash sampai 2 minggu setelah mulainya. Nodus
limfatikus memperlihatkan udem dan hiperplasia.• Rubella Kongenital akibat transmisi virus transplasenta ke fetus dari ibu
yang terinfeksi • Disertai dengan retardasi pertumbuhan, infiltrasi hati dan limpa oleh
jaringan hematopoetik, pneumonia intertitial, penurunan megakariosit di dalam sumsum tulang serta berbagai malformasi kardiovaskular dan susunan saraf pusat.
• Virus ini dapat menetap dalam fetus selama kehidupan intra uterus dan mungkin diekskresikan selama 6-31 bulan setelah lahir.
• Penatalaksanaan– Imunisasi pasif dengan imunoglobulin serum 3
hari setelah terpajan
Pencegahan Rubella
• Pemberian Globulin Gamma• Imunisasi aktif dengan vaksin rubella hidup
yang telah dilemahkan. • Vaksin Rubella tidak boleh diberikan pada
wanita hamil atau kehamilan pasca 3 bulan imunisasi karena resiko teoritis kerusakan fetus.
TORCH : CMVGejala • Infeksi primer berlangsung simtomatis / asimptomatis
Cara penularan • Horizontal, vertikal, dan hubungan seksual
Pengobatan • Ganciclovir, Foscarnet, Cidofivir, dan Valaciclovir
Efek pada janin • Hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. • Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan pendengaran.
Pencegahan • menghindari transfusi darah pada bayi dari ibu seronegatif dengan darah yang berasal dari donor seropositif, dan menghindari transplantasi organ tubuh dari donor seropositif ke resipien seronegatif.
CMV• Gejala maternal
– Demam– Paringitis– Limpodenopathy– Polyartritis
• Gejala kongenital– BB rendah– Mikrosefalus– Kalsifikasi intrakranial– Korioretinitis– Retardasi mental serta
motorik– Anemia hemolitik
Manifestasi Klinik CMVInfeksi CMV Perinatal
• Neonatus bisa mendapat CMV pada waktu persalinan oleh lewat melalui jalan lahir terinfeksi atau oleh kontak pascalahir dengan susu ibu atau sekresi lain.
• 40-60% bayi yang minum ASI untuk >1 bulan dari ibu seropositif akan terinfeksi.
• Penularan iatrogenik dapat juga akibat transfusi darah neonatal.
• Manifestasi klinik: Peningkatan berat badan yang buruk, adenopati, rash, hepatitis, anemia dan limfositosis atipik
• Ekskresi CMV sering menetap selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Infeksi CMV Kongenital
• Petekiae, hepatosplenomegali dan ikterus • Mikrosefali dengan atau tanpa kalsifikasi cerebrum,
retardasi pertumbuhan intrauterus dan prematuritas. • Prognosis buruk diantara bayi terinfeksi parah dengan
angka mortalitas 20-30%• Kebanyakan infeksi CMV Kongenital tak jelas secara
klinik saat lahir. • Antara 5-22% bayi terinfeksi asimptomatik menderita
kelainan gigi, mata, pendengaran atau psikomotor.
Diagnosis
• Metode Serologi– Adanya perubahan dari seronegatif seropositif
(tampak adanya IgM dan IgG anti CMV); mell pemeriksaan serial (interval 3 mgg)
– Low IgG Avidity
• Metode Virologi– Uji imuno fluoresen menggunakan monoklonal
antibodi yg mengikat antigen Pp 65 dari CMV di dlm sel leukosit dlm darah ibu.
Diagnosis Pranatal
• Metode PCR & isolasi virus pd cairan ketuban yg diperoleh stlh amniosentesis dikerjakan pd umur kehamilan 21-23 mgg.
• USG curiga infeksi CMV intrauterin bila terdapat: oligohidramnion, polihidramnion, hidrops nonimun, asites janin, g3 pertumbuhan janin, mikrosefali, ventrikulomegali serebral (hidrosefalus), kalsifikasi intrakranial, hepatosplenomegali, kalsifikasi intrahepatik.
Diagnosis Pada Wanita Hamil Screening CMV MaternalCMV IgG PositifCMV IgM Positif
CMV spesific IgG dan IgM dengan cara EIAAfiditas CMV spesific IgG dengan cara EIACMV spesific IgM dengan cara Immunoblot
CMV IgG NegatifCMV IgM Negatif
CMV IgG PositifIndeks Afiditas IgG Tinggi
CMV IgM Negatif
Tidak Terinfeksi CMV
CMV IgG Positif atau SerokonversiIndeks Afiditas IgG Rendah
CMV IgM Positif
Hasil pemeriksaan serologis tidak pasti
CMV IgG PositifIndeks Afiditas IgG Tinggi
CMV IgM Positif
Infeksi laten CMV Infeksi tak teridentifikasi Infeksi Primer CMV
Infeksi rekuren
CMV
Tidak dievaluasi > lanjut Follow-up invasif
Infeksi Primer CMV
CMV
Prognosis – Pada bayi yang asimptomatik, 1 – 2 tahun
kemudian akan mengalami kerusakan SSP seperti gangguan pengelihatan, pendengaran atau retardasi mental.
– Pada ibu yang terinfeksi pada usia kehamilan < 16 minggu prognosis jelek, sebaiknya diterminasi.
Infeksi VirusParvovirus (B19)
• Single stranded DNA yang mengadapakan replikasi pada sel yang berproloferasi dengan cepat.
• Penularan : saluran nafas atau oral• Manifestasi klinik : ringan, dewasa 20-
30% tanpa gejala, menimbulkan kematian janin dalam kandungan, viremia 4-14 hari setelah tercemar dengan keluhan panas, sakit kepala seperti influenza, bercak merah, eritroderma yang menyebar ke badan dan kaki.
• Lab : IgM antibodi 10-12 hari setelah infeksi dan menetap 3-6 bln. IgG + dan menetap seumur hidup.
• Dampak janin : abortus, hidrop nonimun, secara total menyebabkan kegagalan kehamilan
• Penatalaksanaan : IgG dan IgM darah ibu, PCR (pada masa prodormal sebelum timbul bercak merah), DNA virus pada air ketuban, kordosentris (IgM antibodi Parvovirus dan kemeriksaan kadar Hb janin)
• Vaksin belum ada
Varisela-Zoster• Kelompok DNA Herpes Virus
dan hidup laten pada ganglion bagian belakang setelah infeksi primer.
• Infeksi varisela bisa mengalami reaktivasi setelah beberapa tahun dalam bentuk infeksi zoster.
• Dampak kehamilan : trims 1 menyebabkan cacat bawaan (korioretinitis, atrofi kortek serebri, hidronefrosis, kelainan pada tulang dan kulit)
• Jika >20 minggu umumnya tidak terjadi kelainan.
• Masa inkubasi varisela : < 2 minggu
• Komplikasi : pneumonia• Pencegahan : VZIG dan ZIG
Infeksi Virus(Virus Hepatitis B)
•Infeksi akut pada kehamilan : hepatitis fulminan mortalitas ↑ pada ibu dan bayi.
•Faktor predisposisi penularan vertikal: 1.Titer DNA-VHB ↑ ibu2.Infeksi akut pada tims 33.Persalinan lama4.Mutasi VHB
•Penanganan kehamilan dan persalinan pada ibu VHB :•Pada infeksi akut VHB dan hepatitis fulminan persalian pervaginam usahakan dengan trauma sekecil mungkin
Ibu : menimbulkan abortus dan terjadinya perdarahan pascapersalinan gg. Pembekuan darah akibat fs. hati
•Pencegahan :1.Kewaspadaan universal2.Skrining HBsAg ibu hamil3.Imunisasi
•Pada ibu hamil dengan viral Load ↑ HBIG atau lamivudin pada 1-2 bulan sebelum persalinan.•Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan lama, khususnya ibu dengan HBsAg+
Bayi : neonatus tidak menimbulkan masalah dewasa.
•Menyusui bayi tidak masalah
Infeksi Virus(Virus Hepatitis A, D, E)
VHA VHD VHE
•Ditularkan secara fekal oral
•Memerlukan HBsAg untuk replikasi
•Ditularkan secara fekal-oral ( mirip dengan VHA)
•Pada kehamilan masalah yang bisa terjadi adalah hepatitis fulminan pada infeksi akut, kemungkina terjadi perdarahan karena gg. pembekuan darah
2 tipe:•Super infeksi : awalnya infeksi VHB lalu terinfeksi VHD•Ko- infeksi : VHB dan VHD menginfeksi bersama-sama sembuh
•VHE mempunyai suatu kekhususan dalam terjadinya proporsi infeksi akut yang tinggi pada kehamilan jika terjadi wabah dan besar kemungkinan akan terjadinya hepatitis fulminan dengan resiko kematian yang tinggi
Prevalensi : timur tengah (SA, Mesir), Kenya, Amerika Selatan (Venezuela)
•Penularan vertikal jarang
•Ditularkan melalui seksual dan jarum suntik
JenisVirus
Resiko PotensialIbu anak
• Hepatitis B
•Hepatitis A
•Hepatitis C
Hepatitis kronisSirosis hepatis
Hepatitis berat
Perlemakan hati
Antigenemia persisten, nekrosis hepatis, neoplasma hepatoseluler primerHepatitis neonatorum
Subklinik hepatitis
Tatalaksana • Rawat inap dan tirah baring• Isolasi pasien, lakukan pem. Serologik• Diet rendah lemak, tinggi KH dan protein• Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan• Berikan vit K, glukosa dan curcuma rhizoma• Penatalaksanan neonatal• Upayakan partus pervaginam
Infeksi Virus(Demam Dengue)
• DD merupakan infeksi oleh Virus Dengue (sero tipe 1,2,3, dan 4)↑Asia Tenggara (Indonesia)
• Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti tetapi bisa Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis.
• Secara umum penyakit in disebut Dengue Syndrome dan dibagi menjadi 3 sesuai gejala, dimana pada awal ketiganya sukar dibedakan :– Dengue Fever (DF)– Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ada 4 gradasi dimana grade III dan
IV disebut DSS– Dengue Shock Syndrome (DSS)
• Gejala klinik :– Fase febril terjadi panas tinggi mendadak dan berkesinambungna
2- 7 hari– Fase afebril pasien tidak panas
• Fase ini merupakan fase kesembuhan pada DF, tetapi masih merupakan fase kritis pada DHF
Infeksi Virus(Demam Dengue)
Dengue fever Dengue hemorrhagic fever Dengue shock syndrome
•Panas mendadak dan berkesinambungan•Sakit kepala•Nyeri orbita•Nyeri otot, sendi, dan tulang belakang•Mual-muntah•Nyeri perut •Leukopenia
•Awal seperti dengue fever•Tourniquet test positif•Petekie/ekimosis/purpura•Perdarahan (gusi, bekas suntik, epistaksis, hematemesis, melena, hematuri)•Efusi pleura•Asites
•Timbul tanda-tanda syok terutama narrow pulse pressure kurang atau sama dengan 20 mmHg.
Lab :•Trombosit 100.000/<•Peningkatan hematokrit ≥ 20 %•Penurunan hematokrit ≥ 20 % stelah terapi cairan
Penanganan :•Istirahat•Antipiretik untuk panas > 39˚C dengan parasetamol setiap 6 jam•Kompres air hangat (tepid water)•Terapi rehidrasi •Pemeriksaan lab khusus Hb, leukosit, trombosit, dan hematokrit•Pemeriksaan penunjang : foto torak, dan USG
Infeksi Virus(Demam Dengue)
• Pengaruh Demam Dengue pada kehamilan :– Kematian janin intrauterin– Jika infeksi terjadi menjelang persalinan dilaporkan bisa terjadi
transmisi vertikal dan bayi lahir dengan gejala trombositopenia, panas, hepatomegali, dan gangguan sirkulasi.
– Pada saat persalinan bisa terjadi perdarahan karena adanya trombositopenia.
• Penanganan pada kehamilan :– Sebaiknya ditangani oleh tim dan kalau mungkin hindari persalinan
berlangsung masa kritis– Kalau terjadi persalinan, dilakukan pengawasan intensif dan tindakan
obstetrik dengan segala kewaspadaan• Prognosis :
– Dengue fever prognosis baik– DHF sangat bergantung pada penanganan secara umum di RS
disamping apakah persalinan terjadi pada masa kritis
InfluenzaGejala • Demam dan disertai hipersekresi kelenjar mukosa nasalis.
• Sering diikuti dengan infeksi mikroorganisme yang berkolonisasi di sepanjang traktus respiratorius.• Malaise, pusing, nafsu makan menurun, sakit kepala, bersin, dan batuk.
Pengobatan • Terapi simptomatik terhadap demam (parasetamol), batuk non produktif (noskapin) atau batuk produktif ( bromheksin HCL atau ambroksol)• Faringitis , sinusitis : asetil spiramisin atau eritromisin• Pneumonia : amoksilin+ asam klavulanat
Efek pada janin • Belum ada bukti kuat bahwa virus influenza menyebabkan malformasi kongenital atau kelainan pada bayi.
Pencegahan • Vaksinasi terhadap influenza bagi semua wanita hamil setelah trimester 1.
Demam TifoidGejala • panas yang lama dan tinggi
• keadaan umum yang buruk
Efek pada janin Terjadi infeksi pada trimester 1 & 2 : •keguguran• persalinan prematur• kematian janin intrauterin
Pengobatan • Antibiotika : kloramfenikol dan Tiamfenikol (hati-hati terhadap penekanan fungsi sumsum tulang)• Floroquinolon• Sefalosporin generasi III scr IV• Azirtromisin
HIVGejala • Gangguan kekebalan tubuh
Transmisi • Dari ibu ke janin• Transplasenter• Saat persalinan • ASI (jarang)
Diagnosis • Pemeriksaan serologik dengan metode ELISA & Western Blot
Pengobatan • Penapisan dilakukan sejak ANC• Lakukan terapi AZT sesegera mungkin, terutama konsentrasi virus 30.000 – 50.000 kopi RNA/ ml atau CD4 menurun drastis• Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi opotunistik
VaricellaGejala • Demam seperti influenza
• Timbul erupsi kemerahan pada kulit yang diikuti dengan terbentuknya vesikel pada punggung, muka & ekstremitas• Gatal dan nyeri pada daerah lesi
Pengobatan • Terapi simptomatik : antipiretik (parasetamol 3x 500 mg), gatal dan nyeri kulit ( talk salisil) dan antitusif (noskapin)• Antiviral : asiklovir 200 mg @ 4 jam• Terapi untuk komplikasi :Pneumonia : ampisilin, gentamisin atau amoksilin + asam klavulanatAbortus : evakuasi dengan AVM/ D& KPartus prematurus : tatalaksana janin prematurAntisipasi varizella kongenital
Efek pada janin • Menginfeksi janin secara transplasenter• Malformasi kongenital : korioretinitis, atrofi korteks serebri, hidronefrosis dan defek kulit serta tulang tungkai.• Janin yang terpajan virus tepat sebelum dan saat persalinan ketika antibodi ibu belum terbentuk infeksi viseral & SSP diseminata, yang sering kali mematikan.
Pencegahan • Imunoglobulin varisela-zooster (VZIG) mencegah atau memperlemah infeksi varisella pada orang rentan yang terpajan apabila diberikan dalam 96 jam
VARICELLA ZOOSTER
• Faktori risiko– Hamil pada usia > 35 tahun– Immunocompromised
Infeksi Malaria
• Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan baik bagi ibu dan janin yang dikandungnya, karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin. – Pada ibu menyebabkan anemi, malaria serebral,
edema paru, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian.
– Pada janin menyebabkan abortus, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin.
Manifestasi Klinik
• Panas : umumnya panas tinggi sampai menggigil • Anemia : akan menjadi parah pada kehamilan
karena hemolisis dengan akibat asam folat menurun, di samping karena perubahan pada kehamilan
• Pembesaran lien : umunya pada timester II• Pada infeksi yang berat bisa terjadi : ikterus,
kejang, kesadaran menurun, koma, muntah, dan diare.
Diagnosis Malaria• Klinik
– Anamnesis• Demam, menggigil (dapat disertai mual, muntah, diare, nyeri otot,
dan pegal)• Riwayat sakit malaria, tinggal di daerah endemik malaria, minum obat
malaria 1 bulan terakhir, tranfusi darah• Untuk tersangka malaria berat, dapat disertai satu dari gajala di
bawah; gangguan kesadaran, kelemahan umum, kejang, panas sangat tinggi, mata, dan tubuh kuning, perdarahan hidung, gusi, saluran cerna, muntah, warna urin seperti teh tua, oliguria, pucat
– Pemeriksaan fisik : panas, pucat, splenomegali, hepatomegali• Pemeriksaan mikroskopik : sediaan darah (tetes tebal/tipis
untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria, spesies, dan kepadatan parasit.
Resiko Malaria terhadap Janin
• Abortus• Prematuritas• Lahir mati• Insufisiensi plasenta• Pertumbuhan janin terhambat• Bayi kecil masa kehamilan• Transmisi plasmodium (<5%) dengan gejala
antara lain bayi panas, iritabel, probem menyusui, hepatosplenomegali, dan kuning
Komplikasi
• Hipoglikemia : diduga sebagai gejala klinik malaria karena takikardia, berkeringat, dan pusing.
• P.falciparum terutama yang mendapat obat kimia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 4-6 jam.
• Hipoglikemia pada ibu dapat menyebabkan terjadinya gawat janintanpa diketahui penyebabnya.
• Edema paru : lebih sering terjadi pada trimester II dan trimester III
• Anemia berat sering terjadi pada malaria dalam kehamilan.
• Anemia dengan kadar hemoglobin kurang dari 7 g% sebaiknya ditransfusi dengan packed cells.
Infeksi menular seksual pada wanita hamil
Gonore (Neisseria gonorrhoeae) Klamidiasis (Chlamydia trachomatis)•Asimtomatik pada wanitasulit mengetahui masa inkubasinya
•15 macam serovar B,D,E, F, G, H, I, J, K, Mpenyebab inf. Traktus genitourinarius serta pneumonia pada neonatus
•Keluhan genitourinarius bawah : disuria yang kadang disertai poliuria, perdarahan antara masa haid, dan menoragia
•10% CT pada serviks menyebar secara asendensPRPkehamilan ektopik dan infertilitas akibat obstruksi
•Daerah yang paling sering : serviks hiperemis dengan erosi dan sekret mukopurulen
•Daerah yang paling sering : endoserviks duh mukopurulen, ektopi hipertrofi
•Infeksi pada servikskomplikasi salpingitis atau PRP infertilitas atau kehamilan ektopik
•Dampak kehamilan : abortus spontan, kelahiran prematur, dan kematian perinatal
•Diagnosis : kultur (paling baik) D: kultur,DFA,ELISA, hibridisasi DNA, PCR,LCR
•Pengobatan : sefiksim, seftriakson, siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin, spektinomisin kuinolon tdk dianjurkan u/ibu hamil
•Pengobatan : golongan tetrasiklin dan eritromisin. Doksisiklin, azitromisin, tetrasiklin, eritromisin, ofloksasin kuinolon dan tetrasiklin tdk blh u/ibu hamil
•Kehamilan infeksi ditemukan pd trims 1 (sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri)
•Dampak pada janin konjungtivitis neonatus dan pneumonia infantil sirup eritromisin diberikan selama 14 hari
•Manifestasi klinis : kelahiran prematur, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan. Konjungtivitis gonokokalinfeksi perinatal yg paling sering
Gejala pada wanita hamil : keluarnya sekret vagina, perdarahan, disuria, dan nyeri panggul
Trikomoniasis ( Trichomonas vaginalis)
Vaginosis Bakterialis
•Ditularkan memalui hub.seksual, sering menyerang tr.urogenitalis bag. Bawah pd pria maupun wanita resiko rendah
•Keluhan : bau vagina yang khas : amis terutama pada waktu/setelah senggama.
•Gejala : keputihan, gatal, iritasi. •Pemeriksaan : sekret homogen, keabuan, tdk ada inflamasi di daerah vulva dan vagina
•Tanda : duh tubuh vagina (klasik), kolpitis makularistanda klinik yg spesifik
•Kehamilan : abortus spontan pada trims I dan II, kelahiran prematur, ruptur membran yang prematur, persalinan prematur, BBLR, korioamnionitis, endometritis pascapersalinan, dan infeksi luka pasca operasi sesar.
•Kehamilan : ada TV pada trims II prematur ruptur membran, BBLR, dan abortus
Diagnosis : •Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, dan melekat pada dinding vagina, •PH vagina > 4,5, •Sekret vagina berbau amis sebelum atau sesudah penambahan KOH 10% (Whiff test), •Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik
•Diagnosis : kultur •Pengobatan : metronidazol atau klindamisin
•Pengobatan : metronidazol
Sifilis (Treponema pallidum)•Ditularkan lewat kontak seksual, secara vertikal pada masa kehamilan
•Diagnosis : •Menemukan T. Pallidum dalam spesimen dgn mikroskop, pewarnaan Burry, imunofluoresensi, RPR, TPHA
•Lesi primer : 3 minggu setelah kontak : di genitalia ekterna berupa papul berindurasi tdk nyeri, permukaan mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi, teraba keras dan barbatas tegas
•Pengobatan : injeksi Penisilin Benzatin sifilis primer, sekunder dan laten dini•Doksisiklin bagi yang alergi terhadap penisilin dan tidak hamil
•Lesi sekunder : malese, demam, nyeri kepala, limfadenopati generalisata, ruam generalisata dengan lesi di palmar, plantar, mukosa oral atau genital, kondiloma lata di daerah intertrigenosa dan alopesia.
•Bagi yang alergi terhadap penisilin dan dalam keadaan hamil tetap diberikan penisilin dengan cara desentisasi
•Sifilis laten : fase sifilis tanpa gejala klinik dan hanya pemeriksaan serologik yang reaktif
•Sifilis tersier : kerusakan pada SSP, KV, mata, kulit, serta organ lain.
•Kehamilan : tdk jauh berbeda pada tdk hamil. Transmisi treponema dari ibu ke janin terjadi setelah plasenta terbentuk utuh sekitar umur 16 minggu