lap. tutorial repro 1

30
LAPORAN TUTORIAL BLOK REPRODUKSI SKENARIO 1 ABORTUS KELOMPOK XIX ANGGRAINI LALANG BUANA DENALIA AURIKA GIZHA WAGISWARI MADE LELY AMEDIA RATRI OKTAVERA TRI KURNIASIH RUTI ANNISA KUSUMASTUTI SAFITRI TIA TAMPY ARIYADI BUDI SETYOAJI MUHAMMAD M AFIF RAHMAWAN FIRYANA YASYFIE ASYKARI G0012016 G0012054 G0012084 G0012114 G0012158 G0012198 G0012200 G0012028 G0012120 G0012172 G0012234 TUTOR : Prof. Dr. KIYATNO, dr., PFK., M.Or, AIFO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: yasfie-asykarie

Post on 17-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ewrt

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Tutorial Repro 1

LAPORAN TUTORIAL

BLOK REPRODUKSI SKENARIO 1

ABORTUS

KELOMPOK XIX

ANGGRAINI LALANG BUANA

DENALIA AURIKA

GIZHA WAGISWARI MADE

LELY AMEDIA RATRI

OKTAVERA TRI KURNIASIH

RUTI ANNISA KUSUMASTUTI

SAFITRI TIA TAMPY

ARIYADI BUDI SETYOAJI

MUHAMMAD M AFIF

RAHMAWAN FIRYANA

YASYFIE ASYKARI

G0012016

G0012054

G0012084

G0012114

G0012158

G0012198

G0012200

G0012028

G0012120

G0012172

G0012234

TUTOR :

Prof. Dr. KIYATNO, dr., PFK., M.Or, AIFO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

1

Page 2: Lap. Tutorial Repro 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. SKENARIO

Pada scenario pertama pada blok reproduksi ini kami disuguhkan sebuah

materi yang menyangkut sistem reproduksi. Adapun skenarionya sebagai

berikut :

MENGAPA WAJAHKU PUCAT?

Seorang perempuan 28 tahun datang ke PUSKESMAS PONED dengan

keluhan mual muntah hebat terutama pagi hari sejak satu minggu yang lalu,

dan mengeluarkan darah pervaginam sedikit-sedikit. Pasien badannya lemah

sampai tidak dapat beraktivitas. Pasien sudah memiliki 1 anak hidup berumur

12 bulan, dan tidak memberikan ASI. Pasien memakai KB metode pil sejak

anak berusia 6 bulan, namun minum obat KB tidak disiplin. Sudah 3 tahun ini

pasien mengkonsumsi rokok dan alkohol.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah = 90/60 mmHg, denyut

nadi 100x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu tubuh 36,6ºC, conjungtiva

pucat, mulut kering dan turgor kulit menurun, fundus uteri teraba 1 cm di atas

simfisis. Pada pemeriksaan inspekulo tampak portio livid dan ostium uteri

eksternum tertutup serta keluar darah segar. Pada vagina toucher : uterus

sebesar telur angsa, tidak nyeri tekan, sarung tangan lendir darah (+).

Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb = 6 mg/dl. Dokter tersebut

menyarankan agar penderita dirawat inap untuk memperbaiki keadaan umum

dan menjalani pemeriksaan ultrasonografi.

2

Page 3: Lap. Tutorial Repro 1

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Seven Jump

1. Langkah 1

Membaca scenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam

skenario

Dalam scenario ini, kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai

berikut :

1. Turgor kulit : Gambaran elastisitas kulit. Hilangnya volume plasma di

jaringan bawah kulit yang disebabkan karena berbagai hal, misanya diare.

Asupan garam dan air pada pasien turgor akan menurun drastis

2. Inspekulo : pemeriksaan cisual untuk mengetahui pendarahan pada cervix

atau ostium uterina externa dengan speculum.

3. Vaginal toucher : pemeriksaan dengan meraba bagian vagina untuk

menilai keadaan bagian bawah janin dan jalan lahir

4. PONED: Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah

sarana yang dibuat pemerintah untuk menekan kematian ibu dan anak

5. Portio livid : portio yang sudah berubah keunguan karena peningkatan

vaskularisasi akibat peningkatan hormon, yang sering juga disebut tanda

Chadwick.

6. Ostium Uterina Externa : Lubang yang menjorok ke cavum uteri, dan

menjadi bagian portio vagina

7. Konjungtiva : membrane tipis bening yang melapisi bagian dalam

kelopak mata dan menutupi bagian depan sklera, kecuali kornea.

8. Fundus Uteri : Bagian cranial uterus yang berbentuk seperti kubah

9. Pervaginam : melalui vagina

3

Page 4: Lap. Tutorial Repro 1

2. Langkah 2

Menentukan/mendefinisikan permasalahan

Permasalahan yang dibicarakan pada skenario ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa terjadi mual muntah pada pagi hari?

2. Apa penyebab pasien mengeluarkan darah pervaginam sedikit-sedikit?

3. Apa hubungan memakai KB dengan keluhan pasien (tidak menyusui dan

tidak memakai KB teratur)?

4. Mengapa pada pemeriksaan inspekulo tampak portio livid & ostium

uterine exterina tertutup dan keluar darah segar?

5. Apa makna dari hasi pemeriksaan vaginal toucher (uterus sebesar telur

angsa, tidak nyeri tekan, dan keluar lender darah)?

6. Apa makna pemeriksaan fisik & tanda vital serta hasil lab?

7. Apa hubungan riwayat kehamilan dengan keluhan pasien sekarang?

8. Bagaimana hubungan kebiasaan pasien yang merokok dan meminum

alcohol terhadap kehamilan?

9. Mengapa disarankan USG serta rawat inap oleh dokter?

3. Langkah 3

Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara

mengenai permasalahan

1. Mengapa terjadi mual muntah pada pagi hari?

Alasan terjadinya mual muntah pada pagi hari adalah karena adanya

circadian clock dimana terjadi fluktuasi hormon estrogen dan progesteron.

Faktor lainnya ada berupa stress, lelah serta beberapa jenis makanan yang

dikonsumsi. Selain itu juga bisa disebabkan karena adanya refluks

gastroesofageal sehingga menurunnya tekanan spingter esofageal bagian

bawah, lalu terjadi peningkatan tekanan intragastrik sehingga

meningkatkan asam lambung. Penyebab lainnya adalah adanya jarak

4

Page 5: Lap. Tutorial Repro 1

waktu antara makan malam dan sarapan pagi yang jauh, yang juga

akhirnya mengakibatkan meningkatnya asam lambung.

2. Apa penyebab pasien mengeluarkan darah pervaginam sedikit-sedikit?

Perdarahan yang didahului haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh

abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Walaupun demikian,

kemungkinan perdarahan karena polypus servisis uteri, erosio porsionis

uteri, dan karsinoma servisis uteri tidak dapat disingkirkan begitu saja

tanpa pemeriksaan yang teliti.

Penyebab organic (Norwitz & Schorge, 2006).

1. Penyakit saluran reproduksi

- Kondisi terkait kehamilan merupakan penyebab paling umum pada

wanita usia subur, misal aborsi, aborsi inkomplet, dan aborsi yang tidak

dikenali; kehamilan ektopik; penyakit trofoblastik gestasional. Perdarahan

implantasi, juga sering pada mestruasi pertama yang tidak terjadi.

- Lesi uterus umumnya menyebabkan menoragia atau metroragia dengan

menambah luas daerah permukaan endometrium, mengacaukan pembuluh

darah endometrium, atau membuat permukaan menjadi rapuh/meradang.

- Lesi serviks biasanya mengakibatkan metroragia (khususnya perdarahan

pasca coitus) atau erosi atau trauma rangsang.

- Penyebab iatrogenic, mencakup IUD, steroid oral/suntik, dan obat

penenang atau psikotropika lain.

2. Penyakit sistemik

- Diskrasia darah seperti penyakit von Willebrand dan defisiensi

protrombin serta kelainan lain yang mengakibatkan defisiensi trombosit.

- Hipotiroidisme; tidak terkait kelainan menstruasi, tetapi mungkin

menyebabkan oligomenorea atau amenorea.

- Sirosis karena berkurangnya kapasitas hati untuk memetabolisme

estrogen.

5

Page 6: Lap. Tutorial Repro 1

Penyebab disfungsional (endokrinologi) (Norwitz & Schorge, 2006).

Diagnosis PUD (Perdarahan Uterus Disfungsional) dapat ditegakkan

setelah penyebab organic, sistemik, dan iatrogenic untuk perdarahan per

vaginam telah disingkirkan (diagnosis per eksklusionam).

1. PUD anovulatoris

- Jenis dominan pada masa pascamenarke dan pramenopause karena

perubahan fungsi neuroendokrinologis.

- Ditandai oleh produksi estradiol-17 beta terus menerus tanpa

pembentukan corpus luteum dan pelepasan progesterone.

- Estrogen berlebih menyebabkan proliferasi endometrium terus menerus,

kemudian menghasilkan suplai darah berlebih dan dikeluarkan dengan

mengikuti pola irregular dan tidak dapat diprediksi.

2. PUD ovulatoris

- Insidensi: sampai dengan 10% dari wanita yang berovulasi.

- Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya

bersifat fisiologis. Polimenorea paling sering terjadi akibat pemendekan

fase folikular dari menstruasi. Sebagai alternative, fase luteal mungkin

memanjang akibat korpus luteum yang menetap.

Berdasarkan durasinya

1. Pada trimester I, jika pendarahan 6-12 hari setelah implantasi maka bisa

ada kemungkinan terjadi kehamilan ektopik atau molahidatidosa. Namun,

pada beberapa kasus, ada kejadian perdarahan yang terjadi fisiologis.

2. Pada trimester II, ada kemungkinan perdarahan diakibatkan oleh adanya

polip, karsinoma atau plasenta previa

6

Page 7: Lap. Tutorial Repro 1

3. Apa hubungan memakai KB dengan keluhan pasien (tidak menyusui dan

tidak memakai KB teratur)?

Pada keadaan normal, estrogen dalam jumlah kecil mempunyai efek yang

kuat dalam memproduksi FH dan FSH. Saelan itu, bila terdapat

progesteron, efek penghambatan dari estrogen akan berlipat ganda,

walaupun progesteron sendiri memiliki efek penghambatan yang kecil.

Efek umpan balik ini kelihatannya terutama bekerja pada kelenjar hipofisis

anterior secara langsung namun efek tersebut juga bekerja sedikit pada

hipotalamus untuk menurunkan frekuensi GnRH, terutama dengan

mengubah kecepatan pulsasi GnRH.

Pada 1 hingga 2 hari sebelum ovulasi, terjadi lonjakan LH yang

sebelumnya didahului dengan kecepatan sekresi yang sedikit tertekan.

Lonjakan sekresi LH dapat meningkat hingga 6 kali dari biasanya, dan

lonjakan inilah yang menjadipenyebab terjadinya ovulasi. Eksperimen

menunjukkan bahwa tepat sebelum terjadi lonjakan LH, terjadi penekanan

mendadak sekresi estrogen oleh folikel ovarium, dan penekanan itu

mungkin merupakan sinyal yang dibutuhkan dalam menimbulkan efek

umpan balik positif selanjutnya pada hipofisis anterior yang mengarah

pada lonjakan LH. Dan isi pil KB sendiri merupakan kombinasi dari

estrogen sintetik dan progesteron sintetik. Pemberian hormon-hormon

kelamin (estrogen atau progesteron) dapat mencegah depresi hormonal

ovarium awal yang mungkin merupakan sinyal perangsang ovulasi.

(Guyton& Hall, 2007)

4. Mengapa pada pemeriksaan inspekulo tampak portio livid & ostium

uterine exterina tertutup dan keluar darah segar?

5. Apa makna dari hasi pemeriksaan vaginal toucher (uterus sebesar telur

angsa, tidak nyeri tekan, dan keluar lender darah )?

6. Apa makna pemeriksaan fisik & tanda vital serta hasil laboratorium ?

7

Page 8: Lap. Tutorial Repro 1

Pada skenario didapatkan hasil pemeriksaan fisik yang kurang dari normal.

Dimana pada kehamilan kebutuhan oksigen meningkat, produksi eritrosit

serta volume plasma juga meningkat, tetapi volume plasma lebih besar

dari pada eritrosit sehingga terjadi hemodilusi dan menyebabkan

konsentrasi hemoglobin menurun. Pada kehamilan lanjut, biasanya terjadi

anemia defisiensi besi yang ditandai dengan kunjungtiva pucat.

Komplikasi dari anemia sendiri bisa berupa abortus, syok, janin prematur

atau bahkan mati. Mulut kering juga merupakan salah satu tanda dehidrasi,

sehingga diperlukan dilakukannya rawat inap untuk mencegah hal-hal

yang tidak diinginkan. Respiratory rate meningkat untuk mempertahankan

pernapasan akibat melebarnya uterus sehingga mendorong diafragma

semakin naik.

7. Apa hubungan riwayat kehamilan dengan keluhan pasien sekarang?

8. Bagaimana hubungan kebiasaan pasien yang merokok dan meminum

alcohol terhadap kehamilan?

9. Mengapa disarankan USG serta rawat inap oleh dokter?

8

Page 9: Lap. Tutorial Repro 1

4. Langkah 4

Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan

sementara mengenai permasalahan pada langkah 3

9

REPRODUKSI

ANATOMI DAN HISTOLOGI NEUROHORMONAL

ABORTUS

PATOLOGI

KONTRASEPSI

PATOLOGI

ORGAN REPRODUKSIKEHAMILAN

Page 10: Lap. Tutorial Repro 1

5. Langkah 5

Merumuskan tujuan pembelajaran

1. Penyebab didapatkannya hasil tampak portio livid & ostium uterine

exterina tertutup dan keluar darah segar pada pemeriksaan inspekulo

2. Makna dari hasil pemeriksaan vaginal toucher (uterus sebesar telur angsa,

tidak nyeri tekan, dan keluar lender darah )

3. Hubungan riwayat kehamilan dengan keluhan pasien sekarang

4. Hubungan kebiasaan pasien yang merokok dan meminum alcohol terhadap

kehamilan

5. Alasan disarankannya USG serta rawat inap oleh dokter

6. Jelaskan mengenai mola hidatidosa dan kehamilan ektopik

7. Jelaskan mengenai plasenta previa dan solutio plasenta

6. Langkah 6 : Mengumpulkan informasi baru

Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi dan referensi

mengenai learning objective yang telah disepakati bersama. Selanjutnya

informasi baru yang didapat masing-masing mahasiswa akan didiskusikan

pada pertemuan selanjutnya dalam skenario yang sama.

7. Langkah 7 : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru

yang diperoleh

Penyebab didapatkannya hasil tampak portio livid & ostium uterine

exterina tertutup dan keluar darah segar pada pemeriksaan inspekulo

10

Page 11: Lap. Tutorial Repro 1

Makna dari hasil pemeriksaan vaginal toucher (uterus sebesar telur

angsa, tidak nyeri tekan, dan keluar lender darah )

Pada pemeriksaan VT didapatkan ukuran uterus sebesar telur angsa dan

tidak nyeri tekan. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperkirakan bahwa usia

kehamilan pasien 12 minggu. Selain itu terdapat lendir darah pada sarung

tangan pemeriksa, yang menandakan adanya perdarahan pervaginam.

Penyebab perdarahan pervaginam yang sering terjadi pada masa kehamilan

kurang dari 20 minggu adalah karena abortus, kehamilan mola dan KET

(kehamilan ektopik terganggu).

Alasan disarankannya USG serta rawat inap oleh dokter

Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik

pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ

internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini

berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa

kehamilan.

Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam

tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2

sampai 13 megahertz.

Sedangkan dalam fisika istilah “suara ultra” termasuk ke seluruh energi

akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz),

penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok

frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.

Kegunaan

Sonograf ini menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan.

Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas

dalam medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan

dengan bantuan ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan).

Biasanya menggunakan probe yang digenggam yang diletakkan di atas pasien

dan digerakkan: gel berair memastikan penyerasian antara pasien dan probe.

11

Page 12: Lap. Tutorial Repro 1

Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh dokter

spesialis kandungan (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan

memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG

(ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan diagnosa atas

bagian tubuh yang terbangun dari cairan.

Skema Cara Kerja USG

1. Transduser

Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh

yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada

pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk

menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang

yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan)

sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut

menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat

diterjemahkan dalam bentuk gambar.

2.Monitor Monitor yang digunakan dalam USG

3. Mesin USG

Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk

mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah

CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama

seperti pada CPU pada PC cara UDG merubah gelombang menjadi gambar.

Jenis Pemeriksaan USG

1. USG 2 Dimensi

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas

gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang

disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu

benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan

janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat

diputar (bukan janinnya yang diputar).

3. USG 4 Dimensi

12

Page 13: Lap. Tutorial Repro 1

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang

dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi

statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi

pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam

rahim.

4. USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah

terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai

keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:

- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).

- Tonus (gerak janin).

- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).

- Doppler arteri umbilikalis.

- Reaktivitas denyut jantung janin.

Jelaskan mengenai mola hidatidosa dan kehamilan ektopik

KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan di luar kandungan adalah kehamilan dimana sel telur

(ovum) yang sudah dibuahi (oleh spermatozoon) tidak berada (implantasi) di

rongga rahim (endometrium), maupun ekstrauteri. Berdasarkan tempatnya,

kehamilan di luar kandungan terdiri dari (Anonim, 2007):

• Kehamilan Tuba (berkisar 95-98%)

• Kehamilan leher rahim (servikalis) dan tanduk rahim (kornual)

• Kehamilan indung telur (ovarium

• Kehamilan jaringan ikat rahim (intra ligamenter)

• Kehamilan rongga perut (abdomen)

• Kehamilan kombinasi, ada dua kehamilan, yakni kehamilan di luar

kandungan dan dalam rahim secara bersamaan, presentasenya amat kecil.

Tanda-tanda kehamilan di luar kandungan beragam, dibagi menjadi

dua jenis (Anonim, 2007):

13

Page 14: Lap. Tutorial Repro 1

1. Kehamilan di luar kandungan belum terganggu.

Pada fase ini gejalanya sama dengan kehamilan normal, terlambat

haid, mual, muntah dan lain-lain. Tanda khas yang sering adalah: terlambat haid,

perdarahan dan nyeri perut bagian bawah.

2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).

Pada fase ini, selain tanda di atas, terdapat gejala nyeri perut bawah

yang amat sangat secara mendadak, lalu terjadi syok sebagai akibat pecahnya

kehamilan ektopik dan gangguan keseimbangan aliran darah(hemodinamik).

MOLA HIDATIDOSA

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh

vili korialisnya mengalami perubahan hidrofilik. Belum diketahui pasti

penyebabnya, tetapi yang paling cocok adalah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi

protein. Manifestasi klinisnya berupa amenore dan tanda-tanda kehamilan,

perdarahan pervaginam berulang, pembesaran uterus lebih dari usia kehamilan

dan tidak terabanya bagian janin (Mansjoer dkk, 2005).

Mola Hidatidosa berasal dari trofoblas ekstraembrionik pada villus

yang berproliferasi. Villus ini mengeluarkan hormone Human Chorionik

Gonadotropin (HCG). Pada keadaan ini, kondisi janin telah meninggal, dan hanya

villus yang tetap membesar dan berproliferasi hingga menghasilkan HCG yang

sangat banyak melebihi jumlah pada kondisi kehamilan normal dan memberikan

gambaran segugus buah anggur serta edematous. Uterus biasanya membesar lebih

cepat daripada usia kehamilannya, dapat memberikan manifestasi klinik mual dan

muntah, perdarahan pervaginam dengan darah disertai gelembung villus. Dalam

perkembangannya dapat menjadi ganas dan menjadi Mola destruen/invasive local

atau trofoblas ganas non villosum. (Prawirohardjo&Wiknjosastro, 2007)

Manifestasi klinis (Mansjoer dkk, 2005) :

- Amenore

- Perdarahan pervaginam berulang

- Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan

14

Page 15: Lap. Tutorial Repro 1

- Tanda kehamilan, tidak ditemui bagian janin dan BJJ,

preeklampsia/eklampsia <24 minggu.

Jelaskan mengenai plasenta previa dan solutio plasenta

Plasenta Previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada

segmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum

pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar

rahim. (Sumapraja dan Rachimhadi, 2007).

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta

melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

1. Plasenta previa totalis:

- Menutupi osteum uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm.

- Plasenta previa sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral

plasenta sesuai atau identik dengan garis tengah osteum uteri internum.

2. Plasenta previa lateralis, bila menutupi osteum uteri internum sebagian

pada pembukaan 4 cm.

3. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada tepi osteum

uteri internum pada pembukaan 4 cm.

4. Plasenta previa letak rendah, bila tepi bawah plasenta masih dapat

disentuh dengan jari, melalui osteum uteri internum pada pembukaan20

Gangguan vaskularisasi desidua, kemungkinan terjadi akibat perubahan

atrofik atau inflamatorik. Dapat juga karena plasenta besar sehingga

membentang dan meliputi daerah uterus yang luas. Misal, pada

eritroblastosis fetalis dan janin yang lebih dari satu.

Faktor risiko plasenta previa :

Multiparitas

Usia lanjut

Riwayat persalinan saesarea

15

Page 16: Lap. Tutorial Repro 1

Solusio Plasenta:

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada

korpus uteri sebelum janin lahir. Definisi tersebut di atas berlaku pada

kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas

500 gram.

Solusio plasenta terbagi dalam 3 macam:

solusio plasenta totalis : Plasenta dapat terlepas seluruhnya

solusio plasenta parsialis : plasenta terlepas sebagian

rupture sinus marginalis/ solusio plasenta ringan : hanya sebagian kecil pi

nggir plasenta (sedikit).

Patofisiologi solusio plasenta

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua

basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang

melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang

menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta

yang berdekatan dengan bagian tersebut.

Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro

plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga

pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus

tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi

optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang

mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

16

Page 17: Lap. Tutorial Repro 1

BAB III

SIMPULAN dan SARAN

A. SIMPULAN

1. Pasien dalam skenario 1 Sistem Reproduksi kali ini menunjukkan

tanda-tanda dan gejala-gejala kehamilan.

2. Adanya kemungkinan kehamilan, selain adanya tanda-tanda dan

gejala-gejala kehamilan juga diperkuat dengan tidak pernah

menggunakan kontrasepsi

3. Perdarahan pervaginam pada pasien menunjukkan kemungkinan

adanya abortus iminens pada pasien, apalagi hasil pemeriksaan

isnpekulo menunjukkan ostium uteri eksternum masih tertutup dan

keluar darah segar

4. Pasien juga menderita hiperemesis gravidarum dimana sampai

terjadi dehidrasi.

5. Masih ada kemungkinan janin pasien selamat

6. Penatalaksanaan harus segera dilakukan secara cepat, tepat, dan

sesuai dengan kondisi pasien dengan diawali perbaikan kondisi umum

pasien

17

Page 18: Lap. Tutorial Repro 1

B. SARAN

Saran kepada kami peserta tutorial antara lain adalah kami harus lebih jeli

dan memperluas bacaan untuk kami jadikan referensi dalam menyelesaikan

masalah pada skenario ini. Selain itu, hambatan lain yang kita hadapi adalah

keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dalam memahami literatur yang kami

dapat, sehingga terkadang diskusi berjalan berputar-putar atau menjadi kurang

terarah. Selain itu pemahaman dengan Learning Objective agar apa yang kami

pelajari tepat sasaran sesuai dengan Learning Objective Tutor.

Untuk itu kami harus lebih banyak membaca literatur, terutama literatur

dalam Bahasa Inggris sehingga kedapannya diskusi lebih menarik dan berjalan

seperti yang kami harapkan, kemudian peserta harus lebih aktif untuk membagi

informasi yang di dapat ketika belajar di rumah.

18

Page 19: Lap. Tutorial Repro 1

DAFTAR PUSTAKA

Tedjo LIK. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis

Kontrasepsi.

http://eprints.undip.ac.id/18903/1/Laksmi_Indira_Kartini_Tedjo.pdf.

Diunduh Februari 2014.

Adenin I. 2013. Kelebihan KB Suntik.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37114/4/Chapter

%20II.pdf. Diunduh Februari 2014

Anggriani F. 2011. Lama Pemakaian Kontrasepsi pada Kehamilan Ektopik

Kombinasi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23281/4/Chapter

%20II.pdf. Diunduh Februari 2014

BKKBN. 2013. Metode Kontrasepsi Berdasarkan Saran DITJALPEM.

http://www.bkkbn.go.id/infoprogram/Documents/METODE

%20%20KONTRASEPSI%20BERDASARKAN%20SARAN

%20DITJALPEM.pdf. Diunduh Februari 2014

Carol A. Turkington. 2013. Gale Encyclopedia of Medicine.

Debaz BM, Lewis TJ. 2013. Imaging of Gestational Trophoblastic Disease,

http://www.pathology.vcu.edu/TestW eb/images/pathology.gif

Gani S. 2007. Pengaruh Siklus Haid terhadap Kadar Hemoglobin pada Mahasiswi

Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010. Medan : USU Press.

Marliza A. 2010. Senggama.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19183/4/Chapter

%20II.pdf. Diunduh Februari 2014

P. Vassilakos, Department of Pathology, University Medical Centre, 1211

Geneva 4, Switzerland,

19

Page 20: Lap. Tutorial Repro 1

Pertiwi, Kartika Ratna. 2013. Metode Vasektomi dan Tubektomi.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Kartika%20Ratna

%20Pertiwi,%20MD,%20M.%20Biomed.%20Sc/

KONTRASEPSI.pdf. Diunduh Februari 2014

Peter Chen, M.D., 2013. Department of Obstetrics & Gynecology, University of

Pennsylvania, Philadelphia, PA. Review provided by VeriMed

Healthcare Network.

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Halau Stress Selama Hamil.

http://www.conectique.com/tips_solu

tion/pregnancy/during_pregnancy/art icle.php?article_id=5278

Setya Dyah N. 2012. Kontrasepsi.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-diahsetyan-

5191-3-bab2.pdf. Diunduh Februari 2014

Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, Rachimhadi T. 2007. Gangguan dalam Kala III

Persalinan., Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T (ed). 2007. Ilmu Kebidanan dan

Penyakit Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2007; pp 103-104

20