laporan kl (acc)

Upload: defi-ohfanisa

Post on 10-Oct-2015

112 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di atas permukaan bumi baik bersifat fisik ataupun sosial. Menurut Bintarto (1979), geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menggambarkan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduknya serta mempelajari corak yang khas dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.Kemudian dalam hal ekologi, geografi mempelajari bagaimana manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan kesatuan fisiografisnya.Fenomena-fenomena ini terjadi di atas permukaan bumi memiliki perbedaan dan persamaan yang menarik untuk diamati ataupun di diamati. Dalam mempelajari geografi, kita tidak hanya mempelajarinya tetapi kita harus terjun langsung ke lapangan. Lapangan adalah sebuah laboratorium alam, dengan terjun ke lapangan kita dapat memahami permukaan bumi dengan baik melihat secara langsung peristiwa yang terjadi dilapangan. Melalui kegiatan dilapangan, seseorang dapat melatih indera serta perasaan untuk mengenali berbagai pristiwa yang terjadi di permukaan bumi. Kegiatan di lapangan dapat memberikan pengetahuan tentang keterkaitan suatu fenomena dengan fenomena lainnya, yang bersifat spasial. Pada hakekatnya terjun ke lapangan bagi seorang geograf adalah untuk mencari jawaban dari keraguan tentang sesuatu yang ingin diketahui dengan pasti. Terjun kelapangan dapat memperkuat informasi yang kita dapat dan mengetahui kebenaran. Sebagai mahasiswa geografi diharapkan dapat mengidentifikasi objek yang ada di wilayah pengamatan, mengetahui hubungan antara objek satu dengan objek lainnya, mengetahui perbedaan dan persamaan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya, dan memahami bentuk interaksi fisik serta sosial dalam lingkup keruangan.Pada Kuliah Kerja Lapang I ini kami melakukan penelitan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat yang secara geografis berada 6 57 7 25 LS dan 106 49 107 00 BT. Dengan 3 wilayah pengamatan utama yaitu Gunung Karang, Ci Careuh dan wilayah penelitian kelompok yaitu Desa Tonjong.

1.2. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari Kuliah Lapang ini adalah untuk memverifikasi objek di lapangan setelah mempelajari teori kuliah lapang yang sudah kami pelajari. Seiring dengan praktikum yang sudah dijalani, tentunya hasil laporan merupakan hal penting yang perlu diinformasikan sebagai data spasial yang selanjutnya dapat diolah untuk berbagai keperluan dan dapat di analisa lebih lanjut. Maksud dari Kuliah Kerja Lapang I (KKL I) adalah untuk melihat, mengenal, mengamati, dan memahami karakteristik keruangan sebagai objek geografi di lapagan, baik gejala fisik maupun gejala sosial. Adapun tujuan dari KKL I agar mahasiswa :1. Mampu melakukan orientasi dengan karakteristik alam sekitarnya. 2. Mampu mengidentifikasi objek Geologi, Geomorfologi, Hidrologi, Litologi dan Penggunaan Tanah yang terdapat pada wilayah pengamatan. 3. Mampu memahami karakteristik objek Geologi, Geomorfologi, Hidrologi Litologi dan Penggunaan Tanah yang terdapat pada wilayah pengamatan. 4. Mampu memvalidisasi hasil identifikasi peta dengan fakta di lapang. 5. Mampu mendeskripsikan hasil pengamatan di lapangan.

1.3. Ruang Lingkup

1.3.1. GeomorfologiMencakup materi dan obyek pengamatan yang berkaitan dengan bentuk medan (morfologi) yang terbentuk secara alamiah. Sehubungan dengan itu, pembentukan muka bumi materi geomorfologi diarahkan pada peningkatan kemampuan pengenalan para mahasiswa terhadap proses pembentukan muka bumi melalui pengamatan berbagai gejala fisik sehingga dapat mendeskripsikan karakteristik permukaan bumi secara baik.

1.3.2. GeologiMencakup materi dan obyek pengamatan yang berkaitan dengan batuan-batuan yang terdapat pada geomer yang diamati baik Litologi, Statigrafi, Struktur batuan. 1.3.3. HidrologiMencakup materi atau obyek pengamatan yang berkaitan dengan karakteristik dan pengaruh air terhadap permukaan bumi. Sehubung dengan itu, materi hidrologi diarahkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap fenomena-fenomena, sifat, distribusi, kualitas serta pengukuran debit dan arus air. Dengan obyek pengamatan hidrologi yang diamati adalah sungai dan sumur. 1.3.4. Penggunaan TanahMencakup materi atau obyek pengamatan yang berkaitan dengan seluk beluk tanah yang terdapat pada geomer yang diamati baik jenis tanah, tekstur tanah, struktur tanah, serta horizon tanah.1.3.5. Jenis TanahMencakup materi atau obyek pengamatan yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam memenuhi hajat hidupnya. Sehubungan dengan itu, materi geografi manusia diarahkan pada meningkatnya pemahaman mahasiswa terhadap penggunaan tanah sehingga dapat mendeskripsikan dengan baik perbedaan karakteristik lokasi untuk berbagai aktivitas manusia yang ditunjukkan dengan perubahan penggunaan tanah.1.3.6. KartografiMencakup materi yang berkaitan pembacaan dan penafsiran peta rupa bumi dan peta geologi dalam memahami berbagai gejala di permukaan bumi, pembuatan/penyiapan peta kerja, serta pembuatan peta tematik. Materi ini juga termasuk penggunaan alat navigasi (kompas, GPS, busur, dll) baik untuk keperluan orientasi medan maupun penentuan lokasi obyek pengamatan.

BAB IIGAMBARAN/TINJAUAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1. Lokasi Wilayah Studi

Pada KKL I, sebagai wilayah studi adalah wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Berikut ini adalah kondisi umum di Kabupaten Sukabumi. Secara geografis Kabupaten Sukabumi terletak pada 6 57 7 25 LS dan 106 49 107 00 BT. Dengan batas administrasi sebagai berikut : Kabupaten Bogor sebelah utara Kabupaten Cianjur sebelah timur Samudera Indonesia sebelah selatan Kabupaten Lebak dan Samudra Hindia sebelah baratLuas total wilayah Kabupaten Sukabumi adalah 412.799,54 Ha dengan panjang pantai 117 km serta jumlah penduduk 2.291.688 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,59%. Secara administrasi dibagi menjadi 47 Kecamatan, tiga Kelurahan, dan 359 Desa dengan Ibu Kota Pelabuhan Ratu. Kondisi iklim dengan curah hujan rata-rata per tahun pada wilayah Kabupaten Sukabumi antara 2000 4000 mm/tahun dengan kelembaban rata-rata 85%. Sedangkan kondisi topografi pada wilayah Kabupaten Sukabumi dengan kelas kelerengan 37% (13-17), 21% (2-13) dan sisanya merupakan daerah data dan secara topografi,terletak pada ketinggian antara 0 2.960 m di atas permukaan laut. Secara khusus lokasi wilayah studi kami pada KKL I berada pada Kecamatan Pelabuhanratu, dan Simpenan yang kemudian terbagi ke dalam 20 Desa atau geomer daerah penelitian masing-masing kelompok. Kelompok kami mendapat wilayah pengamatan Desa Tonjong. Desa Tonjong adalah salah satu Desa yang terletak di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Desa Tonjong berbatasan langsung antara lain pada sebelah timur dengan Desa Bojonggaling, sebelah utara dengan Desa Pasir Suren, sebelah barat dengan Desa Ci Tarik, dan sebelah selatan dengan Desa Cibuntu. Letak geografis Desa Tonjong berada pada koordinat 6 59 10.6 LU 7 1 20.5 LU dan 106 35 17.4 BT 106 37 54.1 BT.Luas wilayah Desa Tonjong yaitu 885 Ha. Di Desa ini terdiri dari tiga Dusun, diantaranya adalah 26 Rukun Tetangga dan tiga Rukun Warga pada ketiga dusun tersebut. Desa ini hampir 51 % wilayahnya merupakan perkebunan karet. Perkebunan karet ini milik PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII yang luasnya mencapai 439 Ha dan perkebunan karet milik PT. Citimu seluas 1.5 Ha. Perkebunan milik PTPN ini terletak pada sebelah selatan pada sebelah selatan Jalan Raya Ci Tarik sementara perkebunan karet milik PT. Citimu berada diwilayah Timur Desa Tonjong tepatnya berada di Dusun Cijarian. Jalan Raya Citarik merupakan jalan utama pada Desa ini. Kantor Kepala Desa berda di sebelah Timur Perkebunan Karet Nusantara.

Gambar 1. Peta TonjongRata-rata mata pencaharian penduduk Desa Tonjong adalah wiraswasta dan buruh. Rata-rata pendapatannya pun berada pada standar IPM. Hal yang diunggulkan dari desa ini adalah terletak pada bidang perekonomiannya, hal itu dikarenakan pendapatan penduduk disana didapat dari perkebunan karet dan perdagangan. Akan tetapi tingkat pendidikan penduduk di Desa ini masih rendah, terlihat dari kurang tersedianya fasilitas pendidikan. Terdapat dua Sekolah Dasar, dua Madrasah Ibtidaiyah, dua Madrasah Tsanawiyah, dan tiga Pondok Pesantren. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan juga menjadi salah satu penyebabnya.

2.2. Fisiografi Wilayah

Secara fisiografi, wilayah studi KKL 1 memiliki morfologi yang bervariatif dari dataran hingga perbukitan dan pegunungan. Meskipun terletak di tepi samudera, tidak semua gejala yang terdapat di wilayah studi menunjukkan adanya pengaruh laut. Variasi fisik wilayah tersbut disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, aktivitas vulkanik, pengikisan dan pengendapan. Aktivitas tektonik berupa pengangkatan seperti terbentuknya patahan. Aktivitas vulkanik menimbulkan mata air panas. Pengikisan dan pengendapan membentuk lembah-lembah di lereng perbukitan/pegunungan dan berbagai bentuk endapan baik di pantai maupun di sungai. Van Bemmelen (1970) telah membagi daerah Jawa bagian barat menjadi lima jalur fisiografi. Pembagian zona fisiografi Jawa bagian barat tersebut yaitu: 1. Zona Depresi Bandung terletak di sebelah selatan Zona Bogor, melengkung dari Pelabuhan Ratu mengikuti lembah Ci Mandiri menerus ke timur melalui kota Bandung dan berakhir di Segara Anakan di muara Ci Tanduy dengan lebar antara 20 40 km. 2. Zona Bogor merupakan jalur yang terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan dan merupakan sebuah antiklinorium dari lapisan neogen yang terlipat kuat (ditandai dengan banyaknya punggungan pada gunung-gunung yang terdapat di zona tersebut, yaitu Gunung Gede-Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Halimun). 3. Dataran Rendah Batavia/Jakarta adalah kipas alluvial (alluvial plain/ endapan alluvial dari Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango). 4. Zona Pengunungan Selatan (Southern Mountains) yang terdapat pada selatan Pulau Jawa yang memanjang dari barat hingga ke timur dan merupakan wilayah vulkanik berupa plato bersambung yang luas terdiri dari Plato Jampang, Plato Rongga, dan Plato Karangnunggal. Dimulai dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai kepada Pulau Nusakambangan di sebelah selatan Segara Anakan, dekat Cilacap dan mempunyai lebar rata-rata 50 km, tetapi ujung timurnya menyempit sampai beberapa kilometer pada Pulau Nusakambangan. Seluruh daerah ini menunjukkan sisi selatan geantiklin Jawa, yaitu sebuah blok pengerutan. Permukaan erosinya muncul berangsur-angsur dari Samudera Hindia sampai setinggi 1000 m dengan beberapa volcanic neck yang resistant dari ketinggian yang lebih besar (Gunung Malang 1305 m dpl) dan kemudian hancur dengan sebuah patahan sampai Zone Bandung. Menurut Pannekoek (1949), secara fisiografis Pulau Jawa bagian barat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Zona Utara terdiri dari daerah lipatan, endapan kipas alluvial, jalur peneplain, Gunung Ciremai, Kompleks Gunung Tangkuban Perahu, dan Kompleks Pegunungan di Banten. 2. Zona Tengah merupakan zona depresi yang diisi endapan vulkanik muda. Pada zona ini terdapat lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang menjorok (thrusting) yang menyebabkan batuan tertier tertutup. 3. Zona Selatan merupakan dataran tinggi yang luas yang memanjang dari Kabupaten Sukabumi (sebenarnya merupakan suatu plato yang memiliki lereng ke Samudera Hindia dengan bentuk tebing patahan/escarpment pada bagian utaranya, namun sudah terkikis, sehingga tidak terlihat lagi platonya) sampai ke timur yaitu Karangnunggal section atau plato Karangnunggal. Secara geologis, endapan yang muda yaitu meosen atas terdiri dari breksi andesit seri batuan Pegunungan Beser, tuf putih laut dan batuan pasir masih utuh dengan dip teratur ke selatan Menurut I Made Sandy (1985) dalam bukunya Geografi Regional Indonesia membagi Pulau Jawa menjadi empat wilayah fisiografis, yaitu: 1. Wilayah dataran rendah terdiri dari wilayah lembah Ci Tanduy, wilayah dataran alluvial terutama pada bagian pesisir barat dan utara Pulau Jawa (wilayah dataran rendah utara dan wilayah dataran rendah barat). 2. Wilayah pegunungan yang merupakan bagian dari wilayah pegunungan selatan, wilayah slenk Ci Mandiri, wilayah pegunungan lipatan barat, dan wilayah pegunungan tengah (yang sebenarnya adalah depresi, tetapi karena tutupan bahan vulkanik wilayah ini menjadi tinggi). 3. Wilayah vulkanik yang terdiri dari vulkanik selatan (Tangkuban Perahu, guntur, dan sebagainya), wilayah vulkanik utara (Gede-Pangrango) dan wilayah depresi Jawa Barat. 4. Wilayah karang merak yang terdapat pada ujung sebelah barat laut Pulau Jawa.

Umumnya wilayah di Jawa Barat dibagi menjadi Pegunungan Selatan, Zona Bandung, Zona Bogor, dan dataran rendah DKI Jakarta. Bagian terbarat dari zona pegunungan di Jawa Barat adalah Plato Jampang. Lembah Ci Mandiri terbentuk dari patahan zona Bandung. Pada masa tersier rendah dan meosen tua naik ke atas dan terjadi pengendapan vulkanik. Lapisan ini naik ke atas menuju Plato Bayah dan posisi tektonik dapat digabungkan dengan Perbukitan Sraju Selatan dan Pegunungan Progo Barat pada Jawa Tengah, dan Bukit Jiwo di Jawa Timur. Lapisan ini memperlihatkan bagian teratas dari geosinklin pleistosen Jawa yang turun menuju patahan di selatan. Pada lapisan ini lembah Ci Mandiri merupakan bagian terdalam dari area ledakan geantiklin, terutama Pegunungan Bayah. Plato Jampang dan Plato Bayah merupakan dataran tinggi yang termasuk dalam wilayah pengamatan studi. Dinding utara Plato Jampang berbatasan dengan slenk Ci Mandiri yang menghadap ke teluk PelabuhanRatu, sedangkan bagian selatan menghadap Samudera Hindia. Slenk Ci Mandiri merupakan tempat terdapatnya kota Palabuhanratu yang merupakan ujung paling barat dari wilayah depresi di zone tengah. Dari Pelabuhanratu, wilayah depresi melengkung ke arah timur mengikuti lembah Ci Mandiri, berlanjut ke dataran Cianjur - Sukabumi dimana terdapat kemunculan puncak-puncak vulkanik G. Gede dan G. Pangrango. Selanjutnya terus mengarah ke timur menuju cekungan Bandung hingga berakhir di muara Ci Tanduy. Secara geologis Plato Jampang terdiri dari breksi andesit, tuf putih, dan batuan pasir yang menutupi permukaan plato. Puncak tertinggi dari plato ini adalah G. Malang yang merupakan intrusif andesit. Tuf putih bersifat poros, sehingga di plato ini banyak ditemukan tebing-tebing pantai. Plato Jampang dapat dikatakan memiliki permukaan yang masih utuh atau belum banyak terganggu oleh erosi. Pada bagian barat dayanya ditemukan pola lembah yang sejajar dengan garis pantai yang menunjukkan bahwa pembentukan lembah tua alur sungai tersebut terjadi sebelum pengangkatan. Sementara itu, secara fisiologis Plato Bayah termasuk dalam wilayah pegunungan lipatan bagian barat atau sektor Banten di mana terdapat puncak Halimun dan Sanggabuana. Lereng bagian selatannya menurun ke arah lautan secara bertingkat-tingkat. Permukaan Plato Bayah telah terkikis kuat yang dicirikan oleh adanya lembah-lembah yang dalam. Terdapat dugaan kuat bahwa kegiatan vulakanik telah muncul sebelum terbentuknya lembah-lembah tersebut. Lembah-lembah itu pun diperkirakan telah terbentuk sebelum terjadinya pengangkatan.Tipe pantai di wilayah pesisir pengamatan studi merupakan pantai karang, berbatu, dan berpasir. Secara geologis Plato Jampang terdiri dari breksi andesit, tuf putih, dan batuan pasir yang menutupi permukaan plato. Puncak tertinggi dari plato ini adalah G. Malang yang merupakan intrusif andesit. Tuf putih bersifat poros, sehingga di plato ini banyak ditemukan tebing-tebing pantai (cliff). Plato Jampang dapat dikatakan memiliki permukaan yang masih utuh atau belum banyak terganggu oleh erosi. Pada bagian barat dayanya ditemukan pola lembah yang sejajar dengan garis pantai yang menunjukkan bahwa pembentukan lembah tua alur sungai tersebut terjadi sebelum pengangkatan.

Gambar2. Peta Geomorfologi Desa Tonjong

2.3 Geologi

Tektonika di Jawa Barat umumnya dipengaruhi oleh tektonika regional yang dicirikan oleh deformasi batuan bancuh (perlapisan batuan serpih hitam tergeruskan, bongkah batuan, zona breksi, serta foliasi batuan sedimen). Deformasi ini terjadi pada Kala Kapur Akhir hingga Paleosen Akhir-Eosen Tengah. Tektonika berikutnya terjadi pada Kala Eosen-Oligosen, sehingga batuan di daerah Ciletuh yang berumur Eosen-Oligosen terlipat dengan arah sumbu lipatan timur laut-barat daya, juga terjadi deformasi dengan arah sumbu U2800T (Suparka, 1980). Pada Kala Miosen Tengah terjadi kegiatan tektonika lagi yang mengakibatkan di Jawa Barat Selatan terjadi pergeseran vertikal, dan di beberapa tempat mengalami perlipatan kuat serta pergeseran, menghasilkan sesar-sesar bongkah dengan arah timur laut-barat daya dan utara barat laut-selatan tenggara hingga barat laut-tenggara (Suparka, 1980). Akibat proses tektonika ini Tinggian Sukabumi, Rendahan Cibadak-Pelabuhan Ratu, Zona Cimandiri, serta Lajur Jampang bagian utara mengalami pelipatan dan pensesaran longitudinal. Kegiatan tektonika Plio-Plistosen mengakibatkan terjadinya pelipatan dan pengangkatan di seluruh Jawa Barat. Pada Kala Kuarter, kegiatan tektonika ditandai oleh gempa bumi dan aktivitas gunung api Kuarter, dengan episentrum gempa bumi berkaitan dengan sesar-sesar yang berkembang sebelumnya. Dari hasil penelitian Sukamto (1975) dapat disimpulkan: Formasi Citirem terdiri atas diabas dan basal. Setempat-setempat dijumpai sienit, andesit, dan spilit yang kebanyakan berupa aliran lava. Sebagian memperlihatkan struktur bantal, amigdaloidal, dan sedikit terubah secara hidrotermal. Formasi ini merupakan satuan batuan vulkanik berumur Pratersier. Anggota Cikarang Formasi Jampang, dicirikan oleh litologi tuf dan tuf lapili berselingan dengan tuf berbatuapung, batupasir berbatuapung, tuf gampingan, batulempung tufan, batupasir gampingan, napal tufan, napal globigerina; sisipan lava, breksi yang sebagian bersifat konglomerat, breksi tuf, batugamping tufan, dan batugamping terbreksikan (Sukamto, 1975). Setempat-setempat dijumpai bola tuf. Batuan vulkanik yang dijumpai pada umumnya terpropilitkan. Satuan ini berumur Miosen Awal, dengan tebal keseluruhan sekitar 2500 m, terletak tak selaras menindih Formasi Ciletuh. Gambar 3. Peta Geologi Desa TonjongFormasi Bentang Bagian Atas yang terdiri atas tuf kristal, tuf abu, dan tuf litik, pada umumnya napalan dan berbatuapung, berselingan dengan batupasir tufan, napal tufan, dan batugamping napalan, setempat-setempat glokonitan; dan napal yang kaya akan Globigerina. Umur satuan ini Miosen Akhir hingga Pliosen dengan ketebalan maksimum 350 m. Satuan ini terletak selaras menindih Formasi Cibodas.

Gambar 4. Formasi Batuan Desa Tonjong

2.4. Jaringan dan Pola Aliran Sungai

Sungai merupakan jalan air alami. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai sungai yang ditemukan di wilayah pengamatan ialah Ci Wahangan, Ci Pawenang, Ci Maja, Ci Sukawayana. Sungai-sungai tersebut bermuara di Pelabuhanratu. Berdasarkan ketersedian airnya, Ci Pawenang akan surut pada musim kemarau dan akan mengalirkan debit air yang besar pada musim hujan. Aliran air pada sungai sungai tersebut dapat digunakan oleh penduduk sekitar baik untuk sumber air ataupun untuk irigasi. Berdasarkan hasil pengamatan, di wilayah tersebut banyak terdapat sawah dan kebun terutama pada wilayah-wilayah datar di dekat muara. Ci Pawenang, Ci Maja, dan Ci Sukawayana termasuk sungai dewasa yang ditandai dengan terbentuknya dataran banjir (flood plain) pada sisi sungai akibat adanya pengendapan. Untuk mengetahui besarnya jumlah air yang ada di suatu sungai maka diperlukannya pengukuran debit sungai tersebut. Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di lapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada. Kandungan oksigen di suatu perairan tidak pernah konstan. Oksigen secara terus menerus diproduksi oleh alga dan tumbuhan akuatik lainnya serta terdifusi oleh angin dan gelombang. Selanjutnya oksigen tersebut berpindah melalui respirasi dari hewan air, bakteri pengurai baik untuk keperluan BOD dan COD. Jumlah oksigen yang dapat diserap oleh perairan berbeda-beda tergantung pada suhu, mineral-mineral terlarut yang ada di air dan elevasi suatu kawasan. Dari laporan hasil penelitian dan analisa BLH Kabupaten Sukabumi (2003) menunjukkan bahwa oksigen terlarut rata-rata di wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu berkisar antara 12,0 12,2 mg/L.

Gambar 5. Peta Daerah aliran Sungai Desa Tonjong2.5 Penggunaan Tanah

Meskipun terletak di tepi samudera tidak semua penduduk Simpenan bekerja sebagai nelayan. Aktivitas nelayan umumnya hanya ditemukan pada pantai-pantai yang relatif landai. Sebagian besar penduduk justru bekerja pada bidang pertanian. Sawah irigasi banyak ditemukan pada pesisir pantai, muara-muara sungai besar, dataran banjir, dan wilayah endapan lainnya. Sementara, sawah tadah hujan terdapat pada wilayah yang lebih tinggi. Selain itu, lereng bukit/pegunungan dan tempat-tempat di mana air sulit didapat, banyak diusahakan penduduk sebagai pertanian tanah kering (perkebunan, tegalan, kebun campuran). Antara Palabuhanratu - Cisolok ditemukan panorama alam pesisir Samudera Hindia dan dataran tinggi Jawa bagian selatan dapat mengundang wisatawan lokal dan mancanegera. Pada beberapa desa, kehadiran wisatawan memberikan dampak pada pola kehidupan penduduk. Aktivitas wisata yang banyak terdapat antara lain wisata pantai, selancar air, arung jeram, pemandian air panas, perkemahan dan penjelajahan hutan. Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, di sepanjang jalan utama banyak terdapat penginapam seperti hotel berbintang, losmen, rumah makan, dan tempat/fasilitas wisata lainya. Kegiatan-kegiatan usaha tersebut menjadi salah satu mata pencaharian alternatif bagi penduduk setempat. Di Kecamatan Simpenan, penduduknya cukup banyak yang bekerja pada bidang pertanian, jasa, dan pemerintahan. Sebagian kecil penduduk juga ada yang bekerja pada bidang industri kecil dan pertambangan. Bidang pertanian menjadi sumber penghasilan utama penduduk Simpenan, hasil pertanian berupa padi menjadi komoditi pertanian utama. Bidang jasa berupa ketersediaan sejumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dinaungi oleh adanya beberapa agen penyedia jasa TKI. Bidang pemerintahan terdapat beberapa PNS, TNI dan Polri. Walau kegiatan di Kecamatan Simpenan tidak terlalu ramai, aktivitas lalu lintas yang ditunjang oleh jaringan jalan aspal telah membuat suasana kehidupan semakin bergairah. Namun demikian, corak-corak kehidupan tradisional masih tetap jelas terlihat dengan adanya beberapa curug atau air terjun yang ada.

Gambar 6. Peta Penggunaan Tanah Desa Tonjong

BAB IIIMETODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1. Pengumpulan Data

3.1.1.AlatDalam Kuliah Lapang I,Peralatan dan bahan kelompok yang digunakan adalah sebagai berikut:a. Alat-alat tulis yang terdiri dari pensil, ballpoint, spidol/pensil warna, penggaris, busur derajat, penghapus, dsb. b. Alat pengukur posisi yaitu GPS (Global Positioning System) c. Peralatan geomorfologi berupa kompas dan altimeter. d. Peralatan geologi berupa kantong plastik bening (untuk sampel batuan), palu geologi, dan kompas geologi. e. Peralatan hidrologi berupa meteran, tali, pengukur kedalaman, stop watch, kantong plastik bening atau botol (untuk sampel air). f. Peralatan tanah berupa kantong plastik bening (untuk sampel tanah) g. Alat dokumentasi, berupa kamera, atau handphone berkamera.

Selain itu, Peralatan Penunjang yang diperlukan, yaitu :a. Perlengkapan presentasi (LCD) b. Perlengkapan P3K c. Kelengkapan administrasi berupa surat izin dari aparat setempat, proposal kegiatan KKL I, serta surat izin kegiatan selama melaksanakan KKL I untuk diberikan kepada tiap Kepala Desa yang menjadi lokasi penelitian.

3.1.2. DataData yang dikumpulkan merupakan data sekunder, yaitu data yang di dapat dari instansi terkait dengan data yang diperlukan. Data yang termasuk dalam kategori tersebut adalah: 1. Peta administrasi Desa Tonjong dari Badan Informasi Geospasial Tahun 20002. Data Kontur Kecamatan Palabuanratu dan Desa Tonjong untuk mendapatkan data ketinggian dan data lereng dari Badan Informasi Geospasial Tahun 2000.3. Data Citra Digital Globe Tahun 2008 dari Badan Informasi Geospasial yang sudah georeference (koordinat geografis), untuk mengetahui aspek sungai (line dan poly), garis pantai (line), jalan (line), dan penutupan lahan (poly).4. Peta Geologi wilayah Kabupaten Sukabumi dari PUSLITBANG Geologi5. Peta Geomorfologi wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2000.6. Peta Jenis Tanah Desa Tonjong Tahun 2000.7. Peta Bentuk Medan Desa Tonjong Tahun 2000.

3.2Pengolahan Data

Semua data yang diperoleh akan disusun dan diolah dalam sistem data yang berbasis GIS dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1, dimana semua data tersebut akan diinformasikan melalui visualisasi peta yang mengandung informasi database spatial.

3.2.1. GeologiData geologi yang berupa Peta Geologi Desa Tonjong diperoleh dari proses Extract-Clip pada ArcGIS dengan Peta Geologi Kabupaten Sukabumi. Peta Geologi Kabupaten Sukabumi dipotong berdasarkan layer batas wilayah Desa Tonjong agar diperoleh informasi geologi yang khusus berada di Desa Tonjong. Hal ini bertujuan untuk memudahkan menginterpretasi keberadaan sebaran batuan dan sebagai dasar dalam melakukan survey di wilayah pengamatan.Untuk pengamatan di lapangan, peralatan-peralatan yang terkait dengan pengamatan diperiksa dan dipersiapkan kelengkapannya terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan plot lokasi pengamatan menggunakan GPS dan peta kerja. Batuan yang ada di lokasi pengamatan diperhatikan dan diidentifikasi berdasarkan ciri-cirinya untuk kemudian ditentukan jenisnya. Lokasi yang berupa singkapan diperhatikan dan dicatat perbedaan jenis batuan di setiap lapisan lalu diukur ketebalan setiap lapisan batuan. Selanjutnya diambil sampel batuan agar lebih mudah diidentifikasi. HCl dituangkan pada sampel batuan untuk mengetahui sifat asam-basa dari batuan. Selanjutnya formasi batuan ditentukan dari peta geologi yang dijadikan acuan sehingga dihasilkan informasi geologi wilayah pengamatan. Dip dan Strike diukur dengan kompas geologi agar diketahui kemiringan dan arah hujaman lapisan geologis. 3.2.2. GeomorfologiPeta Geomorfologi Kabupaten Sukabumi dipotong menggunakan metode Extract-Clip pada ArcGIS dengan menggunakan layer wilayah administrasi Desa Tonjong sebagai batas pemotongan data untuk mendapatkan Peta Geomorfologi Desa Tonjong. Data yang dihasilkan dalam bentuk peta kemudian digunakan sebagai dasar dalam melakukan survey lapang di wilayah pengamatan.Aspek geomorfologi di lokasi pengamatan diamati bentuk permukaannya dan diperiksa serta dipahami tanda-tanda pengikisan dan pengendapan yang ada setelah sebelumnya dilakukan plot pada peta kerja dengan alat bantu GPS. Selain itu, diperiksa dan dipahami juga tanda-tanda volkanisme dan diatrofisme yang nampak. Selanjutnya diperhatikan karakteristik sungai, bukit, dan lembah. Pada sungai diperhatikan kelurusan sungai, kecuraman bukit, dan keberadaan vegetasi. Diperiksa juga keberadaan tanda-tanda runtuhan tanah atau batuan, longsoran, rayapan tanah, dan sebagainya. Perlu juga dikaitkan antara lokasi pengamatan objek dengan kondisi geologinya untuk diketahui ada atau tidaknya patahan atau lipatan. 3.2.3. HidrologiData hidrologi berupa lokasi, ukuran dan jenis tubuh air (sungai) diperoleh dari Peta Wilayah Administrasi Desa Tonjong yang merupakan salah satu batas wilayah pengamatan. Data yang ada digunakan sebagai acuan menentukan metode yang tepat dalam melakukan pengukuran yang terkait dengan aspek hidrologi. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pengukuran hidrologi di lokasi pengamatan adalah bentuk sungai, volume air, karakteristik aliran, jenis dan bentuk material yang diangkut sungai. Perlu juga diperiksa keberadaan batuan besar pada badan sungai, tanda-tanda pengendapan pada badan atau kelokan atau bantaran sungai, bekas banjir, dan pengikisan pada tebing sungai. Selanjutnya dikaitkan antara karakteristik sungai dengan kondisi geomorfologis dan geologis, seperti ada atau tidaknya patahan atau lipatan. Selain kondisi fisik sungai, kualitas air juga perlu dilakukan pengukuran. Salah satu aspek kualitas yang diukur adalah pH air. Alat yang dibutuhkan pada pengukuran pH air adalah pH Indikator. Nilai asam-basa yang ditunjukan pH Indikator berkisar pada nilai satuan sehingga informasi yang dapat ditampilkan terkait pH air lokasi pengamatan dapat lebih detail.Selain pH, aspek lain yang diukur dalam hidrologi adalah debit aliran sungai agar diketahui volume air pada penampang sungai tiap satuan waktu. Sungai dibagi ke dalam beberapa segmen atau bagian agar lebih mudah dilakukan pengukuran. Pelampung digunakan sebagai media yang dibawa oleh aliran sehingga pergerakan aliran dapat dihitung berdasarkan jarak dan waktu.Jarak aliran yang diukur dilambangkan dengan L, sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh air untuk menempuh panjang sungai adalah t, maka kecepatan aliran (V) ditentukan dengan rumus:V = L/TSehinggabesar debit aliran (Q)adalah :

Q = A x V atau Q = A x L/T

Dimana A adalah luas penampang aliran yang diperoleh dari hasil perhitungan lebar dan kedalaman sungai.

3.2.4Jenis TanahData jenis tanah dalam bentuk Peta Jenis Tanah Sukabumi diolah menggunakan ArcGIS melalui metode Extract-Clip dengan layer batas wilayah Desa Tonjong sehingga diperoleh Peta Jenis Tanah Desa Tonjong. Peta Jenis Tanah Desa Tonjong kemudian dijadikan acuan dalam menentukan lokasi survey lapang.Jenis tanah secara umum diklasifikasikan berdasarkan bentuk yang dibagi lagi ke dalam beberapa aspek, yaitu warna, tekstur, dan struktur, dimana ketiganya sekaligus dijadikan sebagai indikator ketika sampel tanah diinterpretasi jenisnya. Ketiga aspek tersebut dipengaruhi oleh faktor pembentuk tanah, yaitu iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.Interpretasi warna tanah dilakukan dengan acuan grafik warna tanah yang disebut Munsell Chart yang didalamnya terdapat klasifikasi warna tanah berdasarkan Chrome, Value, dan komposisi warna Yellow dan Red. Selain dari segi fisik, aspek lain yang diukur adalah kualitas tanah yang salah satunya diukur berdasarkan pH tanah. Seperti halnya kualitas air yang diukur dengan pH Indikator, pH tanah juga diukur dengan pH Indikator.Kedalaman tingkat kesuburan tanah dapat dilihat dari penampang melintang atau profil tanah atau yang lebih dikenal dengan horizon tanah. Hal ini dimaksudkan agar dapat dilihat tebal tipisnya lapisan yang subur (solum) di lokasi pengamatan dimana tebal dan tipisnya lapisan ini juga dipengaruhi oleh faktor pembentuk tanah.

3.2.5.Penggunaan TanahData penggunaan tanah diperoleh dari hasil georeferencing Citra Digital Globe wilayah Desa Tonjong ke dalam bentuk koordinat geografis sehingga data dalam citra tersebut dapat diolah dalam ArcGIS. Data penggunaan lahan tersebut didijitasi kemudian dijadikan Peta Penggunaan Lahan Desa Tonjong yang kemudian dijadikan dasar dalam melakukan survey lapang penggunaan lahan di Desa Tonjong.Klasifikasi pengunaan tanah pada wilayah pengamatan dibuat dengan acuan standar nasional klasifikasi penggunaan lahan. Pengamatan di lokasi ditujukan agar terdapat kesamaan informasi antara yang dimiliki pengamat dengan kenyataan di lapangan. Selain dengan pengamatan secara langsung. Informasi penggunaan lahan dapat pula diperoleh melalui proses wawancara dengan pihak-pihak yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran informasinya.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Objek antara Jalur Cibadak- Palabuanratu

4.1.1 Pasir Bongkok/Gunung Karang Kegiatan Kuliah Kerja Lapang hari pertama yaitu pada hari kamis tanggal 29 Mei 2014, pertama kami mengunjungi tempat tambang batu marmer. Lokasi pertambangan ini tepatnya pada Jalan Primer Km 5 Gunung Karang Cibadak-Sukabumi.1. Geologi Wilayah studi KKL 1 pada kegiatan pertama berada pada lokasi pertambangan di Pasir Bongkok, Gunung Karang, Cibadak-Sukabumi. Dapat dilihat pada Gambar 7 adalah letak lokasi Gunung Karang. Pada kawasan Cibadak selatan merupakan lapisan batuan sedimen. Kawasan Cibadak merupakan kawasan Formasi Rajamandala yang juga merupakan formasi batuan kapur. Jenis Batuan pada Formasi Rajamandala yaitu Toml, Tomr dan Tow. Batuan pada kawasan ini merupakan batuan metamorfosis yang terdiri dari batuan gamping dan silika. Batuan silika merupakan batuan yang berasal dari proses vulkanik. Sedangkan batuan gamping berasal dari dasar laut yang mengalami pengangkatan. Pengangkatan ini ditandai oleh adanya patahan Ci Mandiri. Dapat terlihat patahan Ci Mandiri yang memanjang dari utara ke selatan. Ci Mandiri merupakan Graben ditandai dengan adanya sungai dengan anak-anak sungainya. Sedangkan Plato Jampang merupakan horst dari patahan Ci Mandiri. Kenampakan Plato Jampang dapat dilihat pada gambar 8 dan 9.

Lokasi Gunung Karang

Gambar 7. Lokasi Gunung Karang pada Peta Geologi Lembar Jampang Skala 1 : 100.000

Plato Jampang (Horst)Kawasan Ci Mandiri(Graben)Gambar 8. Kenampakan Plato Jampang di Kawasan Cimandiri (Dokumentasi Kelompok 3)

PatahanGambar 9. Kenampakan Patahan yang Terlihat dari Gunung Karang (Dokumentasi Kelompok 3)

Pengambilan dokumentasi (foto) pada gambar 8 menghadap kearah selatan, dalam arti lokasi pengamatan saat mengambil foto pada gambar 8 ada di sebelah utara dengan koordinat 06 55 31.64 LS dan 106 46 1.74 BT. Ketika berada di puncak gunung karang mahasiswa diperlihatkan (Horst) Plato Jampang di sebelah selatan lokasi dan (Grabben) Plain Ci Mandiri. Sungai Cicatih yang berada di sebelah barat gunung karang,memiliki batuan mekanik Gunung Pangrango (Qvpo).

2. Geomorfologi

VolkanPada kawasan pasir bongkok memiliki geomorfologi berbukit karena berada pada antiklin. Pada antiklin ini merupakan kawasan jenis batuan kuarsa. Dapat dilihat daerah sekitar pasir bongkok merupakan patahan Ci Mandiri. Pada gambar 10 menjelaskan lokasi Gunung Karang dalam Peta Geomorfologi. Ci Mandiri merupakan daerah graben dari patahan dan dapat dilihat dengan adanya Ci Catih beserta anak sungainya. Ci Catih merupakan anak sungai dari Ci Mandiri. Sedangkan Plato Jampang (gambar 11) merupakan bagian horst dari patahan Ci Mandiri. Dari Pasir Bongkok juga terlihat di sebelah barat ada Plato Bayah. Sedangkan Patahan Ci Mandiri dari utara ke selatan.

Lokasi Gunung KarangGambar 10. Peta Geomorfologi Gunung Karang

Plato JampangCi CatihGambar 11. Bentang Alam Gunung karang (Dokumentasi kelompok 3)

3. Tanah

Gambar 1. Kawasan Cimandiri yang SuburPasir Bongkok sebagian besar merupakan tanah kapur dan silika karena kawasan ini merupakan hasil pengangkatan dasar laut dan dari hasil proses vulkanik. Sedangkan pada kawasan Ci Mandiri merupakan tanah vulkanik yang subur, dapat dilihat pada gambar 12. Jadi, terdapat daerah pertanian pada kawasan Ci Mandiri. Perbedaannya terlihat jelas jenis tanah pada kawasan ini.

Gambar 12. Kawasan Cimandiri yang Subur (Dokumentasi Kelompok 3)

Gambar 13. Kawasan Pasir Bongkok untuk Pertambangan (Dokumentasi kelompok 3)4. Penggunaan Tanah Penggunaan tanah pada kawasan Pasir Bongkok beraneka ragam. Penggunaan tanah di Pasir Bongkok ada yang digunakan sebagai pertanian, pertambangan, kebun campuran, dan permukiman. Kawasan ini sebagian besar digunakan untuk pertambangan batu marmer. Sedangkan pertanian hanya sedikit karena pada kawasan ini bukanlah tanah subur untuk di Gambar 14. Tambang Batu di Gunung Karang (Dokumentasi kelompok 3)jadikan pertanian.

4. 1. 2 Ci CareuhLokasi pengamatan kedua di jalur Cibadak Palabuanratu adalah Ci Careuh. Ci Careuh merupakan sungai yang mengalir melalui Kecamatan Cikidang. Kami mengamati kenampakan alam pada dearah sekitar Ci Careuh berdasarkan beberapa aspek geografi, yaitu geologi, geomorfologi, jenis tanah, hidrologi, dan penggunaan tanah.1. GeologiDalam peta geologi batuan di Cicareuh tersusun dalam formasi yang disebut Formasi Nyalindung. Lapisan pada tebing tersebut merupakan susunan dari lapisan Lignit yang berasal dari silica yang terendapkan dan Kwarsa yang merupakan hasil erupsi gunung merapi. Lapisan ini terbawa dan mengendap setelah jutaan tahun dan muncul setelah adanya pengangkatan. Tebal tipisnya lapisan ini menunjukan musim, Lapisan yang tebal terbentuk pada musim hujan karena pada musim itu sungai membawa materi korosi yang banyak dan lapisan yang tipis terbentuk pada musim kemarau. Di dekat tebing juga terdapat batu breksi, sedimen, dan konglomerat.

Gambar 16. Deskripsi Formasi Batuan di Ci Careuh2. GeomorfologiPengamatan geomorfologi di sekitar aliran Ci Careuh menunjukan beberapa satuan geomorfologi fluvial hasil bentukan aliran Ci Careuh. Satuan bentuklahan tersebut adalah terdapat adanya gosong sungai, di beberapa tempat di bagian tengah aliran sungai. Di bagian tepi sungai dapat dilihat adanya tebing sungai yang berbatasan langsung dengan aliran sungai, dataran banjir yang berada di sebelah atas tebing sungai, dan tanggul sungai yang berada di atas dataran banjir.

3. Jenis TanahPada penelitian sekitar Ci Careuh, dilakukan pengambilan sampel tanah. Sampel tanah diambil pada titik koordinat 6 58 52,6 S 1060 41 43.84 E. Sampel tanah yang di ambil dicari keterangannya menggunakan buku musell. Setelah sampel tanah dicari keterangannya dapat diketahui bahwa sampel tanah memiliki nilai atau tingkat kecerahannya 5 / 8. Pada buku tersebut sampel tanah bernama yellowwishbrown . Sampel tanah ini memiliki warna coklat kekuningan. Bila di amati sampel tanah ini merupakan jenis tanah podzolit.

4. HidrologiPengukuran aliran dilakukan untuk mengetahui volume serta debit air yang mengalir pada sungai. Pengukuran dibagi dalam persegmen. Ci Careuh memiliki lebar total 18 m. Pada lokasi pengamatan, pengukuran aliran dibagi kedalam 3 segmen yang masing-masing memiliki lebar 6 m. Dalam pengukuran kecepatan aliran menggunakan metode pelampung dengan mengamati pergerakan pelampung dari titik ke titik yang telah ditentukan sepanjang 5 m.Panjang sungai dilambangkan dengan L, dimana panjang sungai disini adalah jarak pengukuran yang telah ditentukan, yaitu 5 m. Waktu yang dibutuhkan oleh ai runtuk menempuh panjang sungai adalah t, maka kecepatan aliran (V) ditentukan dengan rumus:V = L/TSehingga besar debit aliran (Q)adalah :

Q = A x V atau Q = A x L/T

Dimana A adalah luas penampang aliran yang diperoleh dari hasil perhitungan lebar dan ke dalaman sungai. Dari hasil perhitungan, didapat bahwa Ci Careuh memiliki debit aliran rata-rata keseluruhan sebesar 1.54 m3/s dimana rata-rata debit aliran tiap segmen yang didapat berbeda-beda.

Tabel 1. Hasil 3 kali Pengukuran Kecepatan aliran Ci careuh

Tabel 2. Perhitungan Debit Ci Careuh

Gambar 19. Penampang Melintang Sungai Ci Careuh

Gambar 18. Lokasi Pengamatan Hidrologi di Sungai Ci CareuhDilihat dari tabel hubungan antara debit aliran dan kedalaman sungai, menunjukkan besar debit aliran berbanding lurus dengan kedalaman sungai. Semakin dalam kedalaman sungai, maka debit aliran sungai akan semakin besar.

5. Penggunaan TanahLokasi pengamatan penggunaan tanah berada disekitar Ci Careuh. Dari pengamatan dapat diketahui adanya penggunaan tanah yang berbeda-beda. Penggunaan tanahnya yaitu berupa sawah irigasi, kebun campuran dan permukiman. Sawah irigasi terdapat dipinggir sungai Ci Careuh yang sumber airnya dari sungai tersebut. Kebun campuran pada sekitar sungai Ci Careuh didominasi oleh tanaman kelapa, pisang dan sangon. Vegetasi yang tumbuh di pinggir sungai yaitu pohon bambu. Kebun campuran ini terdapat pada kurang lebih 3 meter dari sungai.

Gambar 20. Lokasi Pengamatan Penggunaan Tanah di Sekitar Sungai Ci Careuh

4.2. Desa Tonjong

4.2.1. GeologiUntuk mengetahui geologi pada wilayah ini, kami mengkaji dari peta geologi.Peta geologi yang kami gunakan yaitu peta lembar Jampang 1 : 100.000. Formasi batuan yang ada di wilayah Desa Tonjong bervariasi dan termasuk dalam Formasi Ci Mandiri. Adapun berbagai jenis batuan atau endapan yang terdapat di Desa Tonjong ini diantaranya adalah:

Gambar 21. Geologi Desa Tonjong (Sumber Peta Geologi Lembar Jampang Skala 1 : 100.000)Lokasi Pengambilan Sampel

AB

Gambar 22. Peta Geologi dan Penampang Desa Tonjong

Gambar 23. Tabel Stratigrafi Desa Tonjong. (Sumber : Peta Geologi Lembar Jampang dari Balekambang, Jawa oleh Rab. Sukamto tahun 1975 dengan skala 1 : 100.000)Setelah dilakukan analisis, jenis batuan Tmcm dan Tmcb memiliki umur batuan yang sama, yaitu pada miosen tengah. Tetapi kedua jenis batuan ini memiliki ketidakselarasan. Jenis batuan Qpyt merupakan endapan muda pada zaman kuarter. Sedangkan Qha merupakan endapan yang paling muda pada zaman kuarter. Batuan desa ini dianalisis dari peta Geologi Tonjong yang bersumber dari peta Geologi Lembar

Jampang dengan skala 1 : 100.000. Dan dapat dilihat dari keterangan peta Geologi Lembar Jampang berikut :Formasi batuan jenis Qha berada pada sebelah barat dan selatan Desa Tonjong, formasi batuan ini terdapat di Ci Tarik dan Ci Mandiri dan pertemuan kedua sungainya. Formasi batuan Tmcm berada pada sebelah utara Desa Tonjong. Pada formasi Tmcm terdapat dusun Parung Cabok yang berada di sebelah utara desa ini. Sedangkan formasi batuan Tmcb terdapat pada tengah-tengah desa ini dan dengan sisipan formasi batuan Qpyt. Pada dusun Parung Cabok, di sekitar Jembatan Ci Tarik, di aliran Ci Tarik ditemukan batuan sedimen Qha berupa alluvium dan endapan pantai. Batuan ini ditemukan di aliran Ci Tarik pada koordinat 060 59 51.03 S 1060 36 25.99 E.

Gambar 24. Penemuan batuan dengan sisipan fosil cangkang kerang di aliran Ci Tarik Dusung Parung Cabok4.2.2. GeomorfologiDesa Tonjong memiliki kenampakan geomorfologi yang berbukit-bukit dan datar. Daerah yang datar berada pada Desa Tonjong di bagian utara yaitu pada daerah jalan utama Ci Tarik atau pada dusun Parung Cabok. Jalan utama Ci Tarik ini mengikuti daerah datar pada utara Desa Tonjong. Jalan ini mengikuti alur bukit-bukit mulai dari Desa Jayanti, Desa Ci Tarik, Desa Tonjong, dan Desa Pasir Suren. Pada sebelah selatan Jalan Raya Ci Tarik desa ini merupakan perkebunan karet yang memiliki kenampakan yang berbukit-bukit. Lalu memiliki daerah yang sedikit lebih rendah pada daerah sekitar Ci Tarik yang berada di sebelah barat desa ini tepatnya pada dusun Tonjong. Pada daerah ini penggunaan tanah untuk sawah irigasi. Sedangkan pada yang berbukit-bukit penggunaan tanah untuk perkebunan karet.Kemiringan lereng desa ini beragam, ada yang curam dan ada yang datar. Lereng yang curam berada pada tengah desa ini memiliki morfologi yang berbukit. Lereng-lereng ini memiliki kemiringan antara 25-55%. Kemiringan lereng seperti ini hanya di tumbuhi vegetasi seperti pohon ceri, pohon pisang, dan bambu. Sedangkan kemiringan yang relatif datar berada pada sebelah barat Desa Tonjong yang tepatnya berada di pinggir Ci Tarik. Kemiringan lereng ada wilayah ini sekitar 0-2%. Wilayah ini sangat cocok untuk dijadikan pesawahan. Selain dekat dengan sumber air yaitu Ci Tarik, wilayah ini juga relatif datar dan rendah.

Gambar 25. Wilayah datar yang dijadikan sawah di dusun Tonjong dekat Sungai Ci tarik

Gambar 26. Peta Geomorfologi dan Penampang Melintang Desa TonjongA

Gambar 27. Perkebunan Karet

Gambar 28. Kenampakan alam Ci TarikPada tengah-tengah desa ini memiliki bentuk morfologi yang berbukit. Wilayah ini dimanfaatkan sebagai perkebunan. Perkebunan ini merupakan perkebunan karet milik PTPN VIII.

TebingDataran BanjirGambar 29. Penampang Sungai Ci Tarik

Selanjutnya pembentukan sungai yang ada di wilayah pengamatan. Terdapat dua sungai sungai utama yang ada di desa ini yaitu sungai Ci Tarik dan sungai Ci Mandiri. Sungai yang kelompok diamati ini adalah sungai tua, hal tersebut dibuktikan dari lebar sungai yang mencapai 30-40 meter dengan debit yang cukup besar dan tidak bisa kami ukuur dikarenakan terlalu banyak kendala dan kurangnya system keamanan yang kami bawa. Selain itu tersebar pula jenis batuan yang mendominasi di sungai Ci Tarik ini. Jenis batuan yang ada di sungai Ci Tarik ini didominasi oleh jenis batuan beku. Dapat dilihat pula bentuk sungai Ci Tarik yang membentuk huruf U dan menandakan bahwa sungai tersebut adalah sungai tua.

4.2.3. HidrologiDesa ini dialiri oleh dua sungai utama, yaitu Ci Tarik dan Ci Mandiri. Ci Tarik berada pada perbatasan Desa Tonjong sebelah barat yang memisahkan dengan Desa Ci Tarik. Sedangkan Ci Mandiri berada di sebelah selatan Desa Tonjong. Ci Tarik dimanfaatkan untuk pengairan sawah desa ini pada Desa Tonjong, sedangkan Ci Mandiri dimanfaatkan untuk tambang pasir dan batu batuan yang digunakan sebagai bahan bangunan.Desa Tonjong tidak berbatasan langsung dengan laut, dengan begitu desa ini tidak terlalu berpengaruh terhadap signifikan terhadap laut. Perairan yang luas atau laut maupun samudera dapat mempengaruhi curah hujan, suhu dan kelemban. Curah hujan yang telagh didata pada desa ini digunakan perkebunan karet yang perairannya memanfaatkan air hujan dan air dari Ci Tarik dan Ci Mandiri. Penggunaan tanah untuk sawah, sumber airnya berasal dari irigasi Ci Tarik. Hanya sebagian kecil sawah yang memanfaatkan air tadah hujan, karena desa ini memiliki curah hujan yang relative kecil. Data-data tersebut didapatkan dari kantor Kepala Desa Tonjong.Ci Tarik dan Ci Mandiri merupakan sungai yang berada di wilayah pengamatan kelompok kami, tetapi kedua sungai itu tidak dapat diukur debit airnya karena beberapa hambatan. Diantara hambatan-hambatan tersebut adalah lebar sungai berkisar 30-40 meter. Diperlukan oraang yang cukup banyak untuk mengukur debitnya. Hasil pengamatan sungai ini memiliki debit air yang besar dengan luas penampangnya yang luas. Kedalaman dari sungai ini pun cukup dalam dan diperkirakan sungai ini memiliki debit yang besar. Jika dilihat secara kasat mata, sungai ini bisa dikatakan sungai tua dikarenakan bentuk fisik dari sungai ini membentuk huruf U. Batuan yang dibawa oleh sungai ini didominasi oleh batuan beku.

Gambar 30. Kenampakan Sungai Ci Tarik (Dokumentasi kelompok 3)

Hal yang dapat kelompok kami lakukan untuk penelitian ini yaitu mengukur kualitas keasamannya. Sampel yang kami ambil pada tanggal 30 Mei 2014 dari air sungai Ci Tarik. Selanjutnya kamimenguji airnya dengan menggunakan pH meter dan dapat diketahui pH dari sampel air ini. pH sampel air ini adalah 6.5. Jadi dari sampel air ini dapat kita simpulkan bahwa air dari sungai Ci Tarik bersifat asam. Meskipun sungai Ci Tarik ini mengalir ke arah laut, namun sungai ini sampel air yang kami ambil ini belum terpengaruh oleh air laut.Diwilayah Dusun Buniasih terdapat sungai irigasi yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan keperluan warga sekitar.

Tabel 3. Penghitungan debit Sungai Irigasi di Dusun Buniasih

Gambar 31. Penampang Melintang Sungai Irigasi (Dokumentasi kelompok 3)

Gambar 32. Sungai Irigasi di Dusun Buniasih (dokumentasi Kelompok 3)

Gambar 33. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Tonjong

4.2.4. Jenis Tanah Dalam mengidentifikasi tanah adalah melihat kondisi fisiknya. Melihat kondisi fisiknya ini dibutuhkan kemampuan indera peraba dan indera penglihatan yang baik. Kondisi fisiknya sebagai berikut :1. Warna Tanah Warna ialah salah satu petunjuk untuk melihat sifat tanah, dimana warna ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah. Warna tanah dapat ditentukan dengan menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart. Dimana dalam buku ini disusun berdasarkan tiga variabel yaitu hue (warna), value (nilai), dan chroma (kepekatan). Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya suatu warna sesuai dengan banyak sinar yang dipantulkan. Sedangkan chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. 2. Tekstur TanahTanah terdiri dari butir-butir berbagai ukuran. Dimana bahan-bahan yang lebih halus (< 2mm) disebut fraksi tanah halus. Tekstur tanah dapat dibedakan menjadi :a. Pasir: 2 mm- 50 rasa kasar sangat jelas tidak melekat tidak dapat dibentuk bola dan gulungan b. Lempung: 50 - 2 rasa tidak kasar atau licin agak melekat dapat dibentuk bola agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat c. Liat: < 2 rasa berat, halus sangat lekat dibentuk bola teguh, mudah digulung

3. Struktur Tanah Merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, lempung, liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. 4. Konsistensi Terhadap Air Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah- tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyipatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.

Tabel 4. Jenis tanah di titik-titik sampelSecara umum, tanah di Kabupaten Sukabumi, khususnya di wilayah pengamatan banyak dipengaruhi oleh material vulkanik dari pegunungan. Jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Sukabumi sebagian besar didominasi oleh tanah Latosal yang terutama tersebar pada wilayah bagian timur laut dengan tingkat kesuburan yang rendah selain itu ada juga jenis tanah Regosol di tengah desa Tonjong serta tanah Alluvial di daerah lembah dan pinggir sungai.

LokasiStruktur Solum (cm)WarnaTekstur Penggunaan Tanah di Wilayah SekitarJenis TanahJumlah Horizon

Pasir CabokRemah14.5 cmCoklatLiat BerpasirSawah Tadah HujanRegosol-

Sungai CitarikRemah120 cmCoklatLiat BerpasirPerkebunan Campuran Aluvial2

BuniasihGranular2.4 cmCoklat, abu-abu, keputihanPasir BerdebuPerkebunan Campuran Regosol / Grumosol1

Cijarian Granular160 cmCoklat mudaPasir Berdebuhutan jatilatosol3

Tabel 5. Titik sampel survei

No LokasiKoordinat

1Pasir Cabok070 0 0.64S 1060 36 34.6E

2Sungai Citarik060 5951 S 1060 36 25.9 E

3Buniasih070 0 15.9 S 1060 36 7.90 E

4Cijarian 060 59 29.53 S 1060 37 55.9 E

Gambar 34. Peta Jenis Tanah dan penampang melintang Desa Tonjong

4.2.5. Penggunaan TanahPenggunaan tanah atau lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan manusia terhadaplahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Vink, 1975). Penggunaan tanah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu penggunaan tanah pertanian dan bukan pertanian.Penggunaan tanah secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan tanah tergantung pada kelas kemampuan tanah yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambatan bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah permukiman, lokasi industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).Menurut Barlowe (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertanahan, keadaan politik, keadaan sosial dan secara administrasi dapat dilaksanakan.Penggunaan tanah pada Desa Tonjong dapat dilihat dari Digital Globe Tahun 2008 dan peta RBI Palabuhanratu dan Peta RBI Cidadap. Akan tetapi, setelah dilakukan survey langsung ke desa Tonjong, banyak perbedaan dari hasil interpretasi dengan kenyataannya.

Gambar 35. Peta Penggunaan Tanah dan penampang melintang penggunaan tanah Desa Tonjong

1. PerkebunanPerkebunan merupakan penggunaan tanah yang paling dominan di Desa Tonjong. Luasan yang berhektar-hektar perkebunan karet memenuhi desa ini. Perkebunan ini didominasi oleh perkebunan karet yang sebagian besar milik PTPN VIII. Perkebunan di Desa tonjong juga ada sebagian milik PT Citimu yang berada di Kampung Cijarian. Perkebunan Karet milik PT Citimu seluas 1,5 Ha.

Gambar 37. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Perkebunan Karet PTPNGambar 36. Perkebunan Karet Milik PTPN VIII

Gambar 39. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Perkebunan Karet Milik PT. CitimuGambar 38. Perkebunan Karet Milik PT. Citimu yang Berada di Dusun Cijarian2. PermukimanPermukiman di Desa Tonjong tidak begitu padat. Wilayah yang cukup banyak permukimannya yaitu pada Kampung Parung Cabok yang berada di sebelah utara jalan utama Citarik. Akses yang mudah menjadi dasar yang menyebabkan tempat ini dijadikan tempat untuk bermukim, selain itu juga penempatan Kantor Kepala Desa. Permukiman pada desa ini umumnya mengelompok di bagian tertentu saja. Pada jalan Citarik yang merupakan permukiman yang cukup padat permukiman berada di pinggir Jalan Citarik. Sedangkan pada wilayah yang jauh dari akses jalan cenderung permukimannya lebih dekat dengan perkebunan, ladang, dan sawah karena dekat dengan mata pencaharian masyarakat desa. Permukiman-permukiman yang jauh dengan akses jalan cenderung mengelompok dengan kelompok yang kecil.

Gambar 40. Permukiman di Dusun Buniasih

Gambar 41. Sketsa Letak Pengambilan Gambar PermukimanPenduduk Desa Tonjong merupakan warga asli penduduk setempat, hanya sebagian kecil pendatang dari luar kota. Penduduk desa ini bermatapencaharian sebagai buruh, pedagang, dan petani. Buruh yang ada di desa ini dibagi menjadi 2 yaitu buruh perkebunan karet dan buruh pertambangan pasir. Sedangkan pedagang, ada yang berdagang di Desa Tonjong, dan keluar desa.

3. SawahSawah pada wilayah penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi cenderung lebih luas pada desa ini. Karena adanya sungai Ci Tarik yang menjadi sumber pengairan utamanya.

a. Sawah IrigasiSawah Irigasi pada Desa Tonjong terdapat di Kampung Parung Cabok, Cikondang, Buniasih, Tonjong, Potongan. Kampung kampung ini dilalui oleh Sungai Citarik yang menjadi sumber pengairan sawah. Persawahan ini merupakan sawah produksi 2 kali padi dalam setahun.

Gambar 42. Sawah Irigasi

Gambar 43. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Sawah Irigasib. Sawah Non IrigasiSawah non irigasi di Wilayah Desa Tonjong hanya sedikit. Sawah Tadah Hujan di Desa tonjong hanya berada di beberapa titik saja. Salah satunya sawah tadah hujan yang berada di antara perkebunan campuran dan perkebunan karet. Sawah non irigasi ini merupakan sawah yang berproduksi 2 kali padi dalam setahun.

Gambar 44. Sawah Tadah Hujan Di Sebelah Selatan Jalan Raya Citarik

Gambar 45. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Sawah Tadah Hujan

4. Kebun CampuranKebun campuran pada desa ini masih cukup banyak. Salah satu fungsi perkebunan ini untuk menanam sesuatu yang hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Kebun campuran ini ditemukan di antara permukiman warga dan diantara perkebunan karet. Kebun campuran ini biasanya ditanami pohon papaya, pohon pisang, pohon cabe dan pohon kelapa.

Gambar 46. Kebun Campuran di Utara Jalan Raya Ci Tarik

Gambar 47. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Kebun Campuran5. Padang Rumput Padang rumput pada Desa Tonjong jumlahnya hanya ada sedikit. Padang rumput ditemukan di samping lahan terbuka, dan di samping sawah tadah hujan yang tidak diurus sehingga ditumbuhi tumbuhan liar.

Gambar 48 Padang Rumput di Buniasih (Dokumentasi kelompok 3)

Gambar 49. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Padang Rumput6. HutanHutan yang berada di Desa Tonjong diklasifikasikan sebagai hutan sejenis buatan karena dari jenis tanaman keras cara pengambilan hasilnya ialah menebang pohonnya. Hutan sejenis buatan ini terdapat di Kampung Cijarian. Hutan yang ada di Kampung Cijarian adalah Hutan Jati. Berdasarkan wawancara hutan jati ini milik seorang dokter dan pengolahan kayu jatinya berada di pabrik yang tidak jauh dari hutan jati tersebut.

Gambar 50. Hutan Jati di Cijarian

Gambar 52. Sketsa Lokasi Pengambilan Gambar Hutan JatiGambar 51. Pabrik Pengolahan Kayu Jati7. PemakamanDari hasil pengamatan, pemakaman ditemukan di pinggir jalan raya Citarik dekat dengan perkebunan karet. Pemakaman ini merupakan pemakaman bagi warga beragama islam.

Gambar 53. Sketsa Letak Pemakaman Umum

8. Fasilitas UmumFasilitas umum yang kami temukan di Desa Tonjong yaitu pasar, sekolah, kantor kepala desa, bidan, puskesmas, klinik, dan masjid.

Gambar 54. Fasilitas Umum (Kantor Desa Tonjong dan SD Negeri Tonjong)

Gambar 55. Sketsa Letak Pengambilan Gambar Fasilitas UmumPenggunaan tanah yang paling utama pada desa ini yaitu untuk perkebunan karet dan perkebunan campuran dan sawah. Sisanya terdapat permukiman, pertokoan, pasar, hutan rakyat yang dominan berada pada Desa Tonjong. Penggunaan tanah untuk perkebunan karet berada pada bagian timur wilayah Desa Tonjong. Sedangkan bagian barat, penggunaan tanahnya untuk sawah irigasi. Permukiman dibangun menyebar di desa ini, akan tetapi disepanjang jalan utama Jalan Raya Citarik permukiman lebih padat dan banyak pertokoan. Keberadaan Kebun campuran ada di antara sawah dan perkebunan karet dan permukiman. 4.2.6. Penampang Melintang

Penggunaan Lahan

Geologi

Geomorfologi

Gambar 56. Penampang melintang Desa Tonjong Jenis Tanah

BAB VRINGKASAN

Desa Tonjong merupakan daerah yang memiliki penggunaan tanah perkebunan sebesar 51%. Tanah perkebunan ini merupakan perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII). Desa Tonjong merupakan salah satu desa di Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang memiliki tiga dusun, 26 RT dan tiga Rukun Warga. Pemukiman yang ada di desa ini tersebar pada beberapa titik, dengan pola liniar atau mengikuti Jalan Utama. Dusun Parung Cabok berada di sebelah utara desa, dilalui oleh akses jalan utama yaitu Jalan Raya Citarik. Dusun Tonjong berada di sebelah barat laut desa yang juga berdekatan dengan akses jalan utama. Sedangkan Dusun Bantar Henca terletak di sebelah selatan desa yang cukup jauh dari akses jalan utama. Penggunaan tanah untuk perkebunan cenderung berada di daerah yang tinggi, sedangkan pemukiman berada di daerah yang ketinggiannya rendah. Survey yang dilakukan saat pelaksanaan KKL I menghasilkan banyak perbedaan penggunaan tanah antara peta kerja yang telah dibuat sebelumnya dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Perbedaan yang ada ini kemungkinan disebabkan karena adanya kesalahan interpretasi yang dilakukan terhadap kenampakan hasil Citra Digital Globe Tahun 2008 yang digunakan sebagai sumber untuk pembuatan dan penggunaan peta kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Pannekoek, A.J. (1949). Garis besar geomorfologi Pulau Jawa. Terjemahan Budio Basri. Jurusan Geografi FMIPA UI

Sandy, I Made. (1985). Geografi Regional Indonesia. Jurusan Geografi FMIPA-UI. Jakarta

Sukamto, R., (1975). Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Survey Geologi. Bandung

Suparka. (1980). Tinjauan Geologi dan Mineralisasi Daerah Cibugis, Bogor, Jawa Barat. Lembaga Geologi dan Pertambangan Nasional dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Van Bemmelen, R.W. (1970). The Geology of Indonesia 2nd Edition. The Hague

LAMPIRAN LAMPIRAN

Peta 1. Peta Desa Tonjong, Sukabumi, Jawa Barat

59